Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS EKOLOGI PERAIRAN DI PANTAI SEBALANG

KECAMATAN TARAHAN, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN


(Praktikum Ekologi Perairan)

OLEH :
KELOMPOK 6

Astrid Luvena S 2014111005


Pandu Wijaya 2054111007
Rani Retnani W. 2014111009
Wahlul Nasrulloh 2014111017
Haniatun Aminah 2014111018
Fitroh Aji Kusnanto 2014111029
Alfin Aprianistia 2014111041
Sharen khoirunisa S. 2014111042
Yohanes Tegas P. 2014111043
Adelia Wihardini 2014111045

JURUSANPERIKANAN DAN KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul praktikum : Analisis ekologi perairan di Pantai Sebalang


kecamatan Tarahan, kabupaten Lampung Selatan
Tempat praktikum : Pantai Sebalang, kecamatan Tarahan, kabupaten
Lampung Selatan
Tanggal praktikum : 16 oktober 2021
Program studi : Budidaya Perairan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung

Bandar Lampung , ….. Oktober 2021


Mengetahui Asisten dosen

Nama :
NPM :

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan interaksi antar
organisme dengan lingkungan sekitarnya. Maka ekologi perairan yaitu ilmu
yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara organisme perairan
dengan lingkungannya. Kondisi ekologi yang sangat baik untuk organisme
didalamnya dapat menunjang keletarian sumber dayanya.

Didaerah pantai dengan tanaman mangrove yang berbeda tentunya disebabkan


berdasarkan zonasi sesuai sifat fisiologis mangrove yang mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Mangrove yang dengan tingkat ke padatan yang tinggi
dapat mendukung nilai ekosistem dalam kelestarian sumber daya alam.
Penelitian ekologi mangrove perlu dilakukan untuk mengetahui organisme di
dalamnya dengan cara mempelajari proses yang terjadi pada rantai makanan.

Parameter penelitian yang dapat dilihat dan diukur dalam ekologi mangrove
ini antara lain : parameter fisika, parameter kimia, dan parameter biologinya.
Ekologi meliputi ekosistem organisme yang melakukan adaptasi, ekosistem
populasi yaitu kumpulan organisme yang satu jenis dalam suatu daerah dan
waktu tertentu, ekologi ekosistem terdiri dari komponen biotic dan abiotik
dengan ada siklus kehidupan.

1.2 Tinjauan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat melatih dan meningkatkan keterampilan kognitif yaitu
dalam komparansi teori dan kondisi di lapangan, pengintegrasian
2. pemahaman berbagai teori, penerapan teori pada keadaan nyata di
lapangan.
3. Mahasiswa dapat melatih dan meningkatkan keterampilan efektif yaitu
dalam perencanaan kegiatan secara mandiri, kemampuan bekerja sama,
pengomunikasian hasil belajar.
4. Mahasiswa dapat melatih dan meningkatkan keterampilan psikomotorik
yaitu dalam penguasaan pemasangan peralatan, penggunaan peralatan dan
instrument tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pantai Sebalang
Pantai Sebalang merupakan salah satu pantai yang berada provinsi Lampung.
Secara administratif Pantai Sebalang berada di desa Tarahan, Kecamatan
Ketibung, Kabupaten Lampung Selatan. Jarak tempuh Pantai Sebalang dari
kota bandar Lampung lebih kurang 20 km dengan waktu tempuh 30-45 menit.
Tidak sulit untuk menemukan lokasi pantai ini dikarenakan berada tidak jauh
dari jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara bandar Lampung dan
pelabuhan Bakauheni.

Pantai sebalang memiliki ekosistem yang kompleks karena memiliki pantai


berpasir, hutan mangrove, aliran sungai, serta danau yang memungkinkan
untuk dijadikan objek penelitian.

2.2 Ekosistem mangrove


Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai estuari atau
muarasungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis.
Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di
antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan
membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat
pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut,
hutan payau, atau hutan bakau yang berfungsi sebagai sumber kayu untuk
bahan bakar juga bahan bangunan bagi manusia dan sebagai salah satu sumber
plasma nutfah dan masih banyak manfaat lainnya (Jella et.all 2020).

Ekosistem mangrove (bakau) merupakan ekosistem yang berada di daerah tepi


pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga lantainya selalu
tergenang air. Ekosistem mangrove berada di antara level pasang naik
tertinggi sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata pada
daerah pantai yang terlindungi dan menjadi pendukung berbagai jasa
ekosistem di sepanjang garis pantai di kawasan tropis (Gunggung et.all 2016).
Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa.
Ekosistem mangrove berperan penting dalam pengembangan perikanan pantai
(Heriyanto dan Subiandono, 2012), karena merupakan tempat berkembang
biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang,
kepiting, dan udang. Jenis plankton di perairan mangrove lebih banyak
dibandingkan di perairan terbuka (Gunggung et.all 2016).

2.3 Pencemaran Air


Menurut PP 82 tahun 2001, pencemaran air adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Tingkat penurunan kualitas air mempengaruhi kelestarian sumber daya air
yang tersedia untuk penggunaan yang bermanfaat, pada gilirannya akan
membuat ASI tata guna lahan produktif. Pengujian yang dilakukan adalah uji
fisika, kimia, dan biologi (Setyowati, 2016).

Penyebab pencemaran air beragam, salah satu contohnya adalah berasal dari
limbah rumah tangga. Ada tiga jenis limbah rumah tangga yaitu limbah
pertama berupa sampah, limbah kedua berupa air limbah yang dihasilkan dari
kegiatan mandi dan mencuci, dan limbah ketiga adalah kotoran yang
dihasilkan manusia. Limbah-limbah ini apabila tidak dikelola dengan baik
dapat berpotensi mencemari lingkungan perairan (Joshua, 2013).

Pencemaran air memiliki dampak buruk. Dampak pencemaran air antara lain
dapat mengakibatkan penyakit, kerusakan ekosistem, eutrofikasi, dan
gangguan rantai makanan. Apabila manusia mengonsumsi air yang tercemar
maka dapat menyebabkan penyakit seperti tifus, kolera, hepatitis, dan penyakit
lainnya. Oleh sebab itu sebaiknya manusia harus dapat menjaga air dalam
kondisi yang baik dan tidak tercemar. Air merupakan zat yang paling penting
dalam kehidupan setelah udara (Wandrivel dan Lestari, 2012).

2.4 Pentingnya Analisis Pencemaran


Beberapa materi pencemaran air laut pada penelitian digunakan sebagai
indicator pencemaran perairan pesisir. Hal ini disebabkan terdapat parameter
pencemaran air laut yang pengukurannya berdasarkan pengamatan secara
visual. Di samping itu, terdapat beberapa parameter pencemaran air laut yang
merupakan indicator umum, dimana semua kegiatan pemanfaatan ruang
merupakan sumber pencemaran. Teknis analisis pencemaran secara langsung
sangat penting secara manual, sehingga jumlah kendaraan yang diketahui
dibutuhkan interval untuk menentukan tingkat kepadatan yang ada, misalnya
pencemaran limbah cair industry tekstil yang membawa berbagai dampak
negative, seperti perubahan warna air akibat limbah pewarna tekstil,
menggangu ekosistem sungai, menimbulkan kerugian finansial bagi
masyarakat sekitar dan sampai terakumulasinya logam-logam berat di sedimen
(Greenpeace, 2013).

Analisis pencemaran laut dapat meliputi potensi diantaranya potensi hayati


dan non hayati. Potensi hayati misalnya: mineral, bahan tambang dan
pariwisata. Pecemaran laut mengakibatkan pencemaran pada biodiversitas
pada laut dan mengakibatkan berkurangnya estetika pada laut dan analisis
pencemaran pada laut, saat ini dikenal secara internasional dengan istilah
Marine Polution, dimana merupakan salah satu masalah yang mengancam
bumi saat ini (Sugma, 2014).

Dalam penggunaan indeks trix harus mempunyai karakteristik lokasi peneltian


seperti kawasan teluk yang dapat dijadikan sebagai kawasan untuk
menghitung status trofik dengan indeks TRIX. Kondisi yang memungkinkan
digunakan indeks ini telah direferensikan atas suatu teluk yang dinamis
dibandingkan dengan perairan lainnya, sehingga nutrient sebagai factor
pembatas (limiting factor) N dan P terhadap status trofik menjadi sangat
berfluktuasi. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh arus yang biasanya terjadi ketika
peralihan musim sehingga penggunakan indeks TRIX yang memasukkan
keduanutrien N dan P kedalam formula indeksnya sangat relevan (Saravi,
2010).

2.5 Parameter Fisika


2.5.1 Suhu
Suhu adalah faktor eksternal yang mudah untuk diteliti dan ditentukan.
Suhu dalam perairan memiliki peran yang penting bagi kehidupan
organisme perairan. Suhu diperairan berperan dalam mengendalikan
kondisi ekosistem yang terdapat diperairan. Suhu pada perairan sangat
berpengaruh untuk kehidupan biota air, suhu pada badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam hari, sirkulasi udara,
permukaan dapat berpengaruh pada proses fisika, kimia, dan biologi
diperairan tersebut (Tanti 2020).

Untuk pertumbuhan pohon mangrove yang baik memerlukan suhu rata-


rata minimal lebih besar dari 20ºC dan perbedaan suhu musiman tidak
melebihi 5ºC (Adnan, 2013). Dalam pengukuran suhu, alat yang
digunakan adalah Thermometer. Suhu merupakan salah satu factor yang
sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan
organisme. Proses kehiduan vital yang sering disebut dengan proses
metabolism. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relative sempit
(Hanif, 2010).

2.5.2 Kecerahan
Kecerahan di perairan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman
tertentu. Di perairan kecerahan sangat penting karena berkaitan dengan
aktifitas fotosintesis dan produksi primer dalam suatu perairan.
Karena dengan mengetahui kecerahan suatu perairan kita dapat
mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses
asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh. Perairan
yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal
dapat memberikan petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel
tersuspensi dalam perairan tersebut ( Hanuma et al. 2018).

Kecerahan merupakan tingkat intensitas cahaya matahari yang


menembus perairan, sehingga hal ini sangat dipengaruhi oleh
kekeruhan. Kecerahan hanyamencapai 100% umumnya pada
kdalaman .< 5 m. perairan yang lebih dalam (> 10 m) tingkat
kecerahannya lebih kecil yakni < 70%. Hal tersebut disebabkan oleh
kemampuan tingkat intensitas cahaya matahari yang mampu menembus
perairan rata-rata < 10m (Barus, 2010). Kemampuan cahaya matahari
untuk menembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan
air. Oleh karena itu tingkat kecerahan dan kekeruhan air laut sangat
berpengaruh pada pertumbuhan biota laut (Ramdhani, 2013).

2.5.3 Kedalaman
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan ekosistem didalamnya. Perairan yang kondisinya lebih
dangkal cenderung mempunyai keanekaragaman yang lebih tinggi
dibandingkan perairan yang lebih dalam. Pada kondisi perairan yang
dangkal, maka intensitas cahaya matahari akan menembus seluruh
badan air dan sampai pada dasar air sehingga akan mendukung adanya
proses fotosintesis (Tanti 2020).

2.5.4 Arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan
tiupan angina atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang
panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah
angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan
arus Ekman.

Arus merupakan salah satu faktor hidro-oseanografi yang berperan


dalam menentukan kondisi di perairan.
Pada saat pasang muka air di laut lebih tinggi dari pada di estuary
( teluk), akibatnya arus pasut bergerak memasuki estuary ( teluk ),
kondisi ini disebut dengan flood. Sedangkan pada masa surut muka air
dilaut lebih rendah daripada estuary ( teluk ) sehingga arus pasut keluar
estiary ( teluk ) menuju laut. Selain hal itu, arus pada kondisi juga
memiliki perbedaan arah sebab pasut akan mengalami perubahan arah
setelah elevasi pasut mencapai minimum atau maksimum ( Hadi dan
Radjawane 2009 )

2.6 Parameter Kimia


2.6.1 Do
Nilai DO beradasarkan mutu kualitas air untuk biota laut menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun
2004 bernilai >5. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang
utama kehidupan dilaut dan indicator kesuburan perairan. Kadar
oksigen terlarut semakin menurun seiring dengan semakin
meningkatnya limbah organik di perairan. Penyebab utama
berkurangnya oksigen terlarut dalam air adalah adanya buangan
bahan-bahan yang mudah membusuk. Makin rendah nilai DO
menunjukkan semakin tinggi tingkat pencemaran karena semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan bahan-bahan organic (Wisnu dan Gunardi, 2017).

2.6.2 Salinitas
Salinitas adalah derajat konsentrasi garam yang terlarut didalam air
yang dinyatakan dalam satuan (ppm). Kisaran salinitas di peraira
Indonesia yaitu 30-35 ppm. Pada tumbuhan mangrove salinitas
optimum yang diperlukan adalah 10-30 ppm. Secara langsung
salinitas dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan zonasi pada
tumbuhan mangrove, berdasarkan dengan frekuensi penggenangan
(Tanti 2020).

Keragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad - jasad


hidup akuatik berdasarkan kemampuan pengendalian berat jenis dan
keragaman tekanan osmotik. Salinitas air berpengaruh terhadap
tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka akan semakin
besar pula tekanan osmotiknya (Wisnu dan Gunardi, 2017).

Salinitas yang tinggi akan berdampak pada tajuk mangrove semakin


jauh dari tepian perairan secara umum menjadi kerdil dan berkurang
komposisi spesiesnya. (Adnan, 2013)
2.6.3 pH
pH adalah salah satu parameter penting bagi pemantauan kualitas
perairan. pH merupakan logaritma negative dari suatu konsentrasi ion-
ion hidrogen yang kemudian terlepas kedalam suatu cairan dan
indicator baik buruknya kualitas perairan. Organisme yang berada di
perairan memiliki kemampuan yang berbeda dalam mentoleransi pH
perairan. Kematian sering disebakan oleh keadaan pH yang rendah
dibandingkan dengan keberadaan ph yang tinggi (Tanti 2020).

Nilai pH dalam suatu perairan merupakan suatu indikasi terganggunya


perairan tersebut. Besarnya nilai pH sangat menentukan dominasi
fitoplankton yang mempengaruhi tingkat produktivitas primer suatu
perairan dimana keberadaan fitoplankton didukung oleh
ketersediaanya nutrien di laut. Tingkat keasaman air laut
mempengaruhi pengendapan logam dalam sedimen, semakin tinggi
nilai pH makan akan semakin mudah terjadi akumulasi logam (Wisnu
dan Gunardi, 2017). Rentang toleransi pH sekitar 6,0-9,0, dan pH
yang optimal sekitar 7,0-8,5 (Adnan, 2013)
2.7 Parameter Biologi
2.7.1 Benthos
Bentos (benthos) adalah biota yang hidup diatas atau didalam dasar
laut, baik itu tumbuh-tumbuhan maupun hewan.bentos mencangkup
biota yang hidup didasar atau substrat tanah. Pada bagian dasar atau
substrat mangrove dihuni juga oleh berbagai macam organisme, salah
satunya adalah bentos. Makrozoobentos berperan aktif dalam proses
penguraian bahan organik terutama dalam biodegradasi sisa-sisa
tanaman mangrove dan logam berat pencemar lingkungan (Setiawan
2010).

Makrozoobentos juga memiliki peranan penting dalam siklus nutrien


di dasar perairan dan juga berperan sebagai salah satu mata rantai
penghubung dalam aliran energi dan siklus alga plantonik sampai
konsumen tingkat tinggi. Keberadaan makrozoobentos dapat dijadikan
indikator kualitas perairan, jadi makrozoobentos merupakan
bioindikator untuk mendeteksi baik atau tidaknya kualitas lingkungan
suatu perairan (Jamalludin et.all 2014).

2.7.2 Plankton
Plankton adalah biota yang hidup dimintakan plagik dan mengapung,
menghayut dan berenang sangat lemah, artinya tidak dapat melawan
arus.ukuran plankton sangat lah beraneka ragam dari yang terkecil,
yang di sebut ultra plankton berukuran < 0,005 mm atau 5 mikron,
termasuk disini bakteri dan diatom kecil, sampai nanoplanton
(nannoplankton) berukuran 60-70 mikron, yang terlalu kecil untuk di
kumpulkan dengan jaring planton yang di sebut plantonet biasanya
dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara mengambilsejumlah air
laut (Muliari, 2016).

Plankton terdiri atas: fitoplankton yang merupakan plankton dari jenis


tumbuhan yang dapat melakukan fotosintesis dan zooplankton yang
merupakan plankton dari jenis hewan. Dalam sistem trofik ekosistem
perairan, fitoplankton mempunyai peranan penting dalam menentukan
tingkat kesuburan suatu perairan. Hal ini disebabkan karena
fitoplankton berperan sebagai produsen dan berada pada tingkatan
dasar sistem jejaring makanan yang dapat menentukan keberadaan
organisme pada jenjang berikutnya (Sagala 2011). Keberadaan
fitoplankton di suatu perairan sangat berpengaruh terhadap
kelimpahan dan kelangsungan hidup ikan-ikan di perairan tersebut,
terutama bagi ikan-ikan pemakan plankton atau ikan-ikan yang berada
pada taraf perkembangan awal (Muliari, 2016).

2.7.3 Perifiton
Perifiton adalah kelompok mikroorgansme yang tumbuh pada
beberapa substrat alami seperti batubatuan, tiang-tiang, atau tonggak-
tonggak kayu, tanaman pinggiran perairan, dan bahkan tumbuh pada
binatang-binatang air, mikroorganisme pada umumnya terdiri dari
bakteri berfilamen, protozoa menempel, rotifer dan algae. Perifiton
berbentuk koloni, memiliki kemampuan melekat pada permukaan
substrat lebih baik daripada mikroalga lainnya (Yusup et.all 2014).

2.7.4 Identifikasi Mangrove


Mangrove merupakan formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di
pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung. Pada ekosistem
mangrove dikenal jenis-jenis tumbuhan yang dinamakan dengan
mangrove sejati utama ( mayor ), mangrove sejati tambahan ( minor )
dan mangrove ikutan. Jenis mangrove dapat dibedakan dari struktur
perakarannya bentuk daun, serta bentuk buahnya.

Pada kawasan pantai sebalang jenis mangrove yang ditemukan yaitu


jenis mangrove Rhizophora apiculata (mangrove utama). Mangrove
jenis ini tumbuh di tepi sungai kecil, esturia, pantai (juga karang)
dengan kekuatan ombak yang ringan, tumbuh baik di wilayah esturia
dengan lumpur mangrove yang lunak (Tanti 2020).

Mangrove jenis ini memiliki bentuk pohon yang tinggi hingga 15 m


dengan akar tunggal. Memiliki susunan daun tunggal, berhadapan dan
memiliki helaian elips sempit serta ujung daun berkembang (dengan
ujung daun yang mendadak langsing dan meruncing) dengan panjang
daun antara 9- 18 cm. Bunga pada mangrove jenis Rhizophora
apiculata (mangrove utama) berjenis infloresensi dengan perbungaan
terbatas dengan bunga sebanyak 2 pada gagang yang kokoh sampai
1,4 cm. Memiliki daun mahkota berjunmlah 4 berwarna hijau
kemerahan dan memiliki benang sari biasanya berjumlah 12,
berwarna coklat dengan panjang 2,0-3,0 cm (cuping kelopak
menyebar). Permukaan bawah daun berwarna hijau kekuningan, dan
terdapat bintik-bintik hitam kecil yang terbesar. Buah memikiki
diameter 1,3-1,7 cm dengan panjang 20-25 cm berwarna hipokotil
hijau sampai coklat dengan leher kotiledon merah ketika matang.
Memiliki permukaan nampak seperti mempunyai kutil, tapi relatif
halus/licin . Buah berbentuk silindris (hipokotil), rontok dibawah
leher kotiledon, mengapung, tersebar oleh arus (Tanti 2020).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu
Praktikum analisis ekologi perairan ini dilakukan pada tanggal 16 Oktober
2021 di pantai Sebalang kecamatan Tarahan, kabupaten Lampung Selatan.

3.2 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat Bahan
Secchi disk Formalin
Thermometer Lugol 5%
Plankton net Kertas lebel
Refraktometer Tissue
Sedgwick-rafter Aquades
DO meter
Microskop
Pipet tetes
Botol sampel
Buku identifikasi
Kamera
Alat tulis
Tali raffia
Saringan/ayakan
Paralon 2,5” sepanjang 30cm
Buku identifikasi bentos
pH meter

3.3 Metode kerja


Metode kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
3.3.1 Pengamatan Kualitas Air
Yang perlu di amati dalam kualitas air sebagai berikut :
3.3.1.1 Suhu
Suhu diamati dengan cara thermometer dicelupkan langsung
kedalam air dengan membelakangi sinar matahari sampai
batas skala baca dan membiarkan 2-5 menit sampai skala
suhu pada thermometer menunjukan angka yang stabil,
kemudian pembacaan skala thermometer harus dilakukan
tanpa mengangkat terlebih dahulu thermometer dari air.

3.3.1.2 Kecerahan
Kecerahan diukur menggunakan secchi disk dengan cara
lempengan secchi disk diikat dengan tali lalu di masukan
kedalam air, saat pola yang terdapat pada secchi disk tidak
terlihat lagi dalam air di kedalaman tertentu, maka didapat
hasil analisis tingkat ukuran kecerahan air.

3.3.1.3 Kedalaman
Kedalaman dapat diukur menggunakan secchi disk dengan
cara alat secchi disk ditancapkan didalam air, kemudian
dilihat kedalamannya melalui parameter ukuran yang ada di
secchi disk.

3.3.1.4 Arus
Kecepatan arus diukur pada 3 titik dengan 3 kali
pengulangan. Kecepatan arus dapat di ukur dengan
menggunakan botol bekas air mineral yang diikatkan pada
tali raffia. Caranya yaitu botol bekas diisi dengan air
secukupnya sebagai pemberat dan dihanyutkan di titik yang
sudah ditentukan lalu di diukur waktu tempuhnya. Dari data
jarak dan waktu dapat diukur kecepatan arus.
3.3.1.5 Do
Pengamatan kualitas air dapat pula dilakukan dengan cara
pengukuran Do atau oksigen terlarut. Cara pengamatan
dengan Do sangatlah mudah yaitu dengan mencelupkan pen
pada Do meter kedalam air, maka dengan otomatis nilai
oksigen terlarut akan terlihat pada monitor Do meter.

3.3.1.6 Salinitas
Refraktometer dapat digunakan untuk mengukur salinitas
dengan cara memanfaatkan cahaya matahari agar salinitas air
dapat diketahui karena prinsip kerja refraktor adalah
pembiasan cahaya. Sebelum di pakai, refraktometer
dibersihkan dengan tissue mengarah ke bawah, lalu pada
bagian prisma refraktometer ditetesi dengan tetes cairan,
kemudian tutup secara hati-hati refraktometer dengan
mengembalikan pelat ke posisi awal.

3.3.1.7 pH
Pengukuran pH meter dilakukan dengan menggunakan pH
paper. Caranya yaitu masukkan pH paper kedalam air sekitar
1 menit, lalu pH paper di kibas-kibaskan sampai setengah
kering, kemudian dicocokkan perubahan warna pH paper
dengan kotak standar Ph. Kemudian dapat pula dilakukan
pengukuran pH dengan pH meter yaitu dengan cara ambil
sampel air yang mau diukur kadar pH dan letakkan di dalam
wadah, nyalakan dengan menekan tombol on pada pH meter,
masukkan pH meter kedalam wadah yang berisi air yang
akan di uji, terakhir pada saat dicelupkan ke dalam air, skala
angka akan bergerak acak.

3.3.2 Pengambilan Sampel Plankton


Pengambilan sampel plankton dengan cara menentukan karakteristik
lokasi sampling yaitu di tiga titik dengan tiga kali pengulangan,
kemudian lakukan pengambilan sampel plankton dengan botol
secara horizontal/vertical dan diusahakan penarikan melawan arus
air dengan kecepatan 10cm/detik, lalu pengambilan sampel air
dilakukan hingga 10 liter, saring semua sampel plankton kedalam
plankton net, angkat plankton net dan untuk membersihkan jala
siram dengan aquades atau air mengalir agar plankton yang terjebak
di net dapat masuk kebotol sampel plankton net, pindahkan sampel
dari botol diplankton net ke botol sampel yang di siapkan, beri
pengawet, dan terakhir simpan di tempat sesuai suhu ruangan untuk
selanjutnya di analisis atau dilakukan pengamatan dilaboratorium.

3.3.3 Pengambilan Sampel Benthos


Pengambilan sampel benthos dengan cara menentukan titik dimana
terdapat tiga titik pengambilan sampel dengan tiga kali
pengulangan, mengambil sedimen dengan menggunakan ekman
grab/core sampel, letakkan sedimen yang didapat diatas ayakan,
kemudian sedimen tersebut dicuci dan diambil hewan-hewan yang
ada lalu di masukkan ke dalam plastic ziplock lalu diisi alcohol
atau formalin 4%, terakhir diberi label di setiap plastic ziplock dan
di bawa ke laboratorium.

3.3.4 Pengambilan Sampel Perifiton


Pengambilan sampel perifiton yaitu dengan ditentukannya titik
pengambilan sampel yaitu di tiga titik yang berbeda dengan tiga
kali pengulangan. Setelah sampel perifiton telah diambil,
selajutnya sampel disikat menggunakan sikat gigi lalu dimasukan
didalam botol sampel yang telah di beri label, setelah itu
dimasukkan formalin dan dimasukkan kedalam lemari pendingin
agar sampel tidak rusak. Setelah itu dilakukan pengamatan di
laboratorium.
3.3.5 Pengambilan Sampel Mangrove
Pengambilan sampel mangrove dilakukan dengan cara dibuat plot
ukuran 10x10 meter dengan menggunakan tali transek, di
sepanjang garis transek dimana untuk setiap stratify kasi/zona
dibuat 3 plot sebagai ulangan, jarak antara satu kelompok plot
dengan kelompok plot lainnya sekitar 10-50m, dalam setiap plot
10x10m dilakukan pengukuran diameter batang pohon mangrove
(diameter >4cm atau kelingking batang >16cm) dengan
menggunakan meteran pada variasi letak pengukuran, identifikasi
jenis, dan terakhir hitung jumlah tegakan pohon pada setiap plot
dan catat. Sampel mangrove seperti buah daun dan bunga di bawa
ke laboratorium dan dilakukan pengamatan.

3.4 Analisis Data


Analisis data yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagau berikut:
3.4.1 Ekosistem Mangrove
Analisis kerapatan mangrove dihitung setiap jenis sebagai
perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan luas plot penelitian,
dan dikonversi per satuan hektar dengan dikalikan 10.000. nilai basal
area (BA) dihitung dan digunakan sebagai acuan awal melakukan
perhitungan persentase tutup mangrove.
S individu jenis i
kerapatan ( K )= ×10.000
S plot ( luas semua kuadrat )
S BA jenis i
dominasi ( Di )=
plot
S jenis sampel
semua
Di
%tutupan= ×100 %
SD

3.4.2 Kelimpahan Fitoplakton


Sampel fitoplankton atau zooplankton yang telah diidentifikasi dan
dicacah jumlahnya menggunakan mikroskop kemudian diketahui
kelimpahannya (sel/L). Julah plankton dalam satuan volume ditentukan
dengan rumus:
Vt 1
N=n× ×
V cg V d
Keterangan:
N = kelimpahan plankton (sel/L)
n = jumlah plankton yang tercacah (sel)
Vt = volume sampel yang tersaring (mL)
Veg = volume gelas penutup (mL)
Vd = volume air yang disaring (L)

3.4.3 Kepadatan Bentos


Sampel bentos yang telah diidentifikasi dapat dihitung kepadatannya
per satuan luas. Dengan rumus kepadatan bentos:
Ni
K=
A
Keterangan:
K = kepadatan (Ind/m2)
Ni = jumlah total individu spesies ke-i (Individu)
A = luas bukaan alat (cm2)

3.4.4 Perhitungan Indeks


Kondisi kestaliban suatu komunitas dalam perairan dapat dilihat dari
beberapa indeks, seperti indeks keanekaragaman, keseragaman, dan
dominasi. Ketiga jenis indeks dihitung dan ditampilkan dalam hasil
untuk membuat kesimpulan. Berikut merupakan perhitungan ketiga
indeks tersebut:
3.4.4.1 Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman plankton:
s
H ' =−∑ pi∈ pi
i=1

Indekas keanekagaraman bentos:


s
H ;=−∑ pi log 2 pi
i=1

Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman jenis/spesies
pi = ni/N (proporsi jenis ke-i)
ni = jumlah individu genus/spesies kr-i
N = jumlah total individu

Kriteria indeks keanekaragaman plankton:


H’<2.3026 : keanekaragaman dan kestabilan rendah
2.3026<H’>6.9078 : keanekaragaman dan kestabilan sedang
H’>6.9078 :keanekaragaman dan kstabilan tinggi

Kriteria indekas keanekaragaman bentos:


H;<1 : keanekaragaman rendah, diduga perairan tercemar
1<H’>3 : keanekaragaman sedang, diduga perairan tercemar
ringan
H’>3 : keanekaragaman tinggi, diduga perairan belum
tercemar

3.4.4.2 Indeks keseragaman


Indeks keseragaman menunjukan berapa besar nilai kesamaan
jumlah individu antar jenis suatu komunitas. Indeks
keseragaman berkisar antara 0-1 dengan deskripsi kondisi
sebagai berikut:
E=0, keseragaman antara spesies rendah
E=1, keseragaman antara spesies merata

Indeks keseragaman plankton:


H' H'
E= =
¿ s 2,303 log s
Indeks keseragaman bentos:
H' H'
E= =
log 2 s 3,32 log s

Keterangan:
E : indeks keseragaman
s : jumlah genus/spesies
H’ : indeks keanekaragaman

3.4.4.3 Indeks Dominansi Simpson


Indeks dominasi simpson digunakan untuk melihat informasi
mengenai biota yang mendominasi suatu ekosistem.
Rumus perhitungan indeks dominasi:
s 2
ni
D=∑
i=1
[ ]
N
Keterangan:
D : indeks dominasi
ni : jumlah individu genus/spesies ke-i
N : jumlah total individu

Indeks dominasi simpson bernilai 0-1 dengan deskripsi:


D=0, tidak terdapat jenis yang mendominasi lainnya atau
komunitas dalam kondisi stabil
D=1, terdapat jenis yang mendominasi lainnya, komunitas
dalam kondisi labil akibat tekanan ekologis.

Anda mungkin juga menyukai