Anda di halaman 1dari 9

Laporan praktikum ke -3 Hari/Tanggal: Kamis/ 1 Maret 2018

m.k Teknik Produksi Pakan Alami Kelompok : 4 (Empat)


Dosen : Andri Hendriana SPi, MSi
Asisten : Dian Surya Pratiwi Amd
Alstonya Gita Amd

Budidaya Daphnia sp

Ditulis oleh :
Virda Ratna Yuniar J3H216135

PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN
PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kultur Daphnia sp telah banyak dilakukan dengan cara konvensional,
yaitu dengan menggunakan induk Daphnia sp. dari alam atau hasil kultur
sebelumnya. Metode ini masih banyak digunakan sampai sekarang untuk
memenuhi kebutuhan terhadap Daphnia sp. (Darmanto dkk, 2000). Kultur
Daphnia sp. dengan memanfaatkan starter dari alam dan hasil dari kultur
sebelumnya memiliki kemungkinan terkontaminasi jenis zooplankton lain seperti
Moina sp. dan Infusoria sp. Hal ini menyebabkan kultur Daphnia sp. Menjadi
tidak murni dan sulit untuk mencapai puncak populasi. Kebutuhan starter murni
dalam kultur Daphnia sp. dapat terpenuhi dengan memanfaatkan ephipia
(www.Ofish.com, 2007). Selain sebagai starter, ephipia juga dapat dimanfaatkan
sebagai cadangan ketersediaan Daphnia sp. Apabila hasil kultur Daphnia sp.
secara konvensional mulai menurun.
Daphnia sp. merupakan salah satu invertebrata yang berperan penting
dalam rantai makanan di perairan tawar sebagai konsumen pertama (Soetopo,
et al. 2007). Kebiasaan makan Daphnia sp. bersifat filter feeder yakni menyaring
makanan yang sesuai bukaan mulutnya, berupa bakteri, fitoplankton, dan bahan
organik tersuspensi lainnya (Mokoginta, 2003). Sebagai pakan, Daphnia sp.
memiliki keunggulan antara lain sesuai bukaan mulut larva ikan, mudah dicerna
oleh ikan karena mengandung enzim pencernaan (Haryati, 2005). Kandungan
gizi Daphnia sp. antara lain kadar air 95%, protein 4%, lemak 0,54%,
karbohidrat Kebutuhan Daphnia sp. sebagai pakan alami didapat dari hasil
tangkapan di alam yang ketersediaannya fluktuatif, sehingga perlu dilakukan
budidaya. Budidaya Daphnia sp. dapat dioptimalkan dengan menambah bahan
organik (pupuk) sebagai sumber nutrien yang dapat menumbuhkan fitoplankton
sebagai pakan Daphnia sp. dan dapat dimanfaatkan langsung oleh Daphnia sp.
(Wibowo, 2014).

2.1 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik budidaya dan media terbaik
untuk budidaya Daphnia sp dalam kegiatan akuakultur.
3.1
II. METODELOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum budidaya daphnia dilaksanakan pada hari kamis 17 Mei 2018 di
Kampus Diploma Institut Pertanian Bogor PSDKU Sukabumi
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum budidaya daphnia diantaranya
galom (19 liter), gelas ukur, ember, aerasi. Bahan yang digunakan diantaranya
bibit daphnia, air, ragi.
2.3 Prosedur Kerja

2.3.1 Perlakuan 1
Disiapkan terlebih dahulu air kolam sebanyak.., setelah itu dibersihkan
galon yang akan digunakan sebagai wadah kultur, dimasukan air kolam
sebanyak… setelah itu dimasukan Daphnia keadalam galon yang sudah
disediakan
2.3.2 Perlakuan 2 ( Autotrophic System )
Dimasukan kultur Chlorella yang telah siap dipanen sebnyak 5 liter ke dalam
galon, kemudian dimasukan bibit daphnia ke dalam media tersebut, ditambahkan
kultur Chlorella setiap hari hingga media berwarna hijau muda. Setelah itu
daphnia di pelihara selama tujuh hari dan diamati pertumbuhannya dengan
menghitubf kepadatan setiap hari.
2.3.3 Perlakuan 3 ( Ragi)
Disiapkan terlebih dahulu galon yang akan digunakan dan dimasukan air
sebanyak 15 liter, kemudian dimasukan bibit Daphnia sp ke media, dan disiapkan
larutan ragi dengan mencampurkan ragi bersama air dengan menggunakan gelas
ukur dengan konsentrasi 20 ppm diaduk hingga larut, larutan ragi tersebut
dituangkan kedalam galon, setelah itu ditambahkan ragi sebanyak 10 ppm setiap
lima hari sekali. Daphnia dipelihara selama tujuh hari dan amati pertumbuhan
dengan menghitung kepadatan setiap hari,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Berikut adalah hasil kultur Daphnia sp dengan media perlakuan yang berbeda
Tabel 1. Data kultur Daphnia sp dari berbeda perlakuan
∑ rata-rata Daphnia sp (ekor/L)
Hari ke-
Kelompok Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
1 Chlorella 18 21 55 66 68 80 72
2 Chlorella 20 24 48 70 72 77 69
3 Ragi 27 15 13 10 7 5 2
4 Ragi 24 20 15 11 9 7 6
5 Air Kolam 21 34 31 126 234 600 2455
6 Air Kolam 23 29 34 115 252 636 2654

Gambar 1. Garfik rata-rata Daphnia sp

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat kultur daphnia sp yang paling cepat
pertumbuhannya yaitu pada perlakuan air kolam pada kelompok 5 dan 6 , untuk
kelompok 5 rata-rata Daphnia sp (ekor/L) pada hari ke satu menghasilkan 21
ekor, hari ke dua 34 ekor, hari ke tiga 31 ekor, hari ke empat 126 ekor , hari ke
lima 234 ekor , hari ke enam 600 ekor , hari ke tujuh 2655ekor dan pada
kelompok 6 menghasilkan rata-rata Daphnia dengan jumlah pada hari ke satu
menghasilkan 23 ekor, hari ke dua 29 ekor, hari ke tiga 34 ekor, hari ke empat 115
ekor , hari ke lima 252ekor , hari ke enam 636 ekor , hari ke tujuh 2654 ekor.
Sedangkan untuk Daphnia yang pertumbuhannya kurang yaitu pada perlakuan
ragi, kelompok 3 menghasilkan Daphnia dengan pertumbuhan yang kurang,
dengan jumlah rata-rata daphnia pada hari ke satu menghasilkan 27 ekor, hari ke
dua 15, hari ke tiga 13 ekor, hari ke empat 10 ekor, hari ke lima 7 ekor, hari ke
enam 5 ekor, hari ke tujuh 2 ekor. Dapat dilihat pada tabel dengan perlakuan
media yang sama akan tetapi mendapatkan hasil yang berbeda-beda.

3.2 Pembahasan
Dari hasil kultur Daphnia sp dari setiap media berbeda-beda. Pada kelompok
1 mendapatkan rata-rata daphnia pada hari ke satu menghasilkan, 18 ekor, hari ke
dua 21 ekor, hari ke tiga 55 ekor, hari ke empat 66 ekor, hari ke lima 68 ekor, hari
ke enam 80 ekor, hari ke tujuh 72 ekor. Pada kelompok 2 mendapatkan rata-rata
daphnia pada hari ke satu menghasilkan, 20 ekor, hari ke dua 24 ekor, hari ke tiga
48 ekor, hari ke empat 70 ekor, hari ke lima 72 ekor, hari ke enam 77 ekor, hari ke
tujuh 69 ekor. Pada kelompok 3 mendapatkan rata-rata daphnia pada hari ke satu
menghasilkan, 27 ekor, hari ke dua 151 ekor, hari ke tiga 13 ekor, hari ke empat
10 ekor, hari ke lima 7 ekor, hari ke enam 5 ekor, hari ke tujuh 2ekor. Pada
kelompo k4 mendapatkan rata-rata daphnia pada hari ke satu menghasilkan, 24
ekor, hari ke dua 20ekor, hari ke tiga 15 ekor, hari ke empat 11ekor, hari ke lima 9
ekor, hari ke enam 7 ekor, hari ke tujuh 6 ekor. Pada kelompok 5 mendapatkan
rata-rata daphnia pada hari ke satu menghasilkan, 21 ekor, hari ke dua 34 ekor,
hari ke tiga 31 ekor, hari ke empat 126 ekor, hari ke lima 234 ekor, hari ke enam
600 ekor, hari ke tujuh 2455 ekor. Pada kelompok 6 mendapatkan rata-rata
daphnia pada hari ke satu menghasilkan, 23 ekor, hari ke dua 29 ekor, hari ke tiga
34 ekor, hari ke empat 115 ekor, hari ke lima 252 ekor, hari ke enam 636 ekor,
hari ke tujuh 2654 ekor.
Pola pertumbuhan populasi Daphnia sp. pada media yang berbeda akan
terlihat sebagai penamba-han jumlah individu Daphnia sp. terhadap waktu
pemeliharaan yang menginterprestasikan tahapan dari siklus pertumbuhannya.
Daphnia sp. yang dibudidayakan pada perlakuan media yang berbeda memiliki
pola pertumbuhan populasi yang sama dan menyerupai kurva sigmoid dan terdiri
atas fase lag,fase log (eksponensial), fase stasionerdan fase ke-matian. Pada awal
penebaran, induk Daphnia sp, berada pada tahap adaptasi terhadap media
budidaya dan kemudian bersiap untuk memperbanyak diri. Tahap inilah yang
dikenal sebagai fase lag. Menurut Purwantini (2009), peningkatan pertumbuhan
populasi Daphnia sp. terjadi karena pada saat sebelum mencapai puncak,
konsentrasi pakan yang terdapat dalam media lebih banyak dari kebutuhan
maintenance (jumlah pakan yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan) dari
Daphnia sp. Kelebihan energi inilah yang kemudian dimanfaatkan Daphnia sp.
untuk tumbuh dan berkembangbiak. Darmanto et. Al (2000), menerangkan bahwa
Daphnia sp. mulai berkembang biak pada umur lima hari dan selanjutnya akan
bereproduksi setiap selang waktu satu setengah hari. Menurut Noerdjito (2004),
pola pertumbuhan Daphnia sp. ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kondisi fisik perairan, jenis pakan,dan konsentrasi pakan. Ketika ketiga faktor
tersebut men-dukung, maka laju pertumbuhan Daphnia sp. akan berlangsung
lebih cepat dan menghasilkan puncak populasi yang lebih banyak.
Dari hasil praktikum pada media ragi jumlah individu yang dihasilkan paling
sedikit dibandingkan media yang lain, hal diduga akiba tingginya bahan beracun
di dalam media budidaya sejalan dengan bertambahnya jumlah populasi, seperti
misalnya sisa pakan (secara kasat mata terlihat seperti lendir) yang banyak
menempel di dinding wadah dan hal ini terjadi karena kandungan nutrisi yang
terkandung dalam media kultur kurang memenuhi kebutuhan untuk melakukan
reproduksi, sehingga jumlah yang didapatkan lebih sedikit dibandingkan dengan
perlakuan yang lainnya. Konversi pakan Daphnia sp yang menggunakan pakan ragi
pada konsentrasi0,3 gram ragi dan ditambhakan ragi kembali dihari ke lima dengan
jumlah 0,15 gram hal ini dimungkinkan karena pada konsentrasi yang rendah, pakan
yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan Daphnia sp. Kandungan nutrisi dalam
media kultur berpengaruh dalam ketersediaan jumlah pakan yang dibutuhkan
dalam bereproduksi. Zahidah (2012), dalam penelitianya menyatakan bahwa
kondisi pakan yang cukup maka Daphnia sp, muda akan tumbuh dan berganti
kulit hingga menjadi individu dewasa dan bereproduksi secara parthenogenesis,
sehingga terjadi penambahan individu menjadi beberapa kali lipat. Menurut
Gunawanti (2000), Kandungan nutrisi dalam media kultur yang kurang terpenuhi
dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi makanan antar individu. Pernyataan
tersebut didukung oleh Casmuji (2002), Menyatakan bahwa tingkat pemanfaatan
pakan yang dikonsumsi oleh Daphniasp. dapat mempengaruhi kelimpahan dan
pertumbuhanya. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Sulasingkin
(2003), bahwa kelimpahan jumlah Daphnia sp.dipengaruhi oleh ketersediaan
pakan yang sesuai dengan jumlah individu yang berada pada wadah budidaya dan
didukung dengan kondisi lingkungan yang baik. Fase kematian terjadi karena
adanya penurunan nutrisi dalam media kultur. Berkurangnya nutrisi dalam media
menyebabkan kematian pada daphnia yang tidak mendapatkan makanan.
Kenyataan ini ditandai dengan penurunan jumlah individupada hari ke-8 yang
sangat cepat. Hasil penelitian ini sesuai dengan Mubarak (2009), bahwa dalam
penelitianya pencapaian puncak populasi terjadi selama 6 hari. Lama puncak
populasi hanya terjadi 1 hari dan pada hari ke-8 jumlah populasinya menurun.

Memasuki fase stasioner, laju pertumbuhan populasi Daphnia sp. mulai


mengalami penurunan akibat ketersediaan pakan yang terdapat dalam media
budidaya tidak mampu mencukupi kebutuhan sejumlah Daphnia sp. yang terdapat
da-lam wadah budidaya untuk dapat tumbuh secara optimal. Selanjutnya fase
terakhir adalah fase kematian yang ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah
populasi Daphnia sp. secara drastis dalam waktu singkat yang menggambarkan
adanya kematian masal Daphnia sp. dalam media budidaya. Kematian ini terjadi
sebagai dampak tingginya densitas Daphnia sp. pada media budidaya yang
mengakibatkan terjadinya persaingan untuk terus bertahan hidup. Pada fase ini,
jumlah fitoplankton dan material organik sebagai pakan yang tersedia pada media
terlalu sedi kit dan tidak mencukupi kebutuhan dari populasi Daphnia sp. yang
sangat melimpah sehingga menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan terjadi
kompetisi dalam memperoleh makanan. Selain itu, kepadatan Daphnia sp. yang
melebihi kapasitas media budidaya akan berdampak pada keterbatasan ruang
gerak dan kompetisi dalam mengkonsumsi oksigen. Sarida (2007), menerangkan
bahwa apabila kepadatan Daphnia sp. terlalu tinggi maka aktivitas metabolisme
akan meningkat, kandungan amoniak juga akan meningkat, sehingga kebutuhan
akan oksigen juga akan meningkat. Menurut Sitanggang dan Sarwono
(2002) ,pada kompetisi tersebut beberapa Daphnia sp yang mampu beradaptasi
akan tetap bertahan hidup, sedangkan yang lemah akan mengalami kematian.
IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulka bahwa perlakuan dengan ragi dengan
konsentrasi0,3 gram ragi dan ditambhakan ragi kembali dihari ke lima dengan
jumlah 0,15 gram tidak mneghasilkan pertumbuhan Daphnia sp dengan baik dan
untuk menghasilkan pertumbuhan Daphnia memerlukan nutrisi yang cukup baik
sehingga akan menghasilkan pertumbuhan Daphnia yang melimpah

4.2 Saran
Dalam praktikum kali ini bibit Daphnia sebaiknya lebih banyak lagi sehingga
dalam pembagian setiap kelompoknya pun terbagi rata dan pemeliharaan
Daphnianya pun lebih lama lagi sehingga dapat melihat pertumbuhan lebih baik
terutama pada perlakuan ragi agar mendapatkan hasil yang lebih optimal
5.2
DAFTAR PUSTAKA
.
Darmanto, D Satyani, A Putra, Chumaidi dan M Rochjat. 2000. Budidaya Pakan
Alami untuk Benih Ikan Air Tawar, 21. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian, Jakarta.
Darmanto, dkk. 2000. Budidaya Pakan Alami Untuk Benih Ikan Air Tawar.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Instalasi Penelitian
Dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta.
Gunawanti, C. 2000. Pengaruh Konsentrasi Kotoran Puyuh Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Populasi dan Biomassa DaphniaSp. [Skripsi].
Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 52 hlm
Haryati. 2005. Pengaruh Penggantian Artemia Salina dengan Daphnia sp.
terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Gurami
(Osphronemus gouramy L.). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Mokoginta, I. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Modul Daphnia sp.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional. Bidang Budidaya Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan
Air Tawar.
Mubarak, A.S 2009. Pemberian dolomit pada kultur Daphnia sp. sistem daily
feeding pada populasi daphnia sp. dan kestabilan kualitas air. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(1): 67-72.
Purwantini S. 2009. Pertumbuhan dan sintasan benih ikan bawal air tawar
( Colossoma macropomum) pada tingkat pemberian pakan (feeding
rate) yang berbeda, 68. Skripsi. Fakultas Pertanian – Universitas
Lampung, Bandar Lampung
Sarida M. 2007. Pengaruh konsentrasi ragi yang berbeda terhadap pertumbuhan
populasi Daphnia sp, 269-272. Makalah dalam Seminar Hasil
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Sulasingkin,D. 2003. Pengaruh Konsentrasi Ragi yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 41 hlm.
Zahidah, 2012. Pertumbuhan Populasi Daphnia Sp. Yang Diberi Pupuk Limbah
Budidaya Karamba Jaraing Apung (KJA) Di Waduk Cirata Yang
Telah Difermentasi EM4. Jurnal Akuatika. III(1): 84-94.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai