Anda di halaman 1dari 10

Laporan Hari/Tanggal : Kamis/ 17 Mei 2018

m.k PPKN / Bela Negara Kelompok : 2 (Dua)

PARADIGMA PANCASILA DALAM PENGEMBANGAN


PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA DAN PEMBAHARUAN
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Ditulis oleh :
Nanda Elincha Febrianti J3H216101

PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN
PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu
pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah
tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu
paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa
yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang harus
dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan
aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan
yang harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut. Dengan
suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan
dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan
ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan
tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka,
acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan
demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan
segala hal dalam kehidupan manusia.
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga
rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan
keamanan adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan
pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (sishankamrata). Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh
warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara
dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan
pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan
sendiri.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai
acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem
nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka
arah/tujuan bagi yang menyandangnya. Yang menyandangnya itu di antaranya:
pengembangan ilmu pengetahuan,  pengembangan hukum, supremasi hukum dalam
perspektif pengembangan HAM, pengembangan sosial politik, pengembangan
ekonomi, pengembangan kebudayaan bangsa, pembangunan pertahanan, dan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia sebagai titik tolak memahami asal mula Pancasila.
Asal mula Pancasila secara materiil merupakan bagian tak terpisahkan dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yaitu berupa nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila. Secara formal merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah
pergerakan nasional yang berpuncak pada proklamasi kemerdekaan, yaitu berupa
proses perumusan dan pengesahannya sebagai dasar filsafat NKRI.
Secara materiil, nilai-nilai Pancasila bermula dari tradisi hidup-berdampingan
(antar yang berbeda agama), toleransi umat beragama, persamaan haluan politik yang
anti-penjajahan untuk mencita-citakan kemerdekaan, gerakan nasionalisme, dan
sebagainya. Yang kesemuanya telah hidup dalam adat, kebiasaan, kebudayaan, dan
agama-agama bangsa Indonesia. Secara formal, perumusan Pancasila disiapkan oleh
BPUPKI (29 Mei s.d. 1 Juni 1945) dan disahkan oleh PPKI (18 Agustus 1945). Asal
mula Pancasila sebagai dasar filsafat negara dibedakan kedalam:
1.      Causa materialis, yaitu berasal dari dan terdapat dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan.
2.      Causa formalis dan finalis, yaitu terdapat dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia sekitar proklamasi kemerdekaan
3.      Causa efisien, yaitu terdapat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan.
II ISI

Pembahasan

Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan


jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-
hal yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang
dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan
didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah diciptakan atau diperoleh dari
penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang menjadi tolak ukur
kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu sila Pancasila
Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai
tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara indonesia guna melaksanakan
pembangunan nasional, reformasi, dan pendidikan pada khususnya.
Memasuki era globalisasi, fenomena yang berkembang adalah pergeseran dan
perubahan dalam segala aspek kehidupan. Sebuah bangsa tidak akan lagi dapat
mempertahankan kedaulatannya dalam arti luas. Jangankan budaya, ekonomi, politik,
ideologipun tidak steril dari kepentingan dan pengaruh global. Pada awal dekade ’90
semakin marak berbagai ramalan dari hasil kajian strategi terhadap kemungkinan
runtuh dan pecahnya suatu negara bangsa. Suatu negara bangsa yang heterogen
mengandung potensi kerawanan SARA dan latar belakang sosial, akan runtuh dan
pecah menjadi beberapa negara. Ramalan tersebut di satu sisi terbukti kebenarannya
antara lain Uni Soviet, Yogoslavia dan Czekoslovakia yang telah hilang dari peta
politik dunia. Namun di sisi lain menggugah jiwa, semangat, tekat dan komitmen
berbagai negara bangsa untuk dapat menjamin dan memelihara persatuan dan
kesatuan dalam rangka mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup negara
bangsa tersebut. Bangsa Indonesia menegara sebagai negara nasional, juga
merupakan negara bangsa yang heterogen mengandung rawan SARA. Oleh karena itu
tidak ada pilihan lain bagi bangsa Indonesia, agar mau dan mampu meningkatkan
jiwa, semangat, tekat dan komitmen terhadap wujud persatuan dan kesatuan dalam
kebhinnekaan demi tetap tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Saat ini bangsa Indonesia telah memasuki era globalisasi dan millenium ketiga yang
sangat keras hukum dan logikanya. Dalam proses awal itu bukan hanya telah terjadi
pergeseran, bahkan juga telah terjadi perubahan dan peralihan momentum Reformasi
nasional dilaksanakan guna mengatasi krisis multidimensi melalui Propenas (Program
Pembangunan Nasional) yang berkesinambungan guna dapat bangkit kembali
memperkukuh kepercayaan diri atas kemampuannya untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional, dimana dalam melaksanakan Propenas tersebut ditegaskan bahwa
Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landaan konstitusional.
Dalam konteks pemahaman tentang Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD
1945 sebagai landasan konstitusional, untuk kita posisikan kembali dalam paradigma
pembangunan nasional. Paradigmatik terhadap pemahaman dan pencerahan nilai-nilai
luhur Pembukaan UUD 1945 yang menjadi satu kesatuan secara integral-integratif
dengan Pancasila sebagai dasar negara, harus dapat dijadikan landasan konseptual
mendasar pada setiap aspek kehidupan dan bidang pembangunan.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi
tegaknya hak-hak warga Negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan
Negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga Negara maupun dalam rangka
melindungi hak-hak warga negaranya. Oleh karena itu Negara bertujuan melindungi
segenap wilayah dan bangsanya. Atas dasar pengertian demikian ini maka keamanan
merupakan syarat mutlak tercapainya kesejahteraan warga Negara. Adapun demi
tegaknya integritas seluruh masyarakat Negara diperlukan suatu pertahanan Negara
dan aparat penegak hukum Negara.
Oleh karena itu pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan Negara
harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok Negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis
moralitas pertahanan dan keamanan Negara. Dengan demikian pertahanan dan
keamanan Negara  harus berdasarkan pada tujuan demi terjaminnya harkat dan
martabat manusia, terutama secara rinci terjaminnya hak asasi manusia. Pertahanan
dan keamanan bukanlah untuk kekuasaan sebab demikian sudah dapat dipastikan
akan melanggar hak asasi manusia.
Oleh karena itu pertahanan dan keamanan Negara harus dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pertahanan dan keamanan
Negara harus berdasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia
sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa (Sila Indonesia dan II). Pertahanan dan
keamanan Negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga
sebagai warga Negara (Sila III). Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin
hak-hak dasar persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila IV). Dan
akhirnya pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukkan demi terwujudnya
keadilan dalam hidup masyarakat (terwujudnya suatu nilai keadilan social) agar
benar-benar Negara meletakannya pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu Negara
hukum dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan atas kekuasaan.
Produk hukum baik materi maupun penegakkannya semakin jauh dari nilai-nilai
kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan. Pancasila merupakan cita-cita hukum,
kerangka berfikir, sumber nilai dan sumber arah penyusunan dan perubahan hukum
positif di Indonesia, sehi Indonesia, sehinggga fungsi pancasila sebagai paradigma
hukum atau berbagai pembaharuan hukum di Indonesia. Produk hukum dapat
berubah dan diubah sesuai perkembangan zaman, perkembangan iptek dan
perkembangan aspirasi rakyat, namun sumber nilai (nilai – nilai Pancasila) harus
tetap tidak beru harus tetap tidak berubah. Pancasila sebagai paradigm pembaharuan
hukum merupakan sumber norma dan sumber nilai, bersifat dinamik nyata ada dalam
masyarakat, baik menyangkut aspirasinya, kemajuan peradabannya maupun
kemajuan ipteknya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, didalam konsideransinya yang dimaksud HAM ialah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Lebih lanjut UU tersebut menegaskan,
demi tegaknya hak asasi manusia, maka semua bentuk pelanggaran HAM yang dapat
diilakukan oleh perorangan, kelompok yang termasuk penguasa Negara dan aparat
Negara baik yang disengaja maupun tidak sengaja harus dihindari.
Salah satu tujuan bernegara adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung
jawab tidak hanya terletak pada penyelenggara negara semata, akan tetapi juga rakyat
Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut sistem pertahanan dan keamanan
adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem partahanan dan
keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(sishankamrata).
Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan
dan keamanan negara. Maka dari itu pertahanan dan keamanan negara harus
mendasarkan pada tujuan demi terjaminya harkat dan martabat manusia, terutama
secara rinci terjaminya hak-hak asasi manusia. Dengan adanya tujuan tersebut maka
pertahanan keamanan negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, guna mencapai tujuan yaitu demi tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan YME (sila II), Pancasila juga
harus mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga sebagai warga negara (Sila
III), pertahanan keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat
serta kebebasan kemanusiaan (sila IV) dan akhirnya pertahanan keamanan haruslah
diperuntukkan demi terwujudnya keadilan keadilan dalam hidup masyarakat atau
terwujudnya suatu keadilan sosial, dan diharapkan negara benar-benar meletakkan
pada fungsi yang sebenarnya sebagai negara hukum dan bukannya suatu negara yang
berdasarkan atas kekuasaan sehingga mengakibatkan suatu pelanggaran terhadap hak
asasi manusia.
Dalam proses réformasi sudah seharusnya dilakukan adanya perubahan
terhadap perundang-undangan. Hal ini berdasar pada adanya kenyataan setelah
peristiwa 21 mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah satu subsistem yang
dampaknya sangat parah adalah dibidang hukum. Subsistem hukum tidak mampu
menjadi pelindung bagi kepentingan masyarakat dan cenderung bersifat imperatif
bagi penyelenggara pemerintah. Jadi untuk melakukan adanya reformasi harus
memiliki dasar, landasan serta sumber nilai yang terkandung dalam pancasila yang
merupakan dasar cita2 reformasi.
Dalam upaya reformasi telah banyak dilontarkan berbagai macam pendapat
tentang aspek-aspek yang dapat dilakukan dalam perubahan hukum di Indonesia,
bahkan semakin banyak bermunculan usulan tentang amandemen atau perubahan
secara menyeluruh terhadap Pasal-pasal UUD 1945, namun harus dipahami secara
obyektif, apabila terjadi suatu amandemen terhadap seluruh pasal UUD 1945, maka
tidak terjadi pula perubahan terhadap Pembukaan UUD 1945, karena pembukaan
UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental, sebagai sumber
positif, memuat Pancasila sebagai dasar filsafat negara yang melekat pada
kelangsungan hidup negara proklamasi 17 agustus 1945. Oleh karena itu apabila ada
perubahan pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan menghilangkan eksistensi
bangsa dan negara Indonesia, atau sama halnya dengan pembubaran negara
Indonesia.
Dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah Tap
no.XX/MPRS/1996, yang menyatakan Panacasila adalah sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan
hukum harus selalu bersumber pada niali-nilai yang terkandung dalam pancasila, dan
secar eksplisit dirinci tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang
bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Ada beberapa macam produk peraturan
perundang-undangan yang telah dihasilkan dalam reformasi hukum, antara lain
undang-undang politik tahun 1999, yaitu UU no.2 tahun 1999, tentang partai politik,
UU no.3 tahun 1999, tentang Pemilu, dan UU no.4 tahun 1999 tentang susunan dan
kedudukan MPR, DPR, Dan DPRD, kemudian UU pokok Pers yang diharapkan
menghasilkan pers yang bebas dan demokratis, lalu UU otonomi daerah yang
meliputi UU no.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, UU no. 25 tahun 1999,
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dan UU no.28
tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN.
Demikian juga terjadi pada tingkatan ketetapan MPR yang telah dilakukan
reformasi hukum melalui sidang istimewa MPR pada bulan November 1998 yang
menghasilkan berbagai macam ketetapan antara lain Tap No. VII/MPR/1998 tentang
pencabutan referendum, karena dianggap menghambat demokrasi, Tap No.
IX/MPR/1998 tentang GBHN yang tidak mungkin dilaksanakan karena krisis
ekonomi serta politik, Tap no. X/MPR/1998 tentang poko-pokok reformasi
pembangunan, Tap no. XI/MPR/1998 tentang negara yang bebas KKN, Tap No.
XIII/MPR/1998 tentang masa jabatan presiden , Tap No. XIV/MPR/1998 tentang
Pemilu Tahun 1999, Tap No. XV/MPR/1998 tentang otonomi daerah dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah, Tap No. XVI/MPR/1998 tentang
Demokrasi Ekonomi, Tap No. XVII/MPR/1998 tentang Hak asasi manusia, serta Tap
No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan P4, serta berbagai macam peraturan
perundang-undangan lainya.
Dalam negara hukum, supremasi hukum pun harus menjamin bahwa HAM
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh hukum; HAM harus sebagai ciri negara hukum.
Secara objektif, HAM merupakan kewenangan-kewenangan pokok yang melekat
pada manusia (atau melekat pada kodrat manusia), yang harus diakui dan dihormati
oleh masyarakat dan negara.
HAM itu universal, tidak tersekat oleh suku, bangsa, dan agama; tetapi tatkala
HAM dirumuskan dalam UUD (konstitusi), ia menjadi berbeda-beda menurut
ideologi, menurut kultur negara masing-masing. Begitu juga di Indonesia, HAM
Indonesia adalah HAM yang berlandaskan pada Ideologi Pancasila. Ini berarti bahwa
HAM di Indonesia (harus yang berlandaskan pada dan bertanggungjawab kepada
Tuhan (sila Pertama), tidak memandang buluh dalam penetapan hukum (sila Kedua),
harus yang mendahulukan kepentingan bangsa dan negara (sila Ketiga), harus yang
diakui/disepakati dan dihormati oleh masyarakat/rakyat (sila Keempat), dan harus
yang diimbangi oleh kewajiban-kewajiban sosial(sila Kelima).
Walaupun pancasila merupakan dasar negara untuk pembangunan HAM,
terdapat pelanggaran-pelanggaran yang pernah terjadi di negara kita :
Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan masal (genisida)
2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
3. Penyiksaan
4. Penghilangan orang secara paksa
5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis

b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :


1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain

Adapun pelanggaran HAM yang pernah tercatat sejarah Indoesia adalah:


1. Penculikan Aktivis 1997/1998
Salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yaitu kasus penculikan aktivis
1997/1998. Kasus penculikan dan penghilangan secara paksa para aktivis pro-
demokrasi, sekitar 23 aktivis pro-demokrasi diculik.

2. Penembakan Mahasiswa Trisakti


Kasus penembakan mahasiswa Trisakti merupakan salah satu kasus
penembakan kepada para mahasiswa Trisakti yang sedang berdemonstrasi oleh para
anggota polisi dan militer.

3. Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah


Marsinah merupakan salah satu buruh yang bekerja di PT. Catur Putra Surya
(CPS) yang terletak di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Masalah muncul ketika
Marsinah bersama dengan teman-teman sesama buruh dari PT. CPS menggelar unjuk
rasa, mereka menuntut untuk menaikkan upah buruh pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993.
Dia aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Masalah memuncak ketika Marsinah
menghilang dan tidak diketahui oleh rekannya, dan sampai akhirnya pada tanggal 8
Mei 1993 Marsinah ditemukan meninggal dunia.

Ada beberapa metode yang bisa dijadikan solusi untuk menghadapi ataupun
mencegah pelanggaran-pelanggaran HAM :
1. Prinsip transparansi; yaitu pembahasan naskah RUU harus terbuka,
artinya DPR dan Presiden dalam membuat UU harus terbuka menerima masukan dari
masyarakat.
2. Prinsip supremasi hukum; yaitu kepastian hukum, persamaan
kedududkan didepan hukum dan keadilan hukum berdasarkan proporsionalitas.
3. Prinsip profesionalisme; yaitu dalam penyusunan dan pembentukan
hukum keikutsertaan dan perananan pakar-pakar hukum dan non hukum yang
releVan harus diutamakan sehingga diharapkan dapat melahirkan perundang-
undangan yang berkualitas.
4. Internalisasi nilai-nilai HAM; yaitu wujud nyata dari pengakuan rakyat
dan pemerintah terhadap hak-hak asasi manusia sehingga diharapkan memberikan
karakteristik tersendiri terhadap setiap produk hukum dan perundang-undangan.
III SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai). Sehingga merupakan suatu sumber hokum-
hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat
menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Istilah paradigm
pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas
Khun, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa
ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah
pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin berkembang
tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan. Tetapi pada bidang lain seperti bidang
IPTEK, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya,Hankam, Kehidupan Beragama.

4.2 Saran
Adapun saran yang bisa di paparkan dari makalah ini yaitu sebaiknya kita lebih
mempelajari dan memahami pancasila lebih dalam lagi agar kita tidak menyimpang
dari nilai – nilai pancasila yang merupakan asas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Suwarno, P.J, 1993, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Kanisius, Yogyakarta.


Suhadi, 1998, Pendidikan Pancasila, Diktat Kuliah, Yogyakarta.
Toyibin Aziz, M, 1997, Pendidikan Pancasila, Rineka Cipta, Jakarta.
Prof. DR. Kaelan, M.S Pendidikan Pancasila “Paradigma” Yogyakarta.
Subandi Almasurdi. 2003. Pancasila dan UUD 1945 dalam paradigma Reformasi,
Jakarta, Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai