Anda di halaman 1dari 19

BAB 6

POLA-POLA
HEREDITAS
A. Pautan dan Pindah Silang

1. Pautan

Dua atau lebih gen yang menempati kromosom sama dan


menimbulkan suatu sifat yang sama disebut terpaut atau
linkage.
Peristiwa terbentuknya gen tertaut ini disebut pautan

Dikemukakan oleh Morgan pada persilangan lalat buah


(Drosophila melanogaster) yang memiliki perbedaan
morfologis, seperti bentuk sayap, warna tubuh, dan warna
mata.
Gen dan alel yang terletak pada sepasang kromosom

Dalam percobaannya, Morgan menyilangkan Drosophila betina


normal berwarna tubuh kelabu dan bersayap panjang dengan
Drosophila jantan tidak normal yang berwarna tubuh hitam dan tidak
bersayap. Dari persilangan itu, Morgan mendapat turunan F1 yang
berwarna tubuh kelabu dan bersayap panjang. Jika pada F1 individu
jantan diuji test cross dengan induk resesif maka keturunannya hanya
terdiri atas dua varian, yaitu tubuh kelabu sayap panjang dan tubuh
hitam sayap pendek dengan rasio fenotipe 1 : 1. Hal ini menyalahi
Hukum Mendel II.
Jika b dan v atau B dan V merupakan alel yang terdapat pada pasangan
kromosom yang berbeda maka:
Namun, hal itu tidak terlihat pada hasil penemuan Morgan, sebab BV
dan bv tertaut dalam satu kromosom, sehingga saat meiosis dihasilkan
dua variasi gamet BV dan bv. Turunan pertama atau F1 bergenotipe
BbVv, tubuh berwarna kelabu bersayap panjang.
Perhatikan video tentang pautan berikut!

VIDEO
2. Pindah Siang
• Pada peristiwa meiosis, kromatid yang berdekatan dari kromosom
homolog tidak selalu berjajar berpasangan dan beraturan, kadang-
kadang saling melilit satu dengan lainnya.
• Menyebabkan sering terjadi sebagian gen-gen suatu kromatid
tertukar dengan gen-gen kromatid homolognya.
• Peristiwa ini disebut pindah silang atau crossing over.
Sel dengan dua pasang
alel yang tidak tertaut
B. Gagal Berpisah
Calvin B. Bridges, pernah
mencoba menyilangkan lalat
buah betina bermata putih
dengan lalat buah jantan
bermata merah. Dalam
beberapa percobaan diperoleh
hasil seperti yang diharapkan,
yaitu lalat betina bermata
merah dan lalat jantan bermata
putih. Tetapi dalam beberapa
kasus pernah dihasilkan lalat
betina bermata putih dan lalat
jantan bermata merah.
Dari hasil penelitian, jenis kelamin lalat
buah sebagian besar ditentukan oleh
rasio kromosom X dengan autosom.
Situasinya berbeda untuk manusia,
dimana kromosom Y merupakan penentu
jenis kelamin yang utama.

Nondisjungsi pada kromosom X pada wanita dapat menyebabkan


adanya sel telur dengan 2 kromosom X dan sel dengan tanpa kromosom
X (disebut O). Walaupun terjadi fertilisasi dengan sperma normal, telur
yang demikian akan menghasilkan turunan yang cacat
Perhatikan video berikut!

VIDEO
C. Gen Letal

Gen letal dapat menyebabkan bermacam-macam pengaruh,


yaitu dapat menyebabkan kematian, baik pada waktu embrio,
pada waktu baru lahir, atau setelah individu menjelang dewasa.

Gen yang menyebabkan kematian setelah individu menjelang


dewasa disebut gen subletal.

Gen letal ada yang bersifat resesif dan ada pula yang bersifat
dominan.
1. Letal Resesif
Albino pada Tanaman
 Pada beberapa jenis tanaman, sifat albino tergolong letal. Tumbuhan
albino tidak berklorofil sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis.
Individu itu akan mati setelah cadangan makanan dalam kandung
lembaga habis.
 Dapat dijumpai pada jagung dan bunga mulut naga (Antirrhinum
majus).

2. Letal Dominan
a. Ayam Redep
 Ayam redep adalah ayam yang memiliki kaki dan sayap pendek.
 Jika dalam keadaan homozigot, embrio ayam redep akan mati.

 Dalam keadaan heterozigot dapat hidup walaupun memiliki cacat.


b. Tikus Berambut Kuning
 Perkawinan tikus berambut
kuning dan sesamanya
menghasilkan dua macam
keturunan, yaitu tikus berambut
kuning dan tidak berambut
kuning.
 Tikus berambut kuning ada yang
mati pada masa embrio, yaitu
yang bergenotipe homozigot
dominan.
 Jadi, tikus berambut kuning yang
hidup sampai dewasa adalah
tikus yang bergenotipe
heterozigot. Diagram proses perkembangan tikus
rambut kuning
3. Gen Letal pada Manusia
Gen letal pada manusia, antara lain disebabkan oleh keabnormalan
hemoglobin. Termasuk penyakit ini, antara lain adalah sickle anemia atau
sickle cell anemia dan thalassemia.

a. Sickle anemia, mempunyai sel darah


merah berbentuk sabit akibat mutasi
irisan asam amino rantai β molekul
Hb (daya ikat terhadap oksigen lebih
sedikit).

Penderita sickle cell anemia


bergenotipe ss, orang normal
bergenotipe SS, orang yang
bergenotipe Ss adalah normal
heterozigot.
b. Thalassemia

Orang yang menderita thalassemia mempunyai ciri darah merahnya


kecil-kecil, lonjong, jumlahnya lebih banyak dari normal, dan afinitas
terhadap oksigen rendah. Ada 2 macam penyakit thalassemia.

1. Thalassemia mayor, yaitu penderita anemia yang sangat parah dan


dapat menyebabkan kematian waktu bayi. Orang yang berkarakter
demikian, bergenotipe homozigot dominan ThTh. Orang
thalassemia mayor adalah letal.
2. Thalassemia minor, yaitu penderita anemia yang tidak parah.
Umumnya penderita penyakit ini bergenotipe heterozigot Thth yang
dominan.
D. Determinasi Seks dan Pautan Seks
1. Determinasi Seks

Jenis kelamin ditentukan oleh jenis gamet yang mengadakan


fertilisasi.

Jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan susunan


kromosom di dalam sel.

Dalam membedakan jenis kelamin dikenal beberapa sistem


pengelompokan kromosom, di antaranya adalah sistem XX-
XY, XX-XO, ZZ-ZW, dan haplodiploid.
Sistem determinasi seks. (a) Sistem XX-XY pada manusia dan Drosophila, yang jantan
merupakan heterogamet dan menghasilkan dua gamet (X atau Y), sedangkan yang betina adalah
homogamet dan hanya menghasilkan satu macam gamet saja (X); (b) Sistem XX-XO pada
belalang dan serangga lainnya, yang jantan juga heterogamet, tetapi kedua macam gametnya
adalah X dan X bukan X dan Y; (c) Sistem ZZ-ZW pada unggas dan kupu-kupu, yang betina
adalah heterogamet, kromosom seksnya disebut Z untuk jantan dan W untuk betina; (d) pada
lebah madu dan ordo Hymenoptera lainnya, telur-telur tidak dibuahi dan berkembang haploid
dengan jenis jantan, sedangkan yang dibuahi dan berkembang haploid dengan jenis jantan,
sedangkan yang dibuahi menjadi diploid dengan jenis kelamin betina.
2. Pautan Seks
Morgan menyatakan bahwa
gen yang terkandung pada
kromosom seks disebut
pautan seks atau sex linkage

Penjelasan
Keturunan F1 semua bermata merah, baik
jantan maupun betina, sedangkan F2 75%
bermata merah dan 25% bermata putih.
Peristiwa pautan seks juga ditemukan pada
manusia, misalnya penyakit hemofilia dan
buta warna.

Anda mungkin juga menyukai