Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK

ACARA III
DARAH

Disusun oleh :
Kelompok XXXIX

Muhammad Rosikh Nur Ihsan PT/08796


Irfan Hafizh Abiyyu PT/08832
Nabila Azizah PT/08905
Soni Pamungkas Setiono PT/08906
Agung Nugroho PT/08931
Ahmad Ammar Jiddan PT/08963
Titi Indrasti Sekarsari PT/08996
Anisa Yuni Azizah PT/09105
Asisten Pendamping : Wisnu Oka Purwantoro

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK


DEPARTEMEN PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA DARAH

Tinjauan Pustaka

Darah merupakan bagian yang penting bagi tubuh yang berfungsi


sebagai transportasi oksigen bagi tubuh dan zat-zat sisa hasil
metabolisme ke sistem ekskresi. Komponen darah terdiri dari plasma
darah, serum darah, dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari
darah yang encer dan berwarna bening kekuningan. Serum darah
merupakan bagian darah yang tidak mengandung fibrinogen namun
mengandung antikoagulan. Bagian darah yang terakhir yaitu sel darah
yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
trombosit (keping darah). Fitryadi dan Sutikno (2016) menyatakan bahwa
eritrosit (sel darah merah) pada hakikatnya merupakan kantung
hemogoblin terbungkus membran plasma yang mengangkut O 2 dalam
darah, leukosit (sel darah putih) merupakan satuan pertahanan sistem
imun yang diangkut dalam darah tempat cedera atau tempat invasi mikro
organisme penyebab penyakit, dan trombosit merupakan keping darah
yang berguna untuk proses penghentian pendarahan dari pembuluh yang
cedera. Darah pada tubuh memiliki warna merah. Andriyanto (2011)
menyatakan bahwa warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, protein pernafasan (respiratori protein) yang mengandung
besi dalam bentuk heme, yang akan menjadi tempat terikatnya molekul-
molekul oksigen.
Waktu Pendarahan
Waktu perdarahan adalah suatu ukuran dari proses hemostatis dan
proses koagulasi. Waterbury (2001) menyatakan bahwa waktu
perdarahan merupakan pemeriksaan in vivo fungsi sumbat hemostatik
secara kasar, pemeriksaan waktu perdarahan berdasarkan metode
template cukup akurat dan berbagai peralatan sekali pakai yang
dibutuhkan tersedia di pasaran (Hemakit, Simplate II), terdapat hubungan
buruk antara derajat perpanjangan waktu perdarahan secara klinis, tetapi
uji ini berguna sebagai alat untuk mendiagnosis disfungsi trombosit. Waktu
perdarahan tergantung pada efisiensi cairan tenun dalam mempercepat
proses koagulasi, fungsi kapiler darah, kemampuan trombosit untuk
membentuk trombus, dan jumlah trombosit di dalam darah.
Pada waktu perdarahan menggunakan 2 metode yaitu metode
Duke dan metode Ivy. Metode Duke dilakukan dengan melukai jari
menggunakan lanset sedangkan metode Ivy menggunakan
Sphygmomanometer pada lengan dan dihitung selama 15 detik. Indriasari
(2009) menyatakan bahwa Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan
pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda)
riwayat mudahnya perdarahan. Nilai normal dengan metode Duke yaitu 1-
3 menit dan metode Ivy yaitu 3-7 menit. Waktu perdarahan memanjang
terjadi pada penderita trombositopenia (rendahnya kadar trombosit hingga
50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan
pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan
faktor pembekuan darah dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu
perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit
untuk jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah),
dextran, dan lain sebagainya.
Pembekuan Darah
Lessy et al. (2013) menyatakan bahwa, pembekuan darah
merupakan proses yang berperan penting dalam darah guna mencegah
banyaknya darah yang hilang dari pembuluh darah yang telah rusak dan
bagian darah yang memegang peranan dalam pembekuan darah ini
adalah trombosit dan keping darah. Darah yang keluar dari pembuluh
darah akan berubah sifatnya, yaitu dari sifat cair menjadi padat (fibrinogen
menjadi fibrin). Waktu yang diperlukan untuk perubahan ini disebut waktu
beku darah atau waktu koagulasi darah. Waktu koagulasi darah adalah
lamanya waktu dari saat pengambilan darah sampai terjadinya koagulasi.
Setiadinata (2003) Menyatakan bahwa, waktu yang dibutuhkan untuk
pembekuan darah normal berkisar antara 5 sampai 8 menit.
Kadar Hemoglobin dalam Darah
Hemoglobin merupakan protein yang terkandung dalam sel darah
merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen (O 2). Pranata (2018)
menyatakan bahwa hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen
pada sel darah merah yang berperan untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh dan jaringan-jaringan organ dan membawa
kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan ke
tubuh. Kadar hemoglobin dalam ternak dipengaruhi oleh umur, pakan, dan
kesehatan ternak. Alfian et al. (2017) menyatakan bahwa kadar
hemoglobin pada ayam peranakan lebih tinggi dari ayam dewasa
kemungkinan disebabkan perbedaan jumlah eritrosit yang terkandung.
Pakan yang mengandung gizi-gizi atau nutrien digunakan untuk
menyusun terbentuknya hemoglobin. Pada ternak yang sakit akan
mengakibatkan hilang atau berkurangnya beberapa fungsi organ yang
dapat mempengaruhi kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin bisa
ditentukan dengan 2 metode, yaitu metode sahli dan metode
cyanmethemoglobin. Prinsip penentuan kadar hemoglobin yaitu darah
dengan larutan HCl 0,1N, maka akan membentuk hematin yang berwarna
coklat. Warna disamakan dengan warna standar Sahli dengan
menggunakan aquadestilata sebagai pengencer. Ardina dan Putri (2019)
menyatakan bahwa dalam pemeriksaan kadar hemoglobin metode Sahli
perlu dilakukan proses inkubasi yang bertujuan untuk membuat suatu
larutan menjadi saling berikatan sehingga menjadi suatu larutan yang
homogen. Waktu yang digunakan untuk proses inkubasi berpengaruh
dalam penentuan kadar hemoglobin. Waktu inkubasi yang singkat
menyebabkan asam hematin tidak terbentuk sempurna sehingga
menghasilkan kadar hemoglobin yang cenderung rendah. Sedangkan
waktu inkubasi yang terlalu lama dapat menyebabkan eritrosit menjadi
pecah atau lisis sehingga kadar hemoglobin yang didapatkan cenderung
tinggi.
Pengukuran Tekanan Darah secara Tidak Langsung
Tekanan darah adalah gaya tekanan darah terhadap dinding arteri
ketika darah dipompa dari jantung ke seluruh tubuh. Sherwood (2012)
menyatakan bahwa tekanan darah adalah gaya yang timbul akibat
tekanan darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah di dalam
pembuluh darah bervariasi dengan sistole dan diastole jantung. Ketika
sistole darah menekan ke segala arah sepanjang pembuluh, maka
pembuluh elastis akan mengembang. sedangkan saat diastole, pembuluh
darah ini akan menyempit kembali dan menyebabkan darah terdorong
maju. Hal tersebut menyebabkan aliran darah tetap ada, baik selama
jantung berkontraksi (sistole) maupun selama jantung berelaksasi
(diastole). Anggara dan Prayitno (2013) menyatakan bahwa tekanan
darah manusia dewasa sehat dan normal berkisar antara 90/60-120/90
mmHg. Anggara dan Prayitno (2013) menyatakan bahwa tekanan darah
merupakan salah faktor penting pada sistem sirkulasi darah. Peningkatan
atau penurunan tekanan darah akan dapat berpengaruh terhadap
homeostasis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai
lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen,
karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Ukuran tekanan
darah manusia dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti jenis kelamin,
aktivitas, kondisi kesehatan, dan pengaruh lingkungan. Berman et al.
(2016) menyatakan bahwa faktor yang bisa mempengaruhi tekanan darah
meliputi stress, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, obesitas, kondisi medis,
obat-obatan, genetik, dan gaya hidup.
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu lanset,
stopwatch, kertas filter, kapas, parafin, gelas arloji berlapis parafin, jarum
pentul, hemoglobinometer, sphygmomanometer, dan stetoskop.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alkohol
70%, darah probandus (manusia), HCl 0,1 N, dan aquadestilata.
Metode
Waktu Pendarahan.
Jari dibersihkan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan
alkohol 70%, kemudian jari ditusuk dengan lanset steril. Ketika darah
keluar dari tangan waktunya dicatat. Setiap 30 detik, kertas filter
ditempelkan pada darah yang keluar, kertas filter jangan sampai terkena
luka kemudian ketika darah berhenti dicatat waktunya.
Pembekuan Darah (Koagulasi Darah).
Jari tempat pengambilan darah dibersihkan dengan diusap dengan
alkohol 70%. Jari ditusuk dengan lanset device steril. Satu sampai dua
tetes darah dengan cepat dipindah ke dalam gelas arloji. Waktu dicatat
saat darah keluar. Menggunakan kepala jarum pentul ditusukkan ke dalam
darah dan diangkat hal ini dilakukan demikian sampai secara terus
menerus sampai benang fibrin terlihat dan waktu dicatat. Waktu mulai
darah keluar dari pembuluh darah sampai terbentuknya benang fibrin
disebut waktu pembekuan darah.
Kadar Hemoglobin dalam Darah.
Tabung diisi HCL 0,1 N sampai angka 10. Sampel darah disiapkan
kemudian dihisap menggunakan pipet Sahli hingga mencapai skala 0,02
ml. Ujung pipet dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tabung Sahli yang
diletakkan pada kedua bagian standar warna dalam Hemoglobinometer.
Tabung didiamkan selama 3 menit sampai terbentuk asam hematin.
Aquadestilata ditambahkan ke dalam tabung setetes demi setetes
kemudian di aduk sampai warna sama dengan warna standar. Tinggi
permukaan cairan pada tabung Sahli dibaca dengan skala jalur 95%.
Pengukuran Tekanan Darah secara tidak Langsung.
Manset sphygmomanometer dipasang dengan kencang pada
lengan bagian atas kira-kira sejajar dengan jantung. Stetoskop diletakkan
pada bagian lipatan siku di bawah manset. Bagian katup pompa
dikencangkan lalu manset dipompa hingga monitor menunjukkan 180
mmHg. Katup pompa dikendorkan secara perlahan hingga tekanan pada
manset menurun. Jarum monitor diperhatikan dan degupan yang
terdengar pada stetoskop didengarkan saat tekanan menurun, Degupan
pertama yang terdengar dan angka 120 yang ditunjuk jarum disebut
sistole dan degupan akan terdengar semakin melemah. Degupan terakhir
yang ditunjukkan angka 80 disebut dengan diastole.
Hasil dan Pembahasan

Darah merupakan cairan berwarna merah yang terdapat pada


sistem pembuluh darah. Darah memiliki fungsi yaitu untuk mengedarkan
oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, sebagai antibodi untuk melindungi
dari bermacam penyakit, dan mengangkut sisa hasil metabolisme ke
sistem ekskresi. Komponen darah terbagi bermacam-macam diantaranya,
yaitu plasma darah, serum darah, dan sel darah. Plasma darah
merupakan komponen terbesar (55 % dari total volume darah) dalam
darah yang berwarna kuning bening serta memiliki protein plasma seperti
albumin, globulin, dan fibrinogen. Serum darah merupakan komponen
darah yang tidak mengandung fibrinogen, tetapi mengandung
antikoagulan yang terdiri dari EDTA, natrium sitrat, kalium oksalat, dan
heparin. Sel darah merah dibagi menjadi dua yaitu sel darah merah
(eritrosit) dan sel darah putih (leukosit).
Waktu Pendarahan.
Waktu pendarahan merupakan rentan waktu antara ditusuk lanset
sampai terjadi pembentukkan koagulasi dalam proses vasokontraksi dan
pembentukan sumbat hemostatik dalam hemostatis. Putri et al. (2012)
menyatakan bahwa waktu pendarahan merupakan waktu mulai
pendarahan sampai waktu tidak keluar darah kembali. Andayani et al.
(2020) menyatakan bahwa waktu pendarahan bisa ditentukan dengan
cara menghitung waktu darah dari mulai keluar sampai darah berhenti
keluar, kemudian darah diteteskan pada tiap kotak kertas serap sampai
pendarahan berhenti. Status kesehatan juga mempengaruhi lamanya
waktu pendarahan, ketika tubuh terlalu banyak aktivitas juga
mempengaruhi waktu pendarahan. Gibson (2002) menyatakan bahwa
pendarahan normal pada manusia membutuhkan waktu 1 sampai 5 menit.
Tabel 4. Hasil waktu pendarahan
Nama Jenis Umur Waktu Pendarahan
Probandus Klamin (P/L) (Tahun) (Detik)
Titi Indrasti S. P 19 45
Ahmad Ammar L 19 90
Hasil pengukuran pada saat praktikum ditemukan bahwa
probandus perempuan memiliki waktu 45 detik sedangkan probandus laki-
laki memiliki waktu 90 detik. Hasil ini kurang sesuai dengan literatur Rifqi
et al. (2021) yang menyatakan bahwa nilai normal metode duke adalah 1
sampai 3 menit, hal ini dimungkinkan karena adanya human error atau
bisa juga dikarenakan aktivitas fisik yang kurang. Terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya waktu pendarahan
yang dialami seseorang, contohnya adalah jumlah trombosit yang
nantinya mempengaruhi kecepatan luka untuk menutup, selanjutnya
terdapat fungsi kapiler dalam darah, dan efisiensi cairan tenunan dalam
mempercepat proses koagulasi. Menurut Sar dan Pertiwi (2013) banyak
hal yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya waktu pendarahan yaitu
jumlah trombosit dalam darah, efisiensi cairan tenunan dalam
mempercepat proses koagulasi, aktivitas yang dilakukan, umur, dan
kemampuan trombosit untuk membentuk trombus.
Praktikum ini menggunakan metode duke yaitu metode yang
digunakan untuk mengukur waktu pendarahan dari terbentuknya luka
hingga berhentinya pendarahan dengan cara membuat luka yang kecil
pada probandus. Metode duke dilakukan dengan cara membuat luka kecil
pada probandus dengan menggunakan lanset, setiap 15 detik
ditempelkan kertas filter pada darah, bila darah berhenti waktu tersebut
dicatat. Kelebihan menggunakan metode duke adalah murah dikarenakan
alat-alat yang digunakan sangat sederhana, tidak memerlukan tenaga ahli
untuk melakukannya, dan luka yang dibuat sangatlah kecil. Kekurangan
metode duke adalah kurang akuratnya hasil yang diberikan dikarenakan
memang belum terstandarisasi oleh kementrian kesehatan dan tidak
dapat menjadi parameter dalam menghitung waktu pendarahan. Menurut
sidrotullah (2021) menyatakan bahwa metode duke merupakan metode
sederhana yang digunakan untuk menentukan waktu pendarahan dengan
cara membuat luka kecil pada probandus yang nantinya akan dihitung
waktu mulai dan waktu selesainya menggunakan arloji. Sidrotullah (2021)
juga menyatakan bahwa metode duke memiliki kelebihan bahwa metode
ini lebih ringkas, lebih murah, dan tidak membutuhkan tenaga ahli namun,
disisi lain metode ini kurang bisa direpresentasikan sebagai parameter
untuk pengujian waktu pendarahan dikarenakan belum terstandarisasinya
pengujian ini.
Pembekuan Darah.
Pembekuan darah merupakan proses pembentukan fibrinogen
menjadi benang-benang fibrin. Menurut Khasanah dan Suyadi (2014)
menyatakan bahwa pembekuan darah merupakan suatu proses yang
terjadi saat darah yang cair atau fibrinogen menjadi padat atau fibrin.
Pembekuan darah dapat diuji dengan cara meneteskan satu sampai tiga
tetes darah probandus kedalam gelas arloji kemudian diamati dengan
cara menarik darah dengan kepala jarum pentul. Menurut Simaremare et
al., (2020) menyatakan bahwa pembekuan darah dapat diuji dengan cara
melihat pembentukan benang-benang fibrin.
Tabel 5. Hasil pembekuan darah
Nama Jenis Klamin Umur Waktu Beku Darah
Probandus (P/L) (Tahun) (Detik)
Anisa Yuni A. P 19 375
Soni P. S. L 19 660
Hasil pengukuran waktu beku darah pada saat praktikum
ditemukan bahwa hasil pembekuan darah probandus perempuan
mempunyai waktu 375 detik sedangkan hasil pembekuan darah
probandus laki-laki mempunyai waktu 660 detik. Menurut Simaremare et
al., (2020) waktu pembekuan darah normal pada manusia rata-rata terjadi
pada kisaran waktu 3 sampai 18 menit, hal ini menandakan bahwa
percobaan dengan literatur telah sesuai. Faktor yang dapat
mempengaruhi laju pembekuan darah diantaranya adalah jumlah
trombosit, intensitas aktivitas, dan Jumlah Vitamin K. Menurut Prabowo et
al., (2019) menyatakan bahwa salah satu faktor kecepatan pembekuan
darah adalah jumlah trombosit dan fibrinogen yang ada.
Mekanisme koagulasi dimulai dari sistem intrinsik yang dirangsang
oleh hipotalamus untuk nantinya membentuk kinogen dan berakhir pada
faktor struat aktif, sedangkan sistem ekstrinsik dimulai dari Proconvertin
yang akan membentuk faktor proconvertin aktif dibantu oleh tromboplastin
dan selanjutnya membentuk faktor struat aktif. Kedua sistem tersebut
bergabung menjadi jalur gabung yang nantinya akan membentuk
fibrinogen menjadi fibrin. Perawati et al., (2019) menyatakan bahwa
mekanisme koagulasi akan membentuk bekuan fibrin yang dapat melalui
faktor intrinsik dan ekstrinsik yang pada akhirnya mengakibatkan
pengaktifan protrombin menjadi trombin dan pemecahan fibrinogen yang
dikatalis trombin untuk membentuk fibrin. Terdapat beberapa faktor dalam
mekanisme koagulasi ini yaitu banyak tidaknya fibrinogen, banyaknya
katalis seperti Ca2+ dan protein lainnya yang membantu. Perawati et al.,
(2019) juga menyatakan bahwa faktor untuk mekanisme koagulasi yaitu
jumlah fibrinogen, thrombin, kalsium, dan protein lainnya.
Kadar Hemoglobin dalam Darah.
Hemoglobin merupakan protein-protein utama dalam tubuh yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen dan membawa protein ke paru-paru.
Menurut Tutik dan Ningsih (2019) hemoglobin merupakan protein dalam
sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
ke seluruh tubuh. Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan
dengan metode Sahli dan metode Cyanmethemoglobin. Metode Sahli
adalah metode yang menggunakan pengukuran subjektif yang
membandingkan warna pada volumetrik yang mengubah garam yang
masuk yakni HCl menjadi asam hematin. Norsiah (2015) menyatakan
bahwa dalam metode Sahli hemoglobin dihidrolisis dengan HCl yang
berubah menjadi asam hematin yang berwarna coklat dan warna yang
terbentuk dibandingkan dengan warna standar. Metode
Cyanmethemoglobin adalah metode yang berdasarkan perubahan
hemoglobin oleh asam sukrosa dan asam sianida yang berubah menjadi
sianmethemoglobin dan menggunakan pengukuran panjang gelombang
340 nanometer oleh spektrofotometer. Menurut Norsiah (2015) dalam
metode Cyanmethemoglobin, heme (ferro) dioksidasi oleh kalium
ferrisianida menjadi (ferri) methemoglobin kemudian methemoglobin
bereaksi dengan ion sianida membentuk sianmethemoglobin yang
berwarna coklat dan absorban diukur dengan kalorimeter atau
spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nanometer.
Tabel 6. Hasil pengukuran kadar hemoglobin dalam darah
Keterangan Hasil
Absolute Hb Concentration 12 g/dL
Perhitungan Kadar Hb 13,77 g/100mL
Hasil perhitungan kadar hemoglobin dalam darah saat praktikum
menunjukkan absolute hemoglobin concentration pada probandus laki-laki
sebesar 12 g/dL, sedangkan pada probandus perempuan sebesar 8 g/dL.
Perhitungan kadar hemoglobin dalam darah juga menunjukkan hasil yang
berbeda antara probandus laki-laki dan perempuan. Probandus laki-laki
menunjukkan kadar hemoglobin dalam darah sebesar 13,77 g/100 mL,
sedangkan pada probandus perempuan menunjukan perhitungan kadar
hemoglobin dalam darah sebesar 8,64 g/100 mL. Kadar normal
hemoglobin pada anak yang berusia 0 sampai 5 tahun yaitu sebesar 11
g/dL, pada anak yang berusia 6 sampai 18 tahun yaitu sebesar 12 g/dL,
pada wanita yang berusia 19 sampai 25 tahun yaitu sebesar 12 g/dL,
pada laki-laki yang berusia 19 sampai 25 tahun yaitu sebesar 13 g/dL,
pada ibu hamil yaitu sebesar 11 g/dL, dan pada ibu menyusui yaitu
sebesar 12 g/dL. Praktikum ini menggunakan probandus laki-laki yang
berusia 20 tahun dan probandus perempuan yang berusia 19 tahun.
Menurut Aziz et al., (2008) menyatakan bahwa nilai normal yang biasa
digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin pada laki-laki yakni 14 g/dL
sampai 18 g/dL dan pada perempuan sebesar 12 g/dL sampai 16 g/dL.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui terdapat
perbedaan hasil kadar hemoglobin pada laki-laki dan perempuan dengan
literatur yang ada, hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah seperti usia, jenis kelamin,
makanan, dan kesehatan dari masing-masing probandus itu sendiri.
Menurut Aziz et al., (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
hemoglobin dalam darah antara lain umur, jenis kelamin, aktivitas sehari-
hari, kebiasaan merokok, makanan, dan penyakit yang disertainya.
Metode kadar pengukuran hemoglobin dalam darah yang
digunakan saat praktikum adalah metode Sahli. Metode Sahli merupakan
metode yang menggunakan pengukuran subjektif yang membandingkan
warna pada volumetrik. Ardina dan Putri (2019) menyatakan bahwa
metode Sahli merupakan metode yang menghidrolisis hemoglobin dengan
HCl 0,1 N menjadi asam hematin yang berwarna coklat dan warna yang
terbentuk dibandingkan dengan warna standar dan perubahan warna
asam hematin dibuat dengan cara pengenceran sehingga warna sama
dengan warna standar. Cara yang digunakan pada metode Sahli adalah
dengan tabung diisi HCL 0,1 N sampai angka 10. Sampel darah disiapkan
kemudian dihisap menggunakan pipet Sahli hingga mencapai skala 0,02
ml. Ujung pipet dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tabung Sahli yang
diletakkan pada kedua bagian standar warna dalam Hemoglobinometer.
Tabung didiamkan selama 3 menit sampai terbentuk asam hematin.
Aquadestilata ditambahkan ke dalam tabung setetes demi setetes
kemudian di aduk sampai warna sama dengan warna standar. Tinggi
permukaan cairan pada tabung Sahli dibaca dengan skala jalur 95%.
Menurut Kusumawati et al., (2018) menyatakan bahwa cara dalam metode
Sahli adalah dengan darah diencerkan dengan larutan HCl agar
hemoglobin berubah menjadi asam hematin dan kemudian dicampur
dengan aquades hingga warnanya sesuai dengan warna standar.
Kelebihan pada metode Sahli adalah ekonomis, mudah dilakukan, dan
tidak perlu tenaga ahli, sedangkan kekurangan dalam metode Sahli
adalah hasil yang didapatkan tidak akurat, alat yang digunakan belum
memenuhi standarisasi Kementerian Kesehatan, dan tidak semua kadar
hemoglobin larut dalam asam hematin. Faatih et al., (2017) menyatakan
bahwa kelebihan dari metode visual atau Hb-Sahli adalah tidak perlu
tenaga ahli dalam melakukan pengukuran kadar hemoglobin dalam darah,
namun metode ini sudah tidak dianjurkan lagi sebab mempunyai
kesalahan yang besar, alat tidak bisa distandarisasi, dan tidak semua jenis
hemoglobin dapat diubah menjadi asam hematin seperti keroksi-
hemoglobin, met-hemoglobin, dan sulf-hemoglobin dimana hal tersebut
merupakan kekurangan dari metode visual atau Hb-Sahli.
Pengukuran Tekanan darah secara Tidak Langsung.
Tekanan darah adalah gaya tekanan darah terhadap dinding arteri
ketika darah dipompa dari jantung ke seluruh tubuh. Menurut Sherwood
(2012), tekanan darah adalah gaya yang timbul akibat tekanan darah
terhadap pembuluh darah. Tekanan darah di dalam pembuluh darah
bervariasi dengan sistole dan diastole jantung. Tekanan sistol adalah
tekanan yang dihasilkan ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastol adalah tekanan yang dihasilkan ketika jantung berelaksasi.
Pengukuran tekanan darah dapat diukur dengan cara langsung dan tidak
langsung. Pada pengukuran tekanan darah secara langsung perlu
dilakukan perlukaan pada lengan atas, lalu dipasang tub kateter pada luka
dan ujung kateter lainnya dipasangkan pada manometer. kelebihan
dilakukan pengukuran tekanan darah secara langsung ini yaitu lebih
akurat, namun diperlukan tenaga ahli untuk melakukannya. Pada
praktikum ini, pengukuran tekanan darah dilakukan dengan tidak langsung
menggunakan manset spygnomanometer. Hal ini disebabkan karena
pengukuran tidak langsung lebih mudah dilakukan dan tidak perlu
membutuhkan orang dengan kualifikasi khusus atau bisa dilakukan oleh
orang biasa. Probandus dalam praktikum ini sebanyak 2 orang dengan
jenis kelamin yang berbeda. Hasil praktikum pengukuran tekanan darah
secara tidak langsung dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 7. Hasil pengukuran tekanan darah
Nama Jenis Klamin Umur Sistol Diastol
Probandus (P/L) (Tahun) (mmHg) (mmHg)
Nabila Azizah P 19 102 80
Akhdan Zafir R. L 18 110 82
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa tekanan darah kedua probandus termasuk ke dalam tekanan darah
normal. Menurut Amirudin et al. (2015) tekanan darah normal rata-rata
orang dewasa muda yang sehat adalah 120/80 mmHg. Anggara dan
Prayitno (2013) juga menyatakan bahwa tekanan darah manusia dewasa
sehat dan normal berkisar antara 90/60 sampai 120/90 mmHg. Terdapat
perbedaan besar tekanan darah antara probandus 1 dan probandus 2.
Perbedaan tekanan darah kedua probandus dapat disebabkan oleh
perbedaan jenis kelamin antara keduanya. Laki-laki tidak mengalami
menstruasi ataupun melahirkan, sehingga hal tersebut menyebabkan
tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Perbedaan usia
antara kedua probandus tidak terlalu berarti karena sama-sama berada
pada rentang usia akhir remaja dan selisih yang tidak jauh seperti halnya
usia anak-anak dan usia orang dewasa.
Stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah secara
sementara. Risiko mengalami tekanan darah tinggi ataupun rendah dapat
meningkat seiring bertambahnya usia, apalagi dengan usia di atas 65
tahun. Pria lebih cenderung mengalami tekanan darah tinggi daripada
wanita, karena pria tidak mengalami menstruasi dan melahirkan. Orang-
orang yang kurang aktif cenderung memiliki detak jantung yang lebih
cepat dan merupakan indikasi bahwa otot jantung perlu bekerja lebih
ekstra. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan peluang
mengalami obesitas. Obesitas atau memiliki berat badan berlebih dapat
meningkatkan risiko kenaikan tekanan darah dan penyakit kardiovaskular
karena ada sistem tertentu di tubuh yang teraktivasi. Sistem ini akan
meningkatkan tekanan darah. Beberapa kondisi medis seperti kolesterol
tinggi, diabetes, penyakit Parkinson, penyakit jantung, sleep apnea, dan
penyakit ginjal dapat meningkatkan risiko mengalami hipertensi ataupun
hipotensi. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat tekanan darah
tinggi dapat memperbesar peluang mengalami tekanan darah rendah.
Peluang mengalami tekanan darah tinggi dipengaruhi oleh faktor genetik,
karena hipertensi dapat bersifat menurun atau diwariskan. Konsumsi
garam dan potasium berlebih dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
selain itu, konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan dapat merusak
jantung, pembuluh darah, dan meningkatkan tekanan darah. Berman et al.
(2016) menyatakan bahwa faktor yang bisa mempengaruhi tekanan darah
bisa meliputi stress, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, obesitas, kondisi
medis, obat-obatan, genetik, dan gaya hidup. Hasil praktikum sudah
sesuai dengan literatur.
Gangguan yang ada pada Darah
Gangguan yang terjadi pada darah antara lain hipertensi, hipotensi,
thalasemia, dan trombositopenia. Hipertensi merupakan kondisi dimana
tekanan darah yang dimiliki tinggi. Hipertensi yang terjadi pada seseorang
ditandai dengan sakit kepala, lemas, hingga terdapat darah pada urin.
Ansar et al. (2019) menyatakan bahwa hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah abnormal yang dapat menjadi penyebab utama timbulnya
penyakit kardiovaskuler. Lisiswanti dan Dananda (2016) menyatakan
bahwa, penderita hipertensi beresiko besar mengalami stroke, serangan
jantung, gagal ginjal dan kematian. Hipotensi merupakan kondisi dimana
tekanan darah yang dimiliki rendah yang ditandai dengan demam, pusing,
hingga sesak napas. Hidayah (2017) menyatakan bahwa hipotensi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang turun dibawah angka
normal, yaitu mencapai nilai lebih rendah dari 90/60 mmHg. Gangguan
pada darah yang lain yaitu thalasemia. Thalasemia adalah gangguan
pada darah dimana sel darah merah tidak berfungsi dengan baik atau
normal dan menyebabkan fungsi hemoglobin menurun. Agustina et al.
(2020) menyatakan bahwa thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik
(penurunan jumlah sel darah merah karena adanya penghancuran sel
darah merah secara berlebihan) herediter yang diturunkan secara resesif.
Thalasemia ditandai dengan mudah lelah, lemas, dan sesak napas.
Trombositopenia merupakan gangguan pada darah dimana jumlah
trombosit yang dimiliki kurang dan menyebabkan waktu pendarahan pada
pengidap gangguan tersebut akan lama jika mengalami luka. Saputra et
al. (2018) menyatakan bahwa trombositopenia didefinisikan sebagai
menurunnya nilai trombosit kurang dari 150.000/μL, dengan trombosit
antara 100.000 sampai 150.000/μL dipertimbangkan sebagai
trombositopenia ringan, 50.000 sampai 100.000/μL trombositopenia
sedang dan kurang dari 50.000/μL merupakan trombositopenia berat.
Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan


bahwa waktu pendarahan melalui metode Duke pada percobaan ini yaitu
berkisar 45 pada probandus perempuan dan 90 detik atau 1,5 menit pada
probandus laki-laki. Waktu pendarahan yang didapat pada probandus
perempuan berada di bawah normal, namun pada probandus laki-laki
termasuk dalam kategori normal. Hasil pengukuran yang kurang sesuai
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain ketidak akuratan
metode Duke, aktivitas fisik, dan status kesehatan.
Daftar Pustaka

Agustina R., Z. Mandala, dan R. Liyola. 2020. Kadar ferritin dengan status
gizi pasien thalassemia β mayor anak di rsam bandar lampung.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 11(1): 219-224.
Alfian, Dasrul, dan Azhar. 2017. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan
nilai hematokrit pada ayam bangkok, ayam kampung, dan ayam
peranakan. Jimvet. 1(3): 533-539.
Amiruddin, M. A., V. R. Danes., dan F. Lintong. 2015. Analisa hasil
pengukuran tekanan darah antara posisi duduk dan posisi berdiri
pada mahasiswa semester tujuh tahun 2014/2015 fakultas
kedokteran universitas sam ratulangi. Jurnal e-Biomedik. 3(1):125-
129.
Andayani, D., D. Arlita, dan M. W. Diarti. 2020. Pengaruh ekstrak etanol
96% daun katuk (sauropus androgynus) terhadap waktu perdarahan
(bleeding time) pada kelinci putih jantan (oryctolagus cuniculus).
JIKF. 8(2): 46-48.
Ansar J., I. Dwinata, dan Apriani. 2019. Determinan kejadian hipertensi
pada pengunjung posbindu di wilayah kerja puskesmas ballaparang
kota makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) LP2M Unhas.
1(3): 28-35.
Andriyanto E. 2011. Pengenalan penyakit darah pada citra darah
menggunakan logika fuzzy. Jurnal JITIKA. 5(2); 1-7.
Anggara, F. H. D. dan Prayitno, N. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan tekanan darah di puskesmas telaga murni, cikarang barat
tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1): 20-25.
Ardina, R., dan Yemimasike, P. 2019. Pengaruh variasi waktu inkubasi
terhadap kadar hemoglobin menggunakan metode sahli. Borneo
Journal of Medical Laboratory Technology. 2(1): 87-91.
Aziz, F., Julianto, W., dan Imam, R. 2008. Panduan Pelayanan Medik
Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan
Gangguan Ginjal. Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta.
Faatih, M., Kambang, S., Ida, S., Ratih, R. P., Frans, D., dan Ully, A. N.
2017. Penggunaan alat pengukur hemoglobin di puskesmas,
polindes, dan pustu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan. 1(1): 32-39.
Fitryadi K., dan Sutikno. 2016. Pengenalan jenis golongan darah
menggunakan jaringan syaraf tiruan perceptron. Jurnal Masyarakat
Informatika. 7(1): 1-10.
Gibson, J. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. EGC.
Jakarta.
Hidayah S. N. 2017. Hubungan obesitas dengan tekanan darah di rt 05
desa kalisapu kecamatan slawi kabupaten tegal tahun 2015. Jurnal
Siklus. 6(2): 223-228.
Indriasari, D. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter. Yogyakarta: Pustaka
Grhatama.
Khasanah, A.N. and Suyadi, S., 2014. Studi jumlah trombosit antara
pendonor laki-laki dan perempuan pada usia yang berbeda di unit
transfusi darah cabang kota Malang. Florea: Jurnal Biologi Dan
Pembelajarannya, 1(1): 17-22.
Kusumawati, E., Nova, L., Ika, M., Sri, H., dan Esti, N. A. 2018. Perbedaan
hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (hb) remaja menggunakan
metode sahli dan digital (easy touch GCHb). Journal of Health
Science and Prevention. 2(2): 95-98.
Lisiswanti R., dan D. N. A. Dananda. 2016. Upaya pencegahan hipertensi.
Majority. 5(3): 50-54.
Lessy, A., D.S. Paransadan G. Gerung.2013. Uji aktivitas antikoagulan
pada sel darah manusia dari ekstrak alga coklat turbinaria ornate.
Jurnal pesisir dan laut tropis. 2(1):21-27.
Norsiah, W. 2015. Perbedaan kadar hemoglobin metode
sianmethemoglobin dengan dan tanpa sentrifugasi pada sampel
leukositosis. Medical Laboratory Technology Journal. 1(2): 72-83.
Perawati, S., Andriani, L., Pratama, S. dan Humayroh, H., 2019. Aktivitas
koagulan ekstrak dan fraksi daun Sembung Rambat (Mikania
micrantha Kunth.). Chempublish Journal, 4(1): 30-37.
Pranata L. 2018. Pengaruh wet cupping terhadap kadar hemoglobin darah
vena orang sehat. Sriwijaya Journal Of Medicine. 1(3) : 139-142.
Putri, R.R.R.F., E.U. Ulfa, and R. Riyanti, 2014. Uji Aktivitas Antiplatelet
Ekstrak Etanol Kubis Merah (Brassica oleracea var. capitata L.).
Pustaka Kesehatan, 2(1): 111-114.
Rifqi Arif Muhtarom, R., Noviar, G., Adang, D. and Betty Nurhayati, B.,
2021. Potensi Filtrat Bawang Putih Sebagai Antikoagulan Alternatif
Terhadap Pemeriksaan Skrining Hemostasis. Skripsi. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung. Bandung.
Sari, R.P. dan Pertiwi, D., 2013. Pengaruh sari buah kurma (phoenix
dactylifera) terhadap waktu perdarahan studi eksperimental pada
tikus jantan galur wistar yang diinduksi. Sains Medika. 5(1): 20-22.
Saputra B. A., Rodiani, dan R. D. Puspita. 2018. Kehamilan dengan
trombositopenia. Medula. 8(1): 94-101.
Setiadinata, J. 2003. Penanggulangan Pendarahan. Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta.
Sidrotullah, M.S., 2021. Efek waktu henti pendarahan (bleeding time) daun
bandotan (ageratum conyzoides l.) pada mencit (mus musculus).
Journal Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR). 3(1): 37-44.
Simaremare, E., Awuy, J.A. and Gunawan, E., 2020. Aktivitas
antikoagulan daun ungu (Graptophyllum pictum (Linn.) Griff) dengan
metode lee-white dan hapusan darah. Jurnal Farmasi Galenika, 7(1):
1-11.
Tutik, dan Susilowati, N. 2019. Pemeriksaan kesehatan hemoglobin di
posyandu lanjut usia (lansia) pekon tulung agung puskesmas
gadingrejo pringsewu. Jurnal Pengabdian Farmasi Malahayati. 2(1):
22-26.
Waterbury, L. 2001. Hematologi. Jakarta: EGC
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai