Anda di halaman 1dari 9

KOLOID, BUFFER, TEKANAN OSMOTIK

October 16th, 2010 | Author: panjicw08

BIOFISIK

(Koloid, Buffer, dan Tekanan Osmotik)

Panji Cahya Mawarda (G84080009)1, Endah Ratna Puri2, Waras Nurcholis3

Mahasiswa Praktikum1, Asisten Praktikum2, Dosen Praktikum3

Struktur Fungsi Biomolekul

Departemen Biokimia, FMIPA, IPB

2010

ABSTRAK

Sifat-sifat fisika atau sering disebut biofisik banyak terdapat di dalam sistem biokimia
makhluk hidup. Biofisik ialah ilmu yang mempelajari fenomena fisika di dalam tubuh
makhluk hidup.  Fenomena fisika yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, diantaranya
koloid, bufer, dan tekanan osmotik. Sifat-sifat koloid diamati dengan proses pengendapan
koloid liofil dan liofob menggunakan garam NaCl dan MgSO4 dan dengan cara mengamati
proses difusi larutan CuSO4, biru berlin, eosin, dan giemsa dalam koloid liofil yaitu gelatin
15%. Buffer pada percobaan ini dibuat dengan menggunakan metode Walpole (buffer asetat)
dan metode Sorensen (buffer posfat) yang kemudian dihitung kapasitasnya. Tekanan osmotik
diamati dengan mencampurkan darah tikus segar dengan berbagai NaCl dengan konsentrasi
0.3%, 0.9%, dan 5% yang kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop. Larutan
gelatin 2% dan pati 1% (koloid liofil) mengendap saat diberi MgSO4, sementara larutan biru
berlin dan ferihidroksida (koloid liofob) mengendap saat diberi larutan NaCl dan MgSO4.
Larutan giemsa dan CuSO4 mengalami difusi saat melewati koloid liofil, sedangkan larutan
eosin tidak berdifusi pada koloid liofil. Biru berlin melewati gel dengan merembes.
Kapasitas bufer asetat untuk masing-masing larutan adalah 12.55, 4.55, 1.72, 0.67, dan
0.26. Sementara itu kapasitas bufer fosfat untuk masing-masing larutan adalah 0.052, 0.136,
0.36, 1.00, dan 2.056. Percobaan tekanan osmotik sel darah merah diketahui bahwa
pemberian larutan NaCl 5% ke dalam sel darah merah menghasilkan lebih banyak endapan,
dan warna yang lebih pekat, daripada larutan  NaCl 0.3% dan NaCl 0.9%.

PENDAHULUAN

Biofisik ialah ilmu yang mempelajari fenomena fisika di dalam tubuh makhluk hidup. 
Fenomena fisika yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, diantaranya koloid, bufer, dan
tekanan osmotik. Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 mµ – 0.1
µ). Koloid bersifat homogen, artinya partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi
atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak mengalami pengendapan. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid dapat bersifat liofil (menyukai air) maupun liofob (menyukai minyak).

Bufer adalah sistem cairan yang cenderung mempertahankan perubahan pH jika terjadi
penambahan sedikit asam (H+) atau basa (OH-). Suatu sistem bufer terdiri dari asam lemah
(donor proton) dan basa konyugatnya (akseptor proton). Bufer berperan sebagai larutan
penyangga apabila terdapat penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Daerah bufer
(Gambar 2-18) ialah daerah datar yang di dalamnya hanya terjadi sedikit perubahan pH
dengan penambahan OH- (atau H+) ke dalam larutan. Pada titik tengah daerah bufer yang
mempunyai konsentrasi yang sama dari donor proton dan basa konyugatnya, kekuatan bufer
sistem ini mencapai maksimumnya (Lehninger 1998). Kekuatan bufer bukan merupakan
sesuatu yang istimewa, sifat ini hanya merupakan ekspresi dari dua reaksi ekuilibrium dapat
balik mendasar yang terjadi di dalam larutan suatu donor proton dan akseptor proton
konyugatnya, jika keduanya terdapat pada konsentrasi yang sama.

Cairan intraseluler dan ekstraseluler semua organisme cenderung mempunyai pH dam


konstanta yang khas, yang diatur oleh berbagai aktivitas biologi. Akan tetapi, garis
pertahanan pertama organisme hidup terhadap perubahan pH internalnya diberikan oleh
sistem bufer. Kedua sistem bufer yang paling penting pada mamalia adalah sistem fosfat,
asetat, dan bikarbonat (Lehninger 1998). Sistem bufer fosfat yang penting di dalam cairan
intraseluler, terdiri dari pasangan asam-basa konyugat H2PO4-, sebagai donor proton dan
HPO42-, sebagai akseptor proton.

Sistem bufer utama di dalam plasma darah adalah bufer karbonat, yang terdiri dari asam
karbonat (H2CO3) sebagai donor proton dan bikarbonat (HCO3-) sebagai akseptor proton
(Lehninger 1998).

Tekanan osmotik adalah adalah gaya yang harus dipergunakan untuk mengimbangi aliran
osmosa (Lehninger 1998).

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat biofisik, seperti sifat-
sifat koloid, tekanan osmosis, buffer serta peranannya dalam tubuh manusia. Metode yang
akan digunakan meliputi pengukuran bobot jenis menggunakan urinometer, pengocokan
emulsi, menghitung jumlah tetesan, dan mengamati berbagai emulsi dalam mikroskop.
Manfaat yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah didapatnya informasi bahwa bobot
jenis, tegangan permukaan, dan sifat koloid suatu larutan dapat berbeda-beda.

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan dari tanggal 08 Oktober 2010. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia FMIPA IPB Darmaga, Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini ialah gelas piala, pipet mohr 10 ml, pipet mohr 10
ml, pipet mohr 25 ml, pengaduk, tabung reaksi, penangas air, lemari pendingin, erlenmeyer
100 ml, pH meter, tissue, mikroskop, kaca preparat, dan kaca penutup..
Sedangkan bahan yang digunakan ialah larutan gelatin 2%, larutan pati 1%, larutan NaCl
10%, garam MgSO4, akuades, larutan biru berlin, larutan ferihidroksida, larutan giemsa,
larutan CuSO4 5%, larutan eosin, larutan asam asetat 0.1 N, larutan Na-asetat 0.1 N, larutan
Na2HPO4 1/15 M, larutan KH2PO4, larutan NaCl 0.3%, larutan NaCl 0.9%, larutan NaCl 5%,
dan darah tikus segar.

Prosedur Percobaan

Praktikum ini terdiri atas 3 percobaan, yaitu pengendapan koloid dengan larutan garam, cara
pembuatan bufer dalam berbagai pH, dan tekanan osmotik cairan sel darah merah. Percobaan
pengendapan koloid dengan larutan garam terdiri atas pengendapan koloid liofil dengan
larutan NaCl 10%, pengendapan koloid liofob dengan larutan garam, dan sifat-sifat alrutan
koloid (difusi melalui gel). Pada percobaan pengendapan koloid liofil, beberapa mL larutan
NaCl 10% ditambahkan ke dalam salah satu koloid liofil hingga terbentuk endapan, dan
ditambahkan garam MgSO4 ketika tidak terbentuk endapan. Pada percobaan pengendapan
koloid liofob, beberapa mL larutan NaCl 10% ditambahkan ke dalam salah satu koloid liofob
hingga terbentuk endapan. Selanjutnya pada percobaan sifat-sifat larutan koloid, 4 tabung
reaksi yang berisi masing-masing 5 ml larutan gelatin 15% didinginkan sampai membeku
menjadi gel, begitu pula dengan larutan koloid CuSO4 5%, larutan koloid biru berlin, eosin,
dan larutan giemsa. Selanjutnya setiap larutan diamati mana yang berdifusi melalui gel dan
yang tidak berdifusi melalui gel.

Pada pembuatan buffer dalam berbagai pH terdapat dua prosedur yang harus dilakukan, yaitu
pembuatan buffer standar asetat dan buffer standar fosfat. Untuk pembuatan buffer standar
asetat mula-mula disiapkan 0,1 N asam asetat dan 0,1 N natrium asetat. Kemudian siapkan 5
buah gelas piala. Gelas piala pertama diisi dengan 9.25 mL asam asetat dan 0.75 mL natrium
asetat. Gelas piala kedua diisi dengan 8.2 mL asam asetat dan 1.8 mL natrium asetat. Gelas
piala ketiga diisi dengan 6.3 mL asam asetat dan 3.7 mL natrium asetat. Sedangkan gelas
piala keempat diisi dengan 4 mL asam asetat dan 6 mL natrium asetat. Gelas piala kelima
diisi dengan 2.1 mL asam asetat dan 7.9 mL natrisum asetat. Setelah dicampur sampai
homogen, kelima campuran yang terdapat dalam gelas piala diukur pH-nya dengan
menggunakan pH meter dan kertas pH universal.

Untuk pembuatan bufer standar fosfat mula-mula disiapkan Na2HPO4 dan KH2PO4 masing-
masing 1/15 M. Lalu disiapkan 5 buah gelas piala. Seperti pada prosedur sebelumnya, gelas
pialapertama diisi dengan 0.5 mL Na2HPO4 dan 9.5 mL KH2PO4. Gelas piala kedua diisi
dengan 1.2 mL Na2HPO4 dan 8.8 mL KH2PO4. Gelas piala ketiga diisi dengan 2.65 mL
Na2HPO4 dan 7.35 mL KH2PO4. Gelas piala keempat diisi dengan 5 mL Na2HPO4 dan 5 mL
KH2PO4. Gelas piala kelima diisi dengan 7.15 mL Na2HPO4 dan 2.85 mL KH2PO4 saja. pH
masing-masing campuran kemudian diukur dengan menggunakan pH meter.

Pada percobaan tekanan osmotik cairan sel darah merah, 3 buah tabung reaksi disiapkan.
Tabung reaksi pertama diisi dengan 5 mL NaCl 0.3%, tabung reaksi kedua 5 mL NaCl 0.9%,
dan tabung reaksi ketiga diisi 5 mL NaCl 5%. Setiap tabung reakssi kemudian ditetesi dengan
darah segar. Setelah itu suspensi yang terbentuk diamati dan dilihat di bawah mikroskop.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum ini terdiri atas lima percobaan, yaitu pengendapan koloid liofil dan liofob dengan
larutan garam, sifat-sifat larutan koloid, bufer asetat, bufer fosfat, dan tekanan osmotik sel
darah merah. Koloid dapat didefinisikan sebagai suatu larutan yang ukuran dispersinya 1mµ
sampai 0.1 µ, yaitu terletak diantara larutan sejati dengan larutan suspensi. Terdapat dua jenis
koloid, yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil (suka cairan) ialah koloid dengan
gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersi,
contohnya kanji, sabun, dan deterjen. Sedangkan koloid liofob (tidak suka cairan ialah koloid
yang memiliki gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang
cukup lemah atau bahkan tidak ada sama sekali., contohnya emas dan belerang dalam air
(Ratna et al. 2009).

Perbedaan antara koloid liofil dan liofob, diantaranya koloid liofil memiliki muatan partikel
yang kecil atau tidak bermuatan, sedangkan koloid liofob memiliki muatan positif atau
negatif. Selain itu, partikel-partikel liofil mengadsorpsi medium pendispersi, sementara
partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersi melainkan mengadsorpsi
partikel-partikel ion yang tidak bermuatan listrik. Perbedaan lainnya ialah viskositas sol liofil
lebih besar dari viskositas medium pendispersi, sedangkan viskositas sol liofob hampir sama
dengan viskositas medium pendispersi (Ratna et al. 2009).

Percobaan pengendapan koloid liofil dan liofob oleh larutan garam dilakukan untuk
membuktikan adanya proses salting out, yaitu penggumpalan partikel-partikel koloid akibat
adanya penambahan larutan elektrolit. Sol Al(OH)3 yang bermuatan positif secara efektif
dapat dikoagulasikan dengan larutan elektrolit yang ion negatifnya sangat besar seperti
Na3PO4 dan H2PO4, sedangkan sol As2S3 yang bermuatan negatif secara efektif
dikoagulasikan dengan larutan yang ion positifnya sangat besar seperti AlCl3 dan FeCl3.
Koloid liofil biasanya adalah koloid yang tersusun dari senyawa-senyawa anorganik karena
koloid ini bisa berikatan dengan molekul air sedangkan koloid liofob tersusun dari senyawa
organik yang tidak menyukai air. Oleh karena itu koloid liofil sering disebut koloid anorganik
sementara koloid liofob sering disebut koloid organik (Ratna et al. 2009).

Tabel 1 Koloid liofob dan liofil

Larutan Jenis koloid NaCl MgSO4


Gelatin 2% Liofil - +

Pati 1% Liofil - +

Biru Berlin Liofob + +

Ferihidroksida Liofob + +

Ket: ( + )   mengendap

( – )   tidak mengendap

Gambar 1 Jenis koloid (Gelatin 2%, pati 1%, biru berlin, ferihidroksida)

Hasil percobaan menunjukkan larutan koloid liofil seperti gelatin dan pati mengendap saat
diberikan larutan MgSO4 tetapi larutan koloid liofil tidak mengendap pada saat diberi larutan
NaCl. Koloid liofil ini sebenarnya mengendap sangat sedikit jika ditambahkan larutan NaCl.
Hanya saja ion-ion Na+ dan Cl- lebih mampu berikatan dengan air dalam larutan tersebut
daripada dengan komponen senyawa anorganik di dalam koloid liofil. Hal tersebut
dikarenakan tarikan kutub-kutub H2O dengan ion Na+ dan Cl- lebih kuat dibanding dengan
daya tariknya dengan komponen anorganik di dalam koloid liofil (Lehninger 1998). Oleh
karena itu, endapan yang terbentuk kembali menjadi larutan. Sementara itu larutan koloid
liofob seperti biru berlin dan ferihidroksida mengendap saat diberi larutan NaCl dan MgSO4.
Garam MgSO4 lebih bisa mengendapkan di dalam suatu koloid dibanding dengan NaCl. Hal
tersebut dikarenakan adalah elektron valensi yang dimilki oleh ion Mg (+2) lebih besar
dibanding dengan elektron valensi yang dimiliki NaCl (+1) (Lehninger 1988).

Tabel 2 Difusi melalui gel

Larutan Hasil Pengamatan


Giemsa Difusi

CuSO4 5% Difusi

Eosin Tidak berdifusi

Biru berlin Merembes

Sifat-sifat larutan koloid diantaranya efek Tyndall atau peristiwa penghamburan cahaya oleh
partikel koloid, gerak Brown yaitu gerak lurus tak beraturan (zig-zag) dari partikel koloid
dalam medium pendispersi, dan Adsorpsi atau proses penyerapan suatu zat di permukaan zat
lain (Nasution 2009). Beberapa larutan pewarna dapat berdifusi melalui gel koloid, misalnya
larutan giemsa, larutan CuSO4, larutan eosin, dan larutan biru berlin. Kebanyakan CuSO4 di
alam semula dalam bentuk pentahidrat melebur. Kuprum (II) sulfat biasa berbentuk serbuk,
dan apabila kuprum (II) sulfat terhidrat maka akan berwarna biru terang. CuSO4 dihasilkan
dari reaksi antara logam CuO dan H2SO4 (Puspita 2008). Berdasarkan hasil percobaan larutan
giemsa dan larutan CuSO4 berdifusi melalui gel, sedangkan larutan eosin tidak berdifusi
melalui gel dan larutan biru berlin merembes melalui gel. Difusi ialah suatu proses distribusi
molekul-molekul dalam larutan secara merata di seluruh permukaan koloid. Sementara
perembesan ialah proses masuknya larutan melalui celah-celah kosong pada koloid.

Tabel 3 Bufer asetat

Vol. Asam asetat 0.1 Vol. Na-asetat  0.1 pH


Kapasitas bufer
N (mL) N (ml) terukur Teoritis
9.25 0.75 3.78 3.65 12.5

8.2 1.8 4.07 4.09 4.55

6.3 3.7 4.50 4.52 1.702

4 6 5.03 4.93 0.67

2.1 7.9 5.44 5.33 0.26

Contoh perhitungan

mol asam asetat  =     N     .      V


=  0.1 N  x   9.25 mL      = 0.925 mol

mol Na-asetat     =     N     .      V

=  0.1 N  x   0.74 mL      = 0.074 mol

Bufer asam         =  [H+]  = Ka   = 1.76×10-5

= 0.00022

pH teoritis     = – log [H+]

= – log 0.0022

= 3.65

Kapasitas bufer  =     =

= 12.5

Tabel 4 Bufer fosfat

Vol. Na2HPO4 1/15 Vol. KH2PO4 1/15 pH


Kapasitas bufer
M (ml) M (ml) terukur Teoritis
0.5 9.5 5.58 8.48 0.052

1.2 8.8 5.97 8.07 0.136

2.65 7.35 6.35 7.65 0.36

5 5 6.84 7.2 1.00

7.15 2.85 7.22 6.8 2.508

Contoh perhitungan:

mol Na2HPO4 =          M           .        V

=       1/15 M      x   0.5 ml         = 0.033 mol

mol KH2PO4 =          M           .        V

=       1/15 M      x   23.8 ml       = 0.633 mol

Bufer asam         =  [H+]  = Kb   = 6.23 x 10-8

= 3.23 x 10-9

pH    = 0.052
Kapasitas bufer  =     =

= 19.88

Larutan bufer adalah larutan yang terdiri dari asam lemah atau basa lemah, dengan garamnya.
Larutan ini mampu melawan perubahan pH ketika terjadi penambahan sedikit asam atau
sedikit basa (Chang 2006). Kapasitas bufer, yaitu keefektifan larutan bufer, bergantung pada
jumlah asam dan basa konjugat yang menyusun bufer tersebut. Semakin besar jumlahnya,
semakin besar kapasitas bufernya. Jadi kapasitas bufer adalah kemampuan mempertahankan
pH sebesar pKaA, A±1 (Chang 2006). Terdapat tiga jenis bufer yang penting bagi makhluk
hidup, yaitu bufer asetat,bufer fosfat, dan bufer karbonat. Perbedaan pH meter dan pH
universal antara lain adalah pH universal tidak begitu spseifik dalam mengukur pH karena
tidak memperhitungkan konsep nilai di belakang koma. pH universal memiliki nilai yang
bulat sedangkan pH meter bisa mendeteksi nilai pH sampai beberapa angka di belakang
koma. Penggunaan pH meter lebih akurat dalam mengukur nilai ph daripada ph universal
(Herawati 2009).

Berdasarkan hasil percobaan kapasitas bufer asetat semakin berkurang seiring penambahan
garam, contohnya bufer asetat dengan pH sekitar 3.78 memiliki kapasitas bufer 12.55
sedangkan bufer asetat dengan pH sekitar 4.07 memiliki kapasitas bufer sebesar 4.55. Hal itu
berlaku pula bagi bufer fosfat.

Tekanan osmotik di dalam dan diluar sel akan mempengaruhi keluar masuknya air yang
melewati membran semipermeabel. Apabila tekanan osmotik rendah (hipotonik) maka air
akan masuk ke dalam sel, sementara apabila tekanan osmotik tinggi (hipertonik) maka air
akan keluar dari sel. Tidak ada air yang keluar masuk sel apabila tekanan osmotik di luar dan
di dalam sel sama, atau isotonik (Lehninger 1998). Besarnya tekanan osmotik suatu larutan
bergantung pada senyawa yang terlarut  dalam larutan tersebut. Senyawa terlarut dalam
darah, terutama protein, memberikan darah tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada
tekanan cairan di luar sel. Akibatnya, air cenderung berdifusi ke dalam darah dari bagian
cairan ekstraseluler sehingga membuat sistem vaskular bertahan penuh dan mencegahnya dari
kerusakan (Lehninger 1998). Sel darah merah memiliki tekanan osmosis 6.6 atm pada suhu
0oC, sama dengan larutan fisiologis NaCl 0.9%. Penambahan larutan garam dengan berbagai
konsentrasi ke dalam sel akan mengakibatkan perubahan tekanan osmotik.

Tabel 5 Tekanan osmosis sel darah merah

Pengamatan
Larutan Keterangan Gambar sel darah
endapan warna
NaCl 0.3% + + Hipotonik

NaCl 0.9% + ++ Isotonik

NaCL 5% ++ +++ Hipertonik

Ket: ( – )                : tidak ada

( + )               : sedikit
( ++ )              : cukup banyak

( +++ )             : sangat banyak

Hasil percobaan menunjukkan sel darah yang diberi larutan garam 0.3% tidak mengalami
pengendapan sebab  air semakin banyak masuk ke dalam sel darah. Peristiwa ini disebut
plasmotisis, yaitu keadaan pada saat tekanan luar sel hipotonik terhadap sel darah merah. Ini
menyebabkan sel menjadi menyembab (Lehninger 1998). Sel darah yang diberi larutan garam
5% mengalami pengendapan dan warnanya semakin gelap karena terjadi pengendapan dalam
sel akibat kehilangan air yang keluar dari sel. Peristiwa ini disebut plasmolisis yaitu keadaan
pada saat tekanan luar sel hipertonik terhadap sel darah. Ini menyebabkan sel menjadi
berkeriput (Lehninger 1998) Sementara itu penambahan larutan garam 0.9% tidak
memberikan perubahan pada warna dan endapan sel darah. Keadaan ini disebut isotonis yaitu
keadaan ketika tekanan luar sel sama dengan tekanan di dalam sel. Tidak terjadi perpindahan
air pada keadaan isotonis (Lehninger 1998).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, larutan gelatin 2% dan pati 1% termasuk koloid liofil dan
mengendap saat diberi MgSO4, sementara larutan biru berlin dan ferihidroksida termasuk
koloid liofob dan mengendap saat diberi larutan NaCl dan MgSO4. Selain itu diketahui pula
bahwa larutan giemsa dan CuSO4 mengalami difusi saat melewati koloid liofil, sedangkan
larutan eosin tidak berdifusi pada koloid liofil. Biru berlin melewati gel dengan merembes.
Kapasitas bufer asetat untuk larutan masing-masing 9.25 mL asam asetat dan 0.75 mL
natrium asetat, 8.2 mL asam asetat dan 1.8 mL natrium asetat, 6.3 mL asam asetat dan 3.7
mL natrium asetat, 4 mL asam asetat dan 6 mL natrium asetat dan 2.1 mL asam asetat dan 7.9
mL natrisum asetat masing-masing adalah 12.55, 4.55, 1.72, 0.67, dan 0.26. Sementara itu
kapasitas bufer fosfat untuk larutan 0.5 mL Na2HPO4 dan 9.5 mL KH2PO4, 1.2 mL Na2HPO4
dan 8.8 mL KH2PO4, 2.65 mL Na2HPO4 dan 7.35 mL KH2PO4, 5 mL Na2HPO4 dan 5 mL
KH2PO4, dan 7.15 mL Na2HPO4 dan 2.85 mL KH2PO4 masing-masing adalah 0.052, 0.136,
0.36, 1.00, dan 2.056. Percobaan tekanan osmotik sel darah merah diketahui bahwa
pemberian larutan NaCl 5% ke dalam sel darah merah menghasilkan lebih banyak endapan,
dan warna yang lebih pekat, daripada larutan  NaCl 0.3% dan NaCl 0.9%.

DAFTAR PUSTAKA

Chang R. 2006. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Herawati S. 2008. Kajian materi larutan bufer asam-basa. ITB Central Library. http://digilib.
itb. ac. id/ gdl. php? mod= browse&op= read&id= jbptitbpp-gdl-susiherawa-31294 [29
September 2009] .

Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta:


Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.

Nasution SH. 2008. Rangkuman sistem koloid. Portal Edukasi Indonesia OKE. http://oke. or.
id/ wp-content/ plugins/ downloads-manager/ upload/ RANGKUMAN-SISTEM-KOLOID.
Pdf  [27 September 2009].
Puspita HE. 2008. Membuat larutan sederhana. Indoskripsi. http://one. indoskripsi. com/
node/ 4132 [26 September 2009]

Ratna et al. 2009. Koloid liofil dan koloid liofob. Chem-Is-Try.org. http://www. chem-is-try.
org/ materi_kimia/ kimia_sma1/ kelas_x/ koloid-liofil-dan-koloid-liofob/ [27 September
2009].

Anda mungkin juga menyukai