Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PENGARUH AIR LIMBAH LELE SEBAGAI SUMBER NUTRIEN


Daphnia sp.

BIDANG KEGIATAN
PKM-AI

Diusulkan oleh :

Vidya Ayu Seftiana 2014111020/ 2020

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Pengaruh Air Limbah Lele Sebagai Sumber Nutrien


Daphnia sp.
Tempat : Laboratorium Perikanan dan Kelautan Universitas
Lampung
Hari Tanggal : Minggu, 17 Oktober 2021 s.d 31 Oktober 2021
Bidang kegiatan : PKM-AI
Nama : Vidya Ayu Seftiana
NPM : 2014111020
Program Studi : Budidaya Perairan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Universitas : Universitas Lampung

Bandar Lampung, November 2021


Mengetahui

Asisten Dosen Mata Kuliah


PENGARUH AIR LIMBAH LELE SEBAGAI MEDIA KULTUR Daphnia
sp.
Vidya Ayu Seftiana
Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa,
Kota Bandar Lampung, Lampung 35141
Abstract
Kandungan bahan organik tinggi dalam air buangan budidaya ikan lele berpotensi
dimanfaatkan sebagai media dan sumber nutrien pada budidaya Daphnia sp.
Budidaya Daphnia sp. dapat dioptimalkan dengan menambah bahan organik
(pupuk) sebagai sumber nutrien yang dapat menumbuhkan fitoplankton sebagai
pakan Daphnia sp. dan dapat dimanfaatkan langsung oleh Daphnia sp. Dalam
melakukan praktikum ini terdapat metode yang harus dilakukan. Pertama disiapkan
ember volume 3 liter dan isi air kemudian ditambahkan air limbah lele. Setelah itu
dipasang lampu diatas ember untuk menjaga suhu tetap hangat dan diberi aerasi
pada ember hingga media teraduk sempurna. Diamkan selama 24 jam. Setelah 24
jam, dimasukan inokulan sebanyak 300 ind/l tiap aquarium. diamati dan hitung
kepadatan setiap hari hingga 14 hari / hingga fase kematian. Terakhir, catat pada
tabel sampling kepadatan Daphnia sp. .Pada perlakuan kotoran ayam 5gr/L, air
limbah budidaya 50% dan susu skim 5 gr/L mengalami fase log, stagnan, stasioner
dan kematian. Pada perlakuan pemberian kotoran ayam sebanyak 5gr/L
memberikan pertumbuhan biomass Daphnia sp. yang paling baik diantara
perlakuan lainnya. Perlakuan pemberian air lele 50% dan kotoran ayam 5 gr/L
memberikan hasil yang kurang baik dibandingkan dengan perlakuan pemberian
kotoran ayam.Dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan bahwa pemberian air limbah budidaya lele 50% kurang efektif untuk
budidaya Daphnia sp. dan pemberian kotoran ayam sebanyak 5gr/L pada media
budidaya Daphnia sp. memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan
pemberian air limbah budidaya lele 50% dan susu skim 5gr/L.
Kata kunci : Daphnia sp., air limbah budidaya, kotoran ayam, susu skim, biomass
PENDAHULUAN
Pakan merupakan faktor penting dalam pemeliharaan ikan. Pada dasarnya
pakan yang diberikan harus mudah dicerna dan memiliki nutrisi yang tinggi
(Maulidiyanti dkk., 2015). Makanan yang paling tepat adalah pemberian pakan
alami yakni dengan menggunakan zooplankton. Hal ini dikarenakan beberapa
zooplankton mengandung nilai gizi yang tidak kalah tinggi dengan pakan buatan
seperti kadar protein, lemak, dan seratnya. Menurut Susanto (2002) pertumbuhan
ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan dan jumlah pakan yang diberikan.
Jumlah pakan yang diberikan dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, baik
bobot maupun panjangnya.
Daphnia sp. merupakan salah satu jenis pakan alami yang dibudidayakan
untuk memenuhi kebutuhan pembenihan ikan air tawar. Daphnia sp. banyak
dikonsumsi oleh larva ikan karena memiliki sifat yang sesuai dengan larva. Selain
hal itu, alasan lain Daphnia sp. sering dijadikan sebagai pakan alami bagi larva
karena mengandung nutrisi yang tinggi, ukurannya sesuai dengan bukaan mulut
larva, serta dapat dibudidayakan dalam skala massal (Maulidiyanti dkk 2015).
Kandungan nutrisi Daphnia sp. antara lain protein sebanyak 4%, lemak 0,54%,
karbohidrat 0,67%, dan abu 0,15% (Haryati 2005).
Air buangan dari budidaya lele dapat berdampak pada menurunya kualitas
perairan di lingkungan sekitar lokasi budidaya, karena akumulasi bahan organik
dari sisa pakan maupun feses (Darmawan, 2010). Air buangan budidaya ikan lele
banyak memiliki kandungan N dan NH3 (amonia) sebagai hasil perombakan
protein dan asam amino dari sisa pakan dan feses (Septiani et al., 2014). Air
buangan ikan lele dari kolam pemeliharaan ikan lele kemungkinan dapat
mengganggu kehidupan ikan atau organisme akuatik lain di perairan umum, tetapi
juga dapat menyebabkan peningkatan kesuburan bagi fitoplankton atau tanaman
air.
Kandungan bahan organik tinggi dalam air buangan budidaya ikan lele
berpotensi dimanfaatkan sebagai media dan sumber nutrien pada budidaya Daphnia
sp. Budidaya Daphnia sp. dapat dioptimalkan dengan menambah bahan organik
(pupuk) sebagai sumber nutrien yang dapat menumbuhkan fitoplankton sebagai
pakan Daphnia sp. dan dapat dimanfaatkan langsung oleh Daphnia sp. (Wibisono
et al., 2017). Menurut Ebert (2005), makanan terbaik bagi Daphnia sp. adalah alga
hijau yaitu dari genus Scenedesmus atau Chlamydomonas. Oleh sebab itu, air
limbah buangan budidaya lele yang memiliki bahan organik tinggi dapat
dimanfaatkan sebagai media budidaya Daphnia sp (Akmal dkk, 2019).

TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah lele sebagai
sumber nutrien bagi Daphnia sp.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 17 Oktober 2021 s.d 31
Oktober 2021 WIB di Laboratorium Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang di pakai dalam praktikum ini adalah ember hitam, lampu led,
seperangkat aerasi, suntikan 1ml, gelas ukur volume 1000ml, cup ukur volume
10ml, dan cawan petri. Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan adalah air
1.500ml, air limbah lele 1.500ml dan inokulan Daphnia sp 300 individu.

Metode
Dalam melakukan praktikum ini terdapat metode yang harus dilakukan.
Pertama disiapkan ember volume 3liter dan isi air kemudian ditambahkan air
limbah lele. Setelah itu dipasang lampu diatas ember untuk menjaga suhu tetap
hangat dan diberi aerasi pada ember hingga media teraduk sempurna. Diamkan
selama 24 jam. Setelah 24 jam, dimasukan inokulan sebanyak 300 ind/l tiap
aquarium. diamati dan hitung kepadatan setiap hari hingga 14 hari / hingga fase
kematian. Terakhir, catat pada tabel sampling kepadatan Daphnia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada (Tabel 1) menunjukkan pertumbuhan populasi hasil praktikum pemberian
limbah air lele sebagai pupuk media Daphnia sp. yang diberikan dosis 50% dari
media dengan pengamatan selama 14 hari.
Tabel 1. Pertumbuhan Kepadatan Biomass Daphnia sp.
Hari ke Sampling hari ke- Jumlah kepadatan biomass (Ind/L)
1 2 3
1 2 2 1 560
2 6 6 4 1600
3 14 12 15 4100
4 15 18 18 5100
5 4 2 2 800
6 0 0 0 0
7 0 0 0 0
8 0 0 0 0
9 0 0 0 0
10 0 0 0 0
11 0 0 0 0
12 0 0 0 0
13 0 0 0 0
14 0 0 0 0

GRAFIK PERTUMBUHAN KEPADATAN BIOMASS Daphnia sp.


5200
4800
KEPADATAN BIOMASS (IND/L)

4400
4000
3600
3200
2800
2400
2000
1600
1200
800
400
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
PENGAMATAN HARI KE-

Gambar 1. Pertumbuhan Kepadatan Biomass Daphnia sp.


RERATA PERTUMBUHAN KEPADATAN BIOMASSA
Daphnia sp.
RERATA BIOMASSA HARIAN (IND/3L)

3600
3400
3200
3000
2800
2600
2400
2200 perlakuan
2000
1800 kotoran ayam
1600
1400
1200 air limbah
1000 budidaya
800 susu skim
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
HARI KE-

Gambar 2. Rerata Pertumbuhan Kepadatan Biomass Daphnia sp.

Pada Gambar 1 pertumbuhan populasi Daphnia sp. Dengan perlakuan


pemberian limbah air lele 50% dari air mengalami peningkatan sejak hari pertama
hingga pada puncaknya yaitu hari ke-4. Pada hari ke-5 Daphnia sp. mengalami
penurunan pertumbuhan secara signifikankemudian pada hari ke-6 mengalami
kematian. Pada awal penebaran (hari pertama) Daphnia sp. mengalami fase lag atau
adaptasi untuk berkembang biak dengan biomassa 560 Ind/L, kemudian pada hari
keempat mengalami fase stasioner atau puncak pertumbuhan dimana biomassa
Daphnia sp. sebanyak 5100 Ind/L, hingga masuk ke fase kematian yaitu hari
keenam dengan biomassa 0 Ind/L.
Hal ini seperti dijelaskan oleh Darmawan (2014), dijelaskan bahwa pada
awal penebaran, induk Daphnia sp. berada pada tahap adaptasi terhadap media
budidaya dan kemudian bersiap untuk memperbanyak diri. Tahap inilah yang
dikenal sebagai fase lag. Memasuki fase stasioner, laju pertumbuhan populasi
Daphnia sp. mulai mengalami penurunan akibat ketersediaan pakan yang terdapat
dalam media budidaya tidak mampu mencukupi kebutuhan sejumlah Daphnia sp.
yang terdapat dalam wadah budidaya untuk dapat tumbuh secara optimal.
Gambar 2 sebagai pembanding dari Gambar 1 yaitu grafik rerata
pertumbuhan biomass Daphnia sp. dengan tiga perlakuan yang berbeda yaitu
perlakuan pemberian kotoran ayam, air limbah budidaya lele, dan susu skim.
Pada perlakuan pemberian kotoran ayam sebanyak 5gr/L memberikan pertumbuhan
biomass Daphnia sp. yang paling baik diantara perlakuan lainnya. Pada perlakuan
ini Daphnia sp. mengalami fase stagnan di hari 1-2, kemudian mengalami puncak
pertumbuhan atau fase stasioner pada hari ke-11 dan sampai pada pengamatan hari
ke-14 Daphnia sp. masih tetap hidup meskipun pertumbuhan menurun dan terjadi
kematian. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Zahidah dkk (2012)yang
menyatakan bahwa laju pertumbuhan populasi yang baik ada pada perlakuan
kotoran asam.
Perlakuan pemberian air lele 50% memberikan hasil yang kurang baik
dibandingkan dengan perlakuan pemberian kotoran ayam. Dapat dilihat dari
Gambar 2 bahwa rerata pertumbuhan biomass Daphnia sp. yang diberikan air
limbah lele mengalami fase stagnan di hari pertama, kemudian pada hari ke-2
meningkat dan pada hari ke 3 dan seterusnya mengalami fase kematian hingga
bioamass Daphnia sp. 0 Ind/L. Penurunan pertumbuhan seiring berjalannya waktu.
Pemberian air limbah lele sebagai pupuk untuk Daphnia sp. bukan perlakuan yang
terbaik (Dermawan, 2014). Hal ini juga terjadi pada perlakuan pemberian susu skim
sebanyak 5gr/L terhadap media pemeliharan memberikan hasil pertumbuhan
biomass Daphnia sp. yang menurun seiring berjalannya waktu.
Pertumbuhan dan kematian Daphnia sp. disebabkan oleh beberapa faktor,
Kematian yang dialami oleh Daphnia sp. disebabkan oleh persaingan konsumsi
nutrient antara individu yang banyak. Hal ini seperti dinyatakan oleh Firdaus
(2004), bahwa penyebab terjadinya penurunan populasi Daphnia sp disebabkan
karena semakin berkurangnya bahan organik terlarut. Sarida (2007), menerangkan
bahwa apabila kepadatan Daphnia sp. terlalu tinggi maka aktivitas metabolisme
akan meningkat, kandungan amoniak juga akan meningkat, sehingga kebutuhan
akan oksigen juga akan meningkat. Menurut Sitanggang dan Sarwono (2002), pada
kompetisi tersebut beberapa Daphnia sp. yang mampu beradaptasi akan tetap
bertahan hidup, sedangkan yang lemah akan mengalami kematian.
Nutrient dan fitoplankton dihasilkan dari pupuk yang diberikan. Kotoran
ayam memiliki kandungan unsur hara yang paling tinggi dibandingkan kotoran
kandang lainnya kotoran ayam memiliki kadar Nitrogen (N) sebesar 4%, Phospor
(P) sebesar 3,2%, Kalium (K) 1,9% dan bahan organik sebanyak 74% (Kadarwan,
1947). Air buangan budidaya ikan lele banyak memiliki kandungan N dan NH3
(amoniak) sebagai hasil perombakan protein dan asam amino dari sisa pakan dan
feses (Septiani et al., 2014).

FAKTOR KEGAGALAN
Dalam praktikum ini terjadi kegagalan individu yaitu perlakuan pemberian
50% air limbah budidaya lele, dimana sudah mengalami kematian pada hari ke-6
kultur sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan adalah 14 hari. Selain
itu dalam praktikum ini mengalami kendala alat yaitu wadah dan alat sampling.

KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa pemberian air limbah budidaya lele 50% kurang efektif untuk budidaya
Daphnia sp. dan pemberian kotoran ayam sebanyak 5gr/L pada media budidaya
Daphnia sp. memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan pemberian
air limbah budidaya lele 50% dan susu skim 5gr/L.

DAFTAR PUSTAKA
Akmal Y, Muliari, Humairani R, Zulfahmi I, Maulina. 2019. Pemanfaatan Air
Buangan Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) Sebagai Media Budidaya
Daphnia sp. Jurnal Biosains dan Edukasi. Aceh. Vol. 1

Darmawan J,. 2014. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. Pada Media Budidaya
dengan penambahan Air Buangan Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus burchell, 1822) [Population Growth of Daphnia sp. in A Culture
Media With Waste Water of African Catfish (Clarias gariepinus) Intensif
Culture]. Berita Biologi. Subang. Vol. 13, No. 1.

Ebert D, 2005. Ecology, Epidemiology, and Evolution of Parasitism in Daphnia,


98.National Library of Medicine (US)-National Center for Biotechnology
Information, Bethesda

Firdaus, M. 2004. Pengaruh Beberapa Cara Budidaya Terhadap Pertumbuhan


Populasi Daphnia Sp.. Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 47 hlm.

Haryati. 2005. Pengaruh Penggantian Artemia Salina dengan Daphnia sp. Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Gurami (Osphronemus
gouramy L.). Tesis , IPB.

Kadarwan. 1974. Studi Kultur Daphnia sp. di Laboratorium dengan Menggunakan


Beberapa Jenis Pupuk Kandang. Tesis. Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor

Maulidiyanti, Limin S., dan Siti H. (2015). Pengaruh Pemberian Pakan Alami
Daphnia sp. yang Diperkaya dengan Tepung Spirulina terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Komet (Carassius
auratus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, Volume
IV No 1 ISSN: 2302-3600.

Sarida M. 2007. Pengaruh konsentrasi ragi yang berbeda terhadap pertumbuhan


populasi Daphnia sp, 269-272.Makalah dalam Seminar Hasil Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.

Septiani, N, H. W. Maharani, Supono. (2014). Pemanfaatan Bioflok Dari Limbah


Budidaya Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Sebagai Pakan Nila
(Oreochromis niloticus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan, 2(2): 267-272.

Sitanggang M dan B Sarwono. 2002. Budidaya Gurame, 72. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Susanto, H. (2002). Budidaya Ikan di Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wibisono M A, Hastuti S, Herawati V E. 2017. Produksi Daphnia sp. yang


Dibudidayakan dengan Kombinasi Ampas Tahu Dan Berbagai Kotoran
Hewan dalam Pupuk Berbasis Roti Afkir yang Difermentasi. Journal of
Aquaculture Management and Technology. Semarang .Vol. 6, No. 2, Hal.
31-40.

Zahidah, 2012. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. Yang Diberi Pupuk Limbah
Budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata Yang Telah
Difermentasi EM4. Jurnal Akuatika. III(1): 84-94.

Anda mungkin juga menyukai