Anda di halaman 1dari 23

PANCASILA SEBAGAI

PARADIGMA PEMBANGUNAN
NASIONAL DAN POLITIK
PERTEMUAN 12

PENDIDIKAN PANCASILA
Pengertian Paradigma
Paradigma berasal dari bahasa latin, yakni kata para dan deigma. Para
berarti disamping, di sebelah dan dikenal sedangkan deigma berarti
suatu model, teladan, arketif dan ideal.
Pada pidato pengukuhan Guru Besarnya, Erlyn Indarti (2010)
menguraikan bahwa paradigma sejatinya merupakan suatu sistem
filosofis payung yang meliputi ontologi, epistemologi, dan metodologi
tertentu yang masing-masing terdiri dari serangkaian ‘belief dasar’ atau
worldview yang tidak dapat begitu saja dipertukarkan.
Pengertian Paradigma
Heddy Shary Ahimasa Putra (2009) mendefenisikan paradigma sebagai
seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis
membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk
memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/atau masalah
yang dihadapi.
Pengertian Paradigma
Heddy pada perspektif ilmu sosial budaya selanjutnya mengurai unsur-unsur paradigma
sebagai berikut:
1. Asumsi-asumsi/Anggapan-anggapan Dasar (Basic Assumptions)
2. Nilai-nilai (Values)
3. Model-model (Models)
4. Masalah yang Diteliti/yang Ingin Dijawab
5. Konsep-konsep Pokok (Main Concepts, Key Words)
6. Metode-metode Penelitian (Methods of Research)
7. Metode-metode Analisis (Methods of Analysis)
8. Hasil Analisis/Teori (Results of Analysis/Theory)
9. Representasi (Etnografi)
Pengertian Paradigma
Paradigma juga didefenisikan sebagai paradigma adalah satu set asumsi-
asumsi penyederhanaan dan teori informal yang menggambarkan
bagaimana dunia bekerja, dan yang menyediakan kerangka acuan bagi
manusia untuk memandang kehidupan dunia di sekelilingnya).
Pada pengertian paradigma tersebut, menempatkan Pancasila sebagai
paradigma, berarti menempatkan Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka-acuan berpikir, polaacuan berpikir; atau jelasnya sebagai
sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan
sekaligus kerangka arah/tujuan bagi yang menyandangnya (Pitpit
Hanapiah, 2001).
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat
adil dan makmur. Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata
dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan tujuan negara yang tercantum dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dengan rincian sebagai berikut :
1. Tujuan negara hukum formal
2. Tujuan negara hukum material
3. Tujuan internasional
4. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Nasional
Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai Paradigma
pembangunan, mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala
aspek pembangunan, kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Demikian pula dalam
mewujudkan tujuan pembangunan Indonesia, haruslah dikembalikan
pada dasar-dasar hakikat manusia itu sendiri, yaitu sebagai makhluk
yang “monoplularis” yang memiliki kodrat sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial, sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan YME, yang memiliki jiwa (rohaniyah: akal, rasa,
kehendak) dan raga (jasmani).
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

Pembangunan yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila, dilaksanakan


mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun dalam
pengawasan. Demikian pula dengan pelaku pembangunan, segala
aktifitasnya hendaknya diupayakan untuk mencapai tujuan hidup
bersama, bukan hanya demi kepentingan hidup sesaat masing-masing
pihak secara individu. Pancasila juga harus dijadikan dasar dalam
berperilaku, serta bersikap pelaku pembangunan. Bilamana hal itu tidak
dilakukan maka mustahil pembangunan nasional dapat berhasil dengan
baik.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional harus
memperlihatkan konsep berikut ini : 1) Pancasila harus menjadi
kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa; 2) Pancasila
sebagai landasan pembangunan nasional; 3) Pancasila merupakan arah
pembangunan nasioanl; 4) Pancasila merupakan etos pembangunan
nasional; 5) Pancasila merupakan moral pembangunan masyarakat
Indonesia yang sedang mengalami perkembangan yang amat pesat
karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan globalisasi,
memerlukan pedoman bersama dalam menanggapi tantangan demi
keutuhan bangsa.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pembangunan nasional harus dapat memperlihatkan prinsip-prinsip
sebagai berikut: Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang dan
hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek
(manusia seutuhnya). Sebagai upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia maka pembangunan nasional harus meliputi aspek
jiwa, seperti akal, rasa dan kehendak, raga (jasmani), pribadi, sosial,
dan aspek Ketuhanan yang terkristalisasi dalam nilai-nilai Pancasila.
Selanjutnya dijabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara
lain politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta bidang kehidupan agama.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
mengandung konsekuensi bahwa pembangunan nasional harus
didasarkan kepada hakikat nilai-nilai yang termuat di dalam sila-sila
Pancasila. Ini berarti bahwa nilai-nilai Pancasila menjadi instrumen
utama dan pedoman arah pembangunan nasional yang akan dilakukan.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan dapat diartikan menjadikan
Pancasila sebagai kerangka pikir, sumber nilai, orientasi dasar, sumber
asas serta arah tujuan dari pembangunan.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025 adalah ‘Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan
Makmur’. Sedangkan misinya sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
landasan aksiologis (sumber nilai) bagi sistem politik Indonesia
terkandung dalam deklarasi bangsa Indonesia melalui pembukaan UUD
NRI tahun 1945 alinea keempat. Konsepsi ini menunjukan bahwa dasar
politik Indonesia terdiri dari keterjalinan bentuk bangunan kehidupan
masyarakat yang bersatu (sila III), demokrasi (sila IV), berkadilan dan
berkemakmuran (sila V) serta negara yang memiliki dasar moral
Ketuhanan dan kemanusiaan.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila
IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik
didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada Pancasila.
Secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral
Ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan,
dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun
penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut
sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan
bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama
yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutan-terbalik:
1. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
2. Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan
keputusan
3. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan
konsep mempertahankan persatuan
4. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil
dan beradab
5. Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan
(keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut
perlu direkonstruksi ke dalam pewujudan masyarakat-warga (civil
society) yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik,
agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna
industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral
baru masyarakat informasi adalah:
1. nilai toleransi
2. nilai transparansi hukum dan kelembagaan
3. nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
4. bermoral berdasarkan konsensus
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik dapat diartikan
sebagai menjadikan Pancasila sebagai kerangka pikir, sumber nilai,
orientasi dasar, sumber asas serta arah tujuan dari sistem perpolitikan
Negara Indonesia. Konsepsi ini mengukuhkan prinsip demokrasi yang
dianut oleh Pancasila yakni rakyat pemegang kedaulatan tertinggi pada
sistem kenegaraan, sedangkan pemerintah, parlemen (MPR, DPD, DPR),
dan Lembaga-lembaga negara lainnya adalah perpanjangan tangan
yang menerima pelimpahan kekuasaan dari rakyat.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Pada RPJP Nasional terkait misi mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dan berkeadilan,
sasaran pokok pembangunan nasional dinyatakan sebagai berikut:
1. Terciptanya supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi manusia yang bersumber pada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta tertatanya sistem hukum
nasional yang mencerminkan kebenaran, keadilan, akomodatif, dan aspiratif. Terciptanya penegakan
hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan jabatan seseorang demi supremasi hukum dan
terciptanya penghormatan pada hak-hak asasi manusia.
2. Menciptakan landasan konstitusional untuk memperkuat kelembagaan demokrasi
3. Memperkuat peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan politik
4. Memantapkan pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan pada prinsip-prinsip toleransi,
non-diskriminasi, dan kemitraan
5. Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik yang dapat diukur dengan
adanya pemerintah yang berdasarkan hukum, birokrasi yang professional dan netral, masyarakat sipil,
masyarakat politik dan masyarakat ekonomi yang mandiri, serta adanya kemandirian nasional
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Rincian arah pembangunan politik kemudian dijabarkan sebagai berikut:
1. Penyempurnaan struktur politik yang dititikberatkan pada proses pelembagaan demokrasi, dilakukan
dengan:
a. mempromosikan dan menyosialisasikan pentingnya keberadaan sebuah konstitusi yang kuat dan
memiliki kredibilitas tinggi sebagai pedoman dasar bagi sebuah proses demokratisasi berkelanjutan;
b. menata hubungan antara kelembagaan politik, kelembagaan pertahanan keamanan dalam kehidupan
bernegara;
c. meningkatkan kinerja lembaga-lembaga penyelenggara negara dalam menjalankan kewenangan dan
fungsi-fungsi yang diberikan oleh konstitusi dan peraturan perundangan;
d. memantapkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah serta mencegah disintegrasi wilayah
dan perpecahan bangsa;
e. melaksanakan rekonsiliasi nasional secara tuntas; dan
f. menciptakan pelembagaan demokrasi lebih lanjut untuk mendukung berlangsungnya konsolidasi
demokrasi secara berkelanjutan
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Rincian arah pembangunan politik kemudian dijabarkan sebagai berikut:
2. Penataan peran negara dan masyarakat dititikberatkan pada pembentukan
kemandirian dan kedewasaan masyarakat serta pembentukan masyarakat
madani yang kuat dalam bidang ekonomi dan Pendidikan penataan peran
negara dan masyarakat diarahkan pada penataan fungsi-fungsi yang positif
dari pranata-pranata kemasyarakatan, lembaga adat, dan partai politik untuk
membangun kemandirian masyarakat dalam mengelola berbagai potensi
konflik sosial yang dapat merusak serta memberdayakan berbagai potensi
positif masyarakat bagi pembangunan. Upaya untuk mendorong perwujudan
masyarakat sipil yang kuat perlu juga memerhatikan pengaruh pasar dalam
kehidupan sosial politik nasional agar tidak terjadi ekses-ekses negatif dan
kesenjangan sosial yang merugikan kehidupan masyarakat.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Rincian arah pembangunan politik kemudian dijabarkan sebagai berikut:
3. Penataan proses politik yang dititikberatkan pada
pengalokasian/representasi kekuasaan diwujudkan dengan
a. meningkatkan secara terus menerus kualitas proses dan mekanisme
seleksi publik yang lebih terbuka bagi para pejabat politik dan publik
serta
b. mewujudkan komitmen politik yang tegas terhadap pentingnya
kebebasan media massa serta keleluasaan berserikat, berkumpul,
dan berpendapat setiap warganegara berdasarkan aspirasi politiknya
masing-masing.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Rincian arah pembangunan politik kemudian dijabarkan sebagai
berikut:
4. Pengembangan budaya politik yang dititikberatkan pada
penanaman nilai-nilai demokratis diupayakan melalui
a. Penciptaan kesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik
demokratis, terutama penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai
persamaan, anti kekerasan, serta nilai-nilai toleransi, melalui
berbagai wacana dan media serta
b. Upaya mewujudkan berbagai wacana dialog bagi peningkatan
kesadaran mengenai pentingnya memelihara persatuan bangsa
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Politik
Rincian arah pembangunan politik kemudian dijabarkan sebagai berikut:
5. Peningkatan peranan komunikasi dan informasi yang ditekankan pada pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik dilakukan
dengan
a. Mewujudkan kebebasan pers yang lebih mapan, terlembaga serta menjamin hak masyarakat luas untuk berpendapat dan
mengontrol jalannya penyelenggaraan negara secara cerdas dan demokratis;
b. Mewujudkan pemerataan informasi yang lebih besar dengan mendorong munculnya media-media massa daerah yang independen;
c. Mewujudkan deregulasi yang lebih besar dalam bidang penyiaran sehingga dapat lebih menjamin pemerataan informasi secara
nasional dan mencegah monopoli informasi;
d. Menciptakan jaringan informasi yang bersifat interaktif antara masyarakat dan kalangan pengambil keputusan politik untuk
menciptakan kebijakan yang lebih mudah dipahami masyarakat luas;
e. Menciptakan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menghubungkan seluruh link informasi yang ada di pelosok
nusantara sebagai suatu kesatuan yang mampu mengikat dan memperluas integritas bangsa;
f. Memanfaatkan jaringan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif agar mampu memberikan informasi yang lebih
komprehensif kepada masyarakat internasional supaya tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat meletakkan Indonesia pada posisi
politik yang menyulitkan: serta
g. Meningkatkan peran lembaga independen di bidang komunikasi dan informasi untuk lebih mendukung proses pencerdasan
masyarakat dalam kehidupan politik dan perwujudan kebebasan pers yang lebih mapan

Anda mungkin juga menyukai