(merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, serta cara penerapan
dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan
tersebut.
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut
Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu
pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang
politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan
paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan
tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting
dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.
Istilah pembangunan menunjukan adanya pertumbuhan, perluasan ekspansi yang bertalian
dengan keadaan yang harus digali dan dibangun agar dicapai kemajuan dimasa yang akan
datang. Didalam proses pembangunan terdapat perubahan yang terus menerus diarahkan untuk
menuju kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang diciptakan. Dengan kata lain, pembangunan
merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan mencakup semua aspek kehidupan
untuk mewujudkan tujuan hidup.
Dari
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
secara
umum paradigma
pembangunan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir sebagai upaya untuk
melaksanakan perubahan yang direncanakan guna mewujudkan cita-cita kehidupan masyarakat
menuju hari esok yang lebih baik.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan
paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan
tujuan dari sebuah kegiatan.
Kita tentunya tahu rumusan Pembukaan Undang Undang dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 alenia IV. Dalam rumusan tersebut dinyatakan bahwa tujuan negara Republik
Indonesia adalah melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia;
memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan
demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam
kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional
yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan
bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia
menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
Berdasarkan hal itu, Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia
dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan
nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan
tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaanya, pembangunan nasional mengacu pada
kepribadian bangsa dan nilai nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa
yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju serta kokoh kekuatan moral dan etikanya.
Oleh sebab itu, untuk mencapai semua itu bangsa dan negara Indonesia harus menjadikan
pancasila sebagai paradigma pembangunan.
1.
bukan sekadar sebagai objek politik. Karena pancasila bertolak dari kodrat manusia maka
pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik
Indonesia
yang
bertolak
dari
manusia
sebagai
subyekharus
mampu
menempatkan
kekuasaantertinggi pada rakyat. Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuaipancasila sebagai paradigma adalah
sistem politik demokrasi bukan otoriter.
Berdasarkan hal terebut, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan
yaitu terletak pada sila ke IV Pancasila. Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik
didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu,
secaraberturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral
kemanusiaan,moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik baik dari
warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga
menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas
dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila bersifat
sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilainilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutanterbalik:
Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama,
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan
beradab
Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan
(keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu direkonstruksi
kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional
(berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna
industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat
informasi adalah:
nilai toleransi
Selain itu, perwujudan pancasila dalam pengembangan kehidupan politik dapat dilakukan
dengan cara:
1) Mewujudkan tujuan negara demi peningkatan harkat dan martabat manusia indonesia.
2) Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik, bukan hanya
sebagai objek politik penguasa semata
3) Sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan, sehingga
sistem politik negara harus mampu menciptakan sistem yang menjamin perwujudan hak
asai manusia.
4) Para penyelenggara negara dan para politisi senantiasa memegang budi pekerti
ke,manusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia
2.
kehidupannya. Hukum dalam hal ini harus diartikan dalam pengertian yang luas. Dalam konteks
Indonesia sebagai Negara hukum, hukum harus dijadikan sebagai saringan yang harus dilalui
oleh konsep apapun yang akan diterapkan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.
Akan tetapi diakui bahwa tidak semua hal dapat dicapai melalui saluran hukum formal, sekalipun
hukum formal adalah yang idealnya. Dalam hal ini terjadi proses interaksi saling tarik menarik
dan pengaruh mempengaruhi yang intensif antara hukum dan berbagai proses yang berlangsung
dalam masyarakat.
Dalam Politik Hukum nasional ditegaskan bahwa sasaran pembangunan hukum adalah
terbentuk dan berfungsinya system hukum nasional yang mantap bersumberkan Pancasila dan
UUD 1945, dengan memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku, yang mampu
menjamin kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan
dan kebenaran serta mampu mengamankan dan mendukung pembangunan nasional, yang
didukung oleh aparat hukum, sarana dan prasarana yang memadai serta masyarakat yang sadar
dan taat hukum.Dengan demikian terlihat bahwa pembangunan hukum mrupakan bagian integral
dari pembangunan nasional secara keseluruhan.
Bagi Indonesia dalam melakukan pembangunan diperlukan suatu perencanaanpembangunan,
dan prencanaan pembangunan itu perlu memanfaatkan hukum karena :
a. Hukum merupakan hasil penjelajahan ide dan pengalaman manusia dalam mengatur
hidupnya.
b. Hakekat pengadaan dan keberadaan hukum hukum dalam masyarakat;
c. Fungsi mengatur yang telah didukung oleh potensi dasar yang terkandung dalam
hukum yang melampaui fungsi mengatur, yaitu sebagai pembri kepastian, pengaman,
pelindung, dan penyeimbang yang sifatnya dapat tidak sekedar adaptif dan fleksibel,
melainkan juga prediktif dan antisipatif;
d. Dalam isu pembangunan global itu hukum telah dipercaya unuk mengemban misinya
yang paling baru yaitu sebagai sarana perubahan social atau sarana pembangunan.
3.
yaitu
terwujudnya
kehidupan
masyarakat
yang
demokratis,
aman,
tentram,
dan
damai.Pertimbangan ini menjadi sangat strategis manakala kita dihadapkan pada kenyataan
bahwa masyarakat Indonesia memiliki kepentingan yang beragam sesuai dengan kemajemukan
etnis, agama, ras, dan sistem nilai yang tercakup dalam kebudayaannya.
Pemikiran tersebut bukan berarti bahwa bangsa Indonesia harus steril dari pengaruh budaya
asing.Artinya, pengaruh budaya asing harus diterima apabila diperlukan dalam membangun
masyarakat Indonesia yang modern.Namun, perlu diingat bahwa masyarakat modern bukan
berarti masyarakat yang berbudaya barat, melainkan masyarakat yang tetap berpijak pada akar
budayanya.Nilai-nilai kehidupan yang telah lama hidup dalam masyarakat Indonesia dan
dianggap masih relevan dengan kebutuhan masyarakat modern harus tetap dipelihara dan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakatnya. Dengan kata lain,
nilai-nilai kehidupan yang telah mengakar harus menjadi dasar dan paradigma pembangunan
sosial budaya.
Bardasarkan pemikiran diatas maka tidak berlebihan apabila Pancasila merupakan satusatunya paradigma pembangunan bidang social budaya.Hal ini merupakan konsekuensi logis dari
kesepakatan bangsa Indonesia bahwa Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai kehidupan
masyarakat Indonesia.Baik buruknya perencanaan, proses dan hasil pembangunan bidang sosial
budaya harus diukur dengan Pancasila. Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa
penggunaan Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial budaya bukan satusatunya jaminan akan tercapai keberhasilan secara optimal. Banyak factor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan, seperti keyakinan bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai Pancasila,
konsekuen tidaknya bangsa Indonesia melaksanakan pancasila, pengaruh nilai-nilai asing yang
terus masuk seiring dengan proses globalisasi.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan dan kehidupan social
berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka dihargai dan diterima sebagai warga
bangsa.
Dengan
demikian,
pembangunan
social
budaya
tidak
menciptakan
keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan
mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal/daerah
dengan pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan
menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila
Ketiga).
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai
puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan - kebudayaan di
daerah:
a.
Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan komuniti
setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
b.
Esa;
Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warganegara
Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun
c.
golongannya;
Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang
d.
berdaulat;
Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan masyarakat
majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat
relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan
e.
perorangan;
Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
4. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Hankam
Salah satu tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk itu, pemerintah berkewajiban
membangun system pertahanan dan keamanan yang mampu mewujudkan tujuan atau cita-cita
tersebut.Namun, para pendiri negara menyadari bahwa tugas tersebut bukan pekerjaan yang
ringan.Oleh karena itu, tugas ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau
sekelompok orang saja, melainkn menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.
Atas pemikiran tersebut, pemerintah menyusun dan memperkenalkan sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta (hankamrata).System ini pada dasarnya sesuai dengan nilai nilai
Pancasila, dimana pemerintah dan rakyat (baik perseorangan maupun kelompok) memiliki hak
dn kewajiban yang sama dalam usaha bela negara. Pancasila juga menganjurkan agar bangsa
Indonesia dapat hidu berdampingan secara damai : saling membantu, menolong, menjaga
perasaan orang atau kelompok lain, mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati
sehingga terbentuk kebersamaan dalam kesatuan dan persatuan.Pengembangan Hankam negara
tetap bertumpu dan berpegang pada pendekatan historis Sishankamrata.Sishankamrata yang kita
anut selama ini adalah sistem pertahanan dan keamanan negara yuang hakikatnya adalah
perlawanan rakyat semesta.Dalam arti bahwa kemampuan penangkalan yang diwujudkan oleh
sistem ini, sepenuhnya disandarkan kepada partisipasi, semangat dan tekat rakyat yang
diwujudkan dengan kemampuan bela negara yang dapat diandalkan.Kesemestaan harus dibina
sehingga seluruh kemampuan nasional dimungkinkan untuk dilibatkan guna menanggulangi
setiap bentuk ancaman, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. .
Seluruh wilayah merupakan tumpuan perlawanan dan segenap lingkungan harus dapat
didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk dan kesemestaan, memang menuntut pemanduan
upaya lintas sektoral serta pemahaman dari semua pihak, baik yang berada di suprastruktur
politik maupun di infrastruktur politik.Corak perlawanan rakyat semesta tersebut dengan
sendirinya merupakan kebutuhan, baik konteks kesiapan menghadapi kontinjensi sosial yang
setiap saat bisa terjadi, maupun menghadapi kontijensi bidang hankam. Disamping itu TNI juga
mendapat embanan tugas bantuan yang meliputi : Pertama, membantu penyelenggaraan kegiatan
kemanusiaan. Kedua, memberikan bantuan kepada kepolisian atas permintaan. Ketiga,
membantu tugas pemeliharaan perdamaian dunia.
Meskipun MPR telah dapat menetapkan peran TNI, maka masih diperlukan payung hukum
yang menjadi dasar dari perubahan fungsi dan organisasi.Sebagaimana diketahui Tap MPR
merupakan
aturan
dasar
yang
melalui
undang-undang
dapat
berwujud Verbindliche
tempat selain untuk merinci aturan dasar yang terdapat dapam Tap MPR, juga untuk menjadikan
aturan dasar itu mempunyai kekuatan memaksa hukum bagi pelanggar-pelanggarnya
5.
kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. hal ini dapat kita lihat adanya suatu kenyataan
banyak terjadinya konflik sosial pada masalah-masalah SARA, terutama pada masalah agama,
sebagai contoh tragedi di Ambon, Poso, Medan, Mataram, Kupang, dan masih banyak lagi
daerah yang lain yang terlihat semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan beragama
sehingga menyimpang dari asas kemanusiaan yang adil dan beradab.Pancasila telah memberikan
dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa untuk dapat hidup secara damai dalam
kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini.
Sebagai makhluk Tuhan YME manusia wajib untuk beribadah kepada Tuhan YME
dimanapun mereka hidup. Akan tetapi Tuhan menghendaki kehidupan manusia yang penuh
kedamaian dengan hidup berdampingan, saling menghormati, meskipun Tuhan menciptakan
adanya perbedaan, berbangsa-bangsa, bergolong-golong, berkelompok, baik sosial, politik,
budaya maupun etnis tidak lain untuk kehidupan yang damai berdasar pada kemanusiaan.Dalam
Pokok Pikiran IV, negara menegaskan bahwa, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, hal ini berarti bahwa kehidupan dalam negara
berdasar pada nilai-nilai ketuhanan, dengan memberikan kebebasan atas kehidupan beragama
atau dengan menjamin atas demokrasi dibidang agama. Setiap agama memiliki dasar-dasar
ajaran yang sesuai dengan keyakinan masing-masing dengan mendasarkan pergaulan kehidupan
dalam beragama atas nilai-nilai kemanusiaan yang beradab dan berdasar bahwa pemeluk agama
adalah bagian dari umat manusia di dunia.
Maka sudah seharusnya negara Indonesia mengembangkan kehidupan beragama ke arah
terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasar pada nilai
kemanusiaan yang beradab.
Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat beragama
perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut:
1) Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu komunitas
(ummatan wahidah).
2) Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan
komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip:
Saling menasehati
Dimensi Reality.
Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil berakar dalam
hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari
budaya dan pengalaman sejarahnya.
b.
Dimensi Idealisme.
Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama
dengan berbagai dimensinya.
c.
Dimensi Fleksibility.
Maksudnya
dimensi
pengembangan
Ideologi
tersebut
memiliki
kekuasaan
yang
a.
Aspek ontology, bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak
mengenal titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan.
Ilmu Pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai :
1.
hidup keseharian para warganya untuk terus menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.
Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya
sebagai metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara
negatif tidak bertentangan dengan ideal dari pancasila dan secara positif mendukung atau
mewujudkan nilai-nilai ideal pancasila.
Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK:
1. Sila ketuhanan yang mahaesa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan
mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan kehendak.
Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan
dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya
apakah merugikan manusia disekitarnya atau tidak. Pengolahan diimbangi dengan
melestarikan.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas
bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena
IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral.Oleh
karena itu, pengembangan Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi
kesejahteraan umat manusia.Iptek bukan untuk kesombongan dan keserakahan
manusia.Namun, harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
3. Sila persatuan Indonesia mengkomplementasiakan universalitas dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK
hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta
keluhuran bangsa sebagai bagian umat manusia di dunia.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
permusyawaratan
demokratis,
perwakilan
artinya
setip
mendasari
ilmuan
pengembangan
harus
memiliki
dalam
IPTEK
secara
kebebasan
untuk