Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA VII
DARAH
1. Farah Alya Nabila (PT/08902)
2. Nabila Azizah (PT/08905)
3. Soni Pamungkas Setiono (PT/08906)
4. Akhdan Zhafir Ramadhan (PT/08930)
5. Lusiana Maria (PT/08988)
6. Titi Indrasti Sekarsari (PT/08996)

Kelompok : LIV
Asisten Pendamping : Maria Carmelita Darmawan
Tanggal Praktikum : Senin, 14 Maret 2022

Pendahuluan
Darah merupakan cairan yang terdapat dalam tubuh yang memiliki
peran penting dalam mekanisme kerja tubuh. Darah mengalir dalam
sistem peredaran dari jantung dan kembali lagi ke jantung. Secara umum,
darah berfungsi sebagai transportasi komponen-komponen dalam tubuh
seperti nutrisi, oksigen, karbondioksida, hormon, metabolit, dan imun
tubuh. Darah juga berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan mengangkut karbondioksida dari jaringan ke paru-paru.
Astuti et al., (2020) menyatakan darah juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan cairan dan pH tubuh.
Menurut Hidayah (2018), Komposisi darah terbagi menjadi dua
bagian besar yaitu plasma darah dan sel darah yang memiliki fungsi
berbeda (Sel darah terdiri dari leukosit, eritrosit, dan trombosit). Selain itu
Firani (2018), menyatakan bahwa plasma darah merupakan cairan darah
yang mengandung berbagai nutrisi dan substansi penting yang sangat
diperlukan oleh tubuh manusia (Sel darah merah atau eritrosit). Eritrosit
merupakan komponen darah yang paling banyak jumlahnya. Fungsi
eritrosit adalah untuk mengangkut hemoglobin yang membawa oksigen
dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Sel darah putih (leukosit)
merupakan sel yang memiliki peran dalam sistem pertahanan tubuh yang
tanggap terhadap infeksi penyakit. Fungsi dari leukosit adalah melindungi
tubuh dari penyakit dengan cara menghasilkan antibodi. Trombosit
merupakan sel darah yang berfungsi dalam hemostasis dan pembekuan
darah.
Darah dapat mengalami pembekuan darah. Pembekuan darah
merupakan proses berubahnya darah dari bentuk cair menjadi semi padat.
Mekanisme pembekuan darah diawali saat jaringan mengalami luka
kemudian trombosit mengalami aglutinasi yang melepaskan prekursor
tromboplastin yang bereaksi dengan plasma darah dan tromboplastin
untuk membentuk tromboplastin yang akan mengubah prokonvertin
menjadi konvertin. Konvertin yang akan mengubah protrombin menjadi
trombin. Tambayong (2000), menyatakan bahwa protrombin berubah
menjadi trombin dikarenakan adanya ion Ca, tromboplastin, Ac globulin
serum, akselerator trombosit dan konvertin. Trombin mengkatalis
perubahan fibrinogen menjadi fibrin yang dipercepat oleh akselerator
trombosit (Proses pembekuan darah berfungsi untuk mempertahankan
darah dalam tubuh dan meminimalisir pengeluaran darah saat terluka.

Tujuan Praktikum
Praktikum darah bertujuan untuk mengetahui adanya globulin dan
albumin dalam serum darah. Praktikum ini juga bertujuan untuk
mengetahui adanya senyawa khlorida dalam darah, mengetahui adanya
senyawa fosfat dalam darah, mengetahui adanya kalsium dalam darah,
dan mengetahui adanya glukosa. Praktikum darah juga dilakukan untuk
mengetahui adanya pigmen empedu 9 (Hb).

Materi dan Metode


Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum acara darah adalah
tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes, kertas saring, bunsen, corong, pump
pipet, rak tabung, dan penjepit
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum acara darah
adalah darah, larutan (NH4)2SO4 jenuh, aquadest, ammonium sulfat padat,
serum darah, larutan asam asetat 2%, khlorofenol merah, HNO 3 pekat,
AgNO3, NH4OH, ammonium molibdat, larutan kalium oksalat, gliserol,
Na2CO3, CuSO4 2,5%, larutan benzindin, dan H2O2 3%.

Metode
Pengendapan
Pengendapan Globulin. Sebanyak 1 tabung reaksi disiapkan,
kemudian diisi dengan 3 ml serum dan ditambah 3 ml larutan (NH 4)2SO4
jenuh ke dalam tabung. Tabung digojok dan endapan yang dihasilkan
dipisahkan menggunakan penyaring. Filtrat disimpan untuk percobaan
albumin. Endapan yang dihasilkan dipindahkan ke tabung, kemudian
aquades dituang sedikit dan digojok supaya bekuannya larut. Perubahan
yang terjadi diamati dan dicatat.
Pengendapan Albumin. Sebanyak 1 tabung disiapkan, kemudian
diisi dengan filtrat pada percobaan 1 dan ditambahkan amonium sulfat
padat berlebih. Endapan yang dihasilkan dipindahkan ke dalam tabung
dan ditambahkan aquades kemudian digojok. Endapan larut, kemudian
diencerkan lagi dan dibiarkan. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat
ada atau tidaknya lagi endapan yang terbentuk.
Zat – zat Bukan Protein dalam Serum
Deproteinasi Serum Darah. Sebanyak 1 tabung reaksi disiapkan,
kemudian diisi dengan 5 ml darah dan ditambah dengan 10 ml aquades
dan dididihkan. Tabung reaksi ditambahkan 20 tetes larutan asam asetat
2%, kemudian di didihkan hingga terbentuk endapan. Endapan yang
terbentuk disaring dan diteteskan indikator khlorofenol merah sampai
asam menunjukkan pH 5,4 (warna indikator hilang) dan dididihkan serta
apabila perlu disaring dan filtrat digunakan untuk percobaan berikutnya.
Uji Khlorida. Sebanyak 1 tabung disiapkan, kemudian diisi sedikit
filtrat dari percobaan deproteinasi serum darah, lalu ditambahkan 1 tetes
HNO3 pekat dan beberapa tetes larutan AgNO 3. Larutan akan terbentuk
endapan putih. Endapan akan larut apabila dituangkan NH 4OH.
Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Uji Fosfat. Sebanyak 1 tabung disiapkan, kemudian diisi sedikit
filtrat dari percobaan deproteinasi serum darah, kemudian ditambahkan
beberapa tetes ammonium molibdat dan 1 tetes HNO 3 pekat. Tabung
reaksi dipanaskan dan akan terjadi endapan kuning. Perubahan yang
terjadi diamati dan dicatat.
Uji Kalsium. Sebanyak 1 tabung disiapkan, kemudian diisi sedikit
filtrat dari percobaan deproteinasi serum darah ditambahkan beberapa
tetes larutan kalium oksalat. Tabung reaksi akan menghasilkan endapan
putih. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Uji Glukosa. Sebanyak 1 tabung disiapkan, kemudian diisi filtrat
sebanyak 2 ml pada percobaan deproteinasi serum darah dibubuhi
dengan 2 tetes gliserol dan ditambahkan sedikit bubuk Na 2CO3 bebas air
dan larutan CuSO4 2,5% sebanyak 2 tetes. Tabung reaksi dididihkan
beberapa menit. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Pigmen Darah
Uji Benzidin. Sebanyak 1 tabung disiapkan, kemudian diisi dengan
1 tetes darah dan diencerkan air sebanyak 10 ml. Larutan diambil 1 ml
dan ditambahkan dengan 1,5 ml larutan benzidin dan 0,5 larutan H 2O2 3%.
Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Hasil dan Pembahasan
Pengendapan
Pengendapan Globulin. Uji pengendapan globulin bertujuan untuk
mengetahui adanya globulin dalam serum darah dan karakteristiknya.
Prinsip kerja uji ini menambahkan larutan (NH 4)2SO4 jenuh pada serum
darah. Globulin bersifat larut dalam larutan garam encer namun
mengendap atau sedikit larut dalam air. Penambahan garam (NH 4)2SO4
(amonium sulfat) ini bertujuan untuk mengikat air pada protein karena
garam bersifat hidroskopis. Alviyulita (2014) mengatakan bahwa
penambahan amonium sulfat menyebabkan protein mengendap dan
aktivitas enzim meningkat karena menurunnya kontaminan yang
menghalangi sisi aktif enzim untuk berikatan dengan substrat. Jika
(NH4)2SO4 atau Amonium sulfat jenuh dicampur dengan serum maka
larutan campuran tersebut akan menjadi setengah jenuh. Globulin akan
mengendap apabila dicampur dengan amonium sulfat setengah jenuh.
Berdasarkan hasil uji pengendapan globulin, serum darah
ditambahkan dengan (NH4)2SO4 jenuh dalam tabung, lalu digojok dan
disaring endapan yang terbentuk, endapan kemudian diberi aquades
sedikit dan digojok hingga bekuannya larut akan menghasilkan endapan
yang larut. Apabila terjadi endapan sedikit atau tidak larut dalam air maka
dalam serum darah tersebut terdapat protein globulin. Karena globulin
bersifat sukar larut dalam air maka apabila terlihat endapan berarti
terdapat protein globulin. Menurut Yada (2004), penambahan ammonium
sulfat setengah jenuh pada larutan yang mengandung globulin akan
menyebabkan globulin mengendap. Larutnya endapan tersebut
menunjukkan tidak adanya protein globulin pada serum darah tersebut.
Protein globulin apabila terdapat dalam serum darah maka protein globulin
tersebut tidak akan larut yang ditandai dengan keruhnya larutan karena
protein globulin sedikit atau tidak larut dalam air. Tidak adanya globulin
dalam darah tersebut dapat menandakan kondisi penyakit hemofilia A.
Menurut Setyabudi (2002), darah mengalami kelainan hemofili A, yaitu
darah tidak mengandung zat anti hemofili globulin. Kelainan ini
disebabkan karena adanya mutasi gen faktor pembekuan darah yaitu
faktor VIII, dimana globulin berada. Akibat tidak adanya faktor VIII ini
pendarahan sulit membeku.
Pengendapan Albumin. Uji Pengendapan albumin bertujuan untuk
mengetahui adanya albumin dalam serum darah dan karakteristiknya.
Prinsip kerja uji ini berdasarkan ada tidaknya endapan yang larut dalam
air. Uji dilakukan dengan filtrat dari uji globulin, dimana campurannya
bersifat setengah jenuh. Kemudian ditambah amonium sulfat lagi
sehingga menjadi jenuh. Sloane (2004), menyatakan bahwa albumin
adalah protein yang dapat larut serta dapat terkoagulasi oleh panas dan
dapat diendapkan dengan penambahan amonium sulfat hingga jenuh.
Penambahan amonium sulfat yang berlebih lagi bertujuan untuk mengikat
air pada protein karena garam bersifat hidroskopis sehingga protein
albumin tersebut dapat mengendap karena protein albumin dapat
mengendap pada amonium sulfat jenuh. Alviyulita (2014) mengatakan
bahwa penambahan amonium sulfat menyebabkan protein mengendap
dan aktivitas enzim meningkat karena menurunnya kontaminan yang
menghalangi sisi aktif enzim untuk berikatan dengan substrat. Ketika
disaring dan dicampur dengan air maka endapan albumin akan larut
sepenuhnya karena albumin sifatnya larut dalam air.
Berdasarkan hasil uji pengendapan albumin yang diperoleh, filtrat
hasil uji globulin yang diberi amonium sulfat berlebih akan terjadi endapan
yang kemudian disaring dan ditambah aquades lalu diencerkan lagi dan
dibiarkan akan menjadi larut dalam tabung. Larutnya endapan pada filtrat
yang diberi amonium sulfat menunjukkan adanya protein Albumin pada
serum darah. Albumin bersifat larut dalam garam encer, garam setengah
jenuh, dan air. Fuadi (2017) mengatakan bahwa albumin merupakan
serum atau zat yang larut dalam air sedangkan globulin sukar larut dalam
air biasa akan tetapi mudah terlarut dalam air yang memiliki konsentrasi
garam rendah
Zat – zat Bukan Protein dalam Serum
Deproteinasi Serum Darah. Uji ini bertujuan untuk menghilangkan
protein dalam serum darah agar tidak mengganggu uji-uji yang akan
dilakukan selanjutnya. Prinsip uji ini berdasarkan proses pemanasan yang
akan mendenaturasi protein yang sudah menggumpal agar protein
tersebut rusak dan tidak bekerja. Fungsi dari protein tersebut hilang
karena ikatan hidrogen dalam protein tersebut lepas akibat denaturasi.
Rosmawati (2013) mengatakan bahwa denaturasi terjadi apabila susunan
ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Serum darah
akan diberi larutan asam asetat saat didihkan untuk menggumpalkan
protein-protein di dalamnya. Endapan yang terbentuk disaring dan
diteteskan indikator khlorofenol merah sampai asam menunjukkan pH 5,4
(warna indikator hilang) dan dididihkan serta disaring. Filtrat yang
dihasilkan akan digunakan untuk percobaan selanjutnya.
Berdasarkan hasil uji deproteinasi serum darah, serum darah yang
ditambahkan aquades dan dipanaskan lalu diberi larutan asam asetat dan
dididihkan lagi akan menghasilkan endapan. Endapan ini adalah protein-
protein yang berhasil di denaturasi ketika dipanaskan. Endapan yang
terbentuk disaring dan diteteskan indikator khlorofenol merah sampai
asam menunjukkan pH 5,4. Penambahan asam ini mengakibatkan
penambahan H+ sehingga antara muatan positif (+) dan negatif (-) pada
protein tidak seimbang sehingga terjadi perubahan struktur yang
menyebabkan terjadinya endapan protein. Erianti et al. (2015)
mengatakan bahwa proses denaturasi berlangsung secara tetap, dan
tidak berubah. Suatu protein yang mengalami proses denaturasi akan
berkurang kelarutan cairannya sehingga mudah mengendap. Karena
protein tersebut tidak diperlukan maka endapan tersebut dididihkan dan
disaring agar tidak mengganggu uji-uji selanjutnya dan filtrat digunakan
untuk uji selanjutnya.
Uji Khlorida. Uji khlorida memiliki tujuan yaitu mengetahui adanya
senyawa khlorida dalam darah. Prinsip kerja pada uji khlorida yaitu filtrate
ditambahkan dengan HNO3 pekat dan ditambah dengan AgNO 3 maka
akan terjadinya pengendapan yang berwarna putih yaitu AgCl. Setiawan
(2016) menyatakan bahwa sebagai indikator adanya khlorida dapat
ditambahkan dengan larutan AgNO 3 pada larutan dari sisa pencucian. Jika
setelah itu larutan masih mengandung khlorida, maka akan menghasilkan
endapan putih AgCl. Keberadaan gugus amino dan karboksil bebas yang
terdapat pada ujung rantai molekul protein, maka dapat menyebabkan
protein bermuatan banyak atau disebut dengan polielektrolit dan bersifat
amfoter atau dapat bereaksi dengan asam ataupun basa. Pada garam
logam berat seperti Ag, Pb, dan juga Hg akan menghasilkan endapan
logam proteinat. Dewi (2011) menyatakan bahwa penambahan logam
berat dari yang terbesar yaitu AgNO 3, HgCl3, dan Pb-asetat. Pada saat itu
akan terjadinya pemutusan jembatan garam yang disebabkan karena
ikatan yang terbentuk sangatlah kuat. Penambahan larutan NH 4OH
berfungsi sebagai pelarutan endapan, endapan tersebut yang berupa
perak khlorida atau AgCl, sedangkan pada fungsi penambahan HNO 3
bertujuan sebagai pencegah terbentuknya perak fosfat. Pada
penambahan AgNO3 bertujuan agar berikatan dengan khlor dalam darah
dan dapat menunjukkan bahwa adanya khlor dalam darah tersebut.
Marwati et al. (2015) menyatakan bahwa semakin tingginya konsentrasi
pelarut maka jumlah logam berharga atau mineral yang larut akan
semakin bertambah. Hal ini dapat terjadi dikarenakan konsentrasi yang
lebih tinggi dapat mempercepat proses yang terjadi, namun pada setiap
pelarut mempunyai konsentrasi yang optimum. Reaksi yang dihasilkan
NH4Cl dan AgOH apabila NH4 ditambah dengan AgCl. Reaksi yang
dihasilkan tersebut menunjukkan bahwa endapan ditambah dengan
NH4OH, maka endapan akan larut kembali yang disebabkan oleh ion Cl
yang lebih memilih untuk berikatan dengan NH 4 hal itu terjadi karena NH4
sifatnya lebih reaktif atau lebih kiri dibanding dengan Ag.
Berdasarkan hasil uji khlorida, filtrat yang dihasilkan pada uji
deproteinasi serum darah ditambah dengan 1 tetes HNO 3 pekat serta
ditambah dengan beberapa tetes larutan AgNO 3, pada saat penambahan
HNO3 dan amonium molibdat maka akan menghasilkan endapan, larutan
yang terdapat endapan tersebut ditambah lagi dengan larutan NH 4OH
maka endapan tersebut akan menjadi endapan larut. Endapan yang
dihasilkan tersebut berupa AgCl yang berwarna putih. Terdapatnya
endapan tersebut menunjukkan bahwa adanya khlorida pada serum darah
tersebut. Asrina dan Anganria (2019) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang berpengaruh pada uji khlorida yaitu konsentrasi khlorida pada
darah yang akan diuji selain itu juga konsentrasi HNO 3, AgNO3, dan
NH4OH. Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan sesuai dengan
literatur.
Uji Fosfat. Uji Fosfat memiliki tujuan yaitu mengetahui adanya
fosfat dalam darah. Prinsip kerja pada uji fosfat yaitu filtrat yang
ditambahkan dengan ammonium molibdat lalu ditambahkan lagi dengan 1
tetes HNO3 pekat maka akan membentuk ammonium fosfomolibdat yang
berwarna kuning. Warsi dan Gita (2017) menyatakan bahwa ammonium
fosfomolibdat dapat terbentuk dari senyawa natrium fosfat dan senyawa
ammonium molibdat. Perlakuan pada uji fosfat yaitu dengan adanya
penambahan ammonium molibdat, penambahan HNO 3 dan juga adanya
pemanasan. Dilakukannya penambahan ammonium molibdat yang
berfungsi supaya dapat bereaksi dengan fosfat sehingga dapat
terbentuknya ammonium fosfomolibdat. Riggita et al. (2015) menyatakan
bahwa ammonium molibdat dapat bereaksi dengan fosfat sehingga dapat
terbentuknya ammonium fosfomolibdat. Pada saat dilakukan penambahan
HNO3 pekat berfungsi supaya dapat melepaskan fosfor dalam darah
sehingga bisa dapat berikatan dengan ammonium molibdat. Rosilla et al.
(2016) menyatakan bahwa ammonium molibdat dan kalium antimonil
tartrat dapat bereaksi dengan medium asam dan akan membentuk
kompleks antimonil fosfomolibdat yang akan direduksi sehingga
menghasilkan kompleks biru molibdenum oleh asam askorbat.
Pemanasan yang dilakukan pada uji fosfat berfungsi untuk mempercepat
reaksi. Sudiana dan Firihu (2015) menyatakan bahwa pemanasan yang
dilakukan pada uji ini digunakan untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan bahwa pada tabung
yang berisi filtrate dari uji deproteinasi serum darah tersebut tidak terdapat
endapan yang berwarna kuning. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa pada
darah tidak terdapat senyawa fosfat. Rumhayati et al. (2017) menyatakan
bahwa senyawa fosfat yang terdapat pada darah telah dilepaskan dan
dapat bereaksi dengan ammonium molibdat sehingga dapat terbentuknya
endapan yang disebut ammonium fosfomolibdat. Berdasarkan hasil
praktikum yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur karena hasil yang
didapat pada saat praktikum tidak menghasilkan endapan sedangkan
pada literatur menjelaskan bahwa senyawa fosfat yang ada dalam darah
yang telah dilepaskan dan dapat bereaksi dengan ammonium molibdat
sehingga dapat menghasilkan endapan yang disebut dengan ammonium
fosfomolibdat.
Uji Kalsium. Uji kalsium memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui
adanya kalsium dalam darah. Prinsip kerja pada uji kalsium yaitu filtrate
ditambah dengan kalium oksalat yang kan menjadi Ca-oksalat dingin lalu
ditambahkan dengan KCl. Ion Ca mempunyai muatan positif (+2) yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ion K (+1) yang mengakibatkan
terjadinya reaksi tersebut. Permata et al. (2017) menyatakan bahwa
kalsium oksalat merupakan awal mula penyebab terbentuknya endapan
putih, yang berbentuk Kristal monohidrat maupun hidrat. Hal ini dapat
terjadi ketika bereaksi dengan kalium oksalat menjadi kalsium oksalat.
Filtrat yang ditambah dengan kalium oksalat berfungsi supaya dapat
terbentuknya endapan yang berwarna putih, dan endapan tersebut
merupakan kalsium oksalat. Ikhsan et al. (2015) menyatakan bahwa
fungsi reagen kalium oksalat yaitu untuk bereaksi dengan kalsium
sehingga membentuk kalsium oksalat. Hal ini dapat terjadi karena pada
ion Ca mempunyai muatan positif (+2) lebih tinggi daripada ion K(+), pada
kation K+ merupakan jenis kation bebas yang dominan dengan muatan
+1. Kiswari (2014) menyatakan bahwa apabila kekurangan oksalat yaitu
dapat menyebabkan hemolisis dan pelepasan hemoglobin ke dalam
plasma darah.
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan pada tabung yang
berisi filtrat dari uji deproteinasi serum darah yang sudah diberi larutan
kalium oksalat dapat menghasilkan endapan berwarna putih yang
merupakan Ca-oksalat. Mustafa et al. (2011) menyatakan bahwa
optimalnya kadar kalsium dalam darah dapat mendukung pengendapan
kalsium kedalam tulang, sebaliknya apabila kadar ion kalsium plasma
mengalami penurunan yang mencapai batas normal maka akan
merangsang kelenjar paratiroid yang digunakan untuk meningkatkan
sekresi hormon paratiroid. Hormon paratiroid dapat secara langsung
bekerja pada tulang dan ginjal, namun secara tidak langsung bekerja pada
mukosa usus dengan menstimulasi sistem kalsitriol, sehingga dapat
menormalkan kembali konsentrasi kalsium ekstraseluler. Berdasarkan
hasil praktikum yang didapatkan sesuai dengan literatur.
Uji Glukosa. Uji glukosa bertujuan untuk mengetahui adanya
glukosa dalam darah. Prinsip kerja uji glukosa adalah terbentuknya
endapan merah bata karena glukosa dalam darah yang mereduksi larutan
CuSO4 dan membentuk Cu2O. Pengujian glukosa ini terdapat
penambahan gliserol yang berfungsi untuk memikat Cu dari reagen
benedict sehingga gugus reduksi dapat mereduksi. Rahmi et al. (2016)
menyatakan bahwa gliserol mampu mengikat ion logam seperti Cu,
sehingga penambahan gliserol tersebut berfungsi sebagai pengikat Cu
dari reagen benedict dan dapat direduksi oleh gugus reduksi.
Penambahan Na2CO3 juga dilakukan untuk memberikan suasana basa
dan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Aprilia (2015)
menyatakan bahwa penambahan Na 2CO3 berfungsi sebagai pemberi
suasana alkalis atau basa. Penambahan CuSO 4 juga ditambahkan untuk
membuktikan adanya glukosa yang mereduksi Cu2+ dan CuSO4 yang ada
dalam plasma darah. Aprilia (2015) menyatakan bahwa penambahan
CuSO4 berfungsi untuk membuktikan plasma darah terdapat glukosa yang
dapat mereduksi Cu2+ dalam CuSO4.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan
menggunakan filtrat dari uji deproteinasi serum darah menghasilkan
larutan berwarna hijau dan terdapat endapan berwarna merah bata.
Larutan yang berwarna hijau tersebut menunjukkan adanya kandungan
glukosa dalam darah. Tambayong (2000) menyatakan bahwa adanya gula
pereduksi dapat ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau, kuning,
dan endapan merah bata. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian ini
adalah kadar glukosa dalam darah dan lama pemanasan yang dilakukan.
Kesimpulan yang didapatkan adalah hasil praktikum sesuai dengan
literatur.
Pigmen Darah
Uji Benzidin. Uji benzidin bertujuan untuk menguji adanya pigmen
darah yaitu Hb. Prinsip kerja uji benzidin adalah terjadi dekomposisi H 2O2
menjadi 2H2O dan O2 dikarenakan adanya Hb dalam darah kemudian O 2
akan mengoksidasi benzidin menjadi derivatnya berwarna biru kehijauan.
Mengko dan Tuda (2016) menyatakan bahwa uji benzidin dinilai sangat
sensitif dalam mendeteksi adanya heme dari hemoglobin, dimana
hemoglobin berperan sebagai peroksidase yang akan menguraikan 2H 2O
dan akan mengoksidasi benzidin menjadi warna biru. Pengujian ini
terdapat penambahan benzidin yang berfungsi sebagai zat yang
dioksidasi oleh oksigen dan penambahan H 2O pada filtrat yang berfungsi
sebagai zat terdekomposisi oleh Hb. Goyal (2010) menjelaskan bahwa
saat pengujian benzidin, hemoglobin yang berperan sebagai katalisator
akan memecah H2O2 menjadi air dan oksigen. Suhartina dan Purnama
(2018) menyatakan bahwa H2O2 oleh peroksidase dalam hemoglobin
membentuk O2 dan H2O. Salah satu metode yang digunakan untuk
mendeteksi darah yaitu melalui tes benzidin yang sangat sensitif dalam
mendeteksi adanya porfirin besi dari Hb (Mengko dan Tuda, 2016).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, uji benzidin ini
menghasilkan larutan berwarna biru yang menunjukkan bahwa terdapat
pigmen darah berupa Hb dalam darah. Oksigen mengoksidasi benzidin
dalam derivatnya menjadi warna biru atau hijau. Suhartina dan Purnama
(2018) menjelaskan bahwa H2O2 oleh peroksidase dalam hemoglobin
membentuk O2 dan H2O yang akan mengoksidasi benzidin membentuk
senyawa berwarna biru. Faktor yang mempengaruhi pengujian ini adalah
banyaknya pigmen darah yang diuji. Kesimpulan yang didapatkan adalah
hasil praktikum sesuai dengan literatur.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kesimpulan yang
didapatkan adalah serum darah mengandung protein yaitu globulin dan
albumin yang ditunjukkan melalui uji pengendapan globulin dan uji
pengendapan albumin. Protein globulin dan albumin tersebut berfungsi
untuk menentukan besarnya tekanan osmosis. Praktikum darah terdapat
beberapa pengujian, antara lain uji khlorida, uji fosfat, uji kalsium, dan uji
glukosa. Uji khlorida positif ditunjukkan dengan adanya endapan AgCl
berwarna putih. Darah tidak mengandung fosfat karena pada uji fosfat
tidak ditunjukkan adanya endapan. Uji kalsium positif ditunjukkan dengan
adanya endapan berwarna putih yaitu Ca-oksalat. Uji glukosa positif
ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna merah bata. Serum darah
mengandung pigmen yang berupa hemoglobin (Hb) yang dibuktikan
melalui uji benzidin yang dapat meningkatkan oksigen. Secara umum,
faktor yang mempengaruhi berbagai pengujian tersebut antara lain kadar
glukosa dalam darah, banyaknya pigmen darah yang diujikan, konsentrasi
reagen dalam darah, dan lamanya pemanasan yang dilakukan.
Daftar Pustaka
Alviyulita, M., Hasibuan, P.R.M. and Hanum, F., 2014. Pengaruh
penambahan ammonium sulfat (NH4) 2SO4 dan waktu
perendaman buffer fosfat terhadap perolehan crude papain dari
daun pepaya (Carica papaya, L). Jurnal Teknik Kimia USU. 3(3):8-
12.
Aprilia, K. 2015. Analisis kualitatif sakarida dalam tepung dan pati umbi
ganyong (Canna edulis ker.). Pharmaciana. 5(1):35-42.
Asrina, R. dan J. Anganria. 2019. Analisis kualitatif klorin Cl 2 pada beras
putih yang beredar di pasar tradisional daya kota makassar.
Jurnal Farmasi Sandi Karsa. 5(1): 1-4.
Astuti, F. K., R. F. Rinanti, dan Y. A. Tribudi. 2020. Profil hematologic
darah ayam pedaging yang diberi probiotik Lactobacillus plantarum.
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis. 3(2): 106-112.
Dewi, A. D. 2011. Pengaruh elektrolit HNO3 dan HCl terhadap recovery
logam Cu dengan kombinasi transpor membran cair dan
elektroplating menggunakan asam p-t Butilkaliks[4] Arena
Tetrakarboksilat sebagai ion carrier. FMIPA UNHAS. Makassar.
Erianti, F., Marisa, D. and Suhartono, E., 2015. Potensi Anti Inflamasi Jus
Buah Belimbing (Averrhoa carambola L.) terhadap Denaturasi
Protein In Vitro. Berkala Kedokteran. 11(1):33-39.
Firani, N. K. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah. UB
Press. Malang.
Fuadi, M., Santoso, H. and Syauqi, A., 2017. Uji kandungan albumin ikan
gabus (Channa striata) dalam perbedaan lingkungan air.
Biosaintropis (Bioscience-Tropic). 3(1): 23-30.
Goyal, M. M, dan A. Basak. 2010. Estimation of plasma hemoglobin by a
modified cinetic method using o-tolidine. Department of
Biochemistry Jawaharlal Nehru Medical College Wardha India.
24(1): 36-41.
Hidayah, I. 2018. Pengaruh pemberian calf starter dengan formula yang
berbeda terhadap eritrosit, hemoglobin, hematokrit dan leukosit
pedet Friesian Holstein. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Hidayati, R. N., P. Qudsi, dan D. R. Wicaksono. 2016. Hidrolisis enzimatis
sampah buah-buahan menjadi glukosa sebagai bahan baku
biotanol. Konversi. 5(1): 20-23.
Ikhsan, J., S. Sulastri., dan E. Priyambodo. 2015. Pengaruh pH pada
adsorpsi kation unsur hara Ca 2+ dan K+ oleh silika dari lumpur
lapindo. Jurnal Penelitian Saintek. 20(1): 10-18.
Kiswari Rukman. 2014. Hematologi & Transfusi. Erlangga. Jakarta.
Marwati, S., R. T. Padmaningrum, dan S. Sunarto. 2015. Recovery of gold
(au) and silver (ag) metals in the electronic waste through multilevel
precipitation process. Jurnal Sains Dasar. 4(2): 190-197.
Mengko, S. dan B. S. J. Tuda. 2016. Deteksi porfirin besi pada pakan
darah nyamuk liar antropofilik menggunakan uji benzidine. Jurnal
eBiomedik. 4(2): 2.
Mustafa, S., Nurhidayat, K. Sigit, B. P. Priosoeryanto, dan W. Manalu.
2011. Kualitas Tulang Tikus Betina Normal Yang Diberi Ekstrak
Sipatah patah Pada Masa Pertumbuhan. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Darussalam Banda
Aceh.
Permata, Y. M., L. Angkat, dan H. S. Wahyuni. 2017. Analisis kadar kalium
dan daya larut kalsium oksalat oleh infusa selada (Lactuca sativa l.)
secara spektrofotometri serapan atom. Jurnal Farmasi Galenika.
4(2): 38-44.
Rahmi, D., R. Yunilawati, dan A. Riyanto. 2016. Sintesis katalis logam
berpenyangga dendrimer poligliserol berbasis turunan kelapa sawit.
Jurnal Kimia dan Kemasan. 38(2): 343-347.
Rigitta, T. M. A., L. Maslukah, dan M. Yusuf. 2015. Sebaran fosfat dan
nitrat di perairan morodemak, kabupaten demak. Jurnal
Oseanografi. 4(2): 415-422.
Rosilla, R., M. Azizah, dan D. Setiawati. 2016. Kadar fosfat dalam air
Sungai Cikaniki. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa.
5(2): 124-131.
Rumhayati, B., Q. Fardiyah, dan H. Musyarofi. 2017. Pengaruh ion silikat
dan kalsium terhadap transpor ion fosfat melalui Polymeric Incusion
Membrane (PIM). Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia. 2(2): 119-
125.
Setiawan, E. C. 2016. Studi Efektivitas Pektin Ampas Jeruk Keprok (Citrus
nobilis) Sebagai Pengikat Logam Berat Secara In Vitro. Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata.
Semarang.
Setyabudy, R. 2002. Diagnosis hemofilia secara laboratorik. Bagian
Patologi Klinik FKUI-RSCM Jakarta. Dibacakan pada Simposium
Diagnosis dan Penatalaksanaan Hemofilia. FKUI. Jakarta
Sudiana, I. N. dan M. Z. Firihu. 2015. Percepatan reaksi kimia dengan
pemanasan mikrowave. Jurnal Aplikasi Fisika. 11(2): 38-43.
Suhartina dan T. Purnama. 2018. Gambaran hasil pemeriksaan eritrosit
dan leukosit pada sampel urin dengan metode dipstick dan
mikroskopis di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari. 2(1): 69.
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi Untuk Perawatan. EGC. Jakarta
Warsi dan P. Gita. 2017. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan fraksi etil
asetat daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan metode
fosfomolibdat. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia.
4(2): 67-73.
Yada, Rickey. 2004. Proteins in Food Processing. CRC Press. Florida.
LAMPIRAN
1. Data laporan
Pengendapan
Pengendapan Globulin
Tabung Sampel Hasil
1 Serum darah Endapan Larut

Pengendapan Albumin
Tabung Sampel Hasil
Filtrat (F1) dari uji
1 Endapan Larut
sebelumnya

Zat-zat Bukan Protein dalam Serum

Deproteinasi serum darah


Tabung Sampel Hasil
Endapan + filtrat
1 Serum darah (Filtrat untuk uji
selanjutnya)

Uji Khlorida
Tabung Sampel Hasil
Filtrat (P) dari uji
1 deproteinasi serum Endapan larut
darah

Uji Fosfat
Tabung Sampel Hasil
Filtrat (P) dari uji
1 deproteinasi serum Tidak ada endapan
darah

Uji Kalsium
Tabung Sampel Hasil
Filtrat (P) dari uji
1 deproteinasi serum Endapan putih
darah
Uji Glukosa
Tabung Sampel Hasil
Filtrat (P) dari uji Larutan berwarna
1 deproteinasi serum hijau terdapat
darah endapan merah bata

Pigmen Darah
Uji Benzidin
Tabung Sampel Hasil
Larutan berwarna
1 Darah
biru

Anda mungkin juga menyukai