Kelompok 5
Efa Nur Fauziyah G84150051
Sukma Tri Putra G84150003
Zulfikar Muhammad G84150023
Muhammad Nur Alfi Lail G84150077
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah koloid gelatin 2%, koloid
pati 2%, koloid biru berlin, koloid ferihidroksida, larutan NaCl 10%, larutan NaCl
5%, larutan NaCl 0.9%, larutan NaCl 0.3%, MgSO4, koloid CuSO4 5%, larutan
eosin, larutan giemsa, asam asetat 0.1 N, Na-asetat 0.1 N, Na2HPO4 0.2 N,
NaH2PO4 0.02 M dan darah ayam. Sedangkan alat yang digunakan adalah tabung
reaksi, pipet Mohr, bulb, batang pengaduk, pH universal, pipet tetes, mikroskop,
dan kaca preparat.
Prosedur Praktikum
Koloid Liofob
a. Koloid biru berlin
Sebanyak 10 mL campuran FeCl3 0.02 N dan K4Fe(CN)6 0.2 N
dipipet ke dalam gelas piala 100 mL dan diaduk sampai homogen.
Campuran tersebut diambil sekitar 5 mL dan diencerkan seperlunya untuk
mengetahui ada tidaknya endapan.
b. Koloid ferihidroksida
Sebanyak 1 mL ferihidroksida dipipet ke dalam gelas piala yang
berisi 200 mL air mendidih, lalu diaduk hingga homogen. Warna yang
terbentuk dari campuran itu diamati dan dibandingkan antara koloid liofil
dengan liofob.
Koloid gelatin - -
Koloid pati - +
Koloid ferihidroksida + +
Keterangan :
(-) : tidak terbentuk endapan
(+) : terbentuk endapan
Koloid liofil yang digunakan yaitu koloid gelatin dan koloid pati. Pada
gelatin dan pati tidak terbentuk endapan ketika ditambahkan NaCl 10%, tetapi
ketika ditambahkan MgSO4 pada pati terbentuk endapan sementara pada gelatin
tetap tidak ada endapan. Koloid liofob yaitu biru berlin dan ferihidroksida
mengalami pengendapan ketika ditambah dengan NaCl 10%, dan ketika ditambah
MgSO4 endapan bertambah banyak. Hal ini disebabkan, koloid liofil memiliki
ikatan ionik sehingga susah mengikat air dan ketika ditambah MgSO4 yang
memiliki ikatan kovalen dapat mengikat air dengan mudah. Sedangkan ikatan
antara koloid liofob dengan air sangat lemah sehingga ikatannya mudah diputus
dengan NaCl dan NaCl akan berikatan dengan air dan membentuk endapan.
Garam dapat mengendapkan koloid karena garam akan berikatan dengan
air pada larutan sehingga zat terdipersinya akan keluar dari larutan tersebut dan
membentuk endapan. Garam MgSO4 digunakan karena merupakan senyawa ionik
kuat yang berasal dari ion Mg2+ dan SO42- sehingga dapat dengan mudah
mengendapakan koloid (Pettrucci 1985).
Sifat-sifat larutan koloid diantaranya efek Tyndall, gerak Brown dari
partikel koloid dalam medium pendispersi, dan adsorpsi penyerapan suatu zat di
permukaan zat lain (Stoker 1991). Salah satu sifat koloid yang diamati yakni
difusi. Hasil perngamatan menunjukkan koloid liofil dan liofil akan menghasilkan
difusi. Seperti yang terjadi pada larutan gelatin+CuSO4, gelatin+eosin dan
gelatin+giemsa. Berbeda dengan campuran gelatin dengan biru berlin yang tidak
mengalami difusi. Campuran liofil-liofil dapat berifusi karena koloid liofil dapat
mengabsorbsi medium pendispersinya. Sedangkan koloid liofil-liofob tidak
mengalami difusi karena gaya tarik-menarik antar larutan rendah (Lehninger
1998).
Tabel 2 Sifat-sifat larutan koloid (difusi melalui gel).
Larutan Jenis koloid Gambar
CuSO4 Liofil
Eosin Liofil
Giemsa Liofil
Difusi ialah suatu proses distribusi molekul-molekul dalam larutan secara
merata. Sementara perembesan ialah proses masuknya larutan melalui celah-celah
kosong pada koloid. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown, sehingga dapat
dianggap partikel-partikel koloid berdifusi karena adanya gerak Brown. Koloid
liofil-liofil memiliki ciri berdifusi dengan ditandai dengan adanya gradien warna.
Sedangkan untuk koloid liofob-liofil tidak mengalami difusi, terlihat dari tabung
yang telah dibalik terjadi perembesan yang tampak dari tercampurnya warna
(Alberts et al. 2004).
Tabel 3 Nilai pH bufer asetat.
Volume CH3COOH Volume CH3COONa
pH indikator pH teoritis Kapasitas bufer
0.1 N (ml) 0.1 N (ml)
9.25 0.75 4 3.6635 0.77
8.20 1.80 4 4.0958 0.86
6.30 3.70 4 4.5243 0.95
4.00 6.00 5 4.9138 1.04
2.10 7.90 5 5.3298 1.12
Contoh perhitungan Bufer Asetat
pH teoritis
mol asam
[H+] = Ka mol garam
M CH3COOH x V CH3COOH
= Ka M CH3COONa x V CH3COOH
-5 0,1 M x 4 mL
= 1,75 x 10 0,1 M x 6 mL
= 1,173 x 10-5
pH = 5- log (1,173) = 4,931
pH 4,931 4,931
Kapasitas bufer = = = 24,754 = 1.037
pKa 5−log(1,76)
Larutan bufer merupakan larutan yang terdiri dari asam lemah atau basa
lemah dengan garam. Bufer mampu melawan perubahan pH ketika terjadi
penambahan asam atau sedikit basa (Boyer 2002). Kapasitas bufer merupakan
keefektifan larutan bufer yang bergantung pada jumlah asam dan basa konjugat
yang menyusun bufer tersebut, atau mampu mempertahankan pH sebesar pKa.
Buffer asetat merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH pada daerah
asam. Pembuatan bufer pad percobaan ini menggunakan asama asetat dan natrium
asetat. Bufer fosfat adalah buffer netral dengan kisaran pH 7. Pada praktikumini
bufer fosfat dibuat dengan mencampurkan Na2HPO4 dengan KH2PO4.
Larutan bufer yang telah dibuat, diukur pHnya menggunakan pH universal
sehingga diperoleh pH indikator yang kemudian hasilnya dibandingan pH teoritis
hasil perhiungan teori. Nilai antara pH indikator dan pH teoritis menunjukkan
adanya perbedaan. Hal ini dapat disebabkan indikator universal tidak terlalu
spesifik dalam mengukur. Selain pengukuran pH, dilakukan juga perhitungan
kapasitas bufer. Secara sederhana, kapasitas bufer adalah jumlah asam atau basa
yang dapat dinetralkan oleh bufer sebelum pH-nya berubah. Kapasitas bufer
bergantung pada jumlah mol dan perbandingan mol komponen penyusun bufer
tersebut. Kapasitas bufer maksimum adalah yang nilainya sama dengan 1. Hal
tersebut sesuai dengan persaman pH = pKa. Kapasitas bufer yang nilainya
semakin mendekati 1 maka bufer tersebut semakin baik untuk digunakan
(Padmono 2007).
Tabel 4 Nilai pH bufer fosfat.
Volume Na2HPO4 Volume KH2PO4
pH indikator pH teoritis Kapasitas bufer
0.2 M (ml) 0.2 M (ml)
0.50 9.50 6 5.9268 0.82
1.20 8.80 6 6.3402 0.88
2.70 7.30 7 6.7737 0.94
5.00 5.00 7 7.2055 1.00
7.15 2.85 7 7.6055 1.06
pH teoritis
mol asam
[H+] = Ka
mol garam
M KH2PO4 x v KH2PO4
= Ka
M Na2MPO4 x v Na2HPO4
0,2 M x 5 mL
= 6,23 x 10 x (
-8
)
0,3 M x 5 mL
= 6,23 x 10-8
pH = 8- log (6,23) = 7,205
pH 7,205 7,205
Kapasitas bufer = = = =1
pKa 8−log(6,23) 7,205
Sistem bufer asetat mempunyai efektivitas maksimum pH pada kisaran
4.2-5.6. Sistem bufer fosfat mempunyai efektivitas meksimum pH 6.86 karena
pKa H2PO4- adalah 6.86. Sehingga bufer fosfat H2PO4-2 cenderung menahan
perubahan pH pada kisaran antara 6.1 dan 7.7 yang akan efektif dalam
menjalankan kapasitas bufernya dalam cairan intraseluler dengan kisaran pH 6.9-
7.4 (Lehninger 1998). Pada tabel 3 kapasitas bufer yang terbaik yaitu campuran
dari 6.30 ml asam asetat dengan 0.37 ml Na-asetat, yaitu sebesar 4.5243. Adapun
pada sistem bufer fosfat kapasitas bufer terbaik yaitu campuran 5.00 ml Na2HPO4
dengan 5.0 ml KH2PO4.
Percobaan tekanan osmosis dilakaukan menggunakan darah ayam yang
disuspensikan pada larutan NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, dan NaCl 5%. Tekanan
osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan
osmotik antara suatu larutan dan pelarut murninya yang dipisahkan membran
semipermeabel. Tekanan osmotik di dalam dan diluar sel akan mempengaruhi
keluar masuknya air yang melewati membran semipermeabel. Adapun hasil
percobaan tekanan osmosis sel darah merah tertera pada Tabel 5.
Hasil percobaan menunjukkan kondisi dari sel darah merah yang berbeda-
beda. Sel darah merah pada larutan NaCl 0.3% berada dalam keadaan isotonik,
yaitu kondisi ketika tekanan osmotik di luar lebih tinggi dari tekanan osmotik di
dalam, sehingga sel akan pecah. Sel darah merah pada larutan NaCl 0.9%
memiliki bentuk yang sama dengan bentuk sel darah merah asli. Hal ini
menunjukkan sel darah merah berada pada kondisi isotonik. Jika sel berada pada
larutan isotonik, cairan dalam sel akan tetap berada pada kondisi seimbang.
Sedangkan sel darah merah pada larutan NaCl 5% berada pada kondisi hipertonik.
Tabel 5 Tekanan osmotik sel darah merah. Sel darah merah yang berada pada
kondisi ini cairan dalam sel akan keluar dan sel akan mengkerut atau sering
disebut krenasi.
Salah satu contoh cairan fisiologis adalah NaCl 0,9%. Fungsi pemberian
NaCl 0,9% dalam proses rawat luka digunakan sebagai pembersih, pembasuh atau
untuk mengompres luka . Karena komposisi dan konsentrasinya yang mirip cairan
tubuh, jadi tidak mengiritasi jaringan dan karena konsentrasi sama, tidak ada efek
perbedaan konsentrasi atau penarikan cairan.
Tabel 5 Tekanan osmotik sel darah merah.
Larutan Pengamatan Jenis Larutan Gambar Gambar Literatur
NaCl 5% - Hipertonis
Keterangan :
(-) : tidak ada endapan
(+) : ada endapan
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alberts. 2004. Essential Cell Biology 2nd Ed. New Tork (US): Garland Science.
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. Kartohadiprodjo, penerjemah. Jakarta (ID):
Erlangga. Terjemahan dari: Physical Chemistry.
Boyer R. 2002. Concepts in Biochemistry 2nd Edition. Toronto (CA): John Wiley
and Sons Inc.
Keenan CW, Keinfelter D.N, Wood J.H. 1984. Ilmu Kimia untuk Universitas.
Jakarta (ID) : Erlangga.
Kuntoro B, Mirdhayati I, Adelina T. 2007. Penggunaan ekstrak daun katuk
(Sauropus androgunus L.Merr) sebagai bahan pengawet alami daging sapi
segar. Jurnal Peternakan. 4(1): 4-12.
Lehninger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Samsi KMK, Phangkawira E, Yang SJ. 2009. Hubungan berat molekul dengan
ukuran molekul koloid yang lazim digunakan dalam resusitasi sindrom syok
dengue. Sari Pediatri. 10(6): 381–391.
Sukhriwati D. 2016. Mengombinasikan agar-agar dengan sayuran jadi makanan
sehat. Jurnal Nasional Ecopedon. 3(1):124-127.
Sihaloho M. 2013. Analisis kesalahan siswa dalam memahami konsep larutan
bufer pada tingkat makroskopis dan mikroskopis. Jurnal Entropi. 3(1): 488-
499.
Stoker HS, Walker EB. 1991. Fundamentals of Chemistry: General, Organic, and
Biological Second Edition. Boston (US): Simon and Schuster, Inc.
Padmono D. 2007. Kemampuan alkalinitas kapasitas penyangga (buffer capacity)
dalam sistem anaerobik fixed bed. Jurnal teknik Lingkungan. 8(2): 119-127.
Pettruci RH.1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapkan Modern Jilid 2. Jakarta
(ID): Erlangga.