Ditulis oleh :
Nanda Elincha Febrianti J3H216101
PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN
PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu
pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah
tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu
paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa
yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang harus
dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan
aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan
yang harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut. Dengan
suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan
dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan
ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan
tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka,
acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan
demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan
segala hal dalam kehidupan manusia.
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga
rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan
keamanan adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan
pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (sishankamrata). Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh
warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara
dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan
pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan
sendiri.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai
acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem
nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka
arah/tujuan bagi yang menyandangnya. Yang menyandangnya itu di antaranya:
pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan hukum, supremasi hukum dalam
perspektif pengembangan HAM, pengembangan sosial politik, pengembangan
ekonomi, pengembangan kebudayaan bangsa, pembangunan pertahanan, dan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia sebagai titik tolak memahami asal mula Pancasila.
Asal mula Pancasila secara materiil merupakan bagian tak terpisahkan dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yaitu berupa nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila. Secara formal merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah
pergerakan nasional yang berpuncak pada proklamasi kemerdekaan, yaitu berupa
proses perumusan dan pengesahannya sebagai dasar filsafat NKRI.
Secara materiil, nilai-nilai Pancasila bermula dari tradisi hidup-berdampingan
(antar yang berbeda agama), toleransi umat beragama, persamaan haluan politik yang
anti-penjajahan untuk mencita-citakan kemerdekaan, gerakan nasionalisme, dan
sebagainya. Yang kesemuanya telah hidup dalam adat, kebiasaan, kebudayaan, dan
agama-agama bangsa Indonesia. Secara formal, perumusan Pancasila disiapkan oleh
BPUPKI (29 Mei s.d. 1 Juni 1945) dan disahkan oleh PPKI (18 Agustus 1945). Asal
mula Pancasila sebagai dasar filsafat negara dibedakan kedalam:
1. Causa materialis, yaitu berasal dari dan terdapat dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan.
2. Causa formalis dan finalis, yaitu terdapat dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia sekitar proklamasi kemerdekaan
3. Causa efisien, yaitu terdapat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan.
II ISI
Pembahasan
Ada beberapa metode yang bisa dijadikan solusi untuk menghadapi ataupun
mencegah pelanggaran-pelanggaran HAM :
1. Prinsip transparansi; yaitu pembahasan naskah RUU harus terbuka,
artinya DPR dan Presiden dalam membuat UU harus terbuka menerima masukan dari
masyarakat.
2. Prinsip supremasi hukum; yaitu kepastian hukum, persamaan
kedududkan didepan hukum dan keadilan hukum berdasarkan proporsionalitas.
3. Prinsip profesionalisme; yaitu dalam penyusunan dan pembentukan
hukum keikutsertaan dan perananan pakar-pakar hukum dan non hukum yang
releVan harus diutamakan sehingga diharapkan dapat melahirkan perundang-
undangan yang berkualitas.
4. Internalisasi nilai-nilai HAM; yaitu wujud nyata dari pengakuan rakyat
dan pemerintah terhadap hak-hak asasi manusia sehingga diharapkan memberikan
karakteristik tersendiri terhadap setiap produk hukum dan perundang-undangan.
III SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai). Sehingga merupakan suatu sumber hokum-
hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat
menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Istilah paradigm
pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas
Khun, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa
ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah
pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin berkembang
tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan. Tetapi pada bidang lain seperti bidang
IPTEK, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya,Hankam, Kehidupan Beragama.
4.2 Saran
Adapun saran yang bisa di paparkan dari makalah ini yaitu sebaiknya kita lebih
mempelajari dan memahami pancasila lebih dalam lagi agar kita tidak menyimpang
dari nilai – nilai pancasila yang merupakan asas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA