BUFFER
Triliyani Lesmana
D2401211114
Kelompok 2/P2
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujun mempelajari perubaan pH akibat penambahan larutan
asam dan larutan basa kedalam larutan buffer dan membuat kurva titrasi.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buffer
Buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan keadaan pH-nya dari
penambahan larutan asam maupun basa. Perubahan pH larutan pada larutan buffer tidak
terjadi secara signifikan. Hal tersebut dikarenakan kemampuan larutan buffer
mempertahankan pH mereka (Pitasari 2016).
2.5 NaOH
Natrium hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api termasuk
senyawa kimia dengan alkali tinggi. NaOH terdiri dari Natrium, Oksigen, dan Hidrogen
(Fatmawati et al. 2014). Bentuk yang dimiliki NaOH dominan padat (Hidayatullah dan
Triyana 2018).
2.6 HCl
Larutan asam klorida dapat berdisosiasi penuh dalam air sehingga sering
digunakan dalam analisis kimia guna mendetruksi sampel analisis. HCl merupakan
asam klorida zat aktivator (Supiati et al. 2013).
14
12
10
8
pH
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Volume HCl dan NaOH
pH HCl pH NaOH
Grafik 1 Hasil titrasi cairan rumen dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N
Berikut penyajian tabel perubahan pH larutan buffer fosfat setelah dicampur
larutan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Larutan buffer fosfat yang memiliki pH awal 7
setelah diukur menggunakan kertas indikator pH. Larutan bufer memiliki perubahan
mencapai 12 setelah dicampurkan NaOH 0,0 N sebanyak 20 ml dan 1 setelah
dicampurkan HCl 0,05 N sebanyak 30 ml.
Tabel 2. Hasil titrasi larutan buffer fosfat dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N
14
12
10
8
pH
0
0 10 20 30
Volume HCl dan NaOH
pH HCl pH NaOH
Grafik 2 Hasil titrai larutan buffer fosfat dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N
Berikut penyajian tabel perubahan pH saliva buatan seteah dicampurkan larutan
NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N. Saliva buatan yang memiliki pH awal 9 setelah diukur
menggunakan kertas indikator pH. Uji menentukan sifat larutan penyangga pada saliva
buatan, alrutan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N dicampurkan ke dalam saliva buatan.
Saiva buatan mengalami perubahan pH mencapai 12 setelah dicampurkan NaOH 0,05N
sebanyak 40 ml dan 1 setelah dicampurkan HCl 0,05 N sebanyak 100 ml.
Tabel 3. Hasil titrasi saliva buatan dengan HC 0,05 N dan NaOH 0,05 N
14
12
10
8
pH
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Volume HCl dan NaOH
pH HCl pH NaOH
Grafik 3 Hasil titrasi saliva buatan dengan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N
Berikut penyajian tabel perubahan pH larutan NaOH 0,05 N setelah dicampur
HCl 0,05 N dan HCl 0,05 N setelah dicampur NaOH 0,05 N. Larutan NaOH 0,05 N
mengalami perubhan pH dari 11 menjadi 1 setelah dicampurkan HCl 0,05 N sebanyak
40 ml dan HCl 0,05 N mengalami perubahan pH dari 1 menjadi 11 setelah dicampurkan
NaOH 0,05 N sebanyak 30 ml.
Tabel 4. Hasil titrasi larutan HCl 0,05 N dan NaOH 0,05 N
10
8
pH
0
0 10 20 30 40
Volume HCl dan NaOH
pH HCl pH NaOH
4.2 Pembahasan
Buffer atau larutan penyangga merupakan larutan yang pH-nya jika
ditambahkan air, atau sedikit asam, maupun basa tidak berubah sama sekali. Hal
tersebut dikarenakan kemampuan larutan buffer mempertahankan pH mereka. Larutan
buffer mempertahankan pH mereka dibawah 7 dan terdiri dari larutan asam lemah dan
basa konjugasinya. larutan buffer asam memiliki pH kurang dari 7 dan berfungsi
mempertahankan pH kondisi asam. Larutan buffer basa memiliki pH lebih dari 7 dan
berfungsi mempertahankan pH pada kondisi basa.
Buffer memiliki peranan penting di dalam tubuh ternak karena proses reaksi
enzim atau metabolisme zat makanan terjadi dalam kisaran pH yang sempit. Perubahan
pH dapat memengaruhi metabolisme nutrient dalam sel yang dapat menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan, nafsu makan, dan penyerapan zat makan di dalam sistem
pencernaan pada ternak. Pada proses pencernaan hewan ruminansia akan menghasilkan
larutan buffer alami seperti saliva yang disekresikan oleh kelenjar sublingualis dan
submandibularis. Saliva berfungsi sebagai larutan penyangga yang dapat menetralkan
kondisi pH rumen yang asam (Prabowo et al. 2017). Rumen memiliki sifat larutan
penyangga agar rumen tidak cepat terkontaminasi zat lain akibat perubahan pH ysng
cepat.
Data pada tabel pertama menunjukan titrasi cairan rumen dengan penambahan
100 ml HCl cairan rumen mencapai Ph HCl yaitu 1, sedangkan penambahan 50 ml
NaOH cairan rumen sudah mencapai pH NaOH yaitu 12. Pada tabel kedua menunjukan
titrasi larutan buffer fosfat dengan penambahan 30 ml HCl larutan buffer fosfat
mencapai Ph HCl yaitu 1, sedangkan pada penambahan 20 ml HCl larutan buffer fosfat
sudah mencapai Ph HCl yaitu 1. Pada tabel ketiga menunjukan hasil titrasi saliva buatan
dengan penambahan HCl 0,05 N sebanyak 40 ml larutan buffer fosfat mencapai Ph HCl
yaitu 1, sedangkan dengan penambahan 30 ml NaOH 0,05 N larutan buffer fosfat sudah
mencapai Ph NaOH yaitu 1.pada tabel terakhir menunjukan titrasi HCl 0,05 N dengan
penambahan NaOH 0,05 N sebanyak 100 ml mencapai Ph HCl 0,05 N yaitu 1,
sedangkan dengan penambahan 40 ml NaOH 0,05 N HCl 0,05 N sudah mencapai Ph
HCl yaitu 12.
V SIMPULAN
Larutan buffer memiliki sifat mempertahankan pH mereka sehingga pada saat
larutan disterilkan dengan larutan pH tertentu, perubahan pH pada larutan buffer tidak
berubaha secara signifikan. Larutan penyangga (buffer) memiliki asam yang dapat
menahan kenaikan pH dan basa yang dapat menahan penurunan pH.
DAFTAR PUSTAKA
Alviyulita M, Hasibuan P, Hanum F. 2014. Pengaruh penambahan ammonium sulfat
(NH4)2SO4 dan waktu perendaman buffer fosfat terhadap perolehan crude papin
dari dau pepaya. Jurnal Teknik Pepaya. 3(3): 20-25.
DOI:https://doi.org/10.32734/jtk.v3i3.1611
Amalia N Y, Surono S, & Sutrisno S. 2019. Pengaruh Penambahan Isi Rumen dalam
Ransum terhadap Konsumsi Nutrien pada Domba Pasca Sapih Dini. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 14(3), 265-271.DOI:
https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.3.265-271
Ammar H,Boddas R, Gonzales L, Salem Z, Giraldes F, Andres S, Lops S. 2013. Effets
of pre-inubation in sheep and goat saliva on in vitro rumen digestion of
tanniferous browsw foliage. The Journal of Agricultural Science. 151(6), 898-
906. DOI:https://doi.org/10.1017/S002185961300018X
Fatmawati S, Julianto T, Rubiyanto D. 214. Isomerisasi seyawa 3-carene menjadi 4-
carene menggunakan katalis NaOH-Klorotoluena. Indonesian. Journal of
Chemical Research. 1(2):51-52. Doi:https://doi.org/10.20885/ijcr.vol1.iss2.art7\
Gani B A, Soraya C, Nasution A I, Zikri N, & Rahadianur R. 2013. Perubahan pH
Saliva Buatan Setelah Diinteraksikan Dengan Candida Albicans, Streptococcus
Mutans, dan Aggregatibacter Actinomycetemcomitans. Cakradonya Dental
Journal, 5(2), 564-571.
Hidayatullah M, Triyana K. 2018. Pengukuran konsentrasi larutan sodium hidroksida
(NaOH) dengan transuder kapasitif. Jurnal Ilmu Fisika.10(1):17-27. DOI:
https://doi.org/10.25077/jif.10.1.17-27.2018
Pitasari R, Yunaningsih A. 2016. Peningkatan keterampilan generik sains siswa melalui
Task Based Learning pada larutan buffer. Jurnal Tadris Kimiya. 1(1):1-2.DOI:
https://doi.org/10.15575/jta.v1i1.1161
Prabowo MD, Sambodho P, Harjanti DW, Santosa SAB. 2017. Pengaruh penambahan
baking soda dalam pakan terhadap kandungan serum glutamatat piruvat
transaminase dan serum glutamat oksaloasetat transaminase sapi perah laktasi.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan. 5(3): 128-132.DOI:
https://doi.org/10.20956/jitp.v5i3.3087
Qadriyanti D. 2014. Karateristik degradasi ADF dan NDF tiga jenis pakan yang
disupleimentasi daun gamal dalam rumen kambing secara in sacco [skripsi].
Makassar (ID) : Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN