Anda di halaman 1dari 10

Pancasila sebagai Paradigma Hidup Bermasyarakat,

Berbangsa dan Bernegara

A. Pengertian Paradigma

Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu


pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam
dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang
berjudul “The Structure of Scientific Revolution” paradigma juga merupakan
suatu asumsiasumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai). Sehingga merupakan suatu sumber hukum-
hukum, metode, seru penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat
menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Paradigma itu juga sendiri merupakan asumsi-asumsi dasar dan asumsi-
asumsi nilai (merupakan sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber
hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan sendiri.

Arti paradigma ditinjau dari asal-usul dari beberapa bahasa diantaranya,


menurut bahasa Inggris paradigma berarti keadaan lingkungan. Sedangkan
menurut bahasa Yunani paradigma yakni para yang berarti disamping,
disebelah, dan dikenal. Kemudian menurut kamus psikologi paradigma
diartikan sebagai satu model atau pola mendemonstrasikan semua fungsi
yang memungkinkan dari apa yang tersajikan.
Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh
semakin banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam
perkembangannya terdapat suatu kemungkinan yang sangat besar
ditemukannya kelemahankelemahan pada teori yang telah ada, dan jikalau
demikian maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta
asumsi teoretis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan
kembali mengkaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan
lain perkataan ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar ontologis.

Misalnya dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan


pada suatu hasil penelitian inilah yang mendasarkan pada metode kuantitatif
yang mengkaji manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang
parsial, terukur, korelatif dan positivistik maka temyata hasil dari ilmu
pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja
dari objek ilmu pengetahuan yaitu manusia. Oleh karena itu kalangan
ilmuwan sosial kembali mengkaji paradigma ilmu tersebut yaitu manusia.
Berdasarkan hakikatnya manusia dalam kenyataan objektifnya bersifat
ganda bahkan multidimensi.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

1. Pancasila Sebagai Paradigma Dibidang Politik


Yang dimaksud pancasila sebagai paradigma pembangunan politik adalah
meletakkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber nilai
politik. Sumber nilai politik harus mengacu pada nilai-nilai Pancasila terutama sila
ke-4 dimana semua praktik-praktik politik harus berkembang atas asas kerakyatan.
Hal ini dikarenakan warga negara merupakan pelaku politik sehingga masyarakat
harus mampu menempatkan kekuasaan tertingginya sebagai warga negara
Indonesia yang menganut sistem politik demokrasi dimana kekuasaannyan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Warga indonesia sebagai warga negara harus ditempatkan sebagai subejek atau
pelaku politik bukan sekedar sebagai objek politik. Karena Pancasila bertolak dari
kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat
martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai
subyek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasan
yang dimaksud adalah kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem
politik Indonesia yang sesuai Pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik
demokrasi bukan otoriter.

Berdasarkan hal tersebut sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas
kerakyatan yaiyu terletak pada sila keempat Pancasila. Pengembangan selanjutnya
adalah sistem politik di dasarkan pada asas-asas moral dari pada sila-sila pada
Pancasila.

2. Pancasila Sebagai Paradigma Dibidang Hukum


Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja tetapi juga
rakyat Indonesia sebagai keseluruhan. Atas dasar tersebut sistem dan keamanan
adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan
pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem keamanan rakyat semesta.

Menurut ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Pancasila merupakan sumber


dari segala sumber hukum, dengan demikian semua peraturan perundang-undangan
di Indonesia harus tidak boleh bertentangan dengan Pancasila sebagai Dasar
Negara. Pembukaan UUD 1945 yang memuat pancasila tidak boleh dirubah oleh
siapapun juga termasuk MPR. Hal ini didasarkan pada Pasal 3 dan Pasal 37 karena
merubah isi pembukaan berarti pembubaran negara.

3. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Ekonomi

Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, sistem


ekonomi harus mendasarkan pada moralitas ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal itu
bertujuan untuk mensejahterakan rakyat secara keseluruhan. Pengembangan
ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari monopoli serta persaingan bebas
yang nantinya akan memberikan keuntungan besar pada pihak-pihak yang kuat
dalam bidang ekonomi. Sedangkan, pengusaha-pengusaha kecil akan dirugikan
dengan adanya sistem persaingan bebas dalam perekonomian.
Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 33, menyebutkan bahwa sistem persaingan
bebas dan monopoli dilarang dalam perekonomian. Mengenai Pasal 33 ini,
penjelasan UUD 1945 menyatakan: “Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi
ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau
penilikan anggota-anggota masyarakat.” Oleh sebab itu sistem perekonomian
negara harus mengutamakan kesejahteraan rakyat. Masyarakat pun harus ikut
andil dalam kegiatan pembangunan ekonomi. Sedangkan pemerintah berkewajiban
memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi yang
sehat bagi perkembangan dunia usaha.

4. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Sosial Budaya

Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya adalah


mendasarkan pembangunan sosial budaya berdasarkan nilai-nilai yang telah ada
dalam masyarakat. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat pada hakikatnya
merupakan dasar dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam rangka
pembangunan sosial budaya, Pancasila merupakan sumber normatif yang bertujuan
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Menjadikan warga negara
menjadi masyarakat yang beradab dan berbudaya.

Pada era globalisasi, nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat


sudah mulai tertimbun oleh budaya-budaya barat yang masuk ke Indonesia. Nyaris
semua penduduk Indonesia terpengaruh oleh budaya-budaya tersebut baik itu
budaya yang bersifat positive maupun budaya yang negative. Dengan masuknya
berbagai budaya-budaya baru, masyarakat mulai meninggalkan nilai-nilai budaya
yang telah berkembang dalam ruang lingkupnya dan mereka lebih memilih
budayabudaya bangsa barat yang bahkan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

Hal tersebut membuat masyarakat memiliki sifat-sifat biadab, contohnya seperti


gaya berpakaian yang meniru bangsa barat, berbagai macam tarian-tarian bangsa
barat yang mengandung unsur pornografi, dan lain sebagainya. Sudah menjadi
tugas pemerintah untuk mengingatkan serta mengarahkan masyarakat untuk
kembali menerapkan aspek budaya yang berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai
ketuhanan, dan nilai keberadaban.

5. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Kehidupan Antar Umat


Beragama.

Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah negara Indonesia


terjadikonflik sosial yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersumber
pada masalah agama. Hal ini menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia ke arah
kehidupan beragamayang tidak berkemanusiaan. Tragedi di Ambon, Poso, Medan,
Mataram, Kupang serta daerah-daerah lainnya aenunjukkan betapa semakin
melemahnya toleransi kehidupan beragama yang berdasarkan kemanusiaan yang
adil dan beradab. Oleh karena itu merupakan suatu tugas berat bagi bangsa
Indonesia untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh
perdamaian, saling menghargai,saling menghormati dan saling mencintaisebagai
sesama umat manusia yang beradab. Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai
yang fundammental bagi umat bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam
kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini. Manusia adalah sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu manusia wajib untuk beribadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam wilayah negara di mana mereka hidup.

Pancasila juga telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat
beragama untuk dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia. Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung pada nilai Pancasila sila
pertama dan sila kedua yang berbunyi ketuhanan yang esa dan kemanusiaan yang
adil dan beradab. Negara Indonesia sangat terbuka dengan umat beragama lainya.
Negara Indonesia juga memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk
agama serta menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinanya masing-masing.

6. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan IPTEK

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah hasil dari upaya manusia yang
meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak dalam meningkatkan kesejahteraan dan
martabat manusia. Pancasila memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan
IPTEK sebagai hasil kebudayaan manusia yaitu harus didasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemudian ada beberapa makna
dalam pancasila dalam pembangunan IPTEK yaitu:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikaan arti bahwa IPTEK tidak hanya
memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan, namun juga
dipertimbangkan maksud-maksudnya dan akibatnya, apakah merugikan manusia
dan alam sekitarnya.
b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradap memberikan dasar moralitas bahwa
dalam pengembangan IPTEK haruslah bersikap beradap, pengembangan IPTEK
yang merugikan tidak akan mewujudkan tujuan sebenarnya IPTEK yaitu
kesejahteraan.

c. Sila persatuan Indonesia memberikan arti bahwa pengembangan IPTEK


hendaknya dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, sehingga pengembangan
IPTEK dapat memunculkan persatuan.

d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis,
artinya setiap individu bebas dalam melakukan pengembangan IPTEK. Para
pengembang IPTEK harus bersikap terbuka, artinya terbuka untuk dikritik, dikaji
ulang maupun dibandingkan dengan teori lainnya.

e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, memberikan arti bahwa
pengembangan iptek harus menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan.

C. Macam-Macam Dari Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi Pancasila di masa kini sering sekali menjadi pertanyaan. Apakah


beda nilai Pancasila masih digunakan di era yang telah menginjak lebih dari 70
tahun sejak Pancasila dibuat. Pancasila hingga saat ini menjadi ideologi atau cara
pandang bangsa Indonesia. Itulah salah satu bukti bahwa Pancasila masih di
jalankan hingga sekarang ini. Apabila telah tidak ada aktualisasi Pancasila, maka
Pancasila tak lain hanyalah sekedar lambang bagi negara Indonesia ini. Aktualisasi
Pancasila merupakan penuangan nilai-nilai Pancasila ke dalam norma-norma yang
berlaku di kehidupan berbangsa dan juga bernegara. Permasalhan utama dalam
aktuliasasi pancasila ialah bagaimana wujud realisasi nilai-nilai Pancasila yang
universal ke dalam norma yang erkait langsung dengan nilai Pancasila dalam
penyelenggaraan pemerintah negara.

Pancasila juga sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta
ideologi bangsa dan negara, bukanlah hanya merupakan rangkaian kata – kata yang
indah namun harus diwujudkan dan di aktualisasikan dalam berbagai bidang dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Aktualisasi Pancasila dapat
dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif dan subjektif.

1. Aktualisasi Pancasila Objektif

Aktualisasi Pancasila objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang


kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain meliputi
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang
aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke
dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang
kenegaraan lainnya.

2. Aktualisasi Pancasila Subjektif

Aktualisasi Pancasila subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu


terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat
penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam
kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan kemanusiaan
sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai