Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM IV

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM “ABO”

Oleh
Kelompok IV
1. Helen Monica Sari (13 222 047)
2. Septi Herfina M (14 222 164)
3. Tery Septinasari (14 222 161)
4. Umi Julaika (14 222 184)
5. Wiwik Lida (14 222 192)

Dosen Pembimbing :
Syarifah, M. Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hidupnya, organisme memdari tubuh. memerlukan makanan dan
oksigen untuk melangsungkan metabolisme. Proses metabolisme, selain
menghasilkan zat-zat yang berguna, juga menghasilkan sampah (zat sisa)
yang harus dikeluarkan dari tubuh. Bahan-bahan yang diperlukan tubuh
seperti makanan dan oksigen serta hasil metabolisme dan sisa-sisanya,
diangkut dan diedarkan di dalam tubuh melalui system peredaran darah. Hasil
pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan oleh darah ke
seluruh jaringan tubuh. Sebaliknya, sisa-sisa metabolisme diangkut oleh
darah dari seluruh jaringan tubuh menuju organ-organ pembuangan. Di dalam
tubuh terdapat kurang lebih lima liter darah yang mengalir tiada henti. Darah
adalah sungai kehidupan dalam tubuh kita. Jika kita kehilangan banyak darah,
maka nyawa kita akan terancam, bahkan dapat mengakibatkan kematian
(Isnaeni. 2006).
Darah mempunyai banyak fungsi vital, mulai dari sebagai ‘kendaraan’
hormone, nutrisi, oksigen, hingga limbah metabolisme. Darah juga bisa
membunuh bibit penyakit. Apabila aliran darah ke otakmu terganggu, dalam
sepuluh detik kemudian, bisa dipastikan kamu akan pingsan (Isnaeni. 2006).
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat
(kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Ada
dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan ABO
dan Rhesus (faktor Rh) (Saifullah, 2010).
Mengingat begitu pentingnya mengetahui golongan darah seseorang dan
banyak jenis dalam penggolongan darah, maka pada pratikum ini akan
dilakukan pengujian golongan darah dengan sistem ABO pada mahasiswa
dan mahasiswi Biologi 5.
B. Tujuan Pratikum
Adapun tujuan pratikum ini dilakukan yaitu untuk menentukan golongan
darah dengan sistem ABO.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Darah
Darah adalah cairan jaringan yang dialirkan melalui pembuluh darah.
Darah terdiri atas sel-sel merah (sel darah putih dan sel darah merah),
trombosit (keping darah),dan plasma darah. Ada beberapa sistem
penggolongan darah pada manusia, misalnya sistem ABO dan rhesus (Rh)
(Farida, 1993).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat
unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira
5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya
terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau
volume darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Di waktu
sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh
tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan. Tekanan darah
arterial ialah kekuatan darah ke dinding pembuluh darah yang
menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung.
Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk
aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama
diastole tekanan turun. Nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.
Untuk lebih memahami bagaimana kita mengetahui tekanan darah dilakukan
dengan melakukan suatu percobaan (Isnaeni. 2006).
Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu sel darah merah (
eritrosit ) Dalam 1 mm3 darah terdapat 5 juta sel darah merah. Sel darah
merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino
mereka juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya
diperlukan diit seimbang yang berisi seimbang. Wanita memerlukan lebih
banyak zat besi karena beberapa diantarnya dibuang sewaktu menstruasi,
sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk
perkembangan janin dan pembuatan susu (Kimball, 2008).
Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama dari tulang
pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang
pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum. Bila terjadi
perdarahan maka, sel darah merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa
oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu
beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40%
atau di bawahnya, maka diperlukan transfusi darah (Isnaeni. 2006).
Sel darah putih dalam setiap mm3 darah terdapat 6000-10.000 (rata-rata
8000) sel darah putih granulosit atau sel polimorfo nukleat merupakan hampir
75% dariseluruh jumlah sel darah putih. Mereka terbentuk dalam
sumsummerah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan
protoplasmanya bergulir. Karena itu disebut sel bergulir atau granulosit.
Kekurangan granulosit disebut granulositopenia. Tidak adanya granulosit
disebut agranolusitosit yang dapat timbul setelah meminum obat tertentu,
termasuk jugabeberapa antibiotika (Farida, 1993).
Trombosit (keping darah) Fungsinya berkaitan dengan pembekuan
darah dan hemostasis (menghentikan pendarahan). Bila pembuluh darah
mengalami injuri atau kerusakan maka dapat dihentikan dengan serangkaian
proses yaitu permukaannya menjadi lengket, sehingga memungkinkan
trombosit saling melekat dan menutupi luka karena ada pembekuan darah dan
merangsang pengerutan pembuluh darah, sehingga terjadi penyempitan
ukuran lubang pembuluh darah.
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut :
1. Alat transport makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan ke
seluruh tubuh.
2. Alat transport oksigen (O2), yang diambil dari paru-paru atau insang untuk
dibawa ke seluruh tubuh
3. Alat transport bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti
paru-paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk
diteruskan ke empedu dalam saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang
sukar larut dalam air).
4. Alat transport alat jaringan dari bahan-bahan yang diperlukan oleh suatu
jaringan yang dibuat oleh jaringan lain.
5. Mempertimbangkan keseimbangan dinamis (homeostatis) dalam tubuh,
termasuk di dalamnya adalah mempertahankan suhu tubuh, mengatur
keseimbangan distribusi air dan mempertahankan keseimbanagan asam-
basa sehingga Ph darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan yang
seharusnya.
6. Mempertahankan tubuh dari agresi benda atau senyawa asing yang
umumnya selalu dianggap mempunyai potensi menimbulkan ancaman.

B. Sistem Golongan Darah ABO


Dasar penggolongan darah adalah adanya aglutinogen (antigen) di
dalam sel darah merah dan aglutinin (antibodi) di dalam plasma (serum).
Aglutinogen adalah zat yang digumpalkan dan aglutinin adalah zat yang
menggumpalkan. Dr. Landsteiner merupakan penemu sistem ABO. Dalam
sistem ABO, ada tidaknya antigen tipe A dan B di dalam sel darah merah
menentukan golongan darah seseorang. Sistem tersebut mengelompokkan
darah manusia menjadi empat golongan, yaitu, A, B, AB, dan
O . Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktikan ini
adalah mengetahui teknik uji golongan darah. Golongan darah O adalah yang
paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia
dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum
dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan
keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling
jarang dijumpai di dunia (Farida. 1993).
Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua
kepada anaknya. Land-Steiner membedakan darah manusia kedalam empat
golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh
macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah). Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan A-B-O dan
Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen
selain antigen A-B-O dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan
kematian (Azhar, 2014).
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam
lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan
satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat
kemungkinan fenotip untuk untuk karakter ini: Golongan darah seseorang
mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat,
substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel
darah merah. Sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe
A atau B), kedua-duanya (tipe AB), atau tidak sama sekali (tipe O). Sekitar ±
85% orang-orang Eropa mempunyai golongan Rhesus Positif (Rh Positif).
Pada ±15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak
digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh negatif) (Azhar, 2014).
Insidens yang mengalami Inkompatibilitas Rhesus (yaitu rhesus
negatif) adalah 15% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam, jarang
pada bangsa Asia. Rhesus negatif pada orang Indonesia jarang terjadi, kecuali
adanya perkawinan dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif.
Pada wanita Rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama Rhesus positif,
risiko terbentuknya antibodi sebesar 8%. Sedangkan insidens timbulnya
antibodi pada kehamilan berikutnya sebagai akibat sensitisitas pada
kehamilan pertama sebesar 16%. Tertundanya pembentukan antibodi pada
kehamilan berikutnya disebabkan oleh proses sensitisasi, diperkirakan
berhubungan dengan respons imun sekunder yang timbul akibat produksi
antibodi pada kadar yang memadai. Kurang lebih 1% dari wanita akan
tersensitasi selama kehamilan, terutama trimester ketiga. (Azhar, 2014).
Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh
sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah
dapat dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan
sel darah merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah
yang disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu.
Kesalahan dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi
yang serius(Azhar, 2014).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan
mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk
diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi
pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus
kriminal (Azhar, 2014).
Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah.
Jika darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh
resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien
akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan
sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat
membunuh resipien. Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu
individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada
permukaan membran sel darah merah. Setiap manusia memiliki golongan
darah yang berbeda – beda. Ada yang bergolongan darah A , B , AB dan
O. Penetapan penggolongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen sel
darah merah A dan B.
Golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada sel darah
merah, individu dengan golongan darah Bmempunyai antigen B, dan individu
dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen
tersebut.Mengetahui golongan darah mempunyai beberapa manfaat yang
sangat penting. Misalnya dalam keadaan genting, tiba – tiba kita
membutuhkan darah maka kita tidak perlu repot – repot karena kita sudah
mengetahuinya. Golongan darah tersebut dapat diketahui melalui tes
golongan darah. Dalam percobaan kali ini kita akan mencoba untuk
mengetahui golongan darah (Azhar, 2014).
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan
membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah
tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal
sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Golongan darah manusia
ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam
darahnya, sebagai berikut : Individu dengan golongan darah A memiliki sel
darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serumdarahnya. Sehingga,
orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif (Farida, 1993).
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan
sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-
negatif (Azhar, 2014).
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif
tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif (Azhar,
2014).
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang
dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun,
orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari
sesama O-negatif (Azhar, 2014).
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di
dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan
darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen
B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alela
ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam
kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam istilah A, B, O,
tetapi pada tahun 1990 dan 1901, Dr Landsteiner menemukan antigen
(aglutinogen) yang terdapat di dalam sel darah merah dan juga menemukan
antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma darah. Atas dasar macam
antigen yang ditemukan tersebut (Saifullah, 2010).
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan
pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana
bila darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau
penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A.
Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau AB. Bila
tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A,
kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O (Saifullah, 2010).
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin B mengalami aglutinasi,
maka darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan
orang tersebut bergolongan darah B atau AB. Bila tidak mengalami
aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah A atau O. Bila diberi serum
aglutinin a maupun b tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya
adalah O (Saifullah, 2010).
Golongan darah O adalah golongan darah yang paling banyak di dunia.
Sedangkan golongan darah AB adalah golongan darah yang paling langka .
Golongan darah O disebut Donor Universal karena darahnya dapat
didonorkan pada semua golongan darah , tetapi hanya dapat menerima dari
golongan darah O. Golongan darah AB disebut Resipien Universal karena
dapat menerima transfusi dari semua golongan darah. Penyebaran golongan
darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah
satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi
yang berbeda-beda (Saifullah, 2010).
C. Pengertian Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesusatau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet
jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl
Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah
merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh
pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+.
Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO.
Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada
daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah
dengan 80% populasi dengan golongan darah B (Azhar, 2014).
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan
golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat
menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang
mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada
atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin
pada saat kehamilan. Banyak orang lebih mengetahui sistem penggolongan
darahnya menurut sistem ABO daripada sistem Rhesus, seringkali sistem
Rhesus ini kita abaikan padahal sama pentingnya dengan sistem ABO
terutama pada saat proses transfusi darah dan wanita yang sedang hamil.
Seorang wanita penting untuk mengetahui sistem Rhesus darahnya, bahkan
jauh sebelum kehamilan terjadi atau setelah wanita tersebut memutuskan
untuk menikah, sehingga seorang ibu dan pasangannya mengetahui golongan
darah beserta rhesusnya. Pada saat seorang ibu hamil memiliki Rhesus
Negatif (Rh-) sementara janinnya memiliki Rhesus Positif (Rh+) disinilah
masalah bisa muncul berupa ketidakcocokan (inkompabilitas) Rhesus, akan
tetapi ini tidak berlaku sebaliknya jika ibu hamil memiliki Rh+ sementara
janinnya Rh-. Janin yang memiliki Rh+ dari ibu dengan Rh- didapatkan dari
seorang ayah dengan Rh+. Seperti yang kita ketahui, disebut Rh+ karena
terdapat antigen D dalam darahnya, sementara pada Rh- tidak terdapat
antigen D. Pada kehamilan pertama biasanya dampak dari inkompabilitas
Rhesus ini belum terjadi. Kecuali jika ibu dengan Rh- pernah terpapar dengan
darah Rh+ sebelumnya, misalnya pada kasus transfusi darah atau riwayat
kehamilan sebelumnya mengalami abortus (keguguran) (Azhar, 2014).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum Uji Golongan Darah dengan Sistem ABO ini
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 29 Desember 2016 pukul 08.00-
09.30WIB. Bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
a. Blood lancet steril (disponsable)
b. Kapas
c. Alkohol
d. Tusuk gigi
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
a. Serum anti A
b. Serum anti B
c. Serum anti AB
d. Serum anti D
e. Darah

C. Cara Kerja
1. Cuci tangan anda sampai bersih, ambil segumpal kapas dengan pinset,
celupkan kedalam alkohol dan gosokkan pada ujung jari manis tangan
anda (tangan kanan atau tangan kiri), biarkan alkohol mengering.
2. Tusukkan bagian tersebut dengan menggunakan lanset yang telah
disterilkan
3. Tempatkan setets kecil darah dibagian tengah kartu golongan darah
(hal ini dapat dilakukan dengan menyentuhkan kartu golongan darah
tersebut pada jari yang ditusuk). Tutuplah bekas tusukkan dengan
kapas yang telah dicelupkan kedalam alkohol (tahan kapas dengan ibu
jari tangan selama 5 menit).
4. Letakkan setets anti A pada titik darah dibelahan A kartu golongan
darah. Aduklah serum dan tetesan darah tersebut dengan
menggunakan tusuk gigi sedemikian rupa sehingga membentuk luasan
sekecil mungkin.
5. Letakkan setetes serum anti B pada titik darah dibelahan B kartu
golongan darah, gunakan tusuk gigi yang kedua untuk mencampur
darah dan serum.
6. Bandingkan bahan setiap belahan gelas objek dengan gambar yang
tersedia yang diperlihatkan kedua macam reaksi, yaitu terjadi
penggumpalan atau tidak. Pengamatan dilakukan dengan mata
telanjang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel. 1 Pengamatan Golongan Darah Mahasiswa Biologi 5
No Jenis Golongan
Nama
. Kelamin Darah Rhesus
1 Seliyani Perempuan O +
2 Selvian D Perempuan AB +

3 Sevti H M Perempuan O +

4 Selly M. Perempuan B +

5 Siti fatimah Perempuan B +

6 Siti khoiriyah Perempuan A +

7 Siti munipa Perempuan O +

8 Siti rohani Perempuan A +

9 Sri depi Perempuan O +

10 Suci R.D Perempuan AB +

11 Suci Suara P Perempuan A +

12 Surya Anggraini Perempuan B +

13 Teri spetina S Perempuan B +

14 Titin Ariska Perempuan O +

15 Titin Siti H Perempuan A +

16 Titi Meilasari Perempuan O +

17 Tri Hartini Perempuan A +

18 Tri Utami Perempuan B +

19 Tri Kasih Y Perempuan A +


20 Umi Julaika Perempuan B +

21 Umi Kulsum Perempuan O +

22 Umi Marfuah Perempuan A +

23 Umi Qosyatun Perempuan O +

24 Viara Risti Perempuan B +

25 Viki Aditya Laki-laki AB +

26 Wahiro Hayati Perempuan AB +

27 Windi Diana Perempuan B +

28 Wiwik Lidia Perempuan AB +

29 Yayuk KS Perempuan A +

30 Yesi Aryani Perempuan B +

31 Yosi Harnisa Perempuan B +

32 Yulia Alpina Perempuan O +

33 Yunarni Perempuan O +

34 Yusuf Jaya S Laki-laki A +

35 Delat Amela Perempuan A +

36 Dadang Setiawan Laki-laki O +

37 Alfiah Istigomah Perempuan O +

B. Pembahasan
Pada praktikum ini pengujian golongan darah dapat diketahui dengan
menggunakan serum anti A (berwarna biru), serum anti B (berwarna kuning).
Serum anti AB dan serum anti D (berwarna bening ). Serum ini berupa
larutan untuk menentukan golongan darah dengan mengamati gumpalan
darah yang terbentuk pada saat dicampurkan dengan sampel darah seseorang.
Sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya yang
membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O.
Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh
eritrosit (sel darah merah). Dua jenis penggolongan darah yang paling penting
adalah penggolongan A-B-O dan Rhesus (faktor Rh). Cara menentukannya
menggunakan serum, serum A berfungsi untuk menegtahui apakah darah
akan menggumpal atau tidak ketika bercampur dengan serum anti A. Serum
anti B untuk mengetahui apakah darah akan menggumpal atau tidak ketika
bercampur dengan serum anti B. Serum anti AB fungsinya untuk mengetahui
apakah darah akan menggumpal atau tidak ketika dicampur dengan serum
anti AB. Serum anti D untuk mengetahui ada atau tidaknya penggumpalan
darah ketika dicampur serum anti D, jika menggumpal maka berhesus positif
dan jika tidak mengalami penggumpalan maka berhesus negatif.

Menurut Azhar (2014), Golongan darah manusia ditentukan


berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya,
sebagai berikut : Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah
dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serumdarahnya. Sehingga, orang dengan golongan
darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan
sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-
negatif. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif
tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif. Individu
dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama
O-negatif.
Berdasarkan hasil tabel, jumlah siswa yang memiliki golongan darah
A pada kelas Biologi 5 angakatan 2014 yaitu sebanyak 10 orang, memiliki
golongan darah B yaitu 10, memiliki golongan darah AB yaitu 5 orang dan
yang memiliki golongan darah O sebanyak 12 orang. Jadi persentase dapat
dijumlahkan dengan :
1. Jumlah mahasiswa bergolongan darah A
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝐴
= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
10
= × 100% = 27,02 %
37
2. Jumlah mahasiswa bergolongan darah B
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝐵
= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
10
= × 100% = 27,02 %
37
3. Jumlah mahasiswa bergolongan darah AB
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝐴𝐵
= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
5
= × 100% = 13,51%
37
4. Jumlah mahasiswa bergolongan darah A
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑂
= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
12
= × 100% = 32,43 %
37
Dari persentase diatas dapat digambarkan dengan gambar diagram batang
sebagai berikut :
50

40

30 Darah O
Darah AB
20
Darah B
10
Darah A
0
Golongan Golongan Golongan Golongan
Darah A Darah B Darah AB Darah O

Golongan darah menurut Farida (1993), Sistem A-B-O dapat


diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Land-Steiner membedakan darah
manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah
ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah
merah). Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan A-B-O dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya
dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen A-B-O dan Rh, hanya saja
lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel
dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Di Indonesia hampir seluruh penduduknya mayoritas memiliki
golongan dan rhesus positis (Rh+), dikarenakan mayoritas penduduk
Indonesia berkulit coklat dan hitam yaitu didalam eritrositnya terkandung
aglitinogen Rhesus. sehingga ketika sampel daerah orang Indonesia diberi
dengan serum anti D maka akan mengalami penggumpalan yang artinya
mempunyai Rhesus positif yang bersifat menurun.
Menurut Azhar (2014), seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di
permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang
memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki
golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan
penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai,
meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula
beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B. Orang
+
bergolongan Rh didalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus, 85%
dimiliki orang berkulit berwarna coklat. Sedengkan penggolongan Rh- dalam
eritrositnya tidak terdapat aglutinogen. Rhesus 80% dimiliki orang berkulit
putih. Insiden pasien yang mengalami suatu inkompatibilitas Rhesus (Rhesus
negatif) adalah 15%% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam. Rhesus
negatif pada orang indonesis jarang terjadi, kecuali adanya perkawinan
dengan orang asing yang bergolongan Rhesus negatif.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
untuk menetukan golongan darah dengan sistem ABO dapat diamati dengan
ada atau tidaknya penggumpalan, pada masing-masing serum. Jika darah
mengalami penggumpalan pada serum anti A dan serum anti AB maka
bergolongan darah A, jika darah menggumpal pada serum anti B dan serum
anti AB mmaka bergolongan darah B, dan apabila pada serum anti A, B dan
AB tidak terjadi penggumpalan maka bergolongan darah O. Penetuan Rhesus
negatif fan positif dapat dilihat pada ada atau tidaknya penggumpalan pada
serum anti D. Jika menggumpal maka berrhesus positif dan jika tidak maka
berrhesus negatif.

B. Saran
Diharapkan untuk pratikum selanjutnya yaitu kekompakkan antar
kelompok dan kebersihan, sehingga praktikum berjalan dengan lancar tanpa
ada hambatan.
DAFTAR PUSTAKA

Azhar dkk. 2014. Alat Pembaca Golongan Darah dan Rhesus. Website:
http://jurnal.pdr.ac.id/paper/Alat Pembaca Golongan Darah dan Rhesus.pdf.
Diakses pada Minggu 03 Desember pukul 13.00WIIB.
Farida dkk. 1993. Alat Penentuan Golongan Darah Sistem ABO melalui Saliva
Fakultas Kedokteran Gigi U.I. Website: http://jurnal.pdr.ac.id/paper/ Alat
Penentuan Golongan Darah Sistem ABO melalui Saliva Fakultas Kedokteran
Gigi U.I..pdf. Diakses pada Minggu 03 Desember pukul 13.00WIIB.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Kimball, John W., 2008. Biologi. Jakarta : Erlangga

Saifullah dkk. 12010. Sistem Informasi dan Alat Pengujian Golongan Darah
Sistem ABO Via SMS. . Website: http://jurnal.pdr.ac.id/paper/ Sistem
Informasi dan Alat Pengujian Golongan Darah Sistem ABO Via SMS. pdf.
Diakses pada Minggu 03 Desember pukul 13.00WIIB.
LAMPIRAN

(Gambar 1. Kapas) (Gambar 2. Serum Anti B)


(Doc. Pribadi. Lidia, 2016) (Doc. Pribadi. Lidia, 2016)

(Gambar 3. Serum A) (Gambar 4. Serum Anti A)


(Doc. Pribadi. Lidia, 2016) (Doc. Pribadi. Lidia, 2016)

(Gambar 5. Serum AB) (Gambar 6. Proses Golongan Darah


B)
(Doc. Pribadi. Lidia, 2016) (Doc. Pribadi. Lidia, 2016)
(Gambar 7. Blood steril) (Gambar 8. Alkohol)
(Doc. Pribadi. Lidia, 2016) (Doc. Pribadi. Lidia, 2016)

(Gambar 9. Tusuk Gigi) (Gambar 10. Proses darah B)


(Doc. Pribadi. Lidia, 2016) (Doc. Pribadi. Lidia, 2016)

Anda mungkin juga menyukai