Anda di halaman 1dari 36

Tugas Biologi

Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel, Pola-pola Hereditas


Pautan dan Hereditas pada Manusia

Oleh :
Nama Anggota kelompok 5 :
I Gede Aditya Prajawisesa (06/XI MIPA 7)
I Gede Surya Bayu Pradana (07/XI MIPA 7)
I Made Kefin Dwi Angga Putra (11/XI MIPA 7)
Kadek Raditya Dewanta (19/XI MIPA 7)

SMAN 1 GIANYAR
Tahun Ajaran 2019/2020
BAB V
Pola Pewarisan Sifat Pada Hukum Mendel

A.Hukum Mendel
Hukum Mendel adalah hukum mengenai pola pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan
oleh Gregor Johann Mendel (1822-1884). Mendel melakukan berbagai persilangan tanaman untuk
merumuskan hukum tersebut., salah satunya menggunakan tanaman kacang ercis. Dari percobaan
ini, Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar ilmu pewarisan sifat. Atas jasanya tersebut, Mendel
dikukuhkan sebagai Bapak Genetika.
Dalam percobaan Mendel terdapat istilah genotipe dan fenotipe. Genotipe adalah sifat tidak
tampak yang ditentukan oleh pasangan gen dalam individu. Genotipe disimbolkan dengan sebuah
huruf, yang biasanya ditulis sebagai h
uruf pertama yaitu suatu sifat yang dominan.Simbol genotipe untuk sifat dominan ditulis dengan
huruf besar. Simbol genotipe untuk sifat resesif ditulis dengan huruf kecil. Oleh karena individu
bersifat diploid, genotipe dinyatakan dengan dua huruf. Sebagai contoh, R merupakan gen penentu
warna merah. Huruf R dari kata rubra artinya merah sehingga genotipe untuk warna merah ditulis
RR. Sementara itu, r merupakan gen penentu warna putih (gen resesif akibat dominansi gen R).
Sementara itu, fenotipe merupakan sifat keturunan yang dapat diamati. Sebagai contoh, tanaman
kacang ercis berbiji bulat dan berbiji keriput. Berdasarkan percobaan tersebut, humum Mendel
dibedakan menjadi dua yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
1. Hukum I Mendel

Dalam percobaannya, Mendel melakukan persilangan monohibrid. Mendel melakukan


persilangan tanaman kacang ercis berbiji bulat dengan tanaman kacang ercis berbiji
keriput. Semua keturunan F1- nya berupa tanaman kacang ercis berbiji bulat.
Selanjutnya,F1 disilangkan dengan sesamanya dan menghasilkan keturunan F2.
Perbandingan fenotipe F2= 3 berbiji bulat : 1 berbiji keriput. Perhatikan diagram
persilangan dibawah.

Perbandingan genotipe F2= BB : Bb : bb


=1 : 2 :1
Perbandingan fenotipe F2= biji : biji
bulat keriput
= 3 : 1

Mendel menyimpulkan bahwa ada pembentukan gamet, pasangan-pasangan gen sealel


saling berpisah. Pemisahan gen ini terjadi selama proses meiosis berlangsung. Jadi dalam
setiap gamet hanya terdapat satu set kromosom. Kesimpulan tersebut dikenal sebagai
hukum I Mendel/hukum pemisahan Gen Sealel/hukum Segregasi Gen. Mendel juga
menyimpulkan jika dominansi nampak sepenuhnya maka persilangan monohibrid antardua
individu yang bersifat heterozigot menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe
3: 1.
Dalam percobaan yang lain, sifat dominan tidak muncul secara penuh karena adanya sifat
intermediat. Fenoitpe keturunan F1-nya merupakan sifat diantara kedua induknya. Apabila
F2 disilangkan dengan sesamanya, perbandingan fenotipe f2-nya = 1:2:1. contoh sifat
intermediat terdapat pada tanaman bunga pukul empat (Mirabilis Jalapa). Perhatikan
diagram dibawah
P1 : MM × mm
(merah) (putih)
Gamet : M m
F1 : Mm
(Filial) (merah muda)
F1×F1 : Mm × Mm
Gamet : M M
m m
F2 :

Perbandingan genotipe F2= MM : Mm : mm


=1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = merah : merah muda : putih
= 1 : 2 : 1

2. Hukum II Mendel

Selain melakukan persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan dihibrid.


Persilangan dihibrid adalah persilangan antarindividu yang memiliki dua sifat beda.
Mendel menggunakan dua sifat beda dari tanman kacang ercis yaitu bentuk dan warna biji.
Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis berbiji bulat-kuning dengan tanaman kacang
ercis berbiji keriput hijau. Semua keturunan F1- nya berbiji bulat kuning. Setelah F1
disilangkan dengan sesamanya, diperoleh perbandingan fenotipe F2-nya berbiji bulat
kuning. Setelah F1 disilangkan dengan sesamanya, diperoleh perbandingan fenotipe F2-
nya = 9:3:3:1. Perhatikan diagram persilangan dibawah.

Gamet- gamet tersebut berpasangan secara bebas sehingga membentuk F2 sebagai berikut.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat genotipe yang homozigot dan
heterozigot. Genotipe yang homozigot ditunjukan oleh angka 1,6,11 dan 16. Genotipe yang
heterozigot ditunjukan oleh angka 2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14 dan 15.

1.Perkawinan Pada Hukum Mendel


a. Perkawinan Resiprok
Perkawinan respirok merupakan perkawinan kebalikan dari yang semula dilakukan.
Perkawinan resiprok membuktikan bahwa induk jantan dan induk betina mempunyai kesempatan
yang sama dalam pewarisan sifat perhatikan diagram persilangan dibawah ini
P1 : hh × HH
(kuning) (hijau)
F1 : Hh
(hijau)
F1×F1 :Hh × Hh
H H
h h
F2 : HH= hijau
Hh= hijau
Hh= hijau
hh= kuning
F2 : HH = hijau
Hh = hijau
Hh = hijau
hh = kuning
Resiproknya=
P1 : HH × hh
(hijau) (kuning)
F1 : Hh
(hijau)
F1×F1 :Hh Hh
Gamet : H H
h h
Berdasarkan diagram persilangan diatas semua keturunan F1 berwarna hijau. Sementara
itu keturunan F2 memiliki perbandingan fenotipe 3 : 1

b. Perkawinan Balik (Back Cross)


Back Cross adalah perkawinan antara individu F1 dengan salah sau induknya. Back cross
berguna untuk mencari genotipe induk. Contoh back cross sebagai berikut.

1) P2 : F1 (Bb) X Induk (?) 2) P2 : F1 (Bb) X Induk (?)


(hitam) (putih)
Gamet : B b Gamet : B B
b b b B
F2 : Bb (hitam) F2 : Bb (hitam)
bb (putih) Bb (hitam)
Oleh karena hasilnya hitam : putih= 1 :1 Oleh karena hasilnya hitam semua
berarti induknya bergenotipe bb. berarti induknya bergenotipe BB.

c. Uji Silang (Test Cross)


Test cross adalah perkawinan individu F1 dengan induknya yang bersifat homozigot
resesif. Test cross bertujuan untuk mengetahui suatu individu bersifat homozigot atau
heterozigot. Apabila hasil uji silang menunjukan beberapa fenotipe keturunan, berarti
individu yang diuji heterozigot. Jika hasil uji menunjukkan fenotipe yang sama, berarti
individu yang diuji tersebut bersifat homozigot.
Contoh I:
Tikus hitam disilangkan dengan induk tikus putih menghasilkan keturunan 50 % tikus
hitam dan 50 % tikus putih bersifat heterozigot atau homozigotkah genotipe tikus hitam
tersebut ?

P : ? x hh
(hitam) (putih)
Gamet : H h
h h
F1 : Hh = 50%
hh = 50%
Jadi, tikus hitam tersebut heterozigot

Contoh II:
Tikus hitam disilangkan dengan induk tikus putih homozigot. Keturunannya 100% hitam.
Bagaimana genotipe tikus hitam tersebut, termasuk homozigot atau heterozigot ?
P : ? x hh
(hitam) (putih)
Gamet : H h
F1 : Hh = 100%
Jadi, tikus hitam tersebut homozigot

B. Penyimpangan semu terhadap Hukum Mendel

Penyimpanan hukum Mendel, misalnya perkawinan antara dua individu dengan dua sifat
beda ternyata rasio fenotipe F2 tidak selalu 9:3:3:1. Namun, sering dijumpai perbandingan-
perbandingan 9:7, 12:3:1, 15:1, dan 9:3:4. Apabila dicermati angka-angka perbandingan
tersebut ternyata juga merupakan penggabungan angka-angka perbandingan Mendel.
Contoh 9:7 = 9 : (3+3+1), 12:3:1= (9+3):3:1.Keadaan ini disebut penyimpangan semu
karena masih mengikuti hukum Mendel atau bisa juga disbut modifikasi genetika
mendelian.
Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan terjadinya suatu kerja sama berbagai
sifat yang memberikan fenotipe berlainan, tetapi masih mengikuti hukum-hukum
perbandingan genotipe dari Mendel. Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya dua
pasang gen atau lebih yang saling memengaruhi antara dua pasang gen atau lebih disebut
interaksi gen Penyimpangan semu akibat interaksi gen ada lima macam yaitu :
1. Epistasi dan Hipostasi
2. Kripmoteri
3. Polimeri
4. Gen-Gen Komplementer
5. Atavisme

1. Epistasi dan Hipostasi


Sebuah atau sepasang gen yang menutupi sekresi gen lain yang tidak sealel disbut gen
epistasis. Gen yang dikalahkan tersebut dinamakan gen hipostasis. Peristiwa ini disbut
epistasi dan hipostasi. Epistasi dan hipostasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a.Epistasi dmoninan
b.Epistasi resesif
c.Epistasi dominan resesif

a. Epistasi dominan
Epistasi dominan adalah penyimpangan yang terjadi apabila ada satu gen dominan
yang bersifat epistastis
Contoh:

warna umbi lapis pada bawang, gen A epistasis terhadap gen B dan b
Gen A = gen dominan yang menentukan warna merah.
Gen B = gen dominan yang menentukan warna kuning.

P1 : Aabb × aaBB
Gamet : (merah) (kuning)
Ab aB
F1 : AaBb
(merah)
P2 : AaBb × AaBb
Gamet : Ab AB
Ab Ab
aB aB
ab ab
F2 : 9A_B_ = umbi lapis merah
: 3A_bb = umbi lapis merah
: 3aaB_ = umbi lapis kuning
: 1aabb = umbi lapis putih

Persilangan pada epistasi dominan menghasilkan F2 dengan perbandingan


fenotipe= 12:3:1

b. Epistasi resesif
Epistasi resesif adalah penyimpangan yang terjadi apabila terdapat gen resesif yang
epistasis terhadap gen dominan lain yang tidak sealel.

Contoh :

warna rambut pada tikus, gen cc epistasis terhadap gen A dan a


P1 : CCAA X ccaa
(hitam) (putih)
Gamet : CA ca
F1 : CcAa
(hitam)
P2 : CcAa X CcAa
Gamet : CA CA
Ca Ca
cA cA
ca ca
F2 : 9C_A_= hitam
3C_aa = abu-abu
3ccA_ = putih
1ccaa = putih
Persilangan pada epistasi resesif menghasilkan F2 = 9:3:4.
Ket dari diagram persilangan diatas :
Gen C = gen yang mengakibatkan warna timbul
Gen c = gen yang mengakibatkan warna tidak timbul (putih)
Gen A = gen yang mengakibatkan warna hitam jika disertai gen C
Gen a = gen yang mengakibatkan warna abu-abu jika disertai dengan gen C.

c. Epistasi dominan resesif

Epistasi dominan dan resesif adalah penyimpangan yang terjadi karena ada dua gen
dominan yang keberadaannya menghambat pengaruh salah satu gen dominan
tersebut
Contoh :
Bulu ayam leghorn, gen I epistasis terhadap gen C dan c serta gen cc epistasis terhad
ap gen I dan i.
P1 : IICC X iicc
(putih) (putih)
Gamet : IC ic
F1 : IiCc (putih)
P2 : IiCc X IiCc
F2 :
Coba perhatikan diagram hasil persilangan F1 di depan. Meskipun gen C memengaruhi
munculnya warna bulu, tetapi karena bertemu dengan gen I ( gen yang menghalangi
munculnya warna ) maka menghasilkan keturunan dengan fenotipe ayam berbulu putih.
13 3
Jadi, perbandingan fenotipe F2 = ayam putih : ayam berwarna = 16 : 16 = 13 : .3

2. Kripmoteri
Kripmoteri adalah peristiwa munculnya karakter tertentu apabila gen dominan
bersama-sama dengan gen dominan lainnya. Jika gen berdiri sendiri, karakternya akan
tersembunyi (kriptos). Contohnya warna bunga Liunnaria maroccana yang ditentukan
oleh pigmen hemosianin dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen hemosianin akan
berwarna merah pada plasma yang asam dan berwarna ungu pada plasma yang bersifat
basa. Warna ungu merupakan hal yang tidak biasa karena merupakan fenotipe baru
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P1 : Aabb (jantan) X aaBB (betina)


bunga merah bunga putih

F1: 100% AaBb


F2:
Warna ungu merupakan sifat yang tersembunyi. Warna ungu akan muncul jika gen A
berinteraksi dengan gen B.
F2 : 9 A_B_ = 9 ungu
3 A_bb = 3 merah
3 aaB_ = 3 putih
1 aabb = 1 putih
Jadi perbandingan fenotipe F2= ungu : merah:putih = 9:3:4

3. Polimeri
Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah).
Polimeri terjadi karena adanya interkasi antara dua gen atau lebih sehingga disebut gen
ganda. Peristiwa ini mirip dengan persilngan dihibrid dominan tidak penuh (intermediat).
Contoh persilngangan gandum berbiji merah gelap (M1M1M2M2) dengan gandum berbiji
putih (m1m1m2m2) diperoleh perbandingan fenotipe F2 nya = merah : putih = 15 : 1.
berdasarkan perbandingan tersebut sebenarnnya polimeri tidak menyimpang dari hukum
Mendel karena jika ditelaah perbandingan 15 :1 berasal dari perbandingan (9+3+3) : 1.

Diagram persilangan tanaman gandum biji merah geap dengan berbiji putih

P1 : M1M1M2m2 X M1m1M2m2
gandum berbiji gandum berbiji
merah gelap putih
F1 : M1m1M2m2
100% gandum berbiji
merah sedang
P2 : M1m1M2m2 X M1m1M2m2
gandum berbiji gandum berbiji
merah sedang merah sedang
F2 :

4. Gen- Gen Komplementer


Gen- gen komplementer adalah gen yang saling berinteraksi dan saling melengkapi
sehingga memunculkan fenotipe tertentu. Apabila ada salah satu gen tidak hadir maka
pemunculan karakter fenotipe tersebut akan terhalang atau tidak sempurna. Contohnya
pada warna bunga Lathyrus odoratus. Terdapat dua gen yang saling berinteraksi dalam
memunculkan pigmen bunga sebagai berikut
Gen C : membentuk pigmen warna
Gen c : tidak membentuk pigmen warna
Gen P : membentuk enzim pengaktif
Gen p : tidak membentuk enzim pengaktif

Gambar bunga Lathyrus odoratus


Berdasarkan karakter gen-gen tersebut, warna bunga hanya akan muncul jika kedua gen
(penghasil pigmen dan penghasil enzim) bertemu. Jika tidak bertemu, warna bunga yang
terbentuk adalah putih. Diagram persilangan Lathyrus odoritus sebagau berikut.
P1 : CCpp X ccPP
putih putih
Gamet : Cp cP
F1 : CcPp
ungu
Rasio fenotipe : 100% ungu
Rasio genotipe : 100 % CcPp
P2 : CcPp X CcPp
ungu ungu
Gamet : CP,Cp,cP,cp CP,Cp,cP,cp
F2 :

5. Atavisme (Interaksi Beberapa Pasang Alel)


Atavisme merupakan interaksi beberapa gen yang mengakibatkan menghilangnya
suatu sifat keturunan dan memunculkan suatu sifat keturunan yang berbeda dengan
induknya, tetapi sifat induk akan muncul kembali pada generasi selanjutnya.
Contohnya persilangan ayam berjengger atau berpial rose (RRpp) dengan ayam
berjengger walnut F1 yang disilangkan sesamanya menghasilkan perbandingan
fenotipe F2= walnut : rose :pea : single = 9:3:3:1. berarti sifat pial, rose, dan pea
menghilang dari generasi F1 tetapi muncul kembali di generasi F2. Genotipe untuk
jengger ayam sebagai berikut.
R-P- = jengger sumpel (walnut)
R-pp = jengger mawar (rose)
rrP- = jengger biji (pea)
rrpp = jengger tunggal (single)
P1 : RRpp (rose) X rrPP (pea)

Gamet : Rp rP
F1 : RrPp
P2 : RrPp (walnut) X RrPp (walnut)
Gamet : RP RP
Rp Rp
rP rP
rp rp
F2 : ayam berjengger walnut = 9
: ayam berjengger rose = 3
: ayam berjengger pea =3
: ayam berjengger single = 1

Penyimpangan yang terjadi pada atavisme bukan mengenai rasio fenotipe F2, melainkan
munculnya sifat baru pada ayam yaitu berupa jengger walnut dan single
BAB VI
( POLA-POLA HEREDITAS PAUTAN )
 POLA-POLA PERWARISAN SIFAT
Pola-pola hereditas pautan dapat dibedakan menjadi 6 macam, yaitu
1. Determinasi Seks
2. Pautan Gen (Gen Lingkage)
3. Pindah Silang
4. Gagal Berpisah
5. Pautan Seks (Rangkain Kelamin)
6. Gen Letal

1. Determinasi Seks
Determinasi seks merupakam proses penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup
berdsarkan kromosom kelamin (genosom) yang diwariskan secara bebas oleh gamet
parental kepada keturunan nya melalui proses meiosis. Dalam penentuan jenis kelamin
sangat di pengaruhuioleh adanya kromosom seks. Penurunan jenis kelamin pada manusia
dari orang tua kepada anaknya di tentukan oleh kromosom ayahnya.
Tipe tipe penentuan jenis kelamin dibedakan menjadi 4, yaitu :

a. Tipe XY
Tipe XY terdapat pada manusia, tumbuhan, semua hewan mamalia dan Drosophila
melanogaster. Kromosom X dan Y diberikan dari satu sel ke sel keturunannya seperti
kromosom lain, kecuali saat proses meiosis. Sel tubuh betina memiliki sepasang kromosom
X sehingga saat meiosis dan pembentukan gamet, semua sel gamet betina memiliki
kromosom X. Adapun sel tubuh jantan memiliki kromosom X dan Y sehingga saat meiosis
dan pembentukan gamet, terdapat gamet dengan kromosom X dan gamet dengan
kromosom Y.Melalui fertilisasi, gamet jantan melebur dengan gamet betina menghasilkan
individu XX (betina) dan XY (jantan) dengan perbandingan fenotipe 1:1. Oleh karena itu,
kemungkinan didapat individu jantan adalah 50% dan betina 50%. Mekanisme kromosom
X dan Y juga terjadi pada manusia dan menghasilkan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan dengan kemungkinan yang sama. Menurut Thomas Hunt Morgan yang terjadi
pada gen-gen yang terdapat di kromosom X atau Y, bahwa pewarisan sifat dapat berpautan
dengan jenis kelamin.

b. Tipe XO
Tipe XO terdapat pada berbagai jenis serangga misalnya belalang dank utu daun. Pada tipe
ini, kromosom seks hanya 1 yaiutu, kromosom x sedangakan o bukanlah symbol
kromosom seks. Dalam sel somatisnya serangga betina memiliki 2 kromosom x (xx)
sedangkan serangga jantan hanya memiliki 1 kromosom x (xo). Oleh karena itu jumlah
kromosom sel somtis individu betina lebib banyak dari pada jumlah kromosom pda
individu jantan.
c. Tipe ZW

Penentuan jenis kelamin berdasarkan tipe ini berlaku pada beberapa unggas, kupu-kupu,
reptil, dan beberapa jenis ikan. Penentuan jenis kelamin tipe ini kebalikan dengan tipe XY.
Jika manusia laki-laki XY dan perempuan XX, pada tipe ini terjadi kebalikannya. Untuk
menghindari kekeliruan, maka dipakai lambang ZZ untuk jantan dan Z untuk betina.

d. Tipe Haplo-Diploid

Penentuan jenis kelamin tipe ini tidak ditentukan oleh kromosom kelamin, tetapi
ditentukan oleh jumlah set kromosom yang dimiliki. Pada lebah, betina memiliki jumlah
kromosom diploid (2n) hasil fertilisasi. Adapun lebah jantan merupakan individu haploid
(n) yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu utuh meskipun tidak dibuahi.
Proses ini disebut juga partenogenesis.

2. Pautan Gen
Pautan merupakan salah satu penyebab penyimpangan semua terhadap hokum Mendel.
Pauan gen terjadi akibat gen gen terletak pada lokus yang berdekatan dalam kromosom
yang sama dan saat proses pembentukan gamet saling berikatan. Contoh peristiwa pautan
gen yaitu terdapat pada Drosophila melanogaster. Jumlah pautan tergantung pada jumlah
pasangan kromosom dan panjang kromosom. Makin banyak gen yang berpautan
mengakibatkan keanekaragaman individu makin besar. Gen gen ukuran sayap dan ukuran
abdomen terletak pada kromosom yang sama serta tidak dapat disegregasikan secara bebas.
Gen V (sayap panjang) dominan terhadap gen v (sayap pendek) dan gen A (abdomen lebar)
dominan terhadap gen a (abdomen sempit). Rasio fenotipe F2 Pada peristiwa pautan gen
adalah 3:1 untuk sayap panjang abdomen lebar : sayap pendek abdomen sempit.

3. Pindah Silang
Pindah silang merupakan pemisahan dan pertukaran bagian kromatid dari sepasang
kromosom homolog. Peristiwa tersebut menghasilkan kombinasi baru dari sifat induknya.
Pindah silang umumnya terjadi pada peristiwa gametogenesis saat meosis. Pindah silang
mengakibatkan terbentuknya empat macam gamet yaitu 2 macam gamet yang sifatnya sma
dengan induk (tipe parental) dan dua macam gamet yang merupakan hasil pindah silang
(tipe rekombinan). Faktor factor yang memengaruhi pindah silang yaitu temperature, umur,
zat kimia, sinar X, dan jarak antaa gen gen.
Berdasarkan nilai pindah silang (NPS) dapat dihitung menggunakan rumus seperti berikut.

NPS: jumlah tipe rekomendasi X 100%


Jumlah total keturunan

4. Gagal Berpisah
Pasangan kromosom pada meiosis I maupun meiosis II dapat mengalami gagal berpisah.
Gagal berpisah mengakibatkan sel anak kelebihan/kekurangan kromosom (sel aneploid).
Gagal berpisah dapat terjadi pada kromoso kelamin (gonosom) dan kromosom tubuh.
Contohnya, peristiwah gagal berpisah adalah pada saat oogenesis atau pembentukan sel
telur. Pada perempuan dengan kromosom kelamin XX, jika gagal berpisah menghasilkan
3 macam ovum yaitu, ovum XX, ovum X, dan ovom 0 ( nol, tidak memiliki kromosom X).
jika ovom 0 di buahi sperma X maka di peroleh zigot OX yaitu perempuan dengan kelamin
sindrom Turner. Jika ovum XX di buahi sperma Y akan diperoleh zigot XXY yaitu laki-
laki dengan kelainan sindrom Klineferter.
5. Pautan seks ( rangkai kelamin)
Pristiwah terdapatnya gen dalam kromosom kelamin disebut terpaut seks (sex linkage) gen
gennya disebut gen gen terpaut seks (sex linked genes). Oleh karena itu kromosom x lebih
panjang dari kromosom y, jumlah gen-gen yang terpaut kromosom X lebih banyak dari
pada gen-gen yang terpaut kromosom Y.

a. Pada Drosophila melanogaster, gen warna mata terpaut dalam kromosom X.


Akibatnya, Drosophila melanogaster yang bermata putih selalu berkelamin jantan. Hal
ini menunjukkan warna mata merah lebih dominan dari pada warna mata putih.
b. Pada kucing, warna rambut terpaut pada kromosom X. akibatnya, kucing kaliko
yangberambutbelang tiga selalu berkelamin betina. Namun, pernah dijumpai kucing
koliko jantan mempunyai kelebihan kromosom X sehinga susunan kromosom
kelaminnya XXY. Susunan kromosom tersebut terjadi karena adaya nondisjunction
selama induk jantannya membentuk gamet. Perhatikan diagram berikut :

P = ♀XbXb ♂ XBY
Kuning Hitam

Gamet = Xb XBY
O
F1 =XBXbY XbO

c. Pada manusia, pautan seks dapat dibedakan pada gen dominan dan gen resesif. Pautan
seks pada gen dominan, misalnya gigi cokelat dan hypertrichosis. Sementara itu,
pautan seks gen resesif, misalnya hemophilia, buta warna, dana ondotia. Beberapa
contoh pautan seks pada manusia dapat anda pelajari lebih detail dalam bab berikutnya
yaitu bab Hereditas Manusia.
d. Pada ayam, penentuan jenis kelamin mengikuti tipe ZW. Ayam betina memiliki tipe
ZW, sedangkan ayam jantan memiliki tipe ZZ. Pautan seks terjadi pada ayam berpautan
pada penentuan warna bulu.warna belu di tentukan oleh gen-gen yang terpaut dalam
kromosom seks, misalnya gen B untuk bulu bergaris garis (blorok) dan gen b untuk
bulu yang polos. Perkawinan antara ayam betina berbulu blorok dengan ayam jantan
berbulu polos akan menghasilkan keturunan berupa ayam betina berbulu polos dan
ayam jantan berbuu blorok. Perhatikan diagram persilangan berikut.

P = ♀ ZbW ♂ ZbZb
(ayam blorok) (ayam polos)

Gamet = ZB Zb
W

6. Gen Letal
Gen letal adalah gen yang megakibatkatkan kematian jika dalam keadaan homozigot. Gen
letal mengakibatkan perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohybrid = 2:1. Gen
letal ada dua macam yaitu gen letal dominan dan letal resesif.

a. Gen Letal Dominan


Gen letal adalah gen yang mengakibatkan kematian individu apabila memiliki gen
homozigot dominan. Namun, apabila individu memiliki gen heterozigot hanya akan
mengalami kelainan .
Contohnya Gen Letal sebagi berikut :

1. Ayam redep
Pada ayam dikenal gen dominan c yang homozigotnya akan bersifat letal (mati).
Sementara itu, alel resesif C merupakan alel yang mengatur pertumbuhan
tulang normal. Selain itu, ayam heterozigot (Cc) dapat hidup dengan tumbuh
normal, tetapi memiliki kaki pendek. Ayam dengan tumbuh normal dan kaki
pedek di sebut dengan ayam redep (creeper). Jika redep disilangkan sesame
yang bersifat letal. Adapun persilangan ayam redet tersebut sebagai berikut :

P= ♀ Cc ♂ Cc
( Ayam ( Ayam
Creeper) Creeper)
G= C C
F1 = CC = letal
Cc = ayam creeper
Cc = ayam creeper
cc = ayam normal
Dengan demikian, akan dihasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe 2
ayam creeper (Cc) : 1 ayam normal CC bersifat letal (mati).

b. Gen Letal resesif


gen letal resesif adalah gen yang menyebabkan kematian individu dalam keadaan
homozigot resesif. Sedangkan dalam keadaan heterozigot, seorang individu dapat
bersifat carrier (pembawa sifat) yang akan diwariskan kepada keturunannya .
contoh individu yang mengalami gen letal resesif adalah :

1. Tanaman jagung
Pada taman jagung dikenal 2 macam gen yaitu gen pembentuk klorofil (G) dan
gen yang tidak membentuk krorofil (g). gen yang tidak dapat membentuk
krorofil ini apa bila dalam keadaan homozigot resesif (gg) bersifat letal. Oleh
karena itu jagung akan mati karena tidak dapat berfotosintesis dan daun
berwana putih . apa bila tanaman jagung berdau hijau heterozigot (Gg) maka
akan ada keturunan yang bersifat letal ( danun putih ). Hal tersebut di karenaan
tanaman berdaun putih akan mati akibat tidak melakukan fotosintesis. Adapun
persilangan tersebut dapat dilihat dalam diagram berikut.
P= ♀ Gg ♂ Gg
( berdaun hijau) ( Berdaun hijau)
G= g g
F1 = GG = tanaman jagung berdaun hijau
Gg = tanaman jagung berdaun hijau
Gg = tanaman jagung berdaun hijau
gg = tanaman jagung berdaun putih (letal)
BAB VII
Hereditas Pada Manusia

Sifat-sifat yang diturunkan pada manusia


Hereditas mempelajari tentang penurunan sifat dari orang tua kepada anaknya. Salah satu
sifat yang dapat diturunkan tersebut adalah ciri fisik. Oleh karena itu, sering kali anda melihat
seseorang yang sangat mirip dengan ayah atau ibunya. Untuk menjelaskan pewarisan sifat
biasanya digunakan beberapa simbol dalam peta silsilah sebagai berikut.

Contoh peta silsilah keluarga penderita hemofilia tampak seperti skema pada gambar disamping.
Berdasarkan peta silsilah disamping, perempuan carrier hemofilia (A) menikah dengan pria
penderita hemofilia (B). Pasangan tersebut mempunyai 3 orang anak yaitu laki-laki normal (C) ,
laki-laki penderita hemofilia (I), dan perempuan carrier hemofilia (F). Selanjutnya, anak laki-laki
yang menderita hemofilia (E) menikah dengan perempuan normal (D). Dan mempunyai 2 orang
anak yaitu anak laki-laki normal (G) dan anak perempuan carrier hemofilia (H). Jadi sifat sifat
yang diturunkan dapat dipelajari menggunakan peta silsilah.sifat sifat yang dapat diturunkan
meliputi sifat fisik, jenis kelamin, penyakit menurun, dan golongan darah.
1. Sifat Fisik yang diturunkan
seorang anak biasanya mempunyai beberapa sifat fisik sama dengan orang tuanya.
Kenampakan fenotipe keturunan dipengaruhi oleh fenotipe kedua orang tuanya. Selain
daun telinga, beberapa sifat fisik yang diturunkan dapat anda simak dalam tabel dibawah

2. Jenis Kelamin
Manusia memiliki 46 kromosom (23 pasang kromosom). Kromosom tersebut terdiri atas
22 pasang kromosom tubuh dan 1 pasang kromosom kelamin (seks). Jenis kelamin pada
manusia dikendalikan oleh sepasang kromosom seks. Laki-laki memiliki sepasang
kromosom sex yang diberi simbol XY, sedangkan perempuan memiliki sepasang
kromosom seks yang diberi simbol XX. Berdasarkan susunan tersebut, kromosom seks
perempuan bersifat homogametik, sedangkan susunan kromosom seks laki-laki bersifat
heterogametik. Laki laki menghasilkan sperma yang mengandung gamet X atau Y.
Perempuan menghasilkan sel telur yang mengandung gamet X. Pada waktu terjadi
pembuahan, pertemuan gamet Y dari sel sperma dan gamet X pada sel telur akan
membentuk individu XY ( laki-laki). Adapun pertemuan gamet X dari sel sperma dan
gamet X pada sel telur akan membentuk individu XX (perempuan).

3. Kelainan atau Penyakit Menurun


Kelainan dan penyakit menurun pada manusia dapat disebabkan oleh gen yang terdapat
pada kromosom tubuh (autosom) atau oleh gen yang terdapat pada kromosom seks
(gonosom). Penyakit atau kelainan menurunnya umumnya bersifat resesif sehingga akan
muncul pada orang homozigot resesif, sedangkan orang yang heterozigot bersifat normal
carrier (pembawa sifat). Ciri ciri kelainan atau penyakit menurun yaitu tidak menular,
sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan tetapi dapat disuahakan agar tidak terjadi pada
generasi berikutnya dan umumnya, disebabkan oleh gen resesif berikut adalah jenis-jenis
kelainan dan penyakit menurun pada manusia dan bagaimana mekanisme pemulihannya.

a. Kelainan atau Penyakit yang Diturunkan Melalui Gonosom


Gen-gen yang terangkai pada kromosom kelamin disebut juga gen terangkai kelamin.
Kelainan dan penyakit yang diakibatkan oleh gen ternagkai kelamin dapat disebabkan
oleh gen resisif ataupun dominan.
1) Rangkai Kelamin oleh Gen Resesif
Kelainan atau penyakit yang diakibatkan oleh gen resesif yaitu buta warna, hemofilia,
anondontia, hypertrichosis, webbed toes, dan hyserix gravior
a) Buta Warna
Buta warna merupakan contoh pautan seks pada manusia. Buta warna disebabkan
oleh gen resesif yang terpaut kromosom X. Buta warna dibedakan menjadi 2 yaitu
buta warna total dan buta warna sebagian. Penderita buta warna total hanya
mampu membedakan hitam dan putih. Ada 2 macam buta warna sebagian yaitu
buta warna deutan (tidak mampu mendeteksi warna hijau) dan buta warna protan (
tidak mampu mendeteksi warna merah).Buta warna ditentukan oleh gen resesif
(gen cb) yang terpaut pada kromosom X. Perempuan normal memiliki genotipe
XX dan XXcb, sedangkan perempuan buta warna memiliki genotipe XcbXcb.
Adapun laki laki normal memiliki genotipe XY, sedangkan laki laki buta warna
memiliki genotipe XcbY.
Contoh:
Seorang laki-laki penderita buta warna merah dan hijau memili istri seorang
perempuan normal tetapi pembawa sifat buta warna (carrier). Tentukan presentase
anak-anak yang lahir normal maupun buta warna !

Jawab :
P : XcbY × XXcb
G : Xcb ↓ X
Y Xcb
F1 :XXcb = perempuan normal carrier
XcbXcb= perempuan penderita buta warna
XY = laki-laki normal
XcbY = laki-laki penderita buta warna
Rasio fenotipe F1 adalah 50% anak normal dan 50% anak buta warna

b) Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan genetik yang ditandai dengan darah yang sukar
membeku. Penderita hemofilia tidak dapat memproduksi faktor pembeku darah.
Faktor pembeku darah terdapat pada kromosom X non homolog. Gen yang
bersifat dominan diberi simbol H (mampu memproduksi faktor pembeku darah),
sedangkan gen resesif diberi simbol h (tidak mampu memproduksi faktor
pembeku darah). Hemofilia ditentukan oleh gen h terpaut kromosom X.
Keturunan yang mempunyai genotipe homozigot resesif bersidat letal.
Genotipe perempuan pada sifat Hemofillia sebagai berikut.
XHXH= homozigot dominan= normal
XHXh= heterozigot= carrier= pembawa sifat
XhXh= homozigot resesif = penderita hemofilia (letal)
Genotipe laki laki pada sifat hemofilia sebagai berikut.
XhY= laki-laki hemofilia
XHY= laki-laki normal
Contoh :
Seorang perempuan carrier hemofilia memiliki suami seorang laki-laki normal.
Tentukan presentase anak-anak yang lahir normal maupun hemofilia.
Jawab :
P : XHXh × XHY
G : XH XH
h
X Y
H H
F1 : X X =perempuan normal
XHXh= perempuan normal carrier
XHY= laki laki normal
XhY= laki laki normal carrier
Rasio fenotipe F1 adalah 75% anak normal dan 25% anak hemofilia

c) Anodantia
Penderita anodontia tidak mempunyai benih gigi dalam tulang rahangnya
sehingga gigi tidak tumbuh. Anodantia ditentukan oleh gen a terpaut pada
kromosom X.
P : XAXa × XAY
(normal carrier) (normal)
A
G : X XA
a
X Y
F1 :XAXA (perempuan normal)
XAXa (perempuan normal carrier)
XAY (laki-laki normal)
XaY (laki-laki anodontia)
Rasio fenotipe F1 adalah 75% anak normal dan 25% anak anodontia.

d) Hypertrichosis
Hypertrichosis adalah kelainan berupa tumbuhnya rambut pada bagian terntu dari
daun telinga, wajah, dan anggota tubuh lainnya. Kelainan ini ditentukan oleh gen
h yang terpaut kromosom Y sehingga kelainan ini hanya dimiliki laki-laki.
P : XX × XYh
(normal) (hypertrichosis)
G : X X
Yh
F1 : XX (perempuan normal)
XYh(laki-laki hypertrichosis)

e) Webbed Toes
Webbed Toes merupakan kelainan sifat yang ditandai dengan pertumbuhan
selaput di antara jari-hari, seperti halnya kaki bebek atau kaki katak. Sifat tersebut
dikendalikan oleh gen resesif (wt) yang terpaut kromosom Y, sedangkan gen
dominan Wt menentukan keadaan normal. Oleh karena terpaut kromosom Y
maka webbed toes hanya diderita laki-laki.

f) Hyserix Gravior
Hyserix gravior merupakan kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan rambut
yang kasar dan panjang, mirip duri landak.Sifat rambut ini dikendalikan oleh gen
resesif (hg) yang terpaut kromosom Y. Gen dominan (Hg) mengekspresikan
pertumbuhan rambut normal. Oleh karena terpaut kromosom Y maka hyserix
gravior hanya diderita oleh laki-laki.

2) Rangkai Kelaminan Gen Dominan


Contoh kelainan yang disebabkan oleh gen dominan yang terpaut kromosom seks
adalah gigi cokelat. Gigi yang kurang email berwarna cokelat. Gigi yang kurang
email biasanya berwarna cokelat dan mudah rusak. Kelainan genetis ini ditentukan
oleh gen dominan B yang terpaut kromosom X

Contoh:d
Seornag laki-laki bergigi cokelat menikah dengan perempuan bergigi normal akan
memiliki keturunan bergigi cokelat pada semua anak perempuannya dan bergigi
normal pada semua anak laki-lakinya. Perhatikan diagram berikut.
P : XX × XBY
(gigi normal) (gigi cokelat)
G : X XB
Y
B
F1 : XX (perempuan bergigi cokelat)
XY (laki-laki bergigi normal)

b. Kelainan atau penyakit yang diturunkan Melalui Autotosom

1) Albino

Albino adalah kelainan genetik karena tubuh seseorang tidak mampu


memproduksi pigmen melanin sehingga rambut dan badannya berwarna putih.
Penderita albino memiliki penglihatan yang peka terhadap cahaya. Hal ini karena
iris matanya tidaka memiliki pigmen. Sifat albino dikendalikan oleh gen resesif
(gen a). Orang normal memiliki genotipe Aa atau AA, sedangkan orang albino
bergenotipe aa. Persilangan yang menghasilkan F1 albino sebagai berikut.
a) Persilangan antara dua individu normal heterozigot
P= Aa × Aa
(normal) (normal)
G= A A
A a

F1= AA (normal)=75%
Aa (normal)=75%
Aa (normal)=75 %
aa →albino= 25%
b) Persilangan antara individu normal heterozigot dengan individu albino
P= Aa × aa
G= A a
F1= Aa→50% normal
aa→ 50% albino
c) Persilangan antaraindividu albino
P= aa × aa
a a
F1= aa→100% albino

2) Fenilketonuria (FKU)

Fenilketonuria adalah kelainan genetis karena tubuh tidak mampu melakukan


metabolisme fenilalanin. Akibatnya, terjadi penimbunan fenilalanin dalam darah
dan kemudian dibuang bersema urine. Penderita FKU mengalami gangguan
mental dan mempunyau IQ rendah. Hal ini disebabkan oleh asam fenil piruvat
dalam fenilalanin yang merusak sistem saraf. FKU pada seseorang dapat dideteksi
dengan cara mereaksikan urinenya dengan larutan ferri oksida. Urine penderita
FKU akan berwarna hijau kebiruan. FKU dibawah oleh gen resesif (ph). Cara
pewarisan fenilketonuria dapat dipelajari melalui contoh berikut.
Contoh :
Pasangan suami istri normal heterozigot untuk fenilketonuria maka kemungkinan
genotipe dan fenotipe keturunannya (F1) sebagai berikut
P : Phph × Phph
(normal) (normal)
G : Ph Ph
ph ph
F1 : 1 PhPh = normal homozigot (25%)
2 Phph = normal heterozigot (50%)
1 phph = fenilketonuria (25%)
3) Kemampuan Mengecap Phenylthiocarbamida (PTC)
Sebagian besar orang mampu merasakan pahitnya PTC yang dikendalikan gen T.
Orang yang mempunyai gen T disebut taster. Sementara itu, sebagian kecil orang
tidak mampu merasakan PTC yang ditemukan gen t. Orang itu disebut nontaster
atau buta kecap.

4) Polidaktili
Polidaktili adalah kelainan genetis yang ditandai oleh jari tangan atau jari kaki
berjumlah enam atau lebih. Polidaktili ditentukan oleh gen yang terpaut
kromosom autosom. Orang normal bergenotipe pp, sedangkan penderita
polidaktili bergenotipe PP atau Pp. Contoh :
Seorang perempuan normal menikah dengan laki-laki polidaktili. Kemungkinan
genotipe dan fenotipe anaknya sebagau berikut
a) P : pp × Pp
(normal) (polidaktili)
G : p P,p
F1 : Pp= polidaktili (50 %)
Pp= normal (50%)
b) P : pp × PP
(normal) (polidaktili)
G : p P
F1 : Pp= polidaktili (100%)

5) Dentinogenesis Imperfecta
Dentinogenesis imperfecta adalah kelainan genetis yang ditandai oleh keadaan
tulang gigi berwarna putih susu. Dentinogenesis imperfecta ditentukan oleg gen
dominan Dt, sedangkan dalam keadaan normal dikendalikan oleh gen dt.

6) Katarak
Katarak merupakan kerusakan pada kornea mata. Katarak dikendalikan oleh gen
dominan K. Penderita katarak bergenotipe KK atau Kk, sedangkan orang normal
bergenotipe kk.

7) Talasemia
Talasemia adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan
pembentukan hemoglobin. Hal ini karena adanya gangguan salah satu rantai
globin. Akibatnya, sel darah merah hanya mampu mengikat sedikit oksigen.
Dengan demikian, penderita akan kekurangan oksigen. Talasemia ditentukan oleh
gen dominan Th. Orang yang menderita talasemia mayor bergenotipe ThTh.
Talasemia mayor bersifat letal. Orang yang bergenotipe Thth menderita talasemia
minor. Diagram perkawinan penderita talasemia sebagai berikut
P: Thth × Thth
G: Th Th
th th

8) Sicklemia
Penderita sicklemia mempunya hemoglobin tidak normal sehingga eritrosit
berbentuk bulan sabit. Sel darah ini mudah rusak sehingga mengakibatkan anemia
penderitanya. Sifat sicklemia ditentukan oleh gen dominan S, sedangkan gen
resesif s menentukan sifat normal. Genotipe homozigot dominan SS bersifat letal.

9) Botak
Sifat botak ditentukan oleh gen yang dipengeruhi oleh jenis kelamin. Laki-laki
dan perempuan bergenotipe BB akan mengalami kebotakan. Laki-laki
bergenotipe Bb akan botak, tetapi perempuan bergenotipe Bb tidaka botak. Hal ini
disebabkan oleh hormon estrogen pada perempuan yang menghambat kebotakan.
Sementara itu, laki-laki dan perempuan bergenotipe bb bersifat normal (tidak
botak).

10) Brakidaktili
Brakidaktili merupakan kelainan pada ruas-ruas jari yang pendek pada manusia.
Kelainan ini dikendalikan oleh gen dominan B dan bersifat letal jika berada dalam
keadaan homozigot dominan (BB). Genotipe Bb mengakibatkan individu
menderita kelainan brakidaktili, sedangkan genotipe bb mengakibatkan individu
dalam keadaan normal.

11) Anonychia
Anonychia adalah kelainan pada sebagian jari sehingga pada jari tidak terdapat
kuku. Kelainan ini dikendalikan oleh gen dominan Ac, sedangkan alelnya yaitu
gen resesif ac tidak menimbulkan kelainan (normal). Contoh :
P: AcAc × acac
(anonychia) (normal)
Ac ac
F1: Acac (anonychia)
P2: Acac × Acac
(anonychia) (anonychia)
G: Ac Ac
Ac ac
F2: 1AcAC= 75% menderita anonychia
2Acac= 75 % menderita anonychia
1acac= 25 normal

4. Golongan Darah pada Manusia


Golongan darah diwariskan dari orang tua kepada keturunannya sistem penggolongan
darah manusia dibedakan menjadi tiga yaitu golongan darah menurut sistem ABO,
golongan darah menurut sistem MN, dan golongan darah menurut sistem rhesus.
a. Golongan darah menurut sistem ABO
Golongan darah sistem ABO merupakan golongan darah yang paling sering
digunakan dalam penentuan golongan darah manusia. Sistem golongan darah
ini perlu diketahu untuk kepentingan tranfusi darah agar tidak terjadi
penggumpalan. Diagram perwarisan sifat golongan darah ABO sebagai
berikut
1.Perkawinan golongan darah A homozigot dan B homozigot
P: genotipe : IAIA × IBIB
fenotipe : golongan darah A golongan darah B
gamet : IA IB
F1: genotipe : IAIB
Fenotipe : golongan darah AB (100%)

6.Perkawinan golongan darah A heterozigot dan B heterozigot


P : genotipe : IAIO × IBIO
Fenotipe : golongan darah A golongan darah B
A O
gamet : I ,I IBIO
F1 : IAIB = 1 = golongan darah Ab (25%)
IAIO= 1 = golongan darah A (25%)
IBIO= 1 = golongan darah B (25%)
3.Perkawinan golongan darah O dan A heterozigot
P : genotipe : IOIO × IAIo
fenotipe : golongan darah O golongan darah A
gamet : IO IA,IO
F1 : IAIO = 1 = golongan darah A (50%)
IOIO = 1 = golongan darah O (50%)

b. Golongan Darah Menurut Sistem MN


Reaksi antara antigen dalam sel darah merah dengan antiserum pada golongan darah
tipe MN dapat anda simak dalam tabel berikut.

Keterangan :
+ = terjadi penggumpalam eristrosit
- = tidak terjadi penggumpalan eritrosit
Zat anti-M dan anti-N tidak terkandung dalam plasma darah orang.dengan demikian,
tidak akan terjadi penggumapalan darah pada proses transfusi.Diagram pewarisan
golongan darah N dan MN sebagai berikut.

P : genotipe : ININ × IMIN


fenotipe : golongan darah N golongan darah MN
gamet : IN IM,IN
M N
F1 : I I = 1 = golongan darah MN (50%)
ININ = 1 = golongan N (50%)

c. Golongan darah menurut sistem Rh


Ada 2 macam rh resus yaitu resus positif (mempunyai faktor R dalam sel darah mrah)
dan resus negatif. Orang yang mempuyai tipe golongan Rh+ (bergenotipe RR atau Rr)
mempunyai antigen-Rh. Apabila darah orang tersebut di uji dengan antiserum yang
mengandung anti-rh eritrositnya akan mengundang. Sementara itu orang yang
mempunyai tipe golongan darah rh- (bergenotipe rr) tidak mempunyai antigen Rh
dalam eritositnya. Eritrositnya tidak akan menggumpal jika dilakukan tes antiserum
antimines Rh. Persentase penduduk Indonesia yang bergolongan darah R+ lebih banyak
dibandingkan yang bergolongan darah Rh-. Dalam plasma darah seseorang biasanya
tidak terdapat zat anti –Rh. Namun pembentukan zat anti mines Rh dapat dipicu oleh
faktor-faktor berikut :
1. Tranfusi darah dari orang yang mepunyai golongan darah Rh+ kepada orang yang
mempunyai golongan darah Rh-. Darah donor mengandung antigen –Rh sehingga
merangsang pembentukan antim –Rh dalam darah resipien
2. Perkawinan antara perempuan bergolongan darah Rh- dengan laki laki bergolongan
darah Rh+ dapat mengandung janin Rh+. Hal ini berdampak buruk pada janin
tersebut. Darah janin yang mengalir dalam tubuh ibunya melalui palsenta
mengandung antigen Rh. Keadaan tersebut merangsang terbentuknya anti –RH.
Selanjutnya anti –Rh dalam darah ibu mengalir ketibih janin dan mengakibadkan
kerusakan sel darah merah. Biasanya janin tersebut masih dapet diselamatkan
hingga lahir. Pada kehamilan kedua dan berikutnya bayi bergolongan darah Rh +
akan menderita eritroplastosis vetalis. Bayi tersebut meinggal dalam kandungan
karena eritrositnya banyak yang rusak.

Anda mungkin juga menyukai