Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

( POLA-POLA HEREDITAS PAUTAN )


 POLA-POLA PERWARISAN SIFAT
Pola-pola hereditas pautan dapat dibedakan menjadi 6 macam, yaitu
1. Determinasi Seks
2. Pautan Gen (Gen Lingkage)
3. Pindah Silang
4. Gagal Berpisah
5. Pautan Seks (Rangkain Kelamin)
6. Gen Letal

1. Determinasi Seks
Determinasi seks merupakam proses penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup
berdsarkan kromosom kelamin (genosom) yang diwariskan secara bebas oleh gamet
parental kepada keturunan nya melalui proses meiosis. Dalam penentuan jenis
kelamin sangat di pengaruhuioleh adanya kromosom seks. Penurunan jenis kelamin
pada manusia dari orang tua kepada anaknya di tentukan oleh kromosom ayahnya.
Tipe tipe penentuan jenis kelamin dibedakan menjadi 4, yaitu :

a. Tipe XY
Tipe XY terdapat pada manusia, tumbuhan, semua hewan mamalia dan Drosophila
melanogaster. Kromosom X dan Y diberikan dari satu sel ke sel keturunannya seperti
kromosom lain, kecuali saat proses meiosis. Sel tubuh betina memiliki sepasang
kromosom X sehingga saat meiosis dan pembentukan gamet, semua sel gamet betina
memiliki kromosom X. Adapun sel tubuh jantan memiliki kromosom X dan Y sehingga
saat meiosis dan pembentukan gamet, terdapat gamet dengan kromosom X dan gamet
dengan kromosom Y.Melalui fertilisasi, gamet jantan melebur dengan gamet betina
menghasilkan individu XX (betina) dan XY (jantan) dengan perbandingan fenotipe 1:1.
Oleh karena itu, kemungkinan didapat individu jantan adalah 50% dan betina 50%.
Mekanisme kromosom X dan Y juga terjadi pada manusia dan menghasilkan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan dengan kemungkinan yang sama. Menurut Thomas
Hunt Morgan yang terjadi pada gen-gen yang terdapat di kromosom X atau Y, bahwa
pewarisan sifat dapat berpautan dengan jenis kelamin.

b. Tipe XO
Tipe XO terdapat pada berbagai jenis serangga misalnya belalang dank utu daun. Pada
tipe ini, kromosom seks hanya 1 yaiutu, kromosom x sedangakan o bukanlah symbol
kromosom seks. Dalam sel somatisnya serangga betina memiliki 2 kromosom x (xx)
sedangkan serangga jantan hanya memiliki 1 kromosom x (xo). Oleh karena itu jumlah
kromosom sel somtis individu betina lebib banyak dari pada jumlah kromosom pda
individu jantan.
c. Tipe ZW

Penentuan jenis kelamin berdasarkan tipe ini berlaku pada beberapa unggas, kupu-
kupu, reptil, dan beberapa jenis ikan. Penentuan jenis kelamin tipe ini kebalikan dengan
tipe XY. Jika manusia laki-laki XY dan perempuan XX, pada tipe ini terjadi
kebalikannya. Untuk menghindari kekeliruan, maka dipakai lambang ZZ untuk jantan
dan Z untuk betina.

d. Tipe Haplo-Diploid

Penentuan jenis kelamin tipe ini tidak ditentukan oleh kromosom kelamin, tetapi
ditentukan oleh jumlah set kromosom yang dimiliki. Pada lebah, betina memiliki
jumlah kromosom diploid (2n) hasil fertilisasi. Adapun lebah jantan merupakan
individu haploid (n) yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu utuh
meskipun tidak dibuahi. Proses ini disebut juga partenogenesis.

2. Pautan Gen
Pautan merupakan salah satu penyebab penyimpangan semua terhadap hokum Mendel.
Pauan gen terjadi akibat gen gen terletak pada lokus yang berdekatan dalam kromosom
yang sama dan saat proses pembentukan gamet saling berikatan. Contoh peristiwa
pautan gen yaitu terdapat pada Drosophila melanogaster. Jumlah pautan tergantung
pada jumlah pasangan kromosom dan panjang kromosom. Makin banyak gen yang
berpautan mengakibatkan keanekaragaman individu makin besar. Gen gen ukuran
sayap dan ukuran abdomen terletak pada kromosom yang sama serta tidak dapat
disegregasikan secara bebas. Gen V (sayap panjang) dominan terhadap gen v (sayap
pendek) dan gen A (abdomen lebar) dominan terhadap gen a (abdomen sempit). Rasio
fenotipe F2 Pada peristiwa pautan gen adalah 3:1 untuk sayap panjang abdomen lebar
: sayap pendek abdomen sempit.

3. Pindah Silang
Pindah silang merupakan pemisahan dan pertukaran bagian kromatid dari sepasang
kromosom homolog. Peristiwa tersebut menghasilkan kombinasi baru dari sifat
induknya. Pindah silang umumnya terjadi pada peristiwa gametogenesis saat meosis.
Pindah silang mengakibatkan terbentuknya empat macam gamet yaitu 2 macam gamet
yang sifatnya sma dengan induk (tipe parental) dan dua macam gamet yang merupakan
hasil pindah silang (tipe rekombinan). Faktor factor yang memengaruhi pindah silang
yaitu temperature, umur, zat kimia, sinar X, dan jarak antaa gen gen.
Berdasarkan nilai pindah silang (NPS) dapat dihitung menggunakan rumus seperti
berikut.

NPS: jumlah tipe rekomendasi X 100%


Jumlah total keturunan

4. Gagal Berpisah
Pasangan kromosom pada meiosis I maupun meiosis II dapat mengalami gagal
berpisah. Gagal berpisah mengakibatkan sel anak kelebihan/kekurangan kromosom (sel
aneploid). Gagal berpisah dapat terjadi pada kromoso kelamin (gonosom) dan
kromosom tubuh.
Contohnya, peristiwah gagal berpisah adalah pada saat oogenesis atau pembentukan sel
telur. Pada perempuan dengan kromosom kelamin XX, jika gagal berpisah
menghasilkan 3 macam ovum yaitu, ovum XX, ovum X, dan ovom 0 ( nol, tidak
memiliki kromosom X). jika ovom 0 di buahi sperma X maka di peroleh zigot OX yaitu
perempuan dengan kelamin sindrom Turner. Jika ovum XX di buahi sperma Y akan
diperoleh zigot XXY yaitu laki-laki dengan kelainan sindrom Klineferter.
5. Pautan seks ( rangkai kelamin)
Pristiwah terdapatnya gen dalam kromosom kelamin disebut terpaut seks (sex linkage)
gen gennya disebut gen gen terpaut seks (sex linked genes). Oleh karena itu kromosom
x lebih panjang dari kromosom y, jumlah gen-gen yang terpaut kromosom X lebih
banyak dari pada gen-gen yang terpaut kromosom Y.

a. Pada Drosophila melanogaster, gen warna mata terpaut dalam kromosom X.


Akibatnya, Drosophila melanogaster yang bermata putih selalu berkelamin jantan.
Hal ini menunjukkan warna mata merah lebih dominan dari pada warna mata putih.

b. Pada kucing, warna rambut terpaut pada kromosom X. akibatnya, kucing kaliko
yangberambutbelang tiga selalu berkelamin betina. Namun, pernah dijumpai kucing
koliko jantan mempunyai kelebihan kromosom X sehinga susunan kromosom
kelaminnya XXY. Susunan kromosom tersebut terjadi karena adaya nondisjunction
selama induk jantannya membentuk gamet. Perhatikan diagram berikut :

P = ♀XbXb ♂ XBY
Kuning Hitam

Gamet = Xb XBY
O
F1 =XBXbY XbO

c. Pada manusia, pautan seks dapat dibedakan pada gen dominan dan gen resesif.
Pautan seks pada gen dominan, misalnya gigi cokelat dan hypertrichosis. Sementara
itu, pautan seks gen resesif, misalnya hemophilia, buta warna, dana ondotia.
Beberapa contoh pautan seks pada manusia dapat anda pelajari lebih detail dalam
bab berikutnya yaitu bab Hereditas Manusia.

d. Pada ayam, penentuan jenis kelamin mengikuti tipe ZW. Ayam betina memiliki tipe
ZW, sedangkan ayam jantan memiliki tipe ZZ. Pautan seks terjadi pada ayam
berpautan pada penentuan warna bulu.warna belu di tentukan oleh gen-gen yang
terpaut dalam kromosom seks, misalnya gen B untuk bulu bergaris garis (blorok)
dan gen b untuk bulu yang polos. Perkawinan antara ayam betina berbulu blorok
dengan ayam jantan berbulu polos akan menghasilkan keturunan berupa ayam
betina berbulu polos dan ayam jantan berbuu blorok. Perhatikan diagram
persilangan berikut.
P = ♀ ZbW ♂ ZbZb
(ayam blorok) (ayam polos)

Gamet = ZB Zb
W

6. Gen Letal
Gen letal adalah gen yang megakibatkatkan kematian jika dalam keadaan homozigot.
Gen letal mengakibatkan perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohybrid = 2:1.
Gen letal ada dua macam yaitu gen letal dominan dan letal resesif.

a. Gen Letal Dominan


Gen letal adalah gen yang mengakibatkan kematian individu apabila memiliki gen
homozigot dominan. Namun, apabila individu memiliki gen heterozigot hanya akan
mengalami kelainan .
Contohnya Gen Letal sebagi berikut :

1. Ayam redep
Pada ayam dikenal gen dominan c yang homozigotnya akan bersifat letal
(mati). Sementara itu, alel resesif C merupakan alel yang mengatur
pertumbuhan tulang normal. Selain itu, ayam heterozigot (Cc) dapat hidup
dengan tumbuh normal, tetapi memiliki kaki pendek. Ayam dengan tumbuh
normal dan kaki pedek di sebut dengan ayam redep (creeper). Jika redep
disilangkan sesame yang bersifat letal. Adapun persilangan ayam redet
tersebut sebagai berikut :
P= ♀ Cc ♂ Cc
( Ayam ( Ayam
Creeper) Creeper)
G= C C
F1 = CC = letal
Cc = ayam creeper
Cc = ayam creeper
cc = ayam normal
Dengan demikian, akan dihasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe
2 ayam creeper (Cc) : 1 ayam normal CC bersifat letal (mati).

b. Gen Letal resesif


gen letal resesif adalah gen yang menyebabkan kematian individu dalam keadaan
homozigot resesif. Sedangkan dalam keadaan heterozigot, seorang individu dapat
bersifat carrier (pembawa sifat) yang akan diwariskan kepada keturunannya .
contoh individu yang mengalami gen letal resesif adalah :

1. Tanaman jagung
Pada taman jagung dikenal 2 macam gen yaitu gen pembentuk klorofil (G)
dan gen yang tidak membentuk krorofil (g). gen yang tidak dapat
membentuk krorofil ini apa bila dalam keadaan homozigot resesif (gg)
bersifat letal. Oleh karena itu jagung akan mati karena tidak dapat
berfotosintesis dan daun berwana putih . apa bila tanaman jagung berdau
hijau heterozigot (Gg) maka akan ada keturunan yang bersifat letal ( danun
putih ). Hal tersebut di karenaan tanaman berdaun putih akan mati akibat
tidak melakukan fotosintesis. Adapun persilangan tersebut dapat dilihat
dalam diagram berikut.
P= ♀ Gg ♂ Gg
( berdaun hijau) ( Berdaun hijau)
G= g g
F1 = GG = tanaman jagung berdaun hijau
Gg = tanaman jagung berdaun hijau
Gg = tanaman jagung berdaun hijau
gg = tanaman jagung berdaun putih (letal)

Anda mungkin juga menyukai