Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Hari / Tanggal : Kamis / 22 September 2016

Landasan Biokimia PJP : Syaefudin, S.Si.,M.Si


Asisten : Nickita Dewi Safina
M. Maftuchin Sholeh
Raditya Putra
Kartika Anggraeni

KOLOID, BUFER, DAN TEKANAN OSMOTIK

Kelompok 5
Efa Nur Fauziyah G84150051
Sukma Tri Putra G84150003
Zulfikar Muhammad G84150023
Muhammad Nur Alfi Lail G84150077

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN

Keadaan koloid merupakan keadaaan antara larutan dan suspensi. Kondisi


koloid memiliki partikel yang terlalu besar untuk disebut terlarut namun terlalu
kecil untuk disebut sebagai endapan. Hampir semua zat baik dalam bentuk gas,
cair maupun padat dapat dijadikan koloid. Suatu zat yang memiliki ukuran
partikel antara kira-kira 10-9 m sampai 2x10-7 m dikatakan berada dalam keadaan
koloid. Banyak contoh dari koloid yang akrab dengan kehidupan sehari-hari
seperti selai, mayones, tinta cina, susu, sabun, mentega,kabut dan masih banyak
lagi (Keenan et al. 1984).
Berdasarkan sifat adsorpsinya terhadap medium pendispersinya koloid
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni koloid liofil dan koloid liofob. Contoh
dari koloid liofil adalah koloid gelatin dan koloid pati sedangkan koloid liofob
adalah koloid biru berlin dan koloid ferihidroksida. Adapun jenis koloid
berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya antara lain sol, aerosol, emulsi,
buih dan gel (Samsi et al. 2009).
Bufer atau sering disebut sebagai larutan penyangga, adalah sistem larutan
yang cenderung mempertahankan pH terhadapa penambahan sedikit asam
maupun basa. Bufer dapat dibuat dengan menyampurkan asam lemah dengan
garam atau basa konjugatnya, maupun basa lemah dengan garam atau asam
konjugatnya. Larutan bufer berperan besar dalam mengatur kelarutan ion-ion
dalam larutan sekaligus mempertahankan pH dalam proses fisiologi dan biokimia.
Untuk memperhatikan pH optimum pada kerja enzim, diperlukan untuk
mempertahankan pH dalam tubuh (Lehninger 1998).
Sistem bufer yang terdapat dalam tubuh manusia adalah sistem bufer
fosfat dan bufer karbonat. Bufer fosfat berperan dalam mengatur pH cairan
intraseluler, misalnya darah. Selain itu, bufer fosfat juga terdapat pada cairan
ekstraseluler dalam jumlah yang sedikit dan berperan pada pengaturan pH urine.
Bufer karbonat memiliki peran dalam mengatur pH darah,terutama pada saat
pengikatan O2 dan CO2 pada darah (Sihaloho 2013).
Tekanan osmosis merupakan pertukaran air antara sel dengan lingkungan
karena perbandingan konsentrasi. Proses osmosis adalah suatu proses difusi air
melalui selaput permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi
rendah ke tempat berkonsentrasi tinggi (Kuntoro et al. 2007). Menurut Cotton
(1989), tekanan osmotik merupakan daya dorong air yang dihasilkan oleh
partikel-partikel zat terlarut di dalamnya. Tekanan ini, bergantung pada jumlah zat
yang tidak larut. Proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air
seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Tekanan osmotik larutan adalah tekanan yang harus diberikan kepada larutan
untuk mencegah masuknya aliran air ke dalam. Besarnya tekanan osmosis
tergantung pada temperatur air dan konsentrasi dari suatu larutan. Praktikum ini
bertujuan mengamati koloid liofil dan liofob serta pengendapannya oleh garam,
membuat bufer asetat dan fosfat dalam berbagai tingkatan pH, serta mengamati
tekanan osmotik cairan sel darah merah.
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum dilakukan pada hari Kamis, 22 September 2016 pukul 13.00


sampai pukul 16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Pendidikan Biokimia 1,
Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah koloid gelatin 2%, koloid
pati 2%, koloid biru berlin, koloid ferihidroksida, larutan NaCl 10%, larutan NaCl
5%, larutan NaCl 0.9%, larutan NaCl 0.3%, MgSO4, koloid CuSO4 5%, larutan
eosin, larutan giemsa, asam asetat 0.1 N, Na-asetat 0.1 N, Na2HPO4 0.2 N,
NaH2PO4 0.02 M dan darah ayam. Sedangkan alat yang digunakan adalah tabung
reaksi, pipet Mohr, bulb, batang pengaduk, pH universal, pipet tetes, mikroskop,
dan kaca preparat.

Prosedur Praktikum

Larutan Koloid Liofil


a. Koloid gelatin 2%
Gelas piala 250 ml diisi dengan 2 g gelatin dan 25 ml akuades
dingin, dibiarkan sampai semua gelatin menarik air dan mengembang. Air
panas sebanyak 75 mL dituang ke dalam gelas piala dan diaduk hingga
homogen.
b. Koloid pati 2%
Gelas piala 250 mL diisi dengan 2 g pati dan 10 mL air dingin, lalu
diaduk hingga homogen. Air mendidih sebanyak 90 mL dituang ke gelas
piala dan diaduk lagi sampai homogen.

Koloid Liofob
a. Koloid biru berlin
Sebanyak 10 mL campuran FeCl3 0.02 N dan K4Fe(CN)6 0.2 N
dipipet ke dalam gelas piala 100 mL dan diaduk sampai homogen.
Campuran tersebut diambil sekitar 5 mL dan diencerkan seperlunya untuk
mengetahui ada tidaknya endapan.
b. Koloid ferihidroksida
Sebanyak 1 mL ferihidroksida dipipet ke dalam gelas piala yang
berisi 200 mL air mendidih, lalu diaduk hingga homogen. Warna yang
terbentuk dari campuran itu diamati dan dibandingkan antara koloid liofil
dengan liofob.

Pengendapan Koloid dengan Larutan Garam


a. Pengendapan koloid liofil dengan larutan NaCl 10%
Koloid gelatin sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambah dengan larutan NaCl 10% sebanyak 5 ml. Campuran
kemudian dihomogenkan dan ditunggu selama satu jam. Setelah satu jam
campuran ditambahkan MgSO4 dan diaduk hingga terbentuk endapan. Hal
serupa juga dilakukan pada koloid pati sebagai pengganti koloid gelatin.
b. Pengendapan koloid liofob dengan larutan garam
Sebanyak 2 ml koloid biru berlin dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Setelah itu ditambahkan dengan larutan NaCl 10% sebanyak 5ml.
Campuran dihomogenkan dan didiamkan selama satu jam. Campuran
kemudian ditambahkan MgSO4 dan diaduk hingga membentuk endapan
yang lebih banyak. Hal serupa juga dilakukan pada koloid ferihidroksida
sebagai pengganti koloid biru berlin.
c. Sifat-sifat larutan koloid (difusi melalui gel)
Ke dalam empat buah tabung reaksi dimasukkan koloid gelatin 15%
masing-masing sebanyak 5 ml, dan didinginkan hingga membeku
membentuk gel. Kemudian ditambahkan larutan koloid CuSO4 5% pada
tabung pertama, larutan koloid biru berlin pada tabung kedua, eosin pada
tabung ketiga dan larutan giemsa pad atabung keempat. Campuran disimpan
kembali dalam lemari pendingin selama satu malam. Setelah itu diamati
larutan mana yang mengalami difusi.

Cara Pembuatan Bufer dalam Berbagai pH


a. Bufer standar asetat (Walpole)
Larutan asam asetat 0.1 N dan Na-asetat dicampur dengan
perbandingan sebagai berikut:
Asam asetat 0.1 N (ml) Na-asetat 0.1 (ml)
9.25 0.75
8.20 1.80
6.30 3.70
4.00 6.00
2.10 7.90
Kemudian campuran dihomogenkan dan diukur pH dari setiap campuran
dengan menggunakan pH universal.
b. Bufer fosfat standar (Sorensen)
Larutan Na2HPO4 0.2 M dan KH2PO4 dicampur dengan
perbandingan sebagai berikut:
Na2HPO4 0.2 M (ml) KH2PO4 0.2 (ml)
0.50 9.50
1.20 8.80
2.70 7.30
5.00 5.00
7.15 2.85
Setelah dicampurkan, diukur pH dari setiap larutan campuran dengan
menggunakan pH universal.

Tekanan Osmotik Cairan Sel Darah Merah


Sebanyak 3 buah tabung reaksi masing-masing diisi 5 mL larutan NaCl 0.3
%, NaCl 0.9 %, dan NaCl 5 %. Beberapa tetes darah ayam disuspensikan ke
dalam masing-masing larutan yang telah disediakan. Endapan yang terbentuk
diamati dan dibandingkan tiap tabung reaksi. Dilakukan juga pengamatan sel
darah merah ketiga suspensi tersebut di bawah mikroskop.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sifat absorbsi


terhadap medium pendispersinya, yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid
liofil adalah sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya
absorbsi yang tinggi sehingga dapat menarik mediumnya (Sukhriwati 2016).
Koloid liofob adalah sistem koloid dimana terdapat gaya tarik menarik antara fase
terdispersi dan medium pendispersinya (Atkins 1999). Perbedaan antara koloid
liofil dan koloid liofil diantaranya yaitu pada koloid koloid liofil bermuatan
partikel kecil bahkan tidak bermuatan, sedangkan koloid liofob bermuatan positif
atau negatif. Partikel koloid liofil dapat mengabsorbsi medium pendispersi,
sementara partikel liofob mengabsorbsi partikel ion yang tidak bermuatan. Selain
itu, viskositas sol liofil lebih besar dari medium pendispersinya, viskositas sol
liofob hampir sama dengan medium pendispersinya (Atkins 1999).
Suatu koloid apabila ditambahakan memiliki respon yang berbeda-beda,
bergantung dengan jenis koloid yang diuji. Berikut hasil pengamaatan proses
pengendapan beberapa jenis koloid dengan penambahan garam.

Tabel 1 Pengendapan koloid liofil dan liofob oleh garam.


Larutan NaCl MgSO4 Gambar

Koloid gelatin - -

Koloid pati - +

Koloid biru berlin + +

Koloid ferihidroksida + +

Keterangan :
(-) : tidak terbentuk endapan
(+) : terbentuk endapan
Koloid liofil yang digunakan yaitu koloid gelatin dan koloid pati. Pada
gelatin dan pati tidak terbentuk endapan ketika ditambahkan NaCl 10%, tetapi
ketika ditambahkan MgSO4 pada pati terbentuk endapan sementara pada gelatin
tetap tidak ada endapan. Koloid liofob yaitu biru berlin dan ferihidroksida
mengalami pengendapan ketika ditambah dengan NaCl 10%, dan ketika ditambah
MgSO4 endapan bertambah banyak. Hal ini disebabkan, koloid liofil memiliki
ikatan ionik sehingga susah mengikat air dan ketika ditambah MgSO4 yang
memiliki ikatan kovalen dapat mengikat air dengan mudah. Sedangkan ikatan
antara koloid liofob dengan air sangat lemah sehingga ikatannya mudah diputus
dengan NaCl dan NaCl akan berikatan dengan air dan membentuk endapan.
Garam dapat mengendapkan koloid karena garam akan berikatan dengan
air pada larutan sehingga zat terdipersinya akan keluar dari larutan tersebut dan
membentuk endapan. Garam MgSO4 digunakan karena merupakan senyawa ionik
kuat yang berasal dari ion Mg2+ dan SO42- sehingga dapat dengan mudah
mengendapakan koloid (Pettrucci 1985).
Sifat-sifat larutan koloid diantaranya efek Tyndall, gerak Brown dari
partikel koloid dalam medium pendispersi, dan adsorpsi penyerapan suatu zat di
permukaan zat lain (Stoker 1991). Salah satu sifat koloid yang diamati yakni
difusi. Hasil perngamatan menunjukkan koloid liofil dan liofil akan menghasilkan
difusi. Seperti yang terjadi pada larutan gelatin+CuSO4, gelatin+eosin dan
gelatin+giemsa. Berbeda dengan campuran gelatin dengan biru berlin yang tidak
mengalami difusi. Campuran liofil-liofil dapat berifusi karena koloid liofil dapat
mengabsorbsi medium pendispersinya. Sedangkan koloid liofil-liofob tidak
mengalami difusi karena gaya tarik-menarik antar larutan rendah (Lehninger
1998).
Tabel 2 Sifat-sifat larutan koloid (difusi melalui gel).
Larutan Jenis koloid Gambar

CuSO4 Liofil

Biru berlin Liofob

Eosin Liofil

Giemsa Liofil
Difusi ialah suatu proses distribusi molekul-molekul dalam larutan secara
merata. Sementara perembesan ialah proses masuknya larutan melalui celah-celah
kosong pada koloid. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown, sehingga dapat
dianggap partikel-partikel koloid berdifusi karena adanya gerak Brown. Koloid
liofil-liofil memiliki ciri berdifusi dengan ditandai dengan adanya gradien warna.
Sedangkan untuk koloid liofob-liofil tidak mengalami difusi, terlihat dari tabung
yang telah dibalik terjadi perembesan yang tampak dari tercampurnya warna
(Alberts et al. 2004).
Tabel 3 Nilai pH bufer asetat.
Volume CH3COOH Volume CH3COONa
pH indikator pH teoritis Kapasitas bufer
0.1 N (ml) 0.1 N (ml)
9.25 0.75 4 3.6635 0.77
8.20 1.80 4 4.0958 0.86
6.30 3.70 4 4.5243 0.95
4.00 6.00 5 4.9138 1.04
2.10 7.90 5 5.3298 1.12
Contoh perhitungan Bufer Asetat
pH teoritis
mol asam
[H+] = Ka mol garam
M CH3COOH x V CH3COOH
= Ka M CH3COONa x V CH3COOH
-5 0,1 M x 4 mL
= 1,75 x 10 0,1 M x 6 mL
= 1,173 x 10-5
pH = 5- log (1,173) = 4,931
pH 4,931 4,931
Kapasitas bufer = = = 24,754 = 1.037
pKa 5−log(1,76)
Larutan bufer merupakan larutan yang terdiri dari asam lemah atau basa
lemah dengan garam. Bufer mampu melawan perubahan pH ketika terjadi
penambahan asam atau sedikit basa (Boyer 2002). Kapasitas bufer merupakan
keefektifan larutan bufer yang bergantung pada jumlah asam dan basa konjugat
yang menyusun bufer tersebut, atau mampu mempertahankan pH sebesar pKa.
Buffer asetat merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH pada daerah
asam. Pembuatan bufer pad percobaan ini menggunakan asama asetat dan natrium
asetat. Bufer fosfat adalah buffer netral dengan kisaran pH 7. Pada praktikumini
bufer fosfat dibuat dengan mencampurkan Na2HPO4 dengan KH2PO4.
Larutan bufer yang telah dibuat, diukur pHnya menggunakan pH universal
sehingga diperoleh pH indikator yang kemudian hasilnya dibandingan pH teoritis
hasil perhiungan teori. Nilai antara pH indikator dan pH teoritis menunjukkan
adanya perbedaan. Hal ini dapat disebabkan indikator universal tidak terlalu
spesifik dalam mengukur. Selain pengukuran pH, dilakukan juga perhitungan
kapasitas bufer. Secara sederhana, kapasitas bufer adalah jumlah asam atau basa
yang dapat dinetralkan oleh bufer sebelum pH-nya berubah. Kapasitas bufer
bergantung pada jumlah mol dan perbandingan mol komponen penyusun bufer
tersebut. Kapasitas bufer maksimum adalah yang nilainya sama dengan 1. Hal
tersebut sesuai dengan persaman pH = pKa. Kapasitas bufer yang nilainya
semakin mendekati 1 maka bufer tersebut semakin baik untuk digunakan
(Padmono 2007).
Tabel 4 Nilai pH bufer fosfat.
Volume Na2HPO4 Volume KH2PO4
pH indikator pH teoritis Kapasitas bufer
0.2 M (ml) 0.2 M (ml)
0.50 9.50 6 5.9268 0.82
1.20 8.80 6 6.3402 0.88
2.70 7.30 7 6.7737 0.94
5.00 5.00 7 7.2055 1.00
7.15 2.85 7 7.6055 1.06
pH teoritis
mol asam
[H+] = Ka
mol garam
M KH2PO4 x v KH2PO4
= Ka
M Na2MPO4 x v Na2HPO4
0,2 M x 5 mL
= 6,23 x 10 x (
-8
)
0,3 M x 5 mL
= 6,23 x 10-8
pH = 8- log (6,23) = 7,205
pH 7,205 7,205
Kapasitas bufer = = = =1
pKa 8−log(6,23) 7,205
Sistem bufer asetat mempunyai efektivitas maksimum pH pada kisaran
4.2-5.6. Sistem bufer fosfat mempunyai efektivitas meksimum pH 6.86 karena
pKa H2PO4- adalah 6.86. Sehingga bufer fosfat H2PO4-2 cenderung menahan
perubahan pH pada kisaran antara 6.1 dan 7.7 yang akan efektif dalam
menjalankan kapasitas bufernya dalam cairan intraseluler dengan kisaran pH 6.9-
7.4 (Lehninger 1998). Pada tabel 3 kapasitas bufer yang terbaik yaitu campuran
dari 6.30 ml asam asetat dengan 0.37 ml Na-asetat, yaitu sebesar 4.5243. Adapun
pada sistem bufer fosfat kapasitas bufer terbaik yaitu campuran 5.00 ml Na2HPO4
dengan 5.0 ml KH2PO4.
Percobaan tekanan osmosis dilakaukan menggunakan darah ayam yang
disuspensikan pada larutan NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, dan NaCl 5%. Tekanan
osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan
osmotik antara suatu larutan dan pelarut murninya yang dipisahkan membran
semipermeabel. Tekanan osmotik di dalam dan diluar sel akan mempengaruhi
keluar masuknya air yang melewati membran semipermeabel. Adapun hasil
percobaan tekanan osmosis sel darah merah tertera pada Tabel 5.
Hasil percobaan menunjukkan kondisi dari sel darah merah yang berbeda-
beda. Sel darah merah pada larutan NaCl 0.3% berada dalam keadaan isotonik,
yaitu kondisi ketika tekanan osmotik di luar lebih tinggi dari tekanan osmotik di
dalam, sehingga sel akan pecah. Sel darah merah pada larutan NaCl 0.9%
memiliki bentuk yang sama dengan bentuk sel darah merah asli. Hal ini
menunjukkan sel darah merah berada pada kondisi isotonik. Jika sel berada pada
larutan isotonik, cairan dalam sel akan tetap berada pada kondisi seimbang.
Sedangkan sel darah merah pada larutan NaCl 5% berada pada kondisi hipertonik.
Tabel 5 Tekanan osmotik sel darah merah. Sel darah merah yang berada pada
kondisi ini cairan dalam sel akan keluar dan sel akan mengkerut atau sering
disebut krenasi.
Salah satu contoh cairan fisiologis adalah NaCl 0,9%. Fungsi pemberian
NaCl 0,9% dalam proses rawat luka digunakan sebagai pembersih, pembasuh atau
untuk mengompres luka . Karena komposisi dan konsentrasinya yang mirip cairan
tubuh, jadi tidak mengiritasi jaringan dan karena konsentrasi sama, tidak ada efek
perbedaan konsentrasi atau penarikan cairan.
Tabel 5 Tekanan osmotik sel darah merah.
Larutan Pengamatan Jenis Larutan Gambar Gambar Literatur

NaCl 0.3% + Hipotonis

NaCl 0.9% - Isotonis

NaCl 5% - Hipertonis

Keterangan :
(-) : tidak ada endapan
(+) : ada endapan

SIMPULAN

Sistem koloid dapat diendapkan dengan menambahkan garam pada larutan


koloid. Koloid yang berbeda sifat (liofil dan liofob) tidak dapat mengalami difusi.
Larutan bufer dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah atau basa lemah
dengan garamnya. Larutan bufer yang baik mempunyai kapasitas bufer sama
dengan atau mendekati satu. Tekanan osmotik sel darah merah yang
disuspensikan pada larutan NaCl menunjukkan beberapa kondisi yang berbeda-
beda bergantung pada konsentrasi larutan NaCl yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts. 2004. Essential Cell Biology 2nd Ed. New Tork (US): Garland Science.
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. Kartohadiprodjo, penerjemah. Jakarta (ID):
Erlangga. Terjemahan dari: Physical Chemistry.
Boyer R. 2002. Concepts in Biochemistry 2nd Edition. Toronto (CA): John Wiley
and Sons Inc.
Keenan CW, Keinfelter D.N, Wood J.H. 1984. Ilmu Kimia untuk Universitas.
Jakarta (ID) : Erlangga.
Kuntoro B, Mirdhayati I, Adelina T. 2007. Penggunaan ekstrak daun katuk
(Sauropus androgunus L.Merr) sebagai bahan pengawet alami daging sapi
segar. Jurnal Peternakan. 4(1): 4-12.
Lehninger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Samsi KMK, Phangkawira E, Yang SJ. 2009. Hubungan berat molekul dengan
ukuran molekul koloid yang lazim digunakan dalam resusitasi sindrom syok
dengue. Sari Pediatri. 10(6): 381–391.
Sukhriwati D. 2016. Mengombinasikan agar-agar dengan sayuran jadi makanan
sehat. Jurnal Nasional Ecopedon. 3(1):124-127.
Sihaloho M. 2013. Analisis kesalahan siswa dalam memahami konsep larutan
bufer pada tingkat makroskopis dan mikroskopis. Jurnal Entropi. 3(1): 488-
499.
Stoker HS, Walker EB. 1991. Fundamentals of Chemistry: General, Organic, and
Biological Second Edition. Boston (US): Simon and Schuster, Inc.
Padmono D. 2007. Kemampuan alkalinitas kapasitas penyangga (buffer capacity)
dalam sistem anaerobik fixed bed. Jurnal teknik Lingkungan. 8(2): 119-127.
Pettruci RH.1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapkan Modern Jilid 2. Jakarta
(ID): Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai