Anda di halaman 1dari 22

JUDUL

HEMATOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu:
Djohar Maknun, M.Si
Muhimatul Umami, M.Si

Disusun oleh:
Nama : Siti Aisyah
NIM : 1908106024
Kelas : Biologi A/5
Asisten Praktikum : 1. Kholid
2. Lulu Ulfah Audriansyah
3. Nur Lulu Anisa

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahluk hidup dimuka bumi sangat banyak meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.
Manusia khususnya merupakan mahluk hidup yang diciptakan paling sempurna dimuka
bumi ini, tentunya manusia memiliki akal dan fikiran. Secara garis besar, pada manusia
terdapat beberapa system dalam tubuh yang mengkoordinir sehingga manusia tersebut
dapat beraktivitas dengan baik dan dapat menyeimbangkan tubuhnya, yakni system
pernapasan, system sekresi, system reproduksi, system koordinasi, system peredaran darah
atau system sirkulasi dan masih ada beberapa lagi.
Darah merupakan jaringan pengikat dengan sel-sel nya terrendan dalam cairan
matriks (Plasma Darah) yang terdiri dari senyawa organic dan anorganik.Suatu contoh
darah dapat memberikan gambaran tentang keadaan darah pada waktu di peroleh,namun
apabila di ambil berulang-ulang dalam waktu tertentu akan memperlihatkan gambaran
perubahan faali atau patologis.ilmu yenh mempelajari tentang darah di sebut Hematologi.
(Gandasoebrata, 2015)
Darah merupakan cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan
tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia
dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah. Cairan ini berwarna merah
yang terdapat di dalam pembuluh darah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi
berubah–ubah karena pengaruh zat kandungannya, terutama kadar oksigen dan CO2. bila
kadar oksigen tinggi maka warna darah menjadi merah muda, tetapi bila kadar CO2-nya
tinggi maka warnanya menjadi merah tua.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45%
sel–sel darah (darah padat). Volume darah pada manusia atau hewan level tinggi
(mamalia) adalah 8% berat badannya. Darah pada tubuh manusia sekitar sepertigabelas
beratnya atau sekitar 4 atau 5 liter pada orang dewasa. System sirkulasi pada manusia
terdiri atas alat-alat peredaran darah, pembuluh darah, serta darah yang bertugas sebagai
pelaksana transportasi. System sirkulasi tentunya perperan penting dalam kehidupan
manusia. Darah secara umum merupakan bentuk cairan berwarna merah yang terdapat
diseluruh bagian dalam tubuh. Darah terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah dan
sel-sel darah. Komponen sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keping darah (trombosit). Ada beberapa sistem penggolongan darah pada
manusia, misalnya sistem ABO dan rhesus (Rh). Dasar penggolongan darah adalah
adanya aglutinogen  (antigen) di dalam sel darah merah dan aglutinin (antibodi) di dalam
plasma (serum). Aglutinogen adalah zat yang digumpalkan dan aglutinin adalah zat yang
menggumpalkan. Dr. Landsteiner merupakan penemu sistem ABO. Dalam sistem ABO,
ada tidaknya antigen tipe A dan B di dalam sel darah merah menentukan golongan darah
seseorang. Sistem tersebut mengelompokkan darah manusia menjadi empat golongan,
yaitu, A, B, AB, dan O . Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktikan
ini adalah mengetahui teknik uji golongan darah.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara ke1 mengenai Hematologi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasikan Dan membandingkan struktur eritrosit pada masing2
sampel hewan
2. Untuk melakukan pengujian hemolisis krenasi, Dan isotonis
3. Untuk melakukan pengujian golongan darah pada manusia
I. LANDASAN TEORI
Hematologi merupakan salah satu studi kesehatan yang khusus mempelajari mengenai
darah beserta gangguannya. Beberapa penyakit yang diatasi oleh bidang kedokteran
hematologi termasuk anemia, gangguan pembekuan darah, penyakit infeksi, hemofilia, dan
leukemia. Dalam dunia kesehatan, tes hematologi merupakan sebuah pemeriksaan darah
lengkap yang meliputi sel darah putih, sel darah merah, dan platelet. Pemeriksaan ini biasanya
termasuk dalam pemeriksaan kesehatan. Selain sebagai pemeriksaan kesehatan rutin, tes
hematologi juga akan dilaukan dokter untuk membantu mendiagnosis masalah tertentu,
contohnya seperti infeksi atau perdarahan. (Handari, 2018)
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berbentuk
cair dan berwarna merah. Pada orang dewasa muda yang sehat memiliki darah sekitar 7% dari
berat badan atau kira-kira sekita 4-5 liter. Jumlah tersebut berbeda-beda untuk setiap orang
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah merupakan
kendaraan atau medium untuk transportasi berbagai nutrisi ke seluruh tubuh. Darah berfungsi
dalam mengangkut oksigen, zat gizi dan sisa hasil metabolisme dari jantung keseluruh tubuh
dan kembali lagi ke jantung (Winarto, 2014).
Darah merupakan cairan yang berwarna merah, warna merah ini adalah protein yang
mengandung besi dimana merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen yang terikat
oleh hemoglobin. Warna merah darah ini tergantung pada tinggi rendahnya kandungan
oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) didalamnya, darah yang mengandung banyak CO2
akan memberikan warna lebih gelap atau merah tua sedangkan darah yang mengandung O2
memberikan warna merah muda (Sa’adah, 2018).
Komponen utama dalam darah pada makluk hidup berbentuk cairan yang berwarna merah
terdiri dari 2 komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah adalah komponen
penyusun darah yang paling banyak, sebesar 50-60% bagian darah adalah plasma darah,
sisanya adalah sel-sel darah yaitu sekitar 40-50 %. Plasma darah terdiri dari protein-protein
darah seperti immunoglobin, albumin, protein, nutrisi, hormon, gas terlarut (CO2 dan O2),
serta zat hasil ekskresi (urea), namun begitu komposisi terbesar darah adalah air (91-92 %).
Sedangkan sel sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit) sel darah putih (leukosit) dan
sel-sel pembeku (trombosit). (Suparyanto, 2014).
Hemolisis adalah proses kerusakan yang terjadi pada sel darah merah, dimana hemoglobin
dari sel darah merah keluar. Kerusakan ini terjadi akibat adanya larutan-larutan tertentu yang
masuk kesel darah dan adanya zat-zat kimia. Hemolisis merupakan suatu pecahnya sel darah.
Krenasi terjadi bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (Marra,
2012)
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel
setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik karena kehilangan air melalui osmosis.
Secara etimologi krenasi berasal dari bahasa yunani yakni “Crenatus”. Krenasi terjadi karena
lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan larutan disekitar luar sel. Osmosis menyebabkan pergerakan air keluar dari sel
yang dapat menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya, sebagai akibat sel mengecil atau
mengkerut. Pada manusia yang sehat derajat hemolisa darahnya dapat disebabkan oleh kinain
pada konsentrasi 10-9m dengan level darah 5 x 10-5. Hal ini mungkin juga berlaku bagi darah
penderita malaria. Pada konsentrasi 10-6 metabolik kinin menimbulkan derajat hemolisis
yang lebih tinggi daripada kinin dengan konsentrasi 10-2. (Sofro, 2012)
Krenasi merupakan proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan hipotonis dan
hipertonis. Faktor penyebab krenasi yaitu adanya peristiwa osmosis yang menyebabkan
adanya pergerakan air dalam sel sehingga ukuran sel menjadi berkurang atau mengecil. Proses
yang sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu plasmolisis dimana sel tumbuhan juga mengecil
karena dimasukkan dalam larutan hipertonik. Krenasi ini dapat dikembalikkan dengan cara
menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (Watson, 2012).
Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat diinfuskan kedalam
darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan
intrasel. Cairan yang memiliki kekentalan atau konsentarasi sama dengan cairan dalam sel
disebut isotonis (osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada dalam sel disebut hipertonis, dan
lebih rendah daripada sel disebut hiipotonis. Cairan hipertonis akan menarik air secara
osmosis dari sitoplasma eritrosit ke luar sehingga Eritrosit akan mengalami penyusutan dan
membran selnya tampak berkerut-kerut atau yang disebut krenasi atau plasmolysis.
Sebaliknya, cairan hipotonis akan menyebabkan air berpindah ke dalam sitoplasma eritrosit
sehingga eritrosit akan menggembung (plasmoptysis) yang kemudian pecah (hemolisis)
(Djukri dan Heru, 2015)
Eritrosit adalah sel darah merah pembawa hemoglobin dalam sirkulasi darah. Fungsi
utama eritrosit adalah mentransfer hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru
menuju jaringan. Eritrosit unggas berbeda dengan eritrosit mamalia. Eritrosit atau sel darah
merah pada mamalia berbentuk cakram bikonkaf, dengan tebal bagian tepi 1,5µ dan menipis
dibagian pusatnya. Eritrosit unggas yang matang pada umumnya lebih besar daripada eritrosit
mamalia, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan eritrosit reptilian. (Thrall et al., 2012).
Eritrosit tersusun atas lipida, protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Membran eritrosit
tersusun dari lapisan lipida yang terdiri dari fosfolipida yang bersifat hidrofilik dan asam
lemak yang bersifat hidrofobik, protein dalam bentuk glikoprotein dan karbohidrat lain.
Eritrosit terdiri dari 55-65% air, 30-35% hemoglobin, 5% unsur organik dan anorganik
(Stockham and Scott, 2018).
Pada eritrosit terdapat gangguan seperti anemia yang merupakan kondisi jumlah sel darah
merah yang berada di bawah rentang normal sehingga tidak dapat melakukan transportasi
oksigen secara efisien dan efektif. Pada manusia, rentang normal untuk konsentrasi
hemoglobin adalah sebesar 13,2 g/dL untuk pria dan 11,7 g/dL untuk wanita Terdapat
setidaknya tiga jenis anemia, yaitu blood loss anemia, hypoproliferative anemia, dan
hemolytic anemia. Rendahnya jumlah eritrosit dikarenakan ketidakmampuan memproduksi
eritrosit untuk mencapai ambang batas normal. Salah satu penyebabnya adalah oleh defisit
unsur besi (Hoffman et al., 2012; Rogers, 2011)
Leukosit adalah saah satu jenis sel darah. Kandungan hemoglobin pada leukosit sangat
sedikit. Fungsi utama leukosit adalah membentuk sistem imun untuk menanggulangi invasi
patogen dan zat asing lainnya. Leukosit memiliki morfologi yang bervariasi. Secara umum
leukosit dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit yang
tergolong dalam kelompok granulosit adalah neutrofl, eosinofil, dan basofil. Sedangkan
leukosit agranulosit misalnya monosit dan limfosit (Handayani, dkk. 2010).
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya
saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal,
syok, dan kematian. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel
dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya untuk jasanya
menemukan cara penggolongan darah ABO (Asri, 2010).
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Didunia ini
sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh. Sistem ABO yang
ditemukan oleh Karl Landsteiner merupakan sistem yang paling penting dalam bank darah
dan ilmu kedokteran transfusi, antigen-antigen utamanya disebut A dan B, antibodi utamanya
adalah anti-A dan anti-B. Gen-gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B terletak
di kromosom 9 . Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam sel
dan menentukan aglutinin yang ada dalam serum (Andriyani et al, 2015).
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor
Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki
faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di
permukaan sel darah merahnya memilihi golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor
Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis
penggolongan ini sering digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+
adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih
dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus sangat penting karena ketidakcocokan golongan (misal : donor
dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap
antigen Rd(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang
pada atau dibawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat
kehamilan (Asri, 2010).
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
1. Alat
a. Bak parafin
b. Pipet tetes
c. Blood lanset
d. Glass objek dan cover glass
e. Spuit
f. Glove dan masker
g. Mikroskop
2. Bahan
a. NaCl O,7 % O,9%
b. Larutan giemsa
c. Alkohol 7O%
d. Antigen
e. Mencit (mus musculus)
f. Ikan (cyprinus carpio)
g. Bunglon (bronchocela jabata)

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum kali ini sebagai berikut:

1. Pengamatan Struktur Eritrosit


a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel darah pada bunglon, mencit, probandus dan ikan
c. Dibuat masing-masing 3 sampel darah dari spesies yang diamati. Satu sampel
d. untuk pengamatan struktur eritrosit, sedangkan dua sampel lainnya untuk
e. pengamatan hemolisisi, krenasi dan isotolis
f. Diteteskan sampel di cover glass. Kemudian diratakan dan dikering dengan
g. cara di anginkan
h. Diamati menggunakan mikroskop
2. Pengamatan Hemolisis, Krenasi dan Isotonis
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel darah pada bunglon, mencit, probandus dan ikan. Sampel satu
c. pada setiap sampel darah ditetesi NaCl dengan kkonsentrasi 0,7%. Kemudian,
d. sampel dua ditetesi NaCl dengan konsentrasi 0,9%
e. Ditutup dengan cover glas
f. Diamati menggunakan mikroskop
3. Pengujian Golongan Darah
a.Diambil sampel darah melalui ujung salah satu jari menggunakan blood lanset
b. Diteteskan sampel yang sudah didapat pada kertas uji, kemudian darah ditetesi
anti A, anti B, dan anti AB. Setelah itu sampel diratakaan menggunakan jarum
sampai tercampur rata
c.Diamati penggumpalan pada setiap sampel
d. Dicatat pengamatan pada tabel hasil pengamata
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan Morfologi Sel Darah

Perlakuan
Sampel Keterangan
Kontrol Nacl 0,7 % Nacl 0,9 %
Darah bunglon Eritrosit bunglon
(Bronchocela Bronchocela jubata
jubata) ditetesin terlihat normal dan
susunan terlihat rapat Nacl
dengan konsentrasi 0,7 %
dan sample kedua ditetesi
Nacl 0,9% ditutup
menggunakan cover glass
kemudian diamati
mengunakan mikroskop
dengan perbesaran 400x.
Darah ikan mas Eritrosit ikan mas Cyprinus
(Cyprinus carpio terlihat isotonis atau
carpio) tetap normal ditetesin Nacl
dengan konsentrasi 0,7 %
dan sample kedua ditetesi
Nacl 0,9% ditutup
menggunakan cover glass
kemudian diamati
mengunakan mikroskop
dengan perbesaran 400x
Darah Eritrosit probandus ditetesin
Probandus Nacl dengan konsentrasi 0,7
Manusia % dan sample kedua ditetesi
Nacl 0,9% ditutup
menggunakan cover glass
kemudian diamati
mengunakan mikroskop
dengan perbesaran 400x
Darah mencit Eritrosit mencit Mus
(Mus musculus) musculus mengalami
hemolisisis karena terlihat
sangat jelas disini sel pecah.
Dan susunan terlihat
renggang ditetesin Nacl
dengan konsentrasi 0,7 %
dan sample kedua ditetesi
Nacl 0,9% ditutup
menggunakan cover glass
kemudian diamati
mengunakan mikroskop
dengan perbesaran 400x

B. Penentuan Golongan Darah

Pemberian
Nama Sampel
Antiserum Antiseru Antiseru Golongan darah
sampel darah
A mB m AB
Golongan darah A. Karena
Reza
terjadi penggumpalan ketika
prawira
ditetesi anti-A.
Nur Golongan darah B. Karena
Lulu terjadi penggumpalan ketika
Anisa ditetesi anti- B.
Muhama Golongan darah O, sebab tidak
d terjadi penggumpalan ketika
Yudiana ditetesi anti-A, Anti-B, Anti-
Prabowo AB.
Golongan darah O, sebab tidak
terjadi penggumpalan ketika
Kholid
ditetesi anti-A, Anti-B, Anti-
AB.
C. Pembahasan
Berdasaran praktikum yang telah dilaksanakan dirmh masing masing dengan panduan
vieo praktikum oleh asisten praktikum di Lab MIPA IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengenai
Hemoatologi yang bertujuan untuk mengidentifikasikan Dan membandingkan struktur
eritrosit pada masing2 sampel hewan, Untuk melakukan pengujian hemolisis krenasi, Dan
isotonis, Untuk melakukan pengujian golongan darah pada manusia. Adapun bahayn yang
digunakan yaitu sampel dari darah mencit mus musculus ikan cyprinus carpio, bunglon
bronchocela jabata, dan manusia lalu bahan berikutnya NaCl O,7 % O,9%, Larutan giemsa,
Alkohol 7O%, Antigen. Alat yang digunakan , Bak parafin, Pipet tetes, Blood lanset, Glass
objek dan cover glass, Spuit, Glove dan masker, Mikroskop.
Hematologi merupakan salah satu studi kesehatan yang khusus mempelajari mengenai
darah beserta gangguannya. Beberapa penyakit yang diatasi oleh bidang kedokteran
hematologi termasuk anemia, gangguan pembekuan darah, penyakit infeksi, hemofilia, dan
leukemia. Dalam dunia kesehatan, tes hematologi merupakan sebuah pemeriksaan darah
lengkap yang meliputi sel darah putih, sel darah merah, dan platelet. Pemeriksaan ini biasanya
termasuk dalam pemeriksaan kesehatan. Selain sebagai pemeriksaan kesehatan rutin, tes
hematologi juga akan dilaukan dokter untuk membantu mendiagnosis masalah tertentu,
contohnya seperti infeksi atau perdarahan. (Handari, 2018)
Berdasarkan pengamatan pertama pada Pengamatan stuktur eritrosit dengan metode ,
Pengambilan sample darah bunglon, ikan dan probandus, lalu dibuat masing masing 4 sample
darah dari speies yang akan diamati dengan mengusap darah pada glass objek dan ditutup
cover glass, sample untuk pengamatan stuktur eritrosit di kering anginkan terlebih dahulu .
Diamati menggunakan mikroskop perbesaran 400x, untuk Pengambilan sample darah mencit
melalui kardial, Pengambilan sample darah dari salah satu jari tangan probandus,
Pengambilan sample darah ikan dari vena kaudalis. Hasil pada pengamatan ini Eritrosit
bunglon Bronchocela jubata dengan perlakuan yang menggunakan mikroskop perbesaran
400x eritrosit dalam keadaan isotonis, berbentuk bulat dan memiliki inti sel serta memiliki
eritrosit yang berwarna merah kecoklatan. Kemudian padadarah ikan Pada perlakuan yang
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x eritrosit dalam keadaan isotonis, berbentuk
bulat-bulat kecil memiliki inti sel dan memiliki warna yang biru. Pada darah probandus
menggunakan mikroskop dengan Perbesaran 400x terdapat eritrosit dalam keadaan normal
yangberbentuk oval tanpa inti sel serta memiliki warna eritrosit merah kecoklatan . pada
sample darah mencit Pada perlakuan yang menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x
eritrosit dalam keadaan normal yang berbentuk bulat dan oval tanpa inti sel serta memiliki
warna eritrosit putih kekuningan.
faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah dalam sistem sirkulasi seperti kadar
hemoglobin, ukuran tubuh, kolestrol, asam urat, jenis kelamin, etnis, tekanan darah, kadar
gula darah, dan juga gaya hidup. Selain itu, hormon eritropoietin secara langsung juga
memengaruhi produksinya. Sekresi hormon eritropoietin dipicu oleh beberapa kondisi seperti
anemia, berkurangnya aliran darah yang melalui ginjal, berkurangnya kadar oksigen pada
paru-paru, serta adanya kerusakan mekanis pada permukaan saluran pernapasan. Pada eritrosit
terdapat gangguan seperti anemia yang merupakan kondisi jumlah sel darah merah yang
berada di bawah rentang normal sehingga tidak dapat melakukan transportasi oksigen secara
efisien dan efektif. Pada manusia, rentang normal untuk konsentrasi hemoglobin adalah
sebesar 13,2 g/dL untuk pria dan 11,7 g/dL untuk wanita. Terdapat setidaknya tiga jenis
anemia, yaitu blood loss anemia, hypoproliferative anemia, dan hemolytic anemia. Rendahnya
jumlah eritrosit dikarenakan ketidakmampuan memproduksi eritrosit untuk mencapai ambang
batas normal. Salah satu penyebabnya adalah oleh defisit unsur besi (Hoffman et al., 2012;
Rogers, 2011).
Pengamatan berikutnya mengenai Hemolisis krenasi dan isotonis sample darah mencit
mus musculus ikan cyprinus carpio, bunglon bronchocela jabata, dan manusia , masing
masing Sample diberi perlakuan ditetesi NaCl konsentrasi O,7%, dan perlakuan ke 2 masing
masing sample ditetesi konsentrasi NaCl O,9 % Sample ditutupi dengan cover glass. Diamati
menggunakan mikroskop. Hasil dari praktikum Hemolisis krenasi dan isotonis yaitu pada
sampke darah bunglon bronchocela jabata ditetsi NaCl 0,7% eritrosit mengalami homolisis,
berbentuk oval dan memiliki inti sel. Pada perlakukan NaCl 0,9% eritrosit dalam keadaan
normal (isotonis) berbentuk oval dan memiliki inti sel dengan warna putih kekuningan. Pada
ikan mas didaptkan hasil setelah ditetesi NaCl 0,7% eritrosit mengalami hemolisis,terdapat
eitrosit berbentuk bulat dengan memiliki warna biru dan memiliki inti sel. Pada perlakuan
NaCl 0,9% eritrosit dalam keadaan normal (isotonis) terdapat eritrosit berbentuk bulat dengan
inti sel dan memiliki warna biru. Pada sample darah probandus Pada perlakuan NaCl 0,7%
eritrosit mengalami hemolisis, berbentuk oval dan bulat tanpa inti sel dengan warna merah
kecoklatan. Pada perlakuan NaCl 0,9% eritrosit dalam keadaan normal (isotonis) terdapat
eritrosit berbentuk oval dan bulat tanpa inti sel dengan warna merah kecoklatan. Lalu yang
terakhir pada sample darah mus musculus ditetsi NaCl 0,7. eritrosit mengalami hemolisis,
berbentuk oval dan bulat tanpa inti sel dengan warna putih kekunigan. Pada perlakuan NaCl
0,9% eritrosit dalam keadaan normal(isotonis), eritrosit berbentuk oval dan bulat tanpa inti sel
dengan warna putih kekuningan. Pada perlakuan menggunakan NaCl 0,9% eritrosit
mengkerut (krenasi) sesuai dengan pernyataan oleh Smith (2011) bahwa pada konsentrasi
NaCl rendah eritrosit ikan mengalami krenasi atau mengkerut, dan pada perlakuan
menggunakan NaCl 0,7% tidak terjadi perubahan (isotonis) karena secara umum tidak terjadi
perubuhan. Pada eritrosit mencit jumlah eritrositnya banyak, dan bentuknya bulat tidak
berinti. Pada perlakuan menggunakan NaCl 0,7% eritrosit mencit menggembung (hemolisis)
dan pada perlakuan menggunakan NaCl 0,9% ertrosit mencit mengkerut (krenasi). Dan pada
eritrosit probandus jumlah eritrositnya banyak, dan bentuknya bulat tidak berinti. Pada
perlakuan menggunakan NaCl 0,9% eritrosit mengkerut (krenasi) dan pada perlakuan
menggunakan NaCl 0,7% tidak terjadi perubahan (isotonis).
Krenasi ini dapat dikembalikkan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam
medium luar eritrosit. Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan hemolisis dan krenasi pada
tabel 1 diketahui bahwa ada kelompok yang menunjukkan kecepatan hemolisis eritrosit pada
NaCl 0,5% lebih lambat daripada NaCl 0,7%. Seharusnya semakin encer cairan di luar sel
seharusnya semakin cepat sel mengalami hemolisis. Sedangkan pada larutan NaCl semakin
pekat larutannya yaitu 0,9% dan 3% maka potensi kecepatan eritrosit seharusnya semakin
tinggi. Kemudian ada kelompok yang menunjukan semakin pekat larutan NaCl semakin
lambat kecepatan krenasi eritrosit yang terjadi. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai
kemungkinan adanya human error seperti ketidaktelitian pengamat saat mencatat waktu pada
stopwatch ketika mengamati dengan mikroskop, atau karena kalibrasi mikrokskop yang sulit
difokuskan sehingga memperlambat pengamat untuk mencatat waktu krenasi dan hemolisis
eritrosit
Peristiwa hemolisis dan krenasi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui
dalam mempelajari darah. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga
hemoglobin bebas ke dalam medium sekellilingnya (plasma). Sedangkan krenasi adalah
proses pengkerutan sel darah merah apabila benda dalam larutan hipertonik. Penentuan
golongan darah dilakukan dengan memberikan antigen dalam sel darah merah, jika terjadi
aglutinasi atau hemolisa, maka golongan darah dapat ditentukan (Jihadulhaq, 2013).
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam
medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara
lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena
ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis
(karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl)
akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan
menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan
yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan
bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang
hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara
menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma). NaCl adalah larutan
hipotonis Dan dari percobaan diatas diketahui bahwa eritrosit yang pecah tidak dapat kembali
lagi seperti semula. Hal tersebut karena larutan hipertonis. (Fujaya. 2014) Hemolysis juga
disebabkan karena penurunan tegangan permukaan membrane sel misalnya saponin, sabun,
garam-garam dan empedu.
Pengamatan berikutnya Pengujian golongan darah degan cara mengambil Sample darah
dengan blood lanset pada ujung jari, Sample diletakan pada kertas uji dan ditetesi antigen A,B
dan AB, Sample diratkan dengan jarum sampai tercampur, lalu diamati, didapatkan hasil ,
Penentuan golongan darah ini dilakukan berdasarkan jenis antigen yang terdapat di dalam
darah, yaitu antigen A dan antigen B, serta antibodi yang dihasilkan untuk menghancurkan
antigen tersebut. Contoh nya Orang yang memiliki golongan darah O tidak memiliki antigen
A dan B pada sel darah merah. Namun, orang yang memiliki golongan darah O memproduksi
antibodi A dan B di dalam darahnya. Hasil praktikum nya yaitu pada sample darah milik Reza
prawira memiliki Golongan darah A. Karena terjadi penggumpalan ketika ditetesi anti-A.
Pada sample darah milik nur lulu anisa memiliki Golongan darah B. Karena terjadi
penggumpalan ketika ditetesi anti- B. M. Yudiana Prabowo memiliki Golongan darah O,
sebab tidak terjadi penggumpalan ketika ditetesi anti-A, Anti-B, Anti-AB. Pada sample darah
kholid memiliki Golongan darah AB terjadi penggumpalan ketika ditetesi anti A, Anti B.
Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang didasarkan pada jenis
antigen yang dimilikinya. Antigen dapat berupa karbohidrat dan protein (Nadia et al, 2010).
Sistem penggolongan darah ABO pertama kali ditemukan oleh Karl Landsteiner pada tahun
1900 dengan mencampur eritrosit dan serum darah para stafnya. Landsteiner, dari
percobaantersebut menemukan 3 dari 4 jenis golongan darah dalam sistem ABO, yaitu A, B,
dan O. Golongan darah yang keempat, yaitu AB ditemukan pada tahun 1901 (Farhudet al,
2013).
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya
saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal,
syok, dan kematian. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel
dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya untuk jasanya
menemukan cara penggolongan darah ABO (Asri, 2010).
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat
bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya untuk
merangsang produksi antibodi Atigen adalah zat yang dapat bereaksi dengan produk respon
imun spesifik. Substansi yang dikenal sebagai antigen golongan darah merupakan produk gen
yang spesifik dan juga bersifat imunogenik. Individu memiliki suatu pola genetik spesifik
(genotip) dan antigen ini biasanya mengekspresikan diri pada eritrosit (Mutiawati, 2013).
Penggunaan serum untuk pemeriksaan golongan darah sebenarnya jarang dilakukan,
karena biasanya pemeriksaan golongan darah sistem ABO menggunakan reagen antisera.
Prinsip pemeriksaan golongan darah yaitu reaksi antigen yang terdapat pada permukaan
eritrosit dengan antibodi yang sama shingga terbentuk aglutinasi. Golongan darah ABO pada
manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya,
yaitu golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan eritrositnya
dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Golongan darah B
memiliki antigen B di permukaan eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A
dalam serum darahnya. Golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B di permukaan eritrositnya serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun
antigen B dalam serum darahnya. Sedangkan golongan darah O memiliki sel darah tanpa
antigen, tetapi dalam serumnya terdapat antibodi terhadap antigen A dan B. (Nadia et
al,2010).
Penentuan golongan darah ABO metode slide pada umumnya dengan menggunakan
reagen Anti-sera. Prinsip pemeriksaan golongan darah adalah reaksi antara antigen yang
terdapat pada permukaan eritrosit dengan reagen anti-sera anti A dan anti B ataupun dengan
serum anti A ataupun anti B. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan: Apakah ada
perbedaan hasil pemeriksaan golongan darah sistem ABO menggunakan serum dan reagen
antisera dengan metode slide. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk: (1) melakukan
pemeriksaan golongan darah menggunakan anti-sera A dan anti-sera B yang diperoleh dari
darah manusia yang mempunyai golongan darah A, golongan darah B, (2)melakukan
pemeriksaan golongan darah menggunakan reagen antisera, (3) membandingkan hasilantara
pemeriksaan golongan darah menggunakan antisera dan menggunakan serum.
Sistem penggolongan darah yang paling dikenal dan penting secara medis adalah
kelompok darah ABO. Ada empat tipe golongan darah dalam kelompok darah ABO, yaitu: A,
B, AB,dan O. Sistem pengujian untuk menentukan golongan darah dengan sistem ABO
dilakukan berdasarkan proses aglutinasi/ non-aglutinasi sel darah merah oleh antisera yang
terdiri dari anti A, B, dan AB [Antro Palomar 2016]
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Struktur eritrosit pada sampel bunglon yaitu terdapat eritrosit dalam keadaan
isotonis, berbentuk bulat dan memiliki inti sel serta memiliki eritrosit yang berwarna
merah kecoklatan. Struktur eritrosit pada sampel mencit yaitu terdapat eritrosit dalam
keadaan normal yang berbentuk bulat dan oval tanpa inti sel serta memiliki warna
eritrosit putih kekuningan. Struktur eritrosit pada sampel probandus yaitu terdapat
eritrosit dalam keadaan normal yangberbentuk oval tanpa inti sel serta memiliki
warna eritrosit merah kecoklatan. Struktur eritrosit pada sampel ikan yaitu terdapat
eritrosit dalam keadaan isotonis, berbentuk bulat-bulat kecil memiliki inti sel dan
memiliki warna yang biru.
2. Pengujian hemolisis, krenasi dan isotonis yaitu pada sampel darah bunglon adalah
Perlakuan NaCl 0,7% eritrosit mengalami homolisis, berbentuk oval dan memiliki
inti sel sedangkan perlakukan NaCl 0,9% eritrosit dalam keadaan normal (isotonis)
berbentuk oval dan memiliki inti sel dengan warna putih kekuningan. Pengujian
hemolisis, krenasi dan isotonis yaitu pada sampel darah mencit adalah perlakuan
NaCl 0,7% eritrosit mengalami hemolisis, berbentuk oval dan bulat tanpa inti sel
dengan warna putih kekunigan sedangkan perlakuan NaCl 0,9% eritrosit dalam
keadaan normal (isotonis), eritrosit berbentuk oval dan bulat tanpa inti sel dengan
warna putih kekuningan. Pengujian hemolisis, krenasi dan isotonis yaitu pada sampel
darah probandus adalah perlakuan NaCl 0,7% eritrosit mengalami hemolisis,
berbentuk oval dan bulat tanpa inti sel dengan warna merah kecoklatan sedangkan
perlakuan NaCl 0,9% eritrosit dalam keadaan normal (isotonis) terdapat eritrosit
berbentuk oval dan bulat tanpa inti sel dengan warna merah kecoklatan. Pengujian
hemolisis, krenasi dan isotonis yaitu pada sampel darah ikan adalah Pada perlakuan
NaCl 0,7% eritrosit mengalami hemolisis, terdapat eitrosit berbentuk bulat dengan
memiliki warna biru dan memiliki inti sel sedangkan perlakuan NaCl 0,9% eritrosit
dalam keadaan normal (isotonis) terdapat eritrosit berbentuk bulat dengan inti sel dan
memiliki warna biru.
3. Golongan darah berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam
darahnya dibagi menjadi 4 bagian yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Apabila
darah + anti A mengalami penggumpalan dan darah + anti B tidak menggumpal
maka golongan darah orang tersebut adalah A. Apabila darah + anti B tidak
menggumpal dan darah + anti B mengalami penggumpalan maka golongan darah
orang tersebut adalah B. Apa bila darah + anti A tidak menggumpal dan darah + anti
B tidak menggumpal maka golongan darah orang tersebut adalah O.

B. Saran
Saran dalam melakukan praktikum kali ini yaitu harus dilakukan dengan penuh
ketelitian dalam melakukan pengamatan pada gambar eritrosit agar tidak salah dalam
menganalisis, serta mengamati dan tidak menyakiti hewan yang dijadikan objek
pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Farhudet al,. Farhud, D.D. & Yeganeh, M.Z.,2013. A Brief History Of Human Blood Groups.
Iranian J Publ Health, Vol. 42, No 1, Pp.1-6

Handayani, L., Irianti, N dan Yuwono, E. 2010. Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Lemuru
terhadap Kadar Eritrosit dan Trombosit pada Ayam Kampung.Jurnal Ilmiah Peternakan
1(1) : 39-46

Jihadulhaq Bin., Hamsah. 2013. Hemolisa Dan Krenasi, Golongan Darah, Dan Tekanan
Darah. Makassar : Fakultas Peternakan Universitas Hasannudin

Mutiawati, Vivi Keumala. 2013. Perbedaan Derajat Aglutinasi Pemeriksaan Golongan Darah
Antara Eritrosit Tanpa Pencucian dengan Eritrosit Tanpa Pencucian Pada Penderita
Talasemia. UB

Sa’adah, 2018. Manfaat Pemeriksaan Darah Pada Kuda Pacu. Buletin FKH UGM, 7. Page :7-15.

Smith Tom. 2011. Tekanan Darah Tinggi. Arcan, Jakarta. 

Sofro, AS 2012, Darah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Stockham SL and MA Scott. 2008. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology. 2nd


edition. USA.

Suparyanto 2014, Pemeriksaan Hematologi Selayang Pandang, Alfamedia Kanal Medika,


Yogyakarta.

Thrall MA., G Weiser, RW Allison, TW Campbell. 2012. 2nd edition. Veterinary


Hematology And Clinical Chemistry. Wiley-Blackwell. West Sussex

Winarto, G 2014, Mengenal Fungsi Tubuh Manusia, Notebook, Yogyakarta


LAMPIRAN

Sample darah Probandus


Sample darah bunglon Sample darah ikan mas Manusia perbesaran 400x
perbesaran 400x (kontrol) perbesaran 400x (kontrol) (kontrol)

Sampel reza Sampel kholid Sampel nur lulu

Anda mungkin juga menyukai