Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RAKTIKUM ANATOMI FISISOLAGI MANUSIA

PERCOBAAN 11

SISTEM KARDIOVASKULAR

Disusun oleh :

Jihan Nabilla (10060323011)

Deva Herawati (10060323016)

Yogi Andrian (10060323013)

Rangga Rapitulega (10060323015)

Shift/Kelompok : A/03

Tanggal Praktikum : Kamis, 21 Desember2023

Tanggal Laporan : Kamis, 28 Desember 2023

Nama Asisten : Imas Yunniati S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023 M / 1445 H
SISTEM KARDIOVASKULKAR

I. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian tekanan darah dan faktor yang mempengaruhi
nya
2. Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah
3. Menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameter hem
atologic
II. TEORI DASAR ,
Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama u
ntuk melakukan fungsi transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini berta
nggung jawab untuk mentransportasikan darah, yang mengandung nutrisi,
bahan sisa metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh, dan zat lain ke sel
uruh tubuh. Sehingga, tiap bagian tubuh akan mendapatkan nutrisi dan dap
at membuang sisa metabolismenya ke dalam darah. Dengan tersampainya
hormone ke seluruh bagian tubuh, kecepatan metabolisme juga akan dapat
diatur. Sistem ini juga menjamin pasokan zat kekebalan tubuh yang berlim
pah pada bagian tubuh yang terluka, baik karena kecelakaan atau operasi,
dengan bertujuan mencegah infeksi di daerah tersebut. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler memiliki fungsi utama untuk m
entransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke seluruh bagian t
ubuh. Sistem kardiovaskular juga merupakan suatu sistem organ yang bert
ugas dalam hal pemindahan suatu zat yang ada pada tubuh kemudian diter
uskan menuju ke sel-sel tubuh manusia. Sistem kardiovaskular inilah siste
m yang termasuk bagian dari homeostatis atau keseimbangan yang ada pad
a tubuh. Sistem kardiovaskular juga bisa mengalami kerusakan yang meny
ebabkan suatu penyakit kardiovaskular (PKV) (Wahyuningsih & Kusmiyat
i, 2017)

Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh dar


ah. Fungsi sistem ini dapat dianalogikan dengan sistem pengairan di ruma
h tangga, dimana organ jantung berperan sebagai pompa dan pembuluh dar
ah berperan sebagai salurannya atau pipanya. Sistem ini bertanggung jawa
b untuk mentransportasikan darah dan zat yang dikandungnya ke seluruh b
agian tubuh manusia. Untuk menjaga agar darah tetap mencapai seluruh ba
gian tubuh secara terus-menerus maka jantung sebagai pompa harus berde
nyut secara terus menerus pula. Denyutan jantung diatur oleh sistem saraf
otonom (SSO) yang berada di luar kesadaran atau kendali kita sehingga kit
a tidak dapat mengatur denyutan jantung seperti kehendak kita. Sistem kar
diovaskuler merupakan sistem tertutup artinya darah yang ditransportasika
n akan berada di dalam jantung dan pembuluh darah, tidak dialirkan ke lua
r pembuluh darah. Berdasarkan arah aliran darah maka pembuluh darah da
pat dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah pembuluh darah yang me
ninggalkan jantung (arteri) dan pembuluh darah yang menuju jantung (ven
a). Berdasarkan ukuran penampangnya (diameter) maka pembuluh darah
(arteri dan vena) dapat dikelompokkan menjadi pembuluh darah besar, sed
ang, dan kecil. Contoh pembuluh arteri besar adalah aorta, a. iliaca commo
nis; pembuluh arteri sedang adalah a. tibialis, a. radialis; sedangkan contoh
vena besar adalah v. cafa superior dan inferior. Diantara pembuluh darah ar
teri kecil (arteriole) dan vena kecil (venule) akan terdapat saluran kecil yan
g disebut pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler ini menghubungkan bagian
pembuluh darah arteri dan vena. Pembuluh kapiler ini memiliki struktur hi
stologis tertentu. (I Putu, 2016).

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan darah untuk meng


alir melalui pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh manusia; pening
katan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis pada
arteri, arteriol, kapiler, dan sistem vena, sehingga terjadi aliran darah yang
terus menerus (Abdi, 2015).

Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda-tanda vital yang di


gunakan seorang dokter sebagai landasan untuk mendiagnosa dan menerap
i seorang pasien. Pengukuran tekanan darah akan memberikan informasi y
ang penting mengenai status kardiovaskular pasien dan respon terhadap ak
tifitas. Pengukuran darah yang akurat sangat dibutuhkan dalam mengevalu
asi status hemodinamik pasien dan mendiagnosa penyakit. Tekanan darah
adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, teka
nan darah bergantung kepada volume darah dan compliance atau daya rega
ng dinding pembuluh darah. 2,3 Tekanan darah dinyatakan dengan dua bes
aran tekanan darah yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik dalam satua
n mmHg. Tekanan darah dapat diukur secara langsung maupun tidak langs
ung. Pengukuran secara langsung dilakukan secara invasif yaitu dengan m
emasukkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum yang kemudian dimasu
kkan kedalam arteri. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan tensimeter, yaitu dengan menggunakan manset yang dapat d
ikembungkan yang dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan peng
ukur tekanan. (Siti,2023).

Darah merupakan suatu cairan di dalam tubuh yang berfungsi men


galirkan oksigen ke suluruh jaringan tubuh, mengirimkan nutrisi yang dibu
tuhkan sel-sel dan menjadi suatu benteng pertahanan terhadap bakteri dan
virus, tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami berbagai gangg
uan kesehatan bahkan juga bisa kematian. Darah terdiri atas dua bagian yai
tu plasma darah dan sel darah, sel darah yang terdiri dari sel darah merah a
tau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan sel pembekuan atau trombos
it. Volume darah secara keseluruhan kira-kira 5 liter, sekitar 55 persennya
adalah cairan sedangkan 45 persen sisanya terdiri dari sel darah, fungsi uta
ma dari darah adalah untuk mentransportasi sel darah merah akan tetap ber
ada dalam system sirkulasi dan mengandung pigmen yang yang berfungsi
mengangkut oksigen yaitu hemoglobin, pemeliharaan keseimbangan asam
basa, pembuangan limbah metabolisme dari jaringan. Darah adalah jaringa
n ikat cair yang terdiri dari kuning pucat, plasma, yang mengandung suspe
nsi sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan trombos
it darah. Darah pada manusia bisaanya berwarna merah, hal ini disebabkan
di dalamnya terdapat hemoglobin yang mengikat oksigen dan karbondioks
ida. Darah yang mengikat oksigen dan karbodioksida menjadi sangat penti
ng dalam sistem kehidupan makhluk hidup, khususnya manusia. Apabila
manusia kekurangan darah maka manusia akan lemas karena cairan yang
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh tidak terpenuhi (Brooker, 2008).

Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tub
uh untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel
itu sendiri. Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selula
r diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit (sel darah merah)
pada hakikatnya adalah kantung hemogoblin terbungkus membran plasma
yang mengangkut O2 dalam darah. Leukosit (sel darah putih) satuan perta
hanan sistem imun, diangkut dalam darah tempat cedera atau tempat invasi
mikro organisme penyebab penyakit. Trombosit penting dalam homeostasi
s, penghentian pendarahan dari pembuluh yang cedera. Jika darah mengala
mi gangguan, maka segala proses metabolisme tubuh akan terganggu pula
(L. Sherwood, 2011).

Salah satu penyakit yang terjadi karena gangguan darah adalah gagal g
injal. Gagal ginjal terjadi karena kesalahan dalam transfusi darah yang me
ngakibatkan darah dengan berbeda golongan tercampur dan membuat kerj
a ginjal menjadi lebih berat. Kesalahan dalam transfusi darah ini pernah ter
jadi karena kesalahan dalam pengambilan data golongan darah seorang pas
ien. Kesalahan mendeteksi golongan darah biasanya terjadi karena kurang
teliti dan terburu-buru dalam melakukan pengamatan. Oleh karena itu, dib
utuhkan sebuah metode yang mampu mengenali jenis golongan darah seca
ra otomatis sehingga diharapkan dapat mempermudah petugas medis dala
m melakukan pemeriksaan golongan darah (Evelyn,2006).

Hematokrit adalah tes yang digunakan untuk mengukur persentase dari


darah terdiri dari sel darah merah. Hematokrit sering disebut dengan volu
me sel dikemas (PCV) atau fraksi volume eritrosit (EVF). (Gebredsadkan,
2015)’
Pengukuran hemaktokrit dapat dilakukan kketika pasien anemia atau m
enderita dehidrasi, pendarahan atau kondisi medis lainnya. Pengukuran he
matokrit dapat dilakukan dengan berbagai macam metode yaitu: mikrohem
atokrit, CBC, konduktifitas dengan analisa gas darah dan perbandingan he
matokrit (Wennecke,2004).

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfun
gsi sebagai media transportoksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubu
h dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Molekul
hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu
molekul organic dengan satu atom besi. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Bila kadar hemoglobi
n berkurang di bawah normal,maka akan menggagu akivitas dalam tubuh.
Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari harga normal
(13 gr %) disebut sebagai anemia (Ganong, 2002).

Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang didasarkan


pada jenis antigen yang dimilikinya. Sedikitnya ada 48 jenis antigen yang
menjadi dasar dalam penggolongan darah. Tetapi yang paling umum digun
akan adalah sistem penggolongan darah ABO. Pembagian golongan darah
sistem ABO didasarkan pada adanya perbedaan aglutinogen (antigen) dan
aglutinin (antibodi) yang terkandung dalam darah (Tenriawaru, 2016: 42).
Antigen–antigen golongan darah yang sangat penting adalah antigen A, da
n B. Ciri antigen itu berada pada ujung gula-gula yang melekat langsung p
ada dinding sel atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari ha
mparan bilipid (Oktari, 2016: 50).

Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu: golongan darah A dimana


golongan darah A mempunyai antigen A dan anti - B, golongan darah B ya
itu golongan darah yang memiliki antigen B dan anti–A, golongan darah O
golongan darah yang memiliki antibodi tetapi tidak memiliki antigen, dan
golongan darah AB golongan darah yang memiliki antigen tetapi tidak me
miliki antibodi (Oktari, 2016: 49). Pemeriksaan golongan darah ABO dilak
ukan untuk menentukan jenis golongan darah pada manusia. Penentuan go
longan darah ABO pada umumnya dengan menggunakan metode Slide. M
etode ini didasarkan pada prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen) pada
permukaan eritrosit dengan aglutinin yang terdapat dalam serum/plasma y
ang membentuk aglutinasi atau gumpalan. Metode slide merupakan salah s
atu metode yang sederhana, cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan
darah (Oktari, 2016: 50).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, hemositometer,


kaca objek, kertas tes tallquist, lanset darah, lilin, mikroskop, pipa kapiler,
pipet pengencer sel darah merah, pipet pengencer sel darah putih, pipet sah
li, sentrifuga hematokrit, sfignomanometer, stetoskop, stopwatch, tabung r
eaksi, tali dan tusuk gigi.

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, alcohol swabs ,
asam asetat, gentian violet, kapas, NaCl, natrium sitrat, serum anti A, dan
serum anti B

IV. PROSEDUR
1. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah
a. Pengukuran tekanan darah
i. Cara palpatori
Sekrup pentil pada bola karet yang dipegang dengan tangan kanan
ditutup. Dengan ibu jari tangan kiri, nadi pada pergelangan tangan yang ak
an diukur tekanannya diraba. Ban dikembangkan dengan memompa bola k
aret secara berangsur-angsur. Tekanan pada saat denyut jantung menghilan
g diperhatikan. Kemudian nilai tekanan dinaikkan lagi 10mmHg di atas te
kanan sebelumnya. Tekanan diturunkan secara berangsur-angsur dengan ca
ra sekrup pentil dibuka perlahan-lahan. Tekanan manometer di saat muncul
nya kembali denyut nadi untuk pertama kali adalah tekanan sistolik yang d
iukur.
ii. Cara auskultasi
Ban diikatkan paa lengan bagian atas. Kemudian bel stetoskop ditempatka
n pada percabangan arteri bronchial menjadi arteri ulnaris dan arteri radiali
s. Tekanan dalam ban dinaikkan sehingga aliran darah dalam arteri radialis
dan arteri ulnalis dihambat. Kemudian tekanan diturunkan berangsur-angs
ur diturunkan dengan cara sekrup pentil dibuka. Tekanan dicatat saat bunyi
terdengar untuk pertama kalinya, ini merupakan teknik sistolik. Tekanan d
alam ban diturunkan terus sampai pada suatu saat bunyi tidak terdengar la
gi. Tekanan dicatat saat bunyi menghilang, ini merupakan tekanan diastoli
k. Pengukuran tekanan darah dilakukan menurut aktivitas yang tercantum
pada tabel 1.

b. Hypermia
i. Hypermia pasif/reaktif
Seutas benang diikat di atas sendi kedua pada sebuah jari telunjuk.
Kemudian dibiarkan selama beberapa menit. Setelah itu, diamati peristiwa
yang terjadi (perubahan warna, perubahan ukuran, perubahan suhu).
ii. Hypermia aktif/fungsional
Sebuah jari telunjuk direndam di dalam air panas. Kemudian dibiar
kan selama beberapa menit. Lalu peristiwa yang terjadi diamati (perubaha
n warna, perubahan ukuran, perubahan suhu).

2. Darah
a. Anatomi
Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan:
Jari manis dibersihkan dengan alcohol swabs. Alcohol swabs dibiar
kan menguap. Darah diambil dengan cara lanset steril ditusukkan keujung
jari yang telah dibersihkan. Sebaiknya darah mengalir dengan sendirinya t
anpa ditekan. Jangan menggunaan tetes pertama.
Cara pengisian pipet:
Pipet dipegang dekat pada ujungnya. Ujung pipet tersebut ditempat
kan pada tetesan darah segar sehingga darah masuk sebanyak 0,5 tanda. K
emudian pipet diisi dengan cairan pengencer (pipet dalam keadaan horizon
tal) sebanyak yang telah ditentukan. Jangan sampai terbentuk gelembung u
dara di dalam pipet. Ujung pipet ditutup dengan jari kemudian dikocok sel
ama 2 menit. Sebanyak 2 tetes larutan encer diteteskan pada hemositomete
r. Kemudian hemositometer ditutup dengan kaca penutup. Setelah 30 detik
jumlah sel darah dihitung di bawah mikroskop.
Karakteristik dan morfologi darah
a. Pengukuran sel darah merah
Darah segar diambil. Kemudian diencerkan 200x dengan cairan pe
ngencer sel darah merah yaitu natrium sitrat 2,5% lalu dikocok. Setelah itu,
diteteslan sebanyak 2 tetes pada hemositometer. Jumlah sel darah merah y
ang menyentuh batas atau berada di atas batas dihitung, hanya dihitung pa
da sisi yag saling tegak lurus dengan kotak yang bersangkutan. Faktor perh
itungan untuk menghitung sel darah merah adalah 10.000. Jadi untuk mem
peroleh nilai sel darah merah per mm3 darah, dikalikan jumlah sel darah m
erah yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan 10.000. Faktor perhitun
gan ini diperoleh dari hasil perhitungan antara kamar hitung pada hemosito
meter dengan faktor pengenceran.
b. Pengukuran sel darah putih
Darah segar diambil kemudian diencerkn 20x dengan cairan penge
nceran yaitu larutan turk yang terdiri dari asam asetat glasial 1mL, larutan
gentian violet 1% (dalam air) 1mL, aquadest 100mL. kemudian dikocok. S
etelah itu diteteskan sebanyak 2 tetes pada hemositometer. Jumlah sel dara
h putih dihitung. Jumlah neutrophil, eosinofil, basophil, limfosit dan mono
sit serta persentase terhadap sel darah putih total dihitung. Sel darah putih
yang dihitung adalah yang terdapat pada 4 kotak besar pada kedua sudut h
emositometer. Seldarah putih yang berada pada batas dihitung dari dua sisi
yang saling tegak lurus dari kotak yang bersangkutan. Faktor perhitungan
untuk menghitung sel darah putih afalah 50. Jadi untuk memperoleh nilai s
el darah putih per mm3 darah, kalikanlah sel darah putih yabg diperoleh da
ri hasil perhitungan dengan 50. Faktor perhitungan ini diperoleh dari hasil
perhitungan antara volume kamar hitung pda hemositimeter dengan factor
pengenceran.

c. Hematokrit
Darah segar diambil. Kemudian ditempatkan pada pipa kapiler. Ka
piler hemotokrit diisi minimal sampai 2/3 penuh. Pipa kapiler yang terlah t
erisi darah ditutup dengan menggunakan lilin. Pipa kapiler diletakkan deng
an posisi seimbang. Kemudian sentrifuga ditutup. Sentrifuga dilakukan pa
da kecepatan 15 RPM selama 4 menit.

3. Fisiologi
1. Penentuan Hb
i. Metode tallquist
Satu tetes darah diambil dengan kertas tallquist. Kemudian persent
ase Hb ditentukan dengan membandingkan warna yang diperoleh dengan
warna pada kertas pembanding.
ii. Metode sahli
Tabung sahli diisi dengan HCl 0,1 N sampai dengan setinggi 10%
dari tinggi skala maksimal. Darah dimasukkan sebanyak 20 mikroliter. Ke
mudian diaduk menggunakan pengaduk. Lalu diencerkan dengan HCl sam
pai warna campuran sama dengan warna standar pada alat. Pembacaan dila
kukan pada penerangan yang wajar, tidak di depan jendela. Angka yang di
baca pada skala langsung menunjukkan kadar Hb darah.
2. Waktu pendarahan
Ujung jari dilukai dengan lanset steril. Kemudian waktu saat timbu
lnya tetes darah pertama dicatat. Darah yang keluar diserap dengan mengg
unakan kertas yang dapat menyerap. Waktu saat darah berhenti mengalir di
catat. Selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah pertama dengan saat
darah berhenti mengalir adalah waktu pendarahan.
3. Waktu koagulasi
Ujung jadi dilukai dengan lanset steril. Darah yang keluar dari ujung jari d
iisikan pada sebuah kapiler. Pada interval waktu 30 detik. Sebagian dari pi
pa kapiler dipatahkan sampai teramati terjadinya benang halus fibrin pada
bagian yang dipatahkan.
4. Penggolongan darah
Sebuah kaca objek disiapkan kemudian diberi garis tengah dengan lilin su
paya kedua bagian tidak berhubungan. Pada sudut kanan dan kiri diberi tan
da A dan B. Serum anti A diteteskan pada bagian bertanda A dan serum ant
i b diteteskan pada bagian bertanda B. satu tetes darah diteteskan pada bagi
an A (anti-A) kemudiankedua cairan dicampurkan dengan tusuk gigi. Terja
dinya aglutinasi diamati. Satu tetes darah diteteskan pada bagian B (anti-
B) kemudian kedua cairan dicampurkan dengan tusuk gigi. Aglutinasi dia
mati. Kemudian golongan darah ditentukan

V. DATA PENGAMATAN

A. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah


a. Pengukuran Tekanan Darah
i. Cara Palpatori
Pada saat percobaan, diperoleh hasil dari cara palpatori yaitu 80 (sistole).
ii. Cara Auskultasi

Posisi/Aktivitas Tekanan Darah Perempua Tekanan Darah Laki-laki


n (sistole/diastole) (sistole/diastole)
Duduk 120/80mmHg 120/90
Berbaring 120/70 120/100
Kaki 90o tubuh 100/60 120/90
Berdiri 130/70 110/80
Kerja otak (diberi soal h 130/90 130/90
itungan)
Gerak badan selama 1 120/100 130/100
menit

-Hyperemia

Hyperemia Warna Jari Ukuran Jari Suhu Jari Gambar


Aktif Merah Normal Panas

Pasif Ungu Membesar Dingin


-Darah
a. Anatomi
i. Pengukuran sel darah merah

M1 102
M2 56
M3 10
M4 116
M5 102
Jumlah : 52
0 x 10.000
Total : 5.
200.000

ii. Pengukuran sel darah putih

P1 127
P2 31
P3 110
P4 120
Jumlah : 383 x
50
Total : 19.150
-Hematokrit

Tinggi Plasma + Sel Darah Merah Hematokrit (%) Gambar


Sel Darah Merah
5,5 cm 4,1 cm 4,1 cm/5,5 cm x 10
0% = 74,54%

-Penentuan Hb

Metode Hasil Gambar


Metode Tallquist 60%

Metode Sahli 12
-Fisiologi

Waktu Perdarahan  Darah timbul diwa (tidak ada gambar yang terla
ktu 5 detik. mpir)
 Darah berhenti diw
aktu 131 detik.

Waktu Koagulasi Darah timbul benang fibrin


di waktu 2 menit 30 detik a
tau 180 detik.

-Penggolongan Darah

Golongan Darah Darah yang dapat Darah yang dapat m Gambar


diberikan endonorkan
Golongan darah A Golongan darah A Golongan darah A
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yaitu percobaan tentang kardiovaskular yan
g bertujuan untuk menjelaskan pengertian tekanan darah dan factor-faktor
yang mempengaruhinya, menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah, d
an menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameter-para
meter hemotologi.
Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem yang secara umum berpera
n mengedarkan darah ke seluru tubuh, sekaligus membawa oksigen dan za
t gizi ke semua jaringan tubuh serta mengangkut semua zat buangan. Siste
m ini melibatkan jantung, pembuluh darah dan darah. Jantung adalah orga
n berongga dan berotot yang memompa darah sebanyak lebih kurang 5 lite
r, ke seluruh tubuh sekitar tubuh satu putaran per menit atau lebih cepat di
saat berolahraga (Nuril, 2013).
Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melalukan m
ekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah
satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas ja
ringan dapat terpenuhi. Pada keaadaan tertentu, darah akan lebih banyak di
alirkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara s
istem sirkulasi organ tersebut (Nurachmach, 2009).

6 Tekanan Darah
a. Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekan
an puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi, yang disebut dengan tekanan
sistoel. Tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan si
stole terhadap tekanan diastole, dengan nilai normal berkisar dari 100/60
mmHg

sampai 129/80 mmHg. Rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg
(Abdurrachim, 2016)
Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu dipe
rlukan untuk daya dorong mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kap
iler, dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantun
g bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembulu
h vena ke pembuluh arteri pada sistem sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa j
antung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehi
ngga menimbulkan perubahan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Syaif
uddin, 2011).
Pengukuran tekanan darah menghasilkan dua nilai yaitu tekanan darah sist
olik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah besarnya te
kanan pada arteri Ketika jantung menguncup dan kemudian darah didoron
g ke dalam aorta, sedangkan tekanan darah diastolik adalah sisa tekanan ya
ng ada pada arteri antara dua denyut jantung ketika otot jantung mengemb
ang dan mengisi darah. Ketika melakukan pengukuran tekanan darah, suar
a denyutan yang terdengar pertama kali adalah tekanan darah sistolik dan s
uara denyutan terakhir menghilang adalah tekanan darah diastolik (Luthfiy
ah, F., 2019).
Spignomamometer atau bisa disebut tensi meter merupakan alat medis yan
g digunakan untuk mengukur tekanan darah pada manusia. Prinsip kerja d
arispignomamometer yaitu udara akan dipompa kemanset sekitar 20 mmH
g diatas tekanan sistolik rata-rata (sekitar 120 mmHg untuk rata-rata). Sete
lah itu perlahan-lahan udara akan dilepaskan dari mangset dengan mengen
dorkan knop pada tensimeter sehingga menyebabkan tekanan dalam mang
set akan menurun. Secara perlahan mangset akan mengempes, lalu mengu
kur oksilasi kcil dalam tekanan udara dari mangset lengan. Untuk mendete
ksi dimana titik osilasi terjadi digunakan MCU. Kemudian tekanan dalam
mandet akan menurun lebih lanjut. Tekanan diastolik akan di ambil pada ti
tik dmna osilasi mulai menghilang (Rafi,2020).
Pada pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan dua cara
yaitu dengan metode palpatori dan auskultasi.

 Metode palpatori
Metode pengukuran palpatori ini nantinya hanya akan mendapatkan nilai s
istolik tanpa mengetahui nilai diastoliknya. Tekanan manometer disaat mu
nculnya kembali denyut nadi untuk pertama kali adalah tekanan sistolik ya
ng diukur. Pada teknik palpatori ini dilakukan dengan cara melilitkan ban
pada alat sfignomanometer pada lengan bagian atas. Kemudian hal yang m
embedakannya dengan cara auskultasi yaitu dengan cara meraba denyut na
di pada pergelangan tangan yang akan diukur tekanannya. Hasil yang diper
oleh pada cara ini yaitu tekanan sistolik sebesar 90 mmHg pada posisi dud
uk normal. Tinggi tekanan darah arteri pada orang dewasa normal adalah 1
20 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik (1
20/80 mmHg) (Amiruddin, M., 2015).
 Metode auskultasi
Tekanan darah arteri dalam manusia di ukur oleh akultasi. Manset yang da
pat dikendalikan ( manset riva-rocci) diletakan ke monomer air raksa (sph
ygmomanometer) yang dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop ditempa
tkan di dekat asteria berachialis pada siku. Manset ini dikembangkan samp
e tekanan dalamnya tepat di atas tekanan sistolik yang diperkirakan di dala
m arteria brachialis. Arteri ini di tutup dengan manset dan tidak ada bunyi
yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian dirend
ahkan pelan-pelan pada titik tekanan sistolik di dalam arteri tepat melebihi
tekanan manset, maka semburan darah
lewat bersamatiap denyut jantung dan secara serentak dengan tiap denyut,s
erta terdengar bungi mengetok di bawah manset. Tekanan manset saat bun
yi pertama terdengar merupakan tegangan sistolik. Karena tekanan manset
direndahkan lebih lanjut, maka bunyi menjadi lebih keras, lalu redup dan b
erkurang, dan akhirnya dalam kebanyakan individu ia menghilang (Diah,2
017)
Pada percobaan kali dilakukan oleh dua orang dengan jenis kelamin yang
berbeda yaitu perempuan dan laki-laki. Pengukurannya dilakukan berbagi
posisi dan aktivitas. Pada Perempuan teknan darah paling tinggi yaitu saat
otak bekerja (diberi soal perhitungan) yaitu hasilnya 130/90 mmHg, hal ini
telah menunjukan bahwa seseorang tersebut sudah mengalami stress. Kem
udian pada tekanan dara laki-laki paling tinggi yaitu pada saat melakukan
aktivitas gerak badan selama 1 menit. Olahraga bisa menyebabkan tekanan
darah meningkat pada waktu yang singkat dan akan kembali normal ketika
berhenti berolahraga (Amiruddin, M., 2015).

b. Hyperemia

Percobaan selanjutnya adalah membandingkan keadaan hyperemia. Secara


singkatnya, hyperemia merupakan kondisi ketika terdapat peningkatan jum
lah darah atau adanya darah yang menumpuk di suatu organ atau jaringan
dalam tubuh.

 Hyperemia pasif/reaktif

Hyperemia pasif dilakukan dengan cara mengikatkan seutas tali pada sendi
kedua pada salah satu jari, lalu dibiarkan beberapa menit. Setelah beberapa
menit diamati terjadinya perubahan warna, ukuran dan suhu yaitu hasilnya
jari menjadi warna biru keunguan, dan terasa dingin serta ukuran lebih kec
il. Hal ini terjadi akibat jari yang diikat menyebabkan darah tidak dapat me
ngalir keluar dari suatu organ sehingga terjadi penumpukkan di dalam pem
buluh darah. Adanya penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan da
rah mengumpul pada bagian tertentu dan menurunkan tingkat oksigen dala
m darah sehingga meningkatkan sisa metabolisme. Warna ungu pada organ
tersebut, serta suhu disekitar organ menjadi dingin akibat tidak adanya sup
lai darah, oksigen, dan nutrien.
 Hyperemia aktif /fungsional

Hyperemia aktif merupakan peristiwa peningkatan aliran darah ke bagian


tertentu dari tubuh yang terjadi karena peningkatan aktivitas metabolik dar
i jaringan atau organ. Percobaan hyperemia aktif dilakukan dengan cara m
erendam jari tangan pada air hangat lalu dibiarkan beberapa menit. Setelah
beberapa menit dapat diamati bahwa terjadi perubahan warna jari menjadi
kemerahan, suhu menjadi hangat, dan ukuran menjadi lebih besar. Suhu yan
g tinggi menyebabkan inflamasi sehingga warnanya merah dan suhunya jadi lebi
h panas. Selain itu, peristiwa hyperemia aktif juga terjadi karena adanya peradan
gan dilatasi anteriol dan terangsangnya saraf vasodilator sehingga pembuluh dara
h melebar (vasodilatasi).

VI.2 Darah
a. Sel darah merah
Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada
dua sisinya, sehingga dilihat berbentukpiringan pipih. Rata-rata panjang hi
dup darah merah kira-kira 115 hari. 45% darah tersusun atas sel darah mer
ah yang dihasilkan di sumsum tulang. Warnanya yang merah cerah disebab
kan oleh oksigeb atau diserap dari paru-paru. Sel menjadi using dan dihanc
urkan dalam sistem retikulo-endotelial, terutama dalam limfa dan hati. Glo
bin dari hemoglobin di pecah dari asam animo untuk digunakan sebagai pr
otein dalam jaringan-jaringan, zat beso dalam hem dari hemoglobin dikelu
arkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi (Pearce, 2
009).
Dalam setiap 1 mm3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%,
oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol ad
alah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal,eritrosit manusia berbentuk bi
konkaf dengan diameter sekitar 7 -8 mikrometer, tebal ± 2.6 mikrometer d
an tebaltengah ± 0.8 mikrometer dan tanpa memiliki inti. (Widayati, 2010).

b. Sel darah putih


Sel darah putih terdapat di dalam darah manusia yang jauh lebih besat dari
pada sel darah merah. Sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian be
sar sel darah putih bisa bergerak di aliran darah, membuatnya dapat melak
sanakan tugas sebagai sistem ketahanan tubuh. Sel darah putih adalah bagi
an dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting. Leukosit dibagi dalam dua
kelompok yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit jika plasmanya berg
lanuler dan aglanurosit jika plasmanya tidak berglanuler. Leukosit granuro
sit dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu neutrofil, basofil, eusinofil. Leukosit ag
ranulosit dikelompokan menjadi 2, yaitu monosit dan limfosit. (Arsyilini, dkk. 20
12).
c. Hemotokrit
Hematokrit atau volume eritrosit yang dipadatkan (packed cell volume, PC
V) adalah persentase volume eritrosit dalam darah dengan cara diputar pad
a kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya pemer
iksaan adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Pemerik
saan hematokrit paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya,
yaitu kadarhemoglobin dan hitung eritrosit. Hematokrit dapat dipergunaka
n sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia. Pemeriksaan hematokr
it dapat diukur dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler (Ganda
soebrata, 2008).

d. Fisiologi

1. Penentuan Hb

Hb atau Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang ada pada sel d
arah merah yang berguna untuk pengangkut oksigen dari paru-paru ke sem
ual sel jaringan tubuh. Kadar hemoglobin di dalam darah suatu pemeriksaa
n srining yang diadakan guna mengetahui seseorang mengalami anemia at
au tidak. Pemeriksaan hemoglobin di dalam darah memiliki peran yang sa
ngat penting untuk mendiagnosa sebuah penyakit serta menjaga bentuk sel
darah yang bikonkaf. Pemeriksaan hemoglobin tergolong suatu pemeriksa
an darah rutin yang diperlukan guna mendiagnosis sebuah penyakit yakni
guna mengetahuin ada tidaknya gangguan kesehatan, seperti kekurangan h
emoglobin yang lazim dinamakan dengan anemia (Yusniati, 2019).

Penurunan kadar hemoglobin dalam darah akan mengakibatkan berkurang


nya suplai oksigen pada organ-organ tubuh, terutama organ – organ vital s
eperti otak, dan jantung. Jika kadar Hb rendah berarti dapat dipastikan bah
wa seseorang akan mengalami anemia. Percobaan dilakukan dengan dua m
etode, yaitu metode tallquist dan metode sahli.

Sedangkan pada metode sahli adalah metode hemoglobin yang dijalanan d


engan cara visual, yaitu dengan prinsip Pengukuran secara visual dengan
mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. M
etode tallquist termasuk analisis kualitatif karna untung melihat hasil hany
a perlu melihatnya saja, sedangkan pada sahli termasuk analisis kuantitatif
karena akan mengukur berapa kandungan Hb pada darah

a. Metode talquist

Metode tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan sua


tu skala warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda samp
ai warna merah tua. Skala warna ini mempunyai lubang ditengahnya sehin
gga darah dapat dilihat dan dibandingkan secara visual langsung. Percobaa
n pada metode tallquist dengan cara diambil satu tetes darah dengan kertas
tallquist, kemudian tentukan persentase Hb dengan membandingkan warna
yang diperoleh dengan warna pada kertas pembanding. Hasil yang diperol
eh adalah warna tersebut lebih mengarah ke warna dengan jumlah 60% ata
u sekitar 9,4 g/dl. Hasil tersebut menunjukkan adanya kekurangan hemogl
obin ditandai dengan warna nya yang sedikit terang. Prinsipnya semakin tu
a warna pada sampel, maka kadar hemoglobin akan semakin tinggi. Dan p
ada persentasenya juga tidak termasuk pada kategori normal karena norma
l dari hemoglobin yaitu 90 – 100%. Metode tallquist ini memiliki hasil yan
g kurang akurat karena metode ini hanya mencocokkan warna yang ada pa
da kertas pembanding yang dimana bisa saja warna tersebut masih belum a
kurat. Sehingga hasil yang diperoleh juga kurang akurat. Kandungan hemo
globin di dalam tubuh dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya usia, je
nis kelamin, aktivitas, status gizi, gaya hidup. Gaya hidup yang dimaksud
antara lain perilaku merokok dan konsumsi zat yang dapat menghambat pe
nyerapan zat besi. Zat yang dapat menghambat penyerapan besi atau inhibi
tor antara lain adalah kafein, tanin, oksalat, fitat, yang terdapat dalam prod
uk-produk kopi, teh, dan kacang kedelai (Siti, 2018).

b. Metode Sahli

Metode sahli adalah metode hemoglobin yang dijalanan dengan cara visual,
yaitu dengan prinsip Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warn
a larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode tallquist term
asuk analisis kualitatif karna untung melihat hasil hanya perlu melihatnya
saja, sedangkan pada sahli termasuk analisis kuantitatif karena akan meng
ukur berapa kandungan Hb pada darah. Percobaan pada metode sahli deng
an cara tabung sahli diisi dengan HCL 0.1N sampai dengan setinggi 10% d
ari tinggi skala maksimal, setelah itu dimasukkan darah sebanyak 20 mikr
oliter. Diaduk dengan menggu nakan pengaduk yang tersedia. Encerkan de
ngan HCL sampai warna campuran sama dengan warna standar pada alat.
Penggunaan HCl dikarenakan asam klorida adalah asam monoprotik yang
sulit menjalani reaksi redoks. Selain itu juga merupakan asam yang paling
tidak berbahaya dibandingkan asam kuat lainnya. HCl mengandung ion kl
orida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Dengan berbagai pertimbangan
tersebut, asam klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik. Pena
mbahan HCl dalam darah maka HCl akan menghidrolisis hemoglobin men
jadi globin ferroheme (Estri,2018). Setelah itu pembacaan dilakukan pada
penerangan yang wajar, tidak didepan jendela agar menyamakan hasil yan
g ada pada tabung dan tabung normal hb secara akurat. Jika warna masih b
elum sama, tambahkan lagi dengan HCL sampai warna tersebut sama. Has
il yang diperoleh yaitu setelah ditambahkan HCL sampai warnanya sama d
engan warna normal, diperoleh hasil pada angka yang ada pada tabung ber
kisar 12 g/dl yang dimana normal nya yaitu pada keadaan normal kadar he
moglobin dalam darah berkisar antara 13-18 g/dL untuk laki-laki dan untu
k perempuan 12-16 g/dl (Queinzheilla dkk,2019). Hasil tersebut masih ter
masuk kateori normal karena sampel yang diambil dari perempuan. Adapu
n factor lain yang mempengaruhi hasil pengukuran yaitu pencahayaan yan
g kurang saat pengukuran, kebersihan alat, ukuran pipet yang kurang tepat,
serta jumlah HCl yang digunakan tidak sesuai standar dll (Estri,2018).
 Waktu pendarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang terluka. Mac
am-macam perdarahan berdasarkan penyebabnya, yaitu perdarahan mekan
is (perdarahan lokal) dan perdarahan biokimia (perdarahan sistemik). Perd
arahan yang berasal dari berbagai ukuran pembuluh darah yang terluka da
n tidak dapat berhenti karena jendalan darah tidak dapat terbentuk atau kar
ena jendalan darah yang sudah terjadi pecah atau lepas dari ujung pembulu
h yang terbuka. Perdarahan mekanis terbagi menjadi tiga macam, yaitu (1)
perdarahan primer yang terjadi segera setelah bedah dan akan segera berhe
nti secara spontan yang merupakan perdarahan normal; (2) perdarahan rek
uren atau perdarahan intermediet yang terjadi dalam 24 jam setelah operasi
(3) perdarahan sekunder yang juga terjadi dalam 24 jam setelah operasi na
mun biasanya akibat dari kerusakan bekuan darah karena adanya infeksi.P
erdarahan biokimia terjadi karena tidak adanya satu atau lebih faktor koag
ulan darah yang berperan dalam mekanisme pembekuan darah normal. Hal
ini bias terjadi karena adanya kelainan genetik, seperti hemofili, penyakit v
on Willebrand; adanya penyakit sistemik, seperti hepatitis; dan pemakaian
obat tertentu yang dapat menurunkan pembentukan faktor-faktor penting d
alam proses pembekuan darah, misalnya aspirin (Archer, 1969).
Pada percobaan waktu perdarahan data pengamatan darah muncul pada wa
ktu 5 detik dan perdarahan berhenti pada waktu 107 detik, secara literatur
darah normal perdarahan di 20 – 120 detik. Darah berhenti mengalir pada t
ahap pembentukan sumbat platelet , aktor yang paling berpengaruh adalah
trombosit. Pada proses ini berlangsung fase sumbat trombosit dalam meng
hentikan perdarahan, trombosit melakukan perbaikan terhadap pembuluh d
arah yang rusak didasarkan pada beberapa fungsi penting dari trombosit it
u sendiri. Pada waktu trombosit bersinggungan dengan permukaan pembul
uh darah yang rusak, terutama dengan serabut kolagen di dinding pembulu
h, sifat-sifat trombosit segera berubah secara drastis dan dinding pembuluh
yang rusak menimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit yang jumlahnya t
erus meningkat dan menyebabkannya menarik lebih banyak lagi trombosit
tambahan, sehingga terbentuk sumbat trombosit. Sumbat trombosit ini mul
anya longgar, namun biasanya berhasil menghalangi hilangnya darah bila l
uka di pembuluh ukurannya kecil. Setelah itu, selama proses pembekuan d
arah selanjutnya, benang-benang fibrin terbentuk. Benang fibrin ini melek
at erat pada trombosit, sehingga terbentuk sumbat trombosit yang kuat (Gu
yton, 1996).
 Waktu koagulasi
Pada percobaan waktu koagulasi menghasilkan di waktu 150 detik, koagul
asi normal pada dadah terdapat di waktu 15-300 detik, perhentian darah be
rhenti pada tahap pembekuan darah. Ini,terjadi pembentukan fibrin yang b
erasal dari protein plasma fibrinogen melalui kerja enzimthrombin. Fibrin
berguna untuk menahan sel darah dan trombosit dengan membentuk throm
bus atau clot. Mekanisme pembekuan yang berperan dalam pembentukan f
ibrin melibatkan kakskade reaksi enzim yang tidak aktif menjadi enzim ter
sebut selanjutnyamengaktifkan enzim lain yang belum aktif. Reaksi menda
sar dalam pembekuan darah adalah konversi protein plasma yang larut, yai
tu fibrinogen menjadi fibrin yang tidak larut. Prose sini mencakup pembeb
asan dua pasang polipeptida dari setiap molekul fibrinogen.Bagian yang te
rsisa, monomer fibrin, kemudian mengalami polimerisasi dengan molekul-
molekul monomerlain sehingga membentuk fibrin. Fibrin mula-mula beru
pa gumpalan longgar benang-benang yang saling menjalin. Selanjutnya, pe
mbentukan ikatan-ikatan silang kovalen akan mengubah gumpalanlonggar
menjadi agregat yang padat dan ketat atau stabilisas. Pada percobaan pemb
ekuan darah ini menggunakan tabung tutup biru, berisi natrium sitrat digun
akan untuk pemeriksaan koagulasi karna kandungan natriun sitrat tersebut
ini berfungsi untun penggumpalan nya darah saat tes koagulas (Guyton, 19
96).

2. Penggolongan darah

Acuan dari golongan darah adalah antigen yang terdapat pada sel darah m
erah. Penggolongan darah pada umumnya yang dikenal adalah penggolong
an darah sistem ABO, yang dibagi menjadi 4 golongan darah yaitu golong
an darah A, B, O dan AB. Sistem penggolongan darah ABO dan Rh berper
an penting dalam penanda genetik pada perkawinan inkompatibel dan dala
m kegiatan transfusi darah. Transfusi darah dapat diberikan kepada pasien
yang membutuhkan dengan adanya beberapa ketentuan secara medis, dan
setelah melewati beberapa pemeriksaan pada darah yang akan diberikan da
n penerima darah (resipien). Transfusi darah dari golongan yang tidak sesu
ai dapat menyebabkan beberapa reaksi transfuse imunologis dan aspek klin
is seperti ketidakcocokan pada sistem golongan darah ABO. Apabila pemb
erian darah golongan A kepada penderita golongan O dapat menimbulkan r
eaksi transfusi yang hebat dan menimbulkan kematian karena terdapat pen
ggumpalan darah akibat ketidakcocokan pada sistem golongan darah (Selv
i, 2019).

Golongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidaknya antigen permukaa
n sel darah merah A atau B yang dimana Darah tipe A memiliki antigen A,
darah tipe B memiliki antigen B, darah tipe AB memiliki antigen A dan B,
dan golongan darah O tidak memiliki antigen A atau B. Hampir semua indi
vidu yang tidak memiliki antigen A atau B secara “alami” menghasilkan an
tibodi sendiri. Setiap tipe memiliki antigennya masing masing sehingga tid
ak bisa di campur, tetapi harus dengan tipe yang sama seperti pada transfus
i darah. Darah yang bertipe A harus mendapatkan darah yang bertipe A jug
a dari pendonor agar transfuse berjalan lancar. (Robert,2019).
Percobaan dilakukan dengan cara siapkan sebuah kaca objek, setelah itu be
ri tanda A dan B pada sudut kiri dan kanan masing masing agar tidak tertu
kar. Teteskan serum anti-A pada bagian yang ditandai A dan teteskan seru
m anti-B pada bagian bertanda B. Teteskan juga satu tetes darah pada bagi
an A (anti-A) kemudian campurkan kedua cairan dengan tusuk gigi. Tetesk
an juga pada bagian B (anti-B) kemudian camppurkan kedua cairan denga
n tusuk gigi. Hasil yang diperoleh pada percobaan yaitu pada sampel darah,
terjadi penggumpalan pada kedua bagian, yaitu pada sampel darah yang di
tambah dengan serum anti-A adanya gumpalan dan pada sampel darah yan
g ditambah dengan serum anti-B juga terdapat gumpalan. sehingga hasil d
ari penggolongan darah tersebut adalah AB dikarenakan adanya reaksi pad
a darah dengan antigen A dan antigen B yang berarti darah tersebut memili
ki antigen A dan B

VII. KESIMPULAN
1. Tekanan darah adalah tekanan yang di ukur pada nasi yang dinyatakan dal
am militer (mm) air raksa (Hg) dan terdiri dari 2 nilai yang paling tinggi (s
istolik) dan paling bawah (diastolik). Faktor yang mempengaruhi perubaha
n tekanan darah bisa pada faktor keturunan, usia, jenis kelamin, stress fisik
dan psikis, kegemukan (obesitas).
2. Aliran darah dalam pembuluh darah disebabkan oleh tekanan dalam berba
gai bagian dari sistem sirkulasi. Darah mengalir dari daerah dengan tekana
n lebih tinggi ke daerah dengan tekanan lebih rendah. Tekanan darah terus
menurun mulai dari aorta, arteri, arteriol, kapiler,venula, vena sampai ke v
ena cava. Dengan demikian darah mengalir melalui urutan jalur tersebut.
3. Darah memiliki karakteristik suatu cairan tubuh yang berwarna merah dan
kental. Kedua sifat utama ini, yaitu warna merah dan kental, yang membed
akan darah dari cairan tubuh lainnya. Dan manfaat penentuan parameter he
matologi dapat mendeteksi keberadaan racun, zat zat, komponen berbahay
a, mendeteksi penyakit dan dapat digunakan pula untuk memeriksa kondisi
kesehatan pasien secara menyeluruh.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Tenriawaru, E.P dkk (2016). Analisis Korelasi Antara Golongan Darah Tip
e
ABO Dengan Modalitas Dan Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal Di
namika. Vol. 7 No. 1: 42. Palopo: Universitas Cokroaminoto Palop
o
Oktari, Anita dkk (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide Dengan Reagen Serum Golongan darah A, B, O. Jur
nal Teknologi Laboratorium.Vol. 5 No. 2: 49-50. Bandung: Sekola
h Tinggi Analis Bakti Asih
Novalia, (2012). Perancangan Pengenal QR (Quick Response) Code denga
n
Jaringan Syaraf Tiruan Metode Perceptron, Program Studi Ilmu Ko
mputer, Fakultas Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas S
umatra Utara

L. Sherwood, (2011) Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Ganong (2002). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Wennecke, G.(2004). Hematocrit - a review of different analytical methods


Acutecaretesting.Org, (September), 1-9.
Gebretsadkan, G., Tessema, K., & Ambachew, H. (2015). Blood Research
and Disorders The Comparison between Microhematocrit and Auto
mated Methods for Hematocrit Determination ClinMed. Internacio
nal Journal of Blood Research and Disorders, 2(1),1-3.
Wahyuningsih, H.P, & Kusmiyati, Y (2017). Buku Anatomi Fisiologi
Manusia.Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
I Putu Adiartha Griadhi(2016). SISTEM KARDIOVASKULER.
Universitas Udayana. Bali
Siti nuryamah (2023). PENGECEKKAN TEKANAN DARAH DAN
INFORMASI KESEHATAN KEPADA LANSIA DI DESA SUMB
ERJAYA. UBP Karawang. Karawang
Brooker, Cris. (2008): Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC
velyn F.(2006): Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Surabaya:
Sinar Wijaya.

Nuri (2013). Kardiovaskular. Universita Jendral Soedirman. Purwokerto.

Nurachmach (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Abdurrachim, R., Indah, H., Nany, A. (2016). Hubungan Asupan Natrium,

Frekuensi dan Durasi Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Lan


sia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera dan Bina Lara Bu
di Luhur Kota Pekanbaru, Kalimantan Selatan. Jurnal of The Indon
esian Nutrition Association. Vol.39 No,1 : 37-48.

Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan Dan Kebidana


n.

Edisi 4. Jakarta: EGC.

Luthfiyah, F. (2019). Analisis Peningkatan Tekanan Darah pada Pekerja

yang Terpapar Kebisingan. Journal of Health Science and Preventi


on, Vol 3, No 1.

Rafi (2020). Sphygmomanometer. Yogyakarta: Universitas Yogyakarta.

Amiruddin, M. (2015). Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara

Berbagai Posisi dan Aktivitas Pada Mahasiswa. Jurnal e-Biomedik


(eBm), Vol 3, No 1.

Rafi (2020). Peralatan Diagnostik Sphygmomanometer. Yogyakarta:

Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.


Amiruddin, M. (2015). Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara

Berbagai Posisi dan Aktivitas Pada Mahasiswa. Jurnal e-Biomedik


(eBm), Vol 3, No 1.

Diah (2007). Biologi 2. Jakarta: Esis

Pearce (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gremedia

Widayati (2010). Sediaan Apus Darah. Universitas Muhammadiyah

Prof. DR. Hamka: Jakarta

Arsyilini (2012). Fisiologi II. Jakarta: Erlangga

Gandasoebrata (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:

Dian Rakyat

Yusniati. (2019). Pengaruh Variasi Waktu Inkubasi Terhadap Kadar Hemog


lobin Metode Drabkins dengan MikroLAB 300. Jurnal Teknologi

dan Pengelolaan vol2,No 2 Manajemen Laboratorium,

Siti Fadillah (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar

Hemoglobin (Hb) Pada Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2013


Universitas Respati Yogyakarta Factors Associated With Hemoglo
bin (Hb) Levels in Nursing Class 2013 Respati Yogyakarta Univers
ity. Universitas Respati Yogyakarta. Yogyakarta

Estri Kusumawati (2018). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar

Hemoglobin (Hb)

Remaja Menggunakan Metode Sahli dan Digital (Easy Touch GCHb).

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Surabaya.

Queinzheila Putri Arnanda, dkk (2019). Hubungan Kadar Hemoglobin,


Eritrosit, dan Siklus Menstruasi pada Mahasiswa Farmasi Univer
sitas Padjadjaran Angkatan 2016. Universitas Padjajaran. Jawa bar
at.

Robert Hotman Sirait (2019). Transfusi Darah. Departemen Anestesilogi

Fakultas Kedokteran UKI. Jakarta.

Selvi marcellia (2019). Pemeriksaan Golongan Darah Diposyandu Lanjut

Usia (Lansia) Pekon Tulang Agung Puskesmas Gadingrejo Prings


ewu. Universitas malahayati. Bandar lampung

Konstribusi anggota : Tujuan dan teori dasar : Rangga Rapitulega


Alat, bahan, prosedur : Jihan Nabilla
Data pengamatan & kesimpulan : Yogi Andrian
Pembahasan : Deva Herawati

Anda mungkin juga menyukai