Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

GOLONGAN DARAH

Disusun Oleh:

Nama : Nelly Anggraini

Nim : (2016 411 004)

Dosen Pembimbing:

Yunita Panca Putri, M.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia, begitu juga dengan
penggolongan darah. Secara umum, penggolongan darah manusia yang sering dipakai
adalah penggolongan darah dengan sistem A-B-O dan sistem Rhesus.
Darah adalah cairan jaringan yang dialirkan melalui pembuluh darah. Darah terdiri
atas sel-sel merah (sel darah putih dan sel darah merah), trombosit (keping darah),dan
plasma darah. Ada beberapa sistem penggolongan darah pada manusia, misalnya sistem
ABO dan rhesus (Rh). Dasar penggolongan darah adalah adanya aglutinogen (antigen) di
dalam sel darah merah dan aglutinin (antibodi) di dalam plasma (serum). Aglutinogen
adalah zat yang digumpalkan dan aglutinin adalah zat yang menggumpalkan.
Dr. Landsteiner merupakan penemu sistem ABO. Dalam sistem ABO, ada tidaknya
antigen tipe A dan B di dalam sel darah merah menentukan golongan darah seseorang.
Sistem tersebut mengelompokkan darah manusia menjadi empat golongan, yaitu, A, B,
AB, dan O .

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan Praktikum Fisiologi Hewan ini adalah untuk mengetahui
golongan darah berdasarkan sistem ABO dan Rhesus (Rh).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Darah
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang
disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam
arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang
berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti
menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas.
Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur
berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan
plasma tanpa fibrinogen (protein) (Subowo, 1992: 54).

2. Komponen Darah Manusia


a. Sel-Sel Darah
Sel-sel darah merupakan sel-sel hidup. Anda dapat melihat adanya dua lapisan
dari darah yang didiamkan. Lapisan atas berupa cairan darah atau plasma darah. Lapisan
bawah merupakan sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit (sel-sel darah merah), leukosit
(sel-sel darah putih), trombosit (keping-keping darah atau sel pembeku darah). Setiap
bagian dari sel-sel darah ini memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda.
 Sel darah merah (Eritrosit)
Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakram, dengan diameter 7,5 m dan
ketebalan 2 m. Tengah-tengah dari cakram tersebut lebih tipis(1 m) daripada tepinya.
Bentuk “bikonkaf” yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel
dan plasma darah. Pada orang dewasa, sel darah merah dibentuk dari sel-sel “pokok”
yang terletak dalam sumsum tulang, terutama dalam tulang-tulang rusuk,
sternum(tulang dada), dan vertebra(tulang-tulang belakang). Pada waktu mula-mula
dibentuk, sel darah merah mempunyai sebuah nukleus dan hemoglobin tidak begitu
banyak. Akan tetapi, ketika dewasa jumlah hemoglobin dalam sel naik sampai 280 juta
molekul – menunjukkan 90% bobot bersih sel. Kemudian pada akhir dari proses
sintesis hemoglobin ini, nukleus diperas keluar dari sel. (Kimball,1990:516).
 Sel darah putih (Leukosit)
Leukosit merupakan sel yang memiliki fungsi khusus untuk mempertahankan
tubuh dari serangan mikroorganisme. Leukosit merupakan sel yang memiliki sifat
seperti Amoeba, yaitu bentuknya dapat berubah-ubah, leukosit dapat bergerak bebas,
bahkan dapat keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan lain yang
terinfeksi mikroorganisme. Ukuran leukosit lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya
dalam tubuh lebih sedikit. Darah manusia memiliki lima macam leukosit tetapi
berdasarkan ada dan tidaknya granuler pada selnya. Kelima macam leukosit tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu leukosit yang bergranuler
(granulosit) dan tidak bergranula(agranulosit) (Waluyo,2010:178).
 Keping darah
Trombosit atau keping-keping darah memiliki bentuk tidak teratur, tidak
memiliki inti sel dan berukuran sangat kecil(hanya berdiameter 2 m). Jumlahnya di
dalam darah sekitar 150-400 ribu/ . Trombosit berperan dalam proses pembekuan
darah apabila terjadi luka pada pembuluh darah, dengan demikian darah tidak banyak
terbuang. Trombosit beredar di dalam darah dan dibentuk oleh sel-sel besar yang ada
di dalam sumsum tulang. Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut. Saat
pembuluh darah terluka atau terpotong, darah akan keluar. Trombosit akan pecah dan
membebaskan enzim trombokinase. Enzim ini akan mengubah protombin menjadi
trombin dengan bantuan ion kalsium dan vitamin K. Trombin yang terbentuk
selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang akan
menutup luka sehingga pendarahan akan dihentikan (Waluyo, 2010:180).
b. Plasma darah
Plasma darah cairan yang berwarna kekuning-kuningan, tersusun atas air, dan
bahan terlarut yaitu protein, lemak, asam lemak, asam amino, glukosa, hormon, enzim,
antibodi, garam mineral.
Fungsi dari plasma darah adalah:
 Sebagai pelarut bahan-bahan kimia
 Membawa mineral-mineral terlarut, glukosa, asam amino, vitamin, karbondioksida
dan bahan-bahan buangan
 Menyebarkan panas dari organ yang lebih panas ke organ yang lebih dingin
 Menjaga keseimbangan antara cairan di dalam sel dan cairan di luar sel.
Plasma mengandung protein seperti lipoprotein, fibrinogen berfungsi dalam
pembekuan darah, globulin berperan dalam pertahanan tubuh, albumin berperan dalam
membantu aliran darah dan mengatur tekanan osmotik darah, antihemophilic globulin
berfungsi mencegah hemofilia, tromboplastin berfungsi dalam proses pembekuan darah
bersama protombin dan fibrinogen, immunoglobulin berfungsi untuk kekebalan
tubuh(abtibodi). Protein-protein tersebut dapat dipisahkan dari plasma dan membentuk
cairan yang disebut serum. (Waluyo,2010:175)

3. Penggolongan Darah
Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang
terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah slide
mikroskop. Setetes serum yang mengandung aglutinin anti A (dari darah golongan B)
diteteskan pada salah satu tetes darah sedangkan tetes serum yang mengandung aglutinin
anti B (dari darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
 Jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
 Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe
B (golongan darah B)
 Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
 Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu
tersebut tidak memiliki aglutinigen (golongan darah O) (Sudjaji, 2005:38)
Kebalikan dari antigen adalah antibodi, setiap golongan darah memiliki antibodi yang
berbeda dibandingkan antigen yang dipunyainya semisal golongan darah A memiliki
antibodi B, golongan darah B memiliki antibodi A sedangkan golongan AB tidak memiliki
antibodi, untuk golongan darah O memiliki kedua antibodi A dan B (Lelono, 2002: 31).

Golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu : sistem ABO, sistem MN, dan sistem
rhesus (Rh).
a. Golongan Darah Sistem ABO
Sistem ABO yang sering digunakan yaitu ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun
1900, menggolongkan darah manusia menjadi 4 macam diantaranya:
 Golongan darah A, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen A dan serumnya dapat membuat aglutinin (beta).
 Golongan darah B, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen B dan serumnya dapat membuat aglutinin (alfa).
 Golongan darah AB, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi serumnya tidak dapat membuat aglutinin.
 Golongan darah O, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya tidak terdapat
aglutinigen, tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin alfa dan aglutinin beta
(Waluyo,2010:173).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung
dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif.
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
 Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga orang dengan golongan
darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah O-
negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif (Winotasara,1993:53).
b. Golongan Darah Sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Levine telah menemukan golongan darah
sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N pada sel darah merah manusia.
Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
 Golongan darah M, mengandung antigen M
 Golongan darah N, mengandung antigen N
 Golongan darah MN, mengandung antigen M dan antigen N
(Waluyo,2010:174).

c. Sistem Rhesus
Pertama kali ditemukan pada jenis kera oleh Landsteiner dan Weiner. Orang yang
memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+). Sedang yang tidak dinamakan
rhesus negatif (Rh-). Sistem ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh
bersifat dominan terhadap alel rh. (Waluyo, 2010:175).
Pada sistem Rhesus dikenal 2 jenis darah yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Rhesus +
mengandung antigen faktor Rhesus dalam eritrositnya, tak ada aglutininnya dalam plasma.
Sedangkan orang yang berjenis Rhesus – tak mengandung antigen faktor Rhesus, juga tak
mengandung aglutininnya dalam plasma. Kalau donor Rh+, resipien Rh- tak terjadi
penggumpalan karena pada darah resipien itu tidak ada aglutininnya. Kalau donor Rh-,
resipien Rh+ juga tak terjadi penggumpalan karena tak ada aglutinin resipien dan tak ada
antigen donor yang harus digumpalkan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilakukan Pada hari senin tanggal 05 Maret 2018, Pukul 13.30 – 15.30
WIB. Dilaksanakan di Laboratorium Science Center Universitas PGRI Palembang.

3.2 Alat Dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah:
1. Lanset
2. Pengaduk
3. Kartu golongan darah
4. Kapas

Adapun bahan yang digunakan adalah


1. Sampel darah
2. Serum anti A
3. Serum anti B
4. Serum anti AB
5. Serum anti O

3.3 Cara Kerja


1. Siapkan kartu golongan darah.
2. Sterilkan salah satu ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%.
3. Tusukan lanset keujung jari yang telah steril.
4. Teteskan darah pada kartu golongan darah sebanyak 4 kali pada tempat yang berbeda.
5. Kemudian teteskanlah serum sebanyak 1 tetes pada masing-masing sampel darah.
6. Lalu diaduk dengan gerakan memutar.
7. Amatilah yang terjadi pada sampel darah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Tanggal Praktikum : 05 Maret 2018 Keterangan


Preparat : Sampel Golongan Darah
Golongan darah A+

Golongan darah B+

Golongan darah O+

Nilai : Paraf :
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa untuk menentukan golongan darah manusia
itu bisa dengan sistem ABO yang terdiri dari 4 golongan darah yaitu A, B, AB, dan O dan
sistem yang lainnya yaitu sistem rhesus yaitu ada 2 rhesus positif dan rhesus negatif.
Berdasarakan dari hasil praktikum yang telah di lakukan ternyata dari beberapa
relawan di dapatkan golongan darah mereka yaitu A+ , B+ , dan O+ . Ternyata memang
benar bila tetesan darah di campur dengan serum maka akan dapat melihat darah tersebut
termasuk golongan darah apa.
Sebagai contoh dari hasil data praktikum yang telah di lakukan untuk golongan
darah A + yang dimiliki oleh Nelly Anggraini bila tetesan darahnya di campur dengan
serum anti A maka akan menggumpal (+), dengan anti B maka tidak akan menggumpal
(-), dengan anti AB maka akan menggumpal (+), dengan anti D (Rh) maka akan
menggumpal (+).
Untuk golongan darah B+ yang dimiliki oleh Yuliana Mading bila tetesan darahnya
di campur dengan anti A maka tidak akan menggumpal (-), dengan anti B maka akan
menggumpal (+), dengan anti AB maka akan menggumpal (+), dengan anti D (Rh) maka
akan menggumpal (+).
Dan untuk golongan darah O+ yang dimiliki oleh Yayat Nurhayati bila tetesan
darahnya di campur dengan anti A maka tidak akan menggumpal (-), dengan anti B maka
tidak menggumpal (-), dengan anti AB maka tidak menggumpal (-) dengan anti D (Rh)
maka akan menggumpal (+).
Untuk lebih jelasanya dalam mengetahui golongan darah dengan sistem ABO, tabel
di bawah ini akan lebih menjelasakan golongan darah sistem ABO yaitu A, B, AB, dan O
sebagai berikut :
Anti A Anti B Anti AB Anti D (Rh) Gol. Darah
+ _ + + A+
_ + + + B+
+ + + + AB+
_ _ _ + O+
Ket :
(+) : Menggumapal
(-) : Melarut (tidak menggumpal)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat pada percobaan golongan darah ini yaitu :
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung
dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4 golongan yaitu sebagai berikut:
 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga,
orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan
golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif
tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
 Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah
O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun
dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.

5.2 Saran
Dalam praktikum uji golongan darah pada manusia ini, jangan sekali-sekali
menggunakan jarum yang telah digunakan oleh probandus lain. Karena ditakutkan
adanya penularan sebuah penyakit dari probandus sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kimball, John W. 1990. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Lelono, Asmoro. 2002. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember: Universitas Jember

Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjaji. 2005. Biologi Sains Dalam Kehidupan 2A. Surabaya : Yudhistira

Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember : Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai