Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM KE-7

CENDAWAN DARI LINGKUNGAN SEKITAR

Siti Aisyah*
1*IAIN Syekh Nurjati Cirebon
*email penulis: aisyahsyah051@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Fungi atau cendawan mudah sekali ditemukan di sekitar kita. Reproduksi
utama dari cendawan dengan spora, baik spora aseksual maupun spora seksual.
Spora ini dilontarkan dan disebarkan ke udara di sekitar tumbuhnya cendawan, dan
apabila menemukan tempat atau media yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan
kebutuhan lainnya akan segera tumbuh menjadi miselium cendawan kembali. Lokasi
yang berbeda mungkin memiliki jumlah dan jenis spora dari cendawan yang berbeda
pula.
Fungi merupakan organisme eukariotik berdinding sel dari kitin, tidak
berklorofil, bersifat heterotrof. Anggota fungi ada yang uniseluler (berukuran
mikroskopis) dan ada juga yang multiseluler (berukuran mikrooskopis dan
makroskopis). Bentuk tubuh dari jamur bervariasi dari berbentuk oval (jamur
uniseluler) sampai berbentuk benang atau membentuk tubuh buah (jamur
multiseluler). Jamur yang berupa benang membentuk lapisan seperti kapas, bercak
atau embun tepung (mildew) pada permukaan subtrat tempat hidupnya pada buah
dan makanan. Jamur multiseluler memiliki sel memanjang berupa benang-benang
yang disebut hifa dan pada jamur tertentu hifa memiliki sekat yang disebut septum.
Jamur yang hifanya tidak bersekat disebut hifa senositik. (Bambang, Purnomo. 2015)
Jamur menduduki kingdom yang berbeda dengan plantae karena memiliki
beberapa perbedaan, diantaranya yaitu jamur tidak memiliki klorofil, oleh karena itu
jamur tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri. Jamur memiliki enzim yang
dapat mengubah zat-zat organik yang terdapat dilingkungannya menjadi molekul
yang sederhana agar dapat diserap oleh jamur. Perolehan nutrisi pada jamur terjadi
melalui proses absorbsi dari lingkungan ke dalam tubuh jamur. Jamur berperan
sebagai dekomposer dalam rantai ekologi dan hidup sebagai parasit, saprofit dan juga
simbion. Jamur yang berfungsi sebagai dekomposer dengan menguraikan tumbuhan
dan juga hewan yang telah mati. Setelah jamur menguraikan hewan dan tumbuhan
yang telah mati tersebut maka dikeluarkan zat-zat kimia yang dapat oleh makhluk
hidup lain. (Fried dan Hademenos, 2010)
Menurut Gandjar (2013) menyatakan bahwa Jamur adalah organisme unik
yang umumnya berbeda dari organisme eukariotik lain. Perbedaan antara jamur dan
makhluk hidup lainnya dapat kita lihat pada struktur tubuh dan cara hidupnya. Untuk
mengetahui ciri-ciri jamur, kita akan mempelajari tentang struktur tubuh jamur, cara
memperoleh makanan, dan cara berkembang biak (reproduksi) jamur.Sebagian besar
tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas
miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan
miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi. (Sastrahidayat, I.R. 2010)
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit
apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda
hidup yang ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh
makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat
mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat ( misalnya
glukosa,sukrosa,atau maltose ), sumber nitrogen dari bahan organic atau anorganik,
dan mineral dari substratnya. Ada juga beberapa fungi yang dapat
mensintesis vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biakan sendiri,
tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri sehingga harus mendapatkan
dari substrat, misalkan tiamin dan biotin. (Srikandi Fardiaz. 2012)
Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik dilingkungan darat , perairan,
maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetativnya
yang umumnya berupa miselium berwarna putih mudah terlihat pada substrat yang
membusuk ( kayu lapuk, buah – buahan yang terlalu masak, makanan yang
membusuk ). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna ( merah
, hitam , jingga, kuning, krem, putih, abu – abu , coklat, kebiru – biruan, dan sebagainya
) pada daun , batang, kertas, tekstil, kulit dan lain – lain. Tubuh buah fungi lebih
mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata kasat, sedangkan miselium
vegetative yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikrosokop. (Subahar, T. 2016)
Fungi menempati lingkungan yang sangat beraneka ragam dan berasosiasi
secara simbiotik dengan banyak oganisme. Meskipun paling sering ditemukan di
habitat darat, beberapa fungi hidup di lingkungan akuatik, di mana fungi tersebut
berasosiasi dengan organisme laut dan air-tawar serta dengan bangkainya. Lichen,
perpaduan simbiotik antara fungi dan alga, banyak terdapat dimana-mana dan
ditemukan di beberapa habitat yang sangat tidak bersahabatdi Bumi ini: gunung yang
kering dan di Antartika, tundra alpin dan arktik. Fungi simbiotik lainnyahidup di
dalam jaringan tumbuhanyang sehat, dan spesies lain membentuk mutualisme-
mutualisme pengkonsumsi-selulosa dengan serangga, semut dan rayap. (Subahar, T.
2012)
Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem
pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti
benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh,
karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya
sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang
telah mati maupun yang masih hidup (Pracaya, 2016).
Jamur tidak berklorofil, dinding sel jamur mengandung kitin. Kitin adalah
polisakaria yang terdapat pada kulit kepiting dan udang-udangan (jika dipanaskan
berubah warna menjadi kemerahan). Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel
yang membentuk benang seperti kapas yang disebut hifa. Dilihat dari mikroskop hifa
ada yang bersekat-sekat melintang. Tiap-tiap sekat mempunyai satu sel denagn satu
inti atau bebrpa inti sel. Da pula hifa yng tidak bersekat melintang dan mengnadung
benyak inti. Kumpulan hifa membentuk jaringn benang yang disebut
miselium (Suriawiria, 2016).
Jamur berkembangbiak dengan dengan spora dan umunya secara seksual
ataupun aseksual. Semula jamur dianggap sebagai tumbuhan. Klasifikasi yang
memasuki fungi kedalam dunia karena beralasan karena keasaman dalam hidupnya,
habitat hidupnya pada umumnya di tanah. Fungi yang mengahasilkan tubuh buah
seperti hal pertumbuhan lumut (Subandi, 2010). Siklus hidup fungi biasanya meliputi
miselium dikariotik yang bertahan lama. Secara periodik, sebagai tanggapan terhadap
rangsangan lingkungan, miselium ini bereproduksi secara seksual dengan cara
menghasilkan tubuh buah yang rumit yang disebut basidiokarpus. Jumlah basidia
suatu basidiokarpus yang banyak itu merupakan sumber spora seksual. Reproduksi
aseksual pada basidiomicetes lebih jarang terjadi dibandingkan dengan pada
askomicetes. (Taylor. 2013)
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah dan jenis
cendawan di suatu lokasi dan faktor apa saja yang mempengaruhi keberadaannya.

B. METODE
1. a. Alat dan Bahan
1. Panci atau wadah yang dapat dipanaskan
2. Sendok pengaduk
3. Pisau
4. Gelas ukur atau bisa mencoba membuat sendiri
5. Wadah kecil dengan penutup berbahan kaca kaca atau plastik transparan
yang tahan panas dan bersih/steril sebagai pengganti cawan petri
6. Kompor
7. Saringan
8. Kapas bertangkai/cotton buds
9. Alkohol 70%
10. Kapas atau tissue steril
11. Jas lab Prosedur kerja
12. 300 gram kentang
13. 20 gram gula pasir
14. 5 gram ekstrak ragi
15. 20 gram agar-agar bubuk
16. 1 liter air

b. Prosedur kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dipotong kotak – kotak kentang
3. Direbus kentang yang sudah dipotong
4. Disaring rebusan kentang disaring setelah mendidih.
5. Diambil air rebusan (Ekstrak) kentang tersebut
6. Dimasak lagi ekstrak kentang
7. Dituangkan agar–agar swallow yang berwarna putih, gula, dan ragi
8. Diaduk hingga merata sampe merasa agar–agar tersebut sudah matang
9. Disaring agar–agar yang sudah matang di 6 wadah dengan lokasi yang
berbeda yaitu kontrol, kamar mandi, kamar tidur, dapur, ruang tamu, dan
teras.
10. Diisolasi dengan tempat yang sudah ditentukan dan tutup wadah
tersebut dibuka hingga 5 menit. Setelah 5 menit tutup wadah tersebut
ditutup
11. Diamati ketika sudah melakukan isolasi selama 5 menit. Setiap hari nya
selama 2 – 7 hari .
12. Dicatat hasil pengamatan

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Hasil Pengamatan Hari ke 3


No. Lokasi Gambar koloni Nama/Klasifikasi
1. Kamar mandi 1. Rhyzopus sp.
2. Candida albicans

2. Kamar tidur 1. Penicillium chrysogenum


2. Rhyzopus oryzae
3. Aspergillus sp.
4. Aspergillus flavus
5. Candida albicans

3. Dapur 1. Penicillium chrysogenum


2. Rhyzopus oryzae
3. Aspergillus sp.

4. Teras 1. Penicillium chrysogenum


2. Rhyzopus oryzae
3. Aspergillus sp.
4. Aspergillus flavus
5. Candida albicans

5. Ruang tamu 1. Candida albicans


2. Penicillium chrysogenum
3. Aspergillus sp.
6. Kontrol 1. Rhyzopus sp.

D. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai Cendawan Dari
Lingkungan Sekitar yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah dan jenis
cendawan di suatu lokasi dan faktor apa saja yang mempengaruhi keberadaannya.
Fungi merupakan organisme eukariotik berdinding sel dari kitin, tidak
berklorofil, bersifat heterotrof. Anggota fungi ada yang uniseluler (berukuran
mikroskopis) dan ada juga yang multiseluler (berukuran mikrooskopis dan
makroskopis). Bentuk tubuh dari jamur bervariasi dari berbentuk oval (jamur
uniseluler) sampai berbentuk benang atau membentuk tubuh buah (jamur
multiseluler). Jamur yang berupa benang membentuk lapisan seperti kapas, bercak
atau embun tepung (mildew) pada permukaan subtrat tempat hidupnya pada buah
dan makanan. Jamur multiseluler memiliki sel memanjang berupa benang-benang
yang disebut hifa dan pada jamur tertentu hifa memiliki sekat yang disebut septum.
Jamur yang hifanya tidak bersekat disebut hifa senositik. (Bambang, Purnomo. 2015)
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit
apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda
hidup yang ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh
makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat
mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat ( misalnya
glukosa,sukrosa,atau maltose ), sumber nitrogen dari bahan organic atau anorganik,
dan mineral dari substratnya. Ada juga beberapa fungi yang dapat
mensintesis vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biakan sendiri,
tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri sehingga harus mendapatkan
dari substrat, misalkan tiamin dan biotin. (Srikandi Fardiaz. 2012)
Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik dilingkungan darat , perairan,
maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetativnya
yang umumnya berupa miselium berwarna putih mudah terlihat pada substrat yang
membusuk ( kayu lapuk, buah – buahan yang terlalu masak, makanan yang
membusuk ). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna ( merah
, hitam , jingga, kuning, krem, putih, abu – abu , coklat, kebiru – biruan, dan sebagainya
) pada daun , batang, kertas, tekstil, kulit dan lain – lain. Tubuh buah fungi lebih
mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata kasat, sedangkan miselium
vegetative yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikrosokop. (Subahar, T. 2016)
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan
jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral
dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30° C (Cappucino,
2014).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada perlakuan pertama yaitu
ditempatkan di kamar mandi terdapat berbagai spesies jamur yaitu spesies Rhyzopus
sp. dan Candida albicans. Rhyzopus sp. pada media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna
putih dan terlihat terdapat sekat – sekat. Sedangkan Candida albicans pada media PDA
ini memiliki ciri – ciri berwarna putih susu dan terdapat sekat – sekat seperti kapas.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada perlakuan kedua yaitu
ditempatkan dikamar tidur terdapat berbagai spesies jamur yaitu spesies Penicillium
chrysogenum, Rhyzopus oryzae, Aspergillus sp. , Aspergillus flavus dan Candida albicans.
Penicillium chrysogenum pada media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna kuning di
sekeliling dan membentuk bulatan. Rhyzopus oryzae pada media PDA ini memiliki ciri
– ciri berwarna putih dan terlihat terdapat sekat – sekat. Aspergillus sp. pada media
PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna biru tua dan berbentuk bulatan dan terdapat
sekat – sekat. Aspergillus flavus pada media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna hijau
dan berbentuk bulat pada bagian lapisan Aspergillus flavus terdapat sekat – sekat yang
berwarna putih yang mengelilingi Aspergillus flavus. Sedangkan Candida albicans pada
media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna putih susu dan terdapat sekat – sekat
seperti kapas.
Beradasarkan percobaan yang telah dilakukan pada perlakuan ketiga yaitu
ditempatkan didapur terdapat berbagai spesies jamur yaitu spesies Penicillium
chrysogenum, Rhyzopus oryzae, dan Aspergillus sp. Penicillium chrysogenum pada
media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna kuning di sekeliling dan membentuk
bulatan. Rhyzopus oryzae pada media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna putih dan
terlihat terdapat sekat – sekat. Aspergillus sp. pada media PDA ini memiliki ciri – ciri
berwarna biru tua dan berbentuk bulatan dan terdapat sekat – sekat.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada perlakuan keempat yaitu
ditempatkan di teras terdapat berbagai spesies jamur yaitu spesies Penicillium
chrysogenum, Rhyzopus oryzae, Aspergillus sp. , Aspergillus flavus , dan Candida
albicans. Penicillium chrysogenum pada media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna
kuning di sekeliling dan membentuk bulatan. Rhyzopus oryzae pada media PDA ini
memiliki ciri – ciri berwarna putih dan terlihat terdapat sekat – sekat. Aspergillus sp.
pada media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna biru tua dan berbentuk bulatan dan
terdapat sekat – sekat. Aspergillus flavus pada media PDA ini memiliki ciri – ciri
berwarna hijau dan berbentuk bulat pada bagian lapisan Aspergillus flavus terdapat
sekat – sekat yang berwarna putih yang mengelilingi Aspergillus flavus. Sedangkan
Candida albicans pada media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna putih susu dan
terdapat sekat – sekat seperti kapas.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada perlakuan keempat yaitu
ditempatkan di ruang tamu terdapat berbagai spesies jamur yaitu spesies Candida
albicans, Penicillium chrysogenum dan Aspergillus sp. Candida albicans pada media PDA
ini memiliki ciri – ciri berwarna putih susu dan terdapat sekat – sekat seperti kapas.
Penicillium chrysogenum pada media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna kuning di
sekeliling dan membentuk bulatan. Sedangkan Aspergillus sp. pada media PDA ini
memiliki ciri – ciri berwarna biru tua dan berbentuk bulatan dan terdapat sekat –
sekat.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada perlakuan keenam yaitu tidak
ditempatkan dimanapun (Kontrol) terdapat spesies Rhyzopus sp. Rhyzopus sp. pada
media PDA ini memiliki ciri – ciri berwarna putih dan terlihat terdapat sekat – sekat.
Penicillium chrysogenum adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum
Askomycota. Penicillium chrysogenum memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk
badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangium, karena
tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut
konidiofor, dan spora yang di hasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki
cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul.
Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora
disebut sterigma. Penicillium chrysogenum yang digunakan untuk membuat keju biru.
Pada Penicillium chrysogenum terdapat pendukung konidia yang bercabang-cabang,
tersusun sedemikian rupa sehingga bentuknya seperti susunan sapu lidi. Cabang-
cabang kecil dari pendukung konidia disebut sterigma. Ditinjau dari segi
ekonomi, Penicillium chrysogenum juga penting artinya bagi kehidupan manusia
karena banyak digunakan dalam praktek - praktek, regouforti dan Penicillium
chrysogenum merupakan odonan yang dapat meningkatkan mutu keju. Secara
umum Penicillium dapat tumbuh di mana-mana di alam, beberapa diantaranya dapat
menyebabkan pembusukan atau kerusakan lain pada buah-buahan, sayur-sayuran,
biji-bijian dan rumput-rumputan (Tjitrosoepomo, G. 2014). Klasifikasi Penicillium
chrysogenum yaitu :

Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Penicillium
Spesies : Penicillium chrysogenum
Author : Thom, 1910

Penicillium chrysogenum pentingnya dalam lingkungan alam serta produksi


makanan dan obat. Ini menghasilkan penisilin, sebuah molekul yang digunakan
sebagai antibiotik, yang membunuh atau menghentikan pertumbuhan beberapa jenis
bakteri di dalam tubuh. Pada Penicillium chrysogenum terdapat pendukung konidia
yang bercabang-cabang, tersusun sedemikian rupa sehingga bentuknya seperti
susunan sapu lidi. Cabang-cabang kecil dari pendukung konidia disebut sterigma.
Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal. Pada
tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu
Penisilin yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari
biakan Penicillium chrysogenum untuk penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P.
chrysogenum yang menghasilkan Penisilin lebih banyak (Nidya, 2011).
Penicillium chrysogenum Itu kosmopolitan. Spesies ini telah ditemukan tumbuh
di perairan laut, serta di tanah hutan alam di zona beriklim sedang atau tropis.
Penicillium chrysogenum berreproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi
aseksual Ini terjadi melalui produksi konidia pada konidiofor. Pembentukan konidia
dikaitkan dengan diferensiasi sel reproduksi khusus (phialides). Produksi konidia
dimulai ketika hifa vegetatif menghentikan pertumbuhannya dan septum terbentuk.
Kemudian, daerah ini mulai membengkak dan serangkaian cabang terbentuk. Sel
apikal dari cabang berbeda dalam phialid yang mulai membelah dengan mitosis untuk
menimbulkan konidia. Konidia terutama tersebar oleh angin. Ketika konidiospora
mencapai lingkungan yang menguntungkan, mereka berkecambah dan memunculkan
tubuh vegetatif jamur. (Ramali L.M 2011)
Candida albicans merupakan yang berasal dari spesies cendawan patogen dari
golongan deuteromycota.Spesies jamur ini merupakan penyebab infeksi oportunistik
yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa
karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) dapat
memproduksi pseudohifa. Spesies Candida albicans memiliki dua jenis morfologi,
yaitu berbentuk seperti khamir dan berbentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau
penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata
menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan
tidak tembus cahaya. Jamur ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang
dan melakukan kolonisasi (Ramali L.M 2011). Klasifikasi Candida albicans yaitu :

Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Author : Berkhout, 1923

Candida albicans secara mikroskopis berbentuk oval dengan ukuran 2 – 5 × 3 –


6 µm. Biasanya dijumpai Clamidospora yang tidak ditemukan pada
spesies Candida yang lain dan merupakan pembeda pada spesies tersebut
hanya Candida albicans yang mampu menghasilkan Clamydospora yaitu spora yang
dibentuk karena hifa, pada tempat-tempat tertentu membesar,membulat, dan dinding
menebal, letaknya di terminal lateral.(Jawetz, 2012).
Spesies Candida albicans memiliki 2 jenis morfologi, yaitu bentuk seperti
khamir dan bentuk hifa.Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga
dapat berubah dari warna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk
bintang, lingkaran, bentuk seperti topi dan tidak tembus cahaya.Jamur ini memiliki
kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi.
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk
tumbuh dalam 2 bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang
menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa
semu. Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5 – 6,5. Jamur Candida
albicans dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 280 C – 370 C. (Waluyo, Lud.
2014)
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus
memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok
blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum (Wahyu. 2015).
Candida Albicans Berkembang Biak Dengan Cara Aseksual. Reproduksi aseksual
terjadi dengan menghasilkan konidia ataumenghasilkan hifa khusus yang disebut
konidiofor. Meskipun Candida Albicans tidak memiliki reproduksi seksual, tetapi
rekombinasigeneknya masih dapat terjadi, sehingga disebut denganparaseksualitas.
Siklus paraseksual ini merupakan proses mengirim materi genetik tanpa melalui
pembelahan meiosis dan perkembangandari struktur seksual. (Wahyu. 2015)
Aspergillus flavus adalah salah satu jenis jamur yang sering mengkontaminasi
makanan. Jamur jenis ini dapat menyebabkan infeksi Aspergillosis dan juga merupakan
jamur yang paling banyak menghasilkan aflatoksin.Aflatoksin adalah jenis toksin yang
bersifat karsinogenik. Aflatoksin dapat mengakibatkan keracunan dengan gejala mual
dan muntah, dan bila berlangsung lama penyakit yang timbul adalah kanker hati dan
berakibat meninggal dunia dan apabila seseorang mengkonsumsi bahan pangan yang
terkontaminasi aflatoksin konsentrasi rendah secara terus-menerus, maka hal itu
dapat merusak hati serta menurunkan sistem kekebalan pada tubuh. Aspergillus
flavus merupakan jamur yang biasa tumbuh pada hasil panen yang mengandung
minyak, misalnya kacang-kacangan, jagung, cabe, biji kapas dan serealia (Pakki, 2009).
Klasifikasi Aspergillus flavus yaitu :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus
Author : Tautan, 1809

Aspergillus flavus merupakan jamur patogen yang sering ditemukan sebagai


kontaminan pada komiditi kacang-kacangan dan sereal. Jamur ini sering
menyebabkan kerusakan pada makanan. Memiliki konidia berwarna kuning sampai
hijau dan mungkin membentuk skerotia. Konidiofora tidak berwarna, kasar bagian
atas agak bulat sampai kolumner, vesikel agak bulat sampai berbentuk batang pada
kepala yang kecil, sedangkan pada kepala yang besar bentuk globulosa.Konidia kasar
dengan bermacam macam warna.Tempat hidup atau daur hidup Aspergillus flavus
ialah tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi konidia yang dapat
tersebar melalui udara ( air borne ) dengan mudah maupun melalui serangga.
Komposisi atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan
kapang dengan kelembaban sebagai variabel yang paling penting. Tingkat penyebaran
Aspergillus flavus yang tinggi juga disebabkan oleh kemampuannya untuk bertahan
dalam kondisi yang keras sehingga kapang tersebut dapat dengan mudah
mengalahkan organisme lain dalam mengambil substrat dalam tanah maupun
tanaman. Selain itu daur hidupAspergillus flavus biasanya juga hidup sebagai saproba
pada bermacam-macam bahan organik, seperti pada roti, daging yang sudah diolah,
butiran padi, kacang-kacangan dan lain-lain (Sudjadi. 2013)
Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin hidup pada biji-bijian. flatoksin
salah satu penyebab kanker hati. Aspergillus flavus adalah produsen utama dari
karsinogenik aflatoksin yang terkenal. Kehadiran jamur dan aflatoksin memberikan
perhatian besar dalam hal keamanan makanan. Identifikasi Aspergillus flavus tidak
langsung, karena kesamaan dengan spesies lain yang sangat terkait (misalnya A.
parasiticus dan A. nomius). Juga, dari sudut pandang biokimia beberapa spesies yang
berhubungan erat mampu menghasilkan mikotoksin yang berbeda. Untuk
memperjelas perbedaan antara spesies maka diadakan diidentifikasi ulang dalam
bentuk skema. Media selektif, data dari produksi mikotoksin dan alat-alat biologi
molekuler dibahas dalam rangka untuk mengklarifikasi spesies Aspergillus flavus.
(Syamsuri, Istamar. 2014)
Pada percobaan digunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar) karena medium
ini sangat cocok untuk pertumbuhan kapang. Aspergillus sp. yang berwarna putih
ditumbuhkan pada sisi sebelah kiri. Untuk membuktikan spesies jamur yang lebih
dominan dapat dilihat dari banyaknya koloni jamur yang lebih mendominasi pada
medium tersebut. Klasifikasi Aspergillus sp. yaitu :

Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotilates
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
Author : Micheli ex Link

Berdasarkan hasil pengamatan Aspergillus sp. yang berwarna putih. Selain itu
penyebab Aspergilus sp. lebih mendominasi kemungkinan karena Aspergillus sp. lebih
mampu memanfaatkan nutrisinya sehingga reproduksi dan pertumbuhannya lebih cepat
dan juga dipengaruhi oleh lingkungan yang diberikan lebih sesuai dengan kehidupan
jamur Aspergillus sp sehingga menekan pertumbuhan jamur tersebut.
Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik dengan
kelembaban yang tinggi. Aspergillus sp. melakukan reproduksi secara seksual dan
aseksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas
pada jamur uniseluler serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan
pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. (Nidya, 2011)
Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan
tempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu
menghasilkan asam laktat. Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak
kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur ini juga mampu
menghasilkan protease. Rhizopus oryzae tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada
penelitian, semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4,
sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi
kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan
kadar air, jumlah nutrien dalam bahan juga dibutuhkan oleh jamur (Waluyo, Lud. 2014).
Klasifikasi Rhizopus oryzae yaitu :
Kerajaan : Fungi
Divisi : Mucoromycota
Kelas : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Famili : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Spesies : Rhozipus oryzae
Author : Pergi & HC Prinsen Geerligs , 1895

Ciri-ciri Rhizopus oryzae secara umum, antara lain ialah hifa tidak bersekat
(senositik), hidup sebagai saprotrof, yaitu dengan menguraikan senyawa organik.
Pembuatan tempe dilakukan secara aerobik. Reproduksi aseksual cendawan R. oryzae
dilakukan dengan cara membentuk sporangium yang di dalamnya terdapat
sporangiospora. Pada R. oryzae terdapat stolon, yaitu hifa yang terletak di antara dua
kumpulan sporangiofor (tangkai sporangium). Reproduksi secara seksual dilakukan
dengan fusi hifa (+) dan hifa (-) membentuk progamentangium. Progamentangium akan
membentuk gametangium. Setelah terbentuk gamentangium, akan terjadi penyatuan
plasma yang disebut plasmogami. Hasil peleburan plasma akan membentuk cigit yang
kemudian tumbuh menjadi zigospora. Zigospora yang telah tumbuh akan melakukan
penyatuan inti yang disebut kariogami dan akhirnya berkembang menjadi sporangium
kecambah. Di dalamsporangium kecambah setelah meiosis akan terbentuk spora (+) dan
spora (-) yang masing-masing akan tumbuh menjadi hifa (+) dan hifa (-). (Setiadi, Y. 2012)
Siklus hidup Rhizopus oryzae, Sifat-sifat Rhizopus oryzae yaitu koloni berwarna
putih berangsur-angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak
berwarna hingga kuning kecoklatan. Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke
udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora), rhizoid tumbuh
berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora. Terdapat
sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek), yang
berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak. Kolumela oval hingga bulat dengan
dinding halus atau sedikit kasar. Rhizopus oryzae memiliki spora bulat, oval atau
berbentuk elips atau silinder. Suhu optimal untuk pertumbuhan jamur ini adalah 350C,
minimal 5-70C dan maksimal 440C. Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus
oryzae termasuk mikroba heterofermentatif. (Nidya, 2011)
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai
pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta
atauhifasenositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali
yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. (Wahyu. 2015)
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat
menembus jaringan substrat. Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda
dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. untuk
memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan
miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur
merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan
karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
ingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit
fakultatif, atau saprofit. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup
pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya,Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit fakultatif adalah
jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit
jika tidak mendapatkan inang yang cocok. (Darwo dan Sugiarti. 2015)
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang
mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu
tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase
pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul
sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung
menyerap bahan bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh
inangnya. (Nuraida dan Hayim, A. 2017)
Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat
diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita
dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan
persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Ada dua jenis mikroskop
berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi
(mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan
berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron. (Wahyu. 2015)
Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh
melebihi jumlah spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan pendapat
yang menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan
golongan tumbuh – tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena
itu disebut tumbuhan talus (thallophyta ), lengkapnya thallophyta yang tidak
berklorofil.Bila sumber nutrisi tersebut diperoleh dari bahan organic mati maka fungi
tersebut bersifat saprofit. Fungi saprofit mendekompsisi sisa-sisa tumbuhan dan hewan
yang kompleks dan menguraikannya menjadi zat yang lebih sederhana. Dalam hal ini
fungi bersifat menguntungkan sebagai elemen daur ulang yang vital. Beberapa fungi
bersifat menguntungkan karena merupakan bahan makanan, misalnya cendawan dan
beberapa fungi dapat bersimbiosis dengan akar tanaman tertentu yang membantu
penyerapan air dan mineral tanah oleh akar. Beberapa fungi bersifat parasit dengan
memperoleh senyawa organik dari organisme hidup.
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit
apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup
yang ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari
benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein
dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat ( misalnya glukosa,sukrosa,atau
maltose ), sumber nitrogen dari bahan organic atau anorganik, dan mineral dari
substratnya. Ada juga beberapa fungi yang dapat mensintesis vitamin – vitamin yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan biakan sendiri, tetapi ada juga yang tidak dapat
mensintesis sendiri sehingga harus mendapatkan dari substrat, misalkan tiamin dan
biotin (Dwidjoseputro,2010).
Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya
mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang disebut
miselium, atau berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu. Hanya
golongan ragi (sacharomycetes) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri kedua adalah
jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini
menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi.
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan salah satu media yang digunakan untuk
pertumbuhan jamur. Media PDA dibuat pabrik dalam bentuk sediaan siap pakai,
harganya mahal, higroskopis, dan hanya diperoleh pada tempat tertentu. Melimpahnya
sumber alam seperti singkong dapat digunakan sebagai media alternatif pertumbuhan
mikroorganisme. Dilakukan modifikasi media pertumbuhan jamur menggunakan air
rebusan singkong sebagai komposisi utama pengganti karbohidrat dari kentang. (Aini, N
2015)

E. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang cendawan dadri lingkungan


sekitar dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa, cendawan dapat tumbuh pada media agar yang sudah
dilakukan isolasi pada tempat-tempat yang berbeda seperti contohnya pada kamar
mandi, dapur, kamar tidur, ruang tamu, dan teras. Cendawan yang tumbuh pada
media agar yang telah di isolasi yaitu jenis Penicillium chrysogenum, Rhyzopus oryzae,
Aspergillus sp., Aspergillus flavus, dan Candida albicans. Beberapa jenis cendawan
seperti Aspergillus flavus, dan Candida albicans dapat menyebabkan kerugian
terhadap manusia. Faktor yang mempengaruhi perbedaan atau persamaan jumlah
dan jenis cendawan yang berhasil diisolasi dari setiap tempat adalah faktor substrat,
cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa
kimia di lingkungannya.
Sarannya menampilkan vdeo tutorial agar lebih mudah dan agar lebih jelas lagi
untuk menjelaskan spesimen tersebut supaya kita mengetahui bagian – bagian dan
bentuknya.

REFERENSI

Aini, N 2015. Media Alternatif untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan Sumber


Karbohidrat yang Berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Bambang, Purnomo. 2015. Bahan Bacaan Kuliah : Dasar-dasar Mikrobiologi. PS. IHPT.
Faperta Unib.
Cappuccino, J G, Sherman, N 2014. Manual Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta: EGC.
Darwo dan Sugiarti. 2015. Beberapa jenis cendawan ektomikoriza di kawasan hutan,
Jakarta
Dwidjoseputro,2010. Protista dan Fungi. Jakarta: Erlangga
Fried dan Hademenos, 2010. Biology. Jakarta: Erlangga
Gandjar. 2013. Pengertian Jamur. Bandung : Yrama Putra
Jawetz, Melnick, & Adelberg / Geo F. Brooks.(2012). “Mikrobiologi Kedokteran” EGC.
Jakarta.
Nidya, 2011. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit
Alumni. Bandung.
Nuraida dan Hayim, A. 2017. Isolasi, Identifikasi, dan karakterisasi jamur
entomopatogen dari rhizosfer pertanaman kubis. J. Hort. 19: 419-432
Pracaya, 2016, Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta
Ramali L.M 2011.“Kandidiasis Kutan dan Mukokutan”. Dalam: Dermatomikosis
Superficialis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 55-6
Sastrahidayat, I.R. 2010. Mikologi Ilmu Jamur. Malang: UB Press
Setiadi, Y. 2012. Pemanfaatan Mikro-organisme Dalam Kehutanan. Pusat Antar
Universitas Bioteknologi, IPB
Srikandi Fardiaz. 2012. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Subahar, T. 2012. Biologi. Penerbit Quadra. Surabaya.
Subandi, 2010, Mikrobiologi, Remaja Rosdakarya, Bandung
Sudjadi. 2013. Biologi : Sains Dalam Kehidupan. Penerbit Yudhistira. Jakarta.
Suriawiria, Unus. 2016. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung
Syamsuri, Istamar. 2014. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Taylor. 2013. Biologi. Bandung : Ganeca Exact
Tjitrosoepomo, G. 2014. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Wahyu. 2015. Macam-macam Jamur. Bandung : ITB Press
Waluyo, Lud. 2014. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM PRESS

LAMPIRAN

Kentang Gula Ragi

Kamar Mandi Wc Dapur Ruang tamu


Teras Kontrol

PASCA PRAKTIKUM

1. Deskripsikan masing-masing koloni cendawan hasil isolasi berdasarkan warna,


bentuk, elevasi, margin/pinggiran dan tekstur koloni.
2. Cari tahu kemungkinan nama dari masing-masing sampel hasil isolasi.
3. Deskripsikan dan bandingkan macam dan jumlah koloni yang tumbuh dari masing-
masing sumber isolasi setiap harinya.
4. Tentukan faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi perbedaan atau persamaan
jumlah dan jenis cendawan yang berhasil diisolasi dari setiap tempat.
5. Apakah hipotesismu terbukti? Berikan penjelasan alasan mengapa hasilnya
demikian. Sertakan teori dan hasil penelitian terbaru untuk membahasnya.

Jawaban:
1. Koloni cendawan sangat beragam pada tiap hasil isolasi. Penicillium chrysogenum
pada media agar berwarna biru dengan putih disekelilingnya. Rhyzopus oryzae pada
media agar berwarna putih dengan bagian hitam di bawah. Aspergillus sp., pada
media agar berwarna merah gelap dengan bintik hitam. Aspergillus flavus pada media
ini berwarna hijau tua sedikit kecoklatan. Candida albicans pada media agar ini
memiliki ciri berwarna putih bersih seperti kapas. Tekstur koloni tersusun dari
benang-benang halus seperti kapas dengan warna beragam dan memiliki bentuk
bulat.
2. Nama-nama dari masing-masing koloni hasil isolasi yaitu Penicillium chrysogenum,
Rhyzopus oryzae, Aspergillus sp., Aspergillus flavus, dan Candida albicans.
3. Macam dan jumlah koloni yang tumbuh dari masing-masing sumber isolasi berbeda
tiap harinya. Hari pertama hanya muncul noda-noda putih dan kuning di
dipermukaan atas agar, hari kedua mulai bermunculan koloni yang berwarna putih
namun masih sulit diidentifikasi jenisnya karena sangat kecil. Pada hari terakhir atau
hari ketiga ini mulai dapat identifikasi jenis koloni sebab ukuran dan warna koloni
dapat dibedakan dengan jelas. Penicillium chrysogenum pada media agar berwarna
biru dengan putih disekelilingnya. Rhyzopus oryzae pada media agar berwarna putih
dengan bagian hitam di bawah. Aspergillus sp., pada media agar berwarna merah
gelap dengan bintik hitam. Aspergillus flavus pada media ini berwarna hijau tua
sedikit kecoklatan. Candida albicans pada media agar ini memiliki ciri berwarna
putih bersih seperti kapas.
4. Faktor yang mempengaruhi perbedaan atau persamaan jumlah dan jenis cendawan
yang berhasil diisolasi dari setiap tempat adalah faktor substrat, cahaya,
kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di
lingkungannya.
5. Hipotesis yang sudah ada ternyata berhasil. Cendawan yang tumbuh pada media
agar-agar yang telah di isolasi sangat beragam dan jumlah koloninya yang lebih dari
satu. Keberhasilan tumbuhnya cendawan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
faktor substrat, cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan
senyawa-senyawa kimia di lingkungannya. Cendawan Candida albicans dapat
tumbuh pada media agar yang telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai