Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum ke: 3 Hari/tanggal : Selasa/30 Agustus 2022

Biokimia Nutrisi Tempat : Laboratorium Biokimia


Praktikum Mikrobiologi Nutrisi
PJP : Dr. Dilla Mareistia Fassah, S.Pt., M.Sc
Nama Asisten : 1. Erika Julian C
2. Dessy Permata

BUFFER
Triliyani Lesmana
D2401211114
Kelompok 2/P2

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buffer atau larutan penyangga merupakan larutan yang pH-ynya jika
ditambahkan air, atau sedikit asam, maupun basa tidak berubah sama sekali. Hal
tersebut dikarenakan kemampuan larutan buffer mempertahankan pH mereka. Larutan
buffer mempertahankan pH mereka dibawah 7 dan terdiri dari larutan asam lemah dan
basa konjugasinya.
Rumen merupakan kantong yang berisi miliaran mikroba yang terdidi dari
bakteri, protozoa, dan jamur. Di dalam rumen terdiri dari bakteri selulotik (Amalia et al.
2019). Jumlah bakteri dalam rumen mencapai cairan rumen, protozoa
mencapai . Populasi mikroba dalam rumen sangat dipengaruhi oleh
jenis pakan yang diberikan dan jenis ternak. Buffer memiliki peranan penting dalam
tubuh ternak, karena proses reaksi enzim dan metabolisme zat makanan dalam tubuh
dapat merubah kisaran pH. Perubahan tersebut dapat memengaruhi metabolisme
nutrient dalam sel yang dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan, nafsu makan,
dan penyerapan zat makan di dalam sistem pencernaan pada ternak. Cairan rumen
memiliki sifat larutan penyangga agar rumen tidak cepat terkontaminasi zat lain akibat
perubahan pH yang begitu cepat. Saliva juga memiliki sifat lartan penyangga, hal
tersebut bertjuan agar dapat mempertahankan keseimbangnan ekosistem rongga mulut.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujun mempelajari perubaan pH akibat penambahan larutan
asam dan larutan basa kedalam larutan buffer dan membuat kurva titrasi.

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buffer
Buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan keadaan pH-nya dari
penambahan larutan asam maupun basa. Perubahan pH larutan pada larutan buffer tidak
terjadi secara signifikan. Hal tersebut dikarenakan kemampuan larutan buffer
mempertahankan pH mereka (Pitasari 2016).

2.2 Cairan rumen


Rumen merupakan kantong yang berisi miliaran mikroba yang terdidi dari
bakteri, protozoa, dan jamur. Di dalam rumen terdiri dari bakteri selulotik (Amalia et al.
2019). Jumlah bakteri dalam rumen mencapai cairan rumen, protozoa
mencapai . Populasi mikroba dalam rumen sangat dipengaruhi oleh
jenis pakan yang diberikan dan jenis ternak (Qadrianti 2014). Cairan rumen memiliki
sifat larutan penyangga agar rumen tidak cepat terkontaminasi zat lain akibat perubahan
pH yang begitu cepat.
2.3 Saliva buatan
Saliva merupakan cairan eksokrin yang mengandung unsur protein dan antibodi
seperti sIgA laktoferin peroksidase, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang
berperan pada pertahanan mukosa rongga mulut dan gigi. Saliva buatan berperan guna
mencegah infeksi oral mikropatogen seperti C. albicans, S. mutans, dan A.
Actinomycetemcpmitans (Gani et al. 2013). Adanya air liur yang mengandung larutan
penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sis-sisa
makanan. Air ludah mampu mempertahankan pH pada mulut sekitar 6,8 (Ammar et al.
2013).

2.4 Buffer fosfat


Buffer fosfat meru[akan buffer netral dengan pH kisaran 7. Buffer foafat dapat
menggunakan monosidium fosfat ( dan basa konjugasinya disodium fosfat
( Sitoplasma adalah tempat buffer fosfat pada makhluk hidup (Alviyulita et
al 2014)

2.5 NaOH
Natrium hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api termasuk
senyawa kimia dengan alkali tinggi. NaOH terdiri dari Natrium, Oksigen, dan Hidrogen
(Fatmawati et al. 2014). Bentuk yang dimiliki NaOH dominan padat (Hidayatullah dan
Triyana 2018).

2.6 HCl
Larutan asam klorida dapat berdisosiasi penuh dalam air sehingga sering
digunakan dalam analisis kimia guna mendetruksi sampel analisis. HCl merupakan
asam klorida zat aktivator (Supiati et al. 2013).

III MATERI DAN METODE


3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diguanakan pada praktikum antara lain kertas indikator, pH
meter, gelas ukur 60 ml. Pipet, corong, pengaduk magnet, pemanas air, buret 50 ml, dan
beaker glass 250 ml, botol selai, kaca pengaduk dan alat-alat lainnya yang digunakan.
Bahan yang digunakan pada praktikum antara lain cairan rumen, buffer fosfat, HCl 0,05
N, NaOH 0,05 N, Saliva buatan, dan aquades.

3.2 Prosedur Kerja


Titrasi cairan rumen dengan larutan HCl dan NaOH
Masukan cairan rumen ke dalam gelas ukur. Siapkan cairan rumen sebanyak 20
ml, tuuangkan ke dalam botol selai. Pastikan botol selai sudah bersih dan tidak
terkontaminasi zat lain. Ukur pH cairan rumen menggunakan kertas indikator pH,
kemudian catat pH awal rumen. Siapkan larutan HCl, kemudian ukur menggunakan
indikator dan catat pH awal HCl. Jika sudah diukur, ambil HCl menggunakan pipet
mohr 10 ml dan buld, keudain tuangkan ke dalam botol gelas yang terisi rumen. Ukur
pH cairan rumen dengan menggunakan kertas indikator pH, jika pH cairan rumen belum
mencapai pH HCl, tambahkan lagi larutan HCl sampai cairan rumen mencapai pH
larutan HCl. Lakuakn prosedur yang sama kepada larutan NaOH.
Titrasi larutan buffer fosfat dengan larutan HCl dan NaOH
Siapkan larutan buffer fosfat dan masukan ke dalam gelas ukur dan ukur
sebanyak 20 ml. Tuangkan larutan buffer fosfat ke dalam botol selai yang sudah bersih
dan tidak terkontaminasi zat lain. Ukur pH buffer fosfat menggunakan kertas indikator
pH, lalu catat pH awal larutan. Siapkan larutan HCL, kemudian masukan ke dalam gelas
piala/botol selai. Ukur pH HCl dengan menggunakan kertas indikator, lalu catat pH
awal. Tuangkan 10 ml larutan HCl ke dalam larutan buffer fosfat, kemudain aduk
larutan buffer fosfat yang telah dimasukan HCl sebanayak 10 ml menggunakan
pengaduk kaca. Ukur pH larutan buffer fosfat dengan menggunakan kertas indikator
pH. Catat perubahan pH, jika belum mencapai pH larutan HCl tuangkan kembali larutan
HCl sampai mencapai pH larutan HCl. Lakuakn prosedur yang sama terhadap laruan
NaOH.
Titrasi larutan asam HCl dan basa NaOH
Siapkan larutan HCl dan masukan ke dalam gelas ukur dan ukur sebanyak 20
ml. Tuangkan larutan HCl ke dalam botol selai yang telah bersih dan tidak
terkontaminasi zat lain. Ukur PpH awal larutan dengan menggunakan kertas indikator
pH, keudain catat pH awal larutan. Siapkan larutan Naoh dn masukkan ke dalamgelas
piala. Ukur pH NaOH menggunakan kertas indikator pH dan catat pH yang didapat.
Ambil larutan NaOh dengan menggunakan pipet mohr sebanyak 10 ml. Tuangkan
larutan NaOH ke dalam larutan HCl kemudian aduk dengan pengaduk kaca. Ukur pH
larutan HCl yang telah dituangkan larutan NaOH dengan menggunakan kertas indikator
pH dan catat hasinya. Jika beumm menncapai pH larutan NaOH tuangkan kembali
larutan NaOH sampai pH mencapai pH larutan NaOh. Lakukan prosedur yang sama
dengan menggunakan lartan NaOH sebagai buffer.
Titrasi lautan saliva buatan (McDougall) dengan larutan HCl dan NaOH
Siapkan laruan saliva buatan (McDougall) lalu masukan ke dalamm gelas ukur.
Ukur sebanyak 20 ml, kemudian tuangkan ke dalam botol selai yang sudah bersih dan
tidak terkontiminasi zat lain. Ukur pH awal dengan menggunakan kertas indikator pH
dan catat pH awal larutan. Siapkan larutan HCl dan masukan ke dalam gelas piala. Ukur
pH HCl dengan menggunakan kertas indikator pH, kemudian catat hasilnya. Ambil
larutan HCl dengan menggunakan pipet mohr sebanyak 10 ml dan masukan ke dalam
larutan saliva buatan. Aduk menggunakan pengaduk kaca, lalu ukur pH dengan
menggunakan kertas indikator. Catat hasil perubahan pH tersebut, jika pH larutan saliva
belum mencapi pH larutan HCl masukan kembali larutan HCl hingga pH larutan
mencapai pH larutan HCl. Lakukan prosedur yang sama kepada larutan NaOH.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut penyajian perubahan pH yang terjadi pada cairan rumen setelah
dicampur larutan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Cairan rumen yang memiliki pH 7
setelah diukur menggunakan kertas indikator pH. Uji menentukan pH sifat larutan
penyangga pada cairan rumen, kedua larutan yaitu NaOH dan HCl dimasukkan ke
dalam cairan rumen. Cairan rumen akan mengalami perubahan pH menjadi 12 setelah
dicampurkan larutan NaOH 0,05 N sebanyak 50 ml dan 1 setelah dicampurkan HCl
0,05 N sebanyak 100 ml.
Tabel 1. Hasil titrasi cairan rumen dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N

Volume HCl pH larutan Volume NaOH pH larutan


0,05 N (ml) 0,05 N (ml)
0 7 0 7
10 7 10 7
20 5 20 9
30 5 30 11
40 5 40 11
50 4 50 12
60 4 - -
70 3 - -
80 2 - -
90 2 - -
100 1 - -

14

12

10

8
pH

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Volume HCl dan NaOH

pH HCl pH NaOH

Grafik 1 Hasil titrasi cairan rumen dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N
Berikut penyajian tabel perubahan pH larutan buffer fosfat setelah dicampur
larutan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Larutan buffer fosfat yang memiliki pH awal 7
setelah diukur menggunakan kertas indikator pH. Larutan bufer memiliki perubahan
mencapai 12 setelah dicampurkan NaOH 0,0 N sebanyak 20 ml dan 1 setelah
dicampurkan HCl 0,05 N sebanyak 30 ml.
Tabel 2. Hasil titrasi larutan buffer fosfat dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N

Volume HCl pH larutan Volume NaOH 0,05 pH larutan


0,05 N (ml) N (ml)
0 7 0 7
10 6 10 6
20 2 20 12
30 1 - -

14

12

10

8
pH

0
0 10 20 30
Volume HCl dan NaOH

pH HCl pH NaOH

Grafik 2 Hasil titrai larutan buffer fosfat dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N
Berikut penyajian tabel perubahan pH saliva buatan seteah dicampurkan larutan
NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Saliva buatan yang memiliki pH awal 9 setelah diukur
menggunakan kertas indikator pH. Uji menentukan sifat larutan penyangga pada saliva
buatan, alrutan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N dicampurkan ke dalam saliva buatan.
Saiva buatan mengalami perubahan pH mencapai 12 setelah dicampurkan NaOH 0,05N
sebanyak 40 ml dan 1 setelah dicampurkan HCl 0,05 N sebanyak 100 ml.
Tabel 3. Hasil titrasi saliva buatan dengan HC 0,05 N dan NaOH 0,05 N

Volume HCl pH larutan Volume NaOH pH larutan


0,05 N (ml) 0,05 N (ml)
0 9 0 9
10 8 10 10
20 7 20 10
30 6 30 11
40 6 40 12
50 5 - -
60 3 - -
70 3 - -
80 2 - -
90 2 - -
100 1 - -

14

12

10

8
pH

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Volume HCl dan NaOH

pH HCl pH NaOH

Grafik 3 Hasil titrasi saliva buatan dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N
Berikut penyajian tabel perubahan pH larutan NaOH 0,05 N setelah dicampur
HCl 0,05 N dan HCl 0,05 N setelah dicampur NaOH 0,05 N. Larutan NaOH 0,05 N
mengalami perubhan pH dari 11 menjadi 1 setelah dicampurkan HCl 0,05 N sebanyak
40 ml dan HCl 0,05 N mengalami perubahan pH dari 1 menjadi 11 setelah dicampurkan
NaOH 0,05 N sebanyak 30 ml.
Tabel 4. Hasil titrasi larutan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N

Volume HCl pH larutan Volume NaOH pH larutan


0,05 (ml) 0,05 N (ml)
0 1 0 11
10 1 10 11
20 10 20 11
30 11 30 2
- - 40 1
12

10

8
pH

0
0 10 20 30 40
Volume HCl dan NaOH

pH HCl pH NaOH

Grafik 4 Hasil titrasi larutan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N

4.2 Pembahasan
Buffer atau larutan penyangga merupakan larutan yang pH-nya jika
ditambahkan air, atau sedikit asam, maupun basa tidak berubah sama sekali. Hal
tersebut dikarenakan kemampuan larutan buffer mempertahankan pH mereka. Larutan
buffer mempertahankan pH mereka dibawah 7 dan terdiri dari larutan asam lemah dan
basa konjugasinya. larutan buffer asam memiliki pH kurang dari 7 dan berfungsi
mempertahankan pH kondisi asam. Larutan buffer basa memiliki pH lebih dari 7 dan
berfungsi mempertahankan pH pada kondisi basa.
Buffer memiliki peranan penting di dalam tubuh ternak karena proses reaksi
enzim atau metabolisme zat makanan terjadi dalam kisaran pH yang sempit. Perubahan
pH dapat memengaruhi metabolisme nutrient dalam sel yang dapat menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan, nafsu makan, dan penyerapan zat makan di dalam sistem
pencernaan pada ternak. Pada proses pencernaan hewan ruminansia akan menghasilkan
larutan buffer alami seperti saliva yang disekresikan oleh kelenjar sublingualis dan
submandibularis. Saliva berfungsi sebagai larutan penyangga yang dapat menetralkan
kondisi pH rumen yang asam (Prabowo et al. 2017). Rumen memiliki sifat larutan
penyangga agar rumen tidak cepat terkontaminasi zat lain akibat perubahan pH ysng
cepat.
Data pada tabel pertama menunjukan titrasi cairan rumen dengan penambahan
100 ml HCl cairan rumen mencapai Ph HCl yaitu 1, sedangkan penambahan 50 ml
NaOH cairan rumen sudah mencapai pH NaOH yaitu 12. Pada tabel kedua menunjukan
titrasi larutan buffer fosfat dengan penambahan 30 ml HCl larutan buffer fosfat
mencapai Ph HCl yaitu 1, sedangkan pada penambahan 20 ml HCl larutan buffer fosfat
sudah mencapai Ph HCl yaitu 1. Pada tabel ketiga menunjukan hasil titrasi saliva buatan
dengan penambahan HCl 0,05 N sebanyak 40 ml larutan buffer fosfat mencapai Ph HCl
yaitu 1, sedangkan dengan penambahan 30 ml NaOH 0,05 N larutan buffer fosfat sudah
mencapai Ph NaOH yaitu 1.pada tabel terakhir menunjukan titrasi HCl 0,05 N dengan
penambahan NaOH 0,05 N sebanyak 100 ml mencapai Ph HCl 0,05 N yaitu 1,
sedangkan dengan penambahan 40 ml NaOH 0,05 N HCl 0,05 N sudah mencapai Ph
HCl yaitu 12.

V SIMPULAN
Larutan buffer memiliki sifat mempertahankan pH mereka sehingga pada saat
larutan disterilkan dengan larutan pH tertentu, perubahan pH pada larutan buffer tidak
berubaha secara signifikan. Larutan penyangga (buffer) memiliki asam yang dapat
menahan kenaikan pH dan basa yang dapat menahan penurunan pH.
DAFTAR PUSTAKA
Alviyulita M, Hasibuan P, Hanum F. 2014. Pengaruh penambahan ammonium sulfat
(NH4)2SO4 dan waktu perendaman buffer fosfat terhadap perolehan crude papin
dari dau pepaya. Jurnal Teknik Pepaya. 3(3): 20-25.
DOI:https://doi.org/10.32734/jtk.v3i3.1611
Amalia N Y, Surono S, & Sutrisno S. 2019. Pengaruh Penambahan Isi Rumen dalam
Ransum terhadap Konsumsi Nutrien pada Domba Pasca Sapih Dini. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 14(3), 265-271.DOI:
https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.3.265-271
Ammar H,Boddas R, Gonzales L, Salem Z, Giraldes F, Andres S, Lops S. 2013. Effets
of pre-inubation in sheep and goat saliva on in vitro rumen digestion of
tanniferous browsw foliage. The Journal of Agricultural Science. 151(6), 898-
906. DOI:https://doi.org/10.1017/S002185961300018X
Fatmawati S, Julianto T, Rubiyanto D. 214. Isomerisasi seyawa 3-carene menjadi 4-
carene menggunakan katalis NaOH-Klorotoluena. Indonesian. Journal of
Chemical Research. 1(2):51-52. Doi:https://doi.org/10.20885/ijcr.vol1.iss2.art7\
Gani B A, Soraya C, Nasution A I, Zikri N, & Rahadianur R. 2013. Perubahan pH
Saliva Buatan Setelah Diinteraksikan Dengan Candida Albicans, Streptococcus
Mutans, dan Aggregatibacter Actinomycetemcomitans. Cakradonya Dental
Journal, 5(2), 564-571.
Hidayatullah M, Triyana K. 2018. Pengukuran konsentrasi larutan sodium hidroksida
(NaOH) dengan transuder kapasitif. Jurnal Ilmu Fisika.10(1):17-27. DOI:
https://doi.org/10.25077/jif.10.1.17-27.2018
Pitasari R, Yunaningsih A. 2016. Peningkatan keterampilan generik sains siswa melalui
Task Based Learning pada larutan buffer. Jurnal Tadris Kimiya. 1(1):1-2.DOI:
https://doi.org/10.15575/jta.v1i1.1161
Prabowo MD, Sambodho P, Harjanti DW, Santosa SAB. 2017. Pengaruh penambahan
baking soda dalam pakan terhadap kandungan serum glutamatat piruvat
transaminase dan serum glutamat oksaloasetat transaminase sapi perah laktasi.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan. 5(3): 128-132.DOI:
https://doi.org/10.20956/jitp.v5i3.3087
Qadriyanti D. 2014. Karateristik degradasi ADF dan NDF tiga jenis pakan yang
disupleimentasi daun gamal dalam rumen kambing secara in sacco [skripsi].
Makassar (ID) : Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai