Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang diundangkan dalam berita
Republik Indonesia tahun II No.7 bersamaan dengan batang tubuh UUD
1945.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila
sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola acuan berpikir;
atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan,
kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah atau tujuan bagi yang
menyandangnya.
Sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, pancasila
mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik. Karena hal
tersebut pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi,
dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem
nilai acuan, kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau lebih
jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka
cara, dan sekaligus kerangka arah ataun tujuan bagi yang menyandangnya
antara lain adalah bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya,
bidang hukum, dan bidang kehidupan antar umat beragama di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan paradigma?
2. Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai paradigma
pembangunan?
3. Jelaskan nilai nilai pancasila sebagai paradigma reformasi dalam
perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia!
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan paradigma.
2. Mengetahui pancasila sebagai paradigma pembangunan

3. Mengetahui nilai-nilai pancasila sebagai paradigma reformasi dalam


perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma
2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) yang dilaksud dengan


paradigma adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata yang
memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut (Ling), model dalam
teori ilmu pengetahuan, kerangka berpikir.
Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kerangka pikir
untuk melihat suatu permasalahan. Pengertian paradigma berkembang dari
definisi paradigma pengetahuan yang dikembangkan oleh Thomas Kuhn
dalam rangka menjelaskan cara kerja dan mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu-ilmu alam. Paradigma pengetahuan merupakan perspektif
intelektual yang dalam kondisi normal memberikan pedoman kerja terhadap
ilmuwan yang membentuk masyarakat ilmiah dalam disiplin tertentu.
Robert Winslow menambahkan pengertian paradigma ilmiah sebagai
gambaran intelektual yang daripadanya dapat ditentukan suatu subjek kajian.
Perspektif intelektual inilah yang kemudian akan membentuk ilmu
pengetahuan normal (normal science) yang mendasari pembentukan kerangka
teoritis terhadap kajian-kajian ilmiah.
George Ritzer memberikan pengertian paradigma sebagai gambaran
fundamental mengenai subjek ilmu pengetahuan. Paradigma memberikan
batasan mengenai apa yang harus dikaji, pertanyaan yang harus diajukan,
bagaimana harus dijawab dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam
memahami jawaban yang diperoleh.
Paradigma ialah unit konsensus yang amat luas dalam ilmu
pengetahuan dan dipakai untuk melakukan pemilahan masyarakat ilmu
pengetahuan (sub-masyarakat) yang satu dengan masyarakat pengetahuan
yang lain. Paradigma membantu para ilmuwan dan teoritisi intelektual untuk
memandu, mengintegrasikan dan menafsirkan karya mereka agar terhindar
dari penciptaan informasi yang acak dan tidak beraturan.
B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu
pengetahuan.

Menurut

Thomas

Kuhn,

Orang

yang

pertama

kali

mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu


didominasi oleh suatu paradigma.

Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa


yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah
paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan
ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka
pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter,
arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan
sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah
kegiatan.
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara
normatif berisi anggapan dasar, kerangka acuan, keyakinan, acuan, serta
pedoman

dalam

perencanaan,

pelaksanaan

dan

pengawasan,

serta

pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia.


Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa
Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini
sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan
hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan
tolok ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan
pembangunan. Sehingga dalam segala aspek pembangunan nasional harus
berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat
manusia. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis.
Kodrat manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa,
raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan
nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas. Hasil maupun

pelaksanaan pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu hanya


mementingkan kebutuhan manusia, namun mengabaikan pertimbangan etis.
Untuk mencapai pembangunan seperti yang diharapkan diatas, harus
terpenuhi 3 syarat, yaitu:
Menghormati Hak

Asasi

Manusia

artinya

pembangunan

tidak

mengorbankan manusia tetapi harus dapat meningkatkan harkat dan


martabat manusia,
Pembangunan harus dilaksanakan dengan demokratis, artinya melibatkan
masyarakat sebagai tujuan dari pembangunan untuk mengambil
keputusan apa yang menjadi kebutuhannya,
Pembangunan itu penciptaan taraf minimum keadilan sosial, sehingga
tidak terjadi kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi bukan
semata-mata karena kemalasan individu tetapi karena struktur sosial yang
tidak adil.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan
martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan
dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Pembangunan, meliputi:
bidang politik,
ilmu pengetahuan
ekonomi
sosial budaya
pertahanan keamanan
agama
C. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai
subjek atau pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari
kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat
dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia
sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat.
Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik
Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik
demokrasi bukan otoriter.

Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas


asas kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem
politik didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila.
Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan
atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral
kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku
politik

yang

santun

dan

bermoral.

Pancasila

sebagai

paradigma

pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila bersifat sosial-politik


bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan
nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat
secara berurutan-terbalik:
Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik,
budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;
Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana

dalam

pengambilan keputusan;
Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan
berdasarkan konsep mempertahankan persatuan;
Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan

pendekatan

kemanusiaan yang adil dan beradab;


Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan
kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi
tersebut perlu direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil
society) yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama,
dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial.
Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru
masyarakat informasi adalah:
nilai toleransi;
nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);
bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000: 3).

D. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi
maka sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada
pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar
moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila).
Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dam humanistis akan
menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan. Sistem ekonomi
yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial,
makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem
ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa
perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi demikian juga berbeda dengan
sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan
individu.
Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai
subjek. Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem
dan pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara
keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi
kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga
tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentukbentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan
menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan
warga negara.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu
pada Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian
subjudul ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk
sebesarbesar

kemakmuran/kesejahteraan

rakyat

yang

harus

mampu

mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh

warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru yang telah
berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan
yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi
rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai
pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah
koperasi. Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan programprogram kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih
mandiri

dan

lebih

mampu

pembangunan daerah.
Dengan
demikian,

mewujudkan
Ekonomi

keadilan

Kerakyatan

dan

pemerataan

akan

mampu

memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil,


demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan,
Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan
pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.
E. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang
pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal
ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan
harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan
beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia
biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita
menjadi manusia adil dan beradab.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus
mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat
mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila
persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar
penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di
seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai
bangsa.
8

Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan


kesenjangan,

kecemburuan,

Paradigma-baru

dalam

diskriminasi,

pembangunan

dan
nasional

ketidakadilan
berupa

sosial.

paradigma

pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya


perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti
yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa
dan hak asasi individu secara berimbang (Sila Kedua).
F. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung
makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara
negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar
tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan seluruh
komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia
disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana
pemerintahan dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama
dalam masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan pertahanan keamanan telah diterima bangsa
Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan Negara.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara
bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah
konstitusi, yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materimuatan konstitusi, yaitu:
a. adanya perlindungan terhadap HAM
b. adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar, dan
c. adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
mendasar.

Hukum tertulis seperti UUD termasuk perubahannya, demikian juga


UU dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar
negara (sila - sila Pancasila dasar negara).
Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan
hukum, hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan
dibentuk tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila.
Pancasila

Sebagai

Paradigma

Pembangunan

Kehidupan

Umat

Beragama Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah
dan santun, bahkan predikat ini menjadi cermin kepribadian bangsa kita di
mata dunia internasional. Indonesia adalah Negara yang majemuk, bhinneka
dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa suku, etnis, bahasa dan agama
namun terjalin kerja bersama guna meraih dan mengisi kemerdekaan
Republik Indonesia kita. Paradigma toleransi antar umat beragama guna
terciptanya kerukunan umat beragama perspektif Piagam Madinah pada
intinya adalah seperti berikut:
1. Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu
komunitas (ummatan wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas
Islam dan komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip:
a. Bertentangga yang baik
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
c. Membela mereka yang teraniaya
d. Saling menasehati
e. Menghormati kebebasan beragama.
G. Nilai-Nilai
Pancasila
sebagai
Paradigma
Reformasi

dalam

Perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia.


Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari
akar kata reform, sedangkan secara harafiah reformasi mempunyai pengertian
suatu gerakan yang memformat ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal
yang menyimpang, untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula
sesuai dengan nilai-nilai ideal yang di cita-citakan rakyat. Reformasi juga di
artikan pembaharuan dari paradigma, pola lama ke paradigma, pola baru
untuk memenuju ke kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan.

10

Apabila gerakan reformasi ingin menata kembali tatanan kehidupan


yang lebih baik, tiada jalan lain adalah mendasarkan kembali pada nilai-nilai
dasar kehidupan yang dimiliki bangsa Indonesia. Nilai-nilai dasar kehidupan
yang baik itu sudah terkristalisasi dalam pancasila sebagai dasar dan ideologi
negara. Oleh karena itu, pancasila sangat tepat sebagai paradigma, acuan,
kerangka, dan tolok ukur gerakan reformasi di Indonesia.
Reformasi dengan paradigma pancasila adalah sebagai berikut :
1. Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, gerakan
reformasi berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah
pada kehidupan yang baik sebgai manusia makhluk tuhan.
2. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya,
gerakan reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan yang luhur
dan sebagai upaya penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas
harkat dan martabat manusia.
3. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Artinya, gerakan
reformasi harus menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia
sebagai satu kesatuan. Gerakan reformasi yang menghindarkan diri
dari praktik dan perilaku yang dapat menciptakan perpecahan dan
disintegrasi bangsa.
4. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat
menempatkan rakyat sebagai subjek dan pemegang kedaulatan.
Gerakan reformasi bertujuan menuju terciptanya pemerintahan yang
demokratis, yaitu rakyat sebagai pemegang kedaulatan.
5. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas,
yaitu demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Perlu
disadari bahwa ketidakadilanlah penyebab kehancuran suatu bangsa.
1. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Dalam proses rformasi sudah seharusnya dilakukan adanya
perubahan terhadap perundang-undangan. Hal ini berdasar pada adanya
kenyataan setelah peristiwa 21 mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde
baru, salah satu subsistem yang dampaknya sangat parah adalah dibidang
hukum. Subsistem hukum tidak mampu menjadi pelindung bagi
11

kepentingan

masyarakat

dan

cenderung

bersifat

imperatif

bagi

penyelenggara pemerintah. Jadi untuk melakukan adanya reformasi harus


memiliki dasar, landasan serta sumber nilai yang terkandung dalam
pancasila yang merupakan dasar cita-cita reformasi.
a. Pancasila sebagai sumber nilai perubahan hukum
Dalam Negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok
kaidah yang merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu
hukum tata Negara disebut staats fundamental norm. Dalam negara
indonesia staats fundamental norm nya adalah Pancasila, yang artinya
Pancasila merupakan pokok kaidah sumber hukum positif. Dalam
pengertian inilah maka Pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum
terutama yang berkaitan dengan berbagai macam upaya perubahan
hukum. Maka dari itu supaya hukum berfungsi sebagai pelayanan
kebutuhan masyarakat, harus senantiasa diperbaharui agar tetap sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, dan pembaharuan tersebut harus tetap
meletakkan Pancasila sebagai kerangka pikir, sumber norma, dan

sumber nilai-nilainya.
Sumber hukum meliputi dua macam pengertian :
Sumber Hukum Formal, yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan
tata cara penyusunan hukum yang bersifat mengikat terhadap

komunitasnya, misalnya Undang-undang, perda dll.


Sumber materila hukum, yaitu sumber hukum yang menentukan

materi atau isi suatu norma hukum (Darmodihardjo, 1996:206)


b. Dasar Yuridis Reformasi Hukum
Dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma reformasi
hukum adalah Tap No.XX/MPRS/1996, yang menyatakan Panacasila
adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, yang berarti
sebagai sumber produk serta proses penegakan hukum harus selalu
bersumber pada niali-nilai yang terkandung dalam pancasila, dan
secar eksplisit dirinci tata urutan peraturan perundang-undangan di
Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
c. Pancasila sebagai Paragidma Reformasi Pelaksanaan Hukum

12

Dalam Era reformasi pelaksanaan hukum harus didasarkan pada


suatu nilai sebagai landasan operasionalnya guna mencapai tujuan
daripada reformasi itu sendiri yaitu melindungi bangsa dan seluruh
tumpah darah. Pelaksanaan hukum pada masa reformasi ini harus
benar-benar dapat mewujudkan negara demokratis dengan suatu
supremasi hukum, yang artinya pelaksanaan hukum harus mampu
mewujudkan jaminan atas terwujudnya keadilan (sila V) dalam suatu
negara yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban setiap warga
negara, tanpa memandang pangkat, jabatan ataupun golongan maupun
agama. Konsekuensi dari pelaksanaan hukum aparat penegak hukum
terutama pihak kejaksaan adalah sebagai ujung tombaknya sehingga
harus benar-benar bersih dari praktek KKN.
2. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik
Landasan aksiologi (sumber nilai) bagi sistem politik Indonesia
adalah sebagaimana terkandung dalam Deklarasi Bangsa Indonesia
yaitu pembukaan UUD 1945 alinea IV. Nilai demokrasi politik yang
terkandung dalam Pancasila merupakan fondasi bangunan negara yang
dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataanya tidak
dilaksanakan berdasarkan suasana kerokhanian berdasarkan nilai-nilai
tersebut, dan pada realisasinya baik pada masa orde lama maupun orde
baru negara lebih mengarah pada praktek otoritarianisme yang
mengarah pada porsi kekuasaan yang terbesar kepada presiden. Nilai
demokrasi politik tersebut secara normatif terjabar dalam pasal-pasal
UUD 1945.
Adapun esensi dari pasal-pasal tersebut berdasarkan UUD 1945
adalah :
a. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara
b. Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh MPR
c. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, dan bertanggung
jawab kepada MPR
d. Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh presiden baik sendiri
maupun bersama dengan lembaga lain, kekuatanya berada dibawah
MPR atau produk-produknya.

13

3. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi


Langkah yang startegis dalam upaya melakukan reformasi
ekonomi yang berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilainilai pancasila yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa
adalah sebagai berikut:
a. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan
dengan program social safety net yang popular dengan program
jaringan pengaman social (JPS).
b. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi untuk menciptakan kondisi
kepastian usaha.
c. Transformasi struktur untuk memperkuat ekonomi rakyat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai paradigma
mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Karena Pancasila mempunyai peran yang sangat penting

14

dalam berbagai bidang seperti dalam bidang hukum, ekonomi, sosial budaya,
dan juga pembangunan.
Pancasila sebagai paradigma bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
ini dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai acuan setiap warganegara
utamanya para penyelenggara negara dan pemerintahan dalam menentukan
kebijakan, melaksanakan kegiatan dan mengadakan evaluasi hasilnya serta
dalam menghadapi berbagai dinamika perubahan.
Secara umum Pancasila merupakan dasar cita-cita reformasi di bidang
hukum, politik, ekonomi dan bidang pendidikan yang mendasar dan memiliki
landasan yang mana bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan individu,
masyarakat

dalam

pergaulannya

berbangsa

dan

bernegara

harus

melaksanakan hak dan kewajibansesuai tugas dan fungsinya. Maka


diperlukan aturan yang menjadi acuan dalam bertingkah laku yaitu Pancasila.
B. Saran
Untuk pembaca diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mengenai peranan dan makna Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan
manusia dan Pancasila sebagai paradigma reformasi.
Makalah ini diharapkan bisa digunakan sebagai acuan untuk
menerapkan nilai-nilai pancasila dalam bidang hukum, politik,budaya dan
Ekonomi serta Pendidikan. Selain itu dapat memahami tentang pancasila
sebagai paradigma kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagaiparadigma.html.
2. Nisa, Choirun. 2012. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa, Dan Bernegara.Malang. Diunduh dari
http://menuez-muaniz.blogspot.com/2012/04/pancasila-sebagaiparadigma-kehidupan.htm
3. Setijo, Pandji. Pendidikan Pancasila. Grasindo (hal: 80)

15

4. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
5. http://makalahpancasilasebagaiparadigmautamy.blogspot.com/
6. http://tifanniii.blogspot.com/p/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan.html

16

Anda mungkin juga menyukai