Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMAKOLOGI

UJI ANTELMINTIK DENGAN MENGGUNAKAN WORTEL

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Nelly Anggraini (2016 411 004)


2. Denis kartika (2016 411 018)
3. Lia Yunita Pika Sari (2016 411 001)
4. Laraina (2016 411 012)

Dosen Pengampu:
Dewi Novianti, S.Si., M.Si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing)
Antelmintik atau obat cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan cacing
dalam tubuh manusia dan hewan. Yang tercakup dalam istilah ini adalah semua
zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat
sistemis yang membasmi cacing maupun larvanya yang menghinggapi organ dan
jaringan tubuh.
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia obat-
obat baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit ini
masih tetap merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi
sosial ekonomi di beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang dihinggapinya
juga semakin bertambah akibat migrasi, lalu-lintas dan kepariwisataan udara dapat
menyebabkan perluasan kemungkinan infeksi.
Banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan cacing,
jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif lagi
atau sisa–sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus
dikeluarkan secepat mungkin.
Maka dari itu, kami melakukan eksperimen sederhana untuk
menguji aktivitas antelmintik.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukan praktikum fitofarmakologi ini adalah untuk


melakukan pengujian antelmintik dengan menggunakan wortel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing)
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari
saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya,
yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh (Tjay, 2007)
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga
diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan
antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa
senyawa antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti
Mebendazole, Piperazin, Levamisol, Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya.
Karena obat tersebut kurang dimanfaatkan. (Gunawan, 2009)
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu matoda,
trematoda, dan cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik
ditujukan pada target metabolic yang terdapat dalam parasite tetapi tidak
mempengaruhi atau berfungsi lain untuk pejamu. (Mycek,2001)

B. OBAT ANTELMINTIK YANG LAZIM DIGUNAKAN


1. Piperazin
Efektif terhadap A.lumbricoides dan E.vermicularis.Mekanisme kerjanya
menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin _ paralisis dan
cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Absorpsi melalui saluran cerna,
ekskresi melalui urine. (Anonim.2010)
Piperazin pertama kali digunakan sebagai antelmintik oleh Fayard (1949).
Pengalaman klinik menunjukkan bahwa piperazin efektif sekali terhadap A.
lumbricoides dan E. vermicularis sebelumnya pernah dipakai untuk penyakit pirai.
Piperazin juga terdapat sebagai heksahidrat yang mengandung 44% basa. Juga
didapat sebagai garam sitrat, kalsium edetat dan tartrat. Garam-garam ini bersifat
stabil non higroskopis, berupa kristal putih yang sangat larut dalam air,
larutannnya bersifat sedikit asam. (Anonim.A)

a. Efek antelmintik
Piperazin menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin
sehinggga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.
Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak diperlukan pencahar
untuk mengeluarkan cacing itu. Cacing yang telah terkena obat dapat menjadi
normal kembali bila ditaruh dalam larutan garam faal pada suhu
37°C. (Anonim.A)
Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu
permeabilitas membran sel terhadap ion-ion yang berperan dalam
mempertahankan potensial istirahat, sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan
supresi impuls spontan, disertai paralisis. (Anonim.A)
Pada suatu studi yang dilakukan terhadap sukarelawan yang diberi
piperazin ternyata dalam urin dan lambungnya ditemukan suatu derivat
nitrosamine yakni N-monistrosopiperazine dan arti klinis dari penemuan ini belum
diketahui. (Anonim.A)

b. Farmakokinetik
Penyerapan piperazin melalui saluran cerna, baik. Sebagian obat yang
diserap mengalami metabolisme, sisanya diekskresi melalui urin. Menurut, Rogers
(1958) tidak ada perbedaan yang berarti antara garam sitrat, fosfat dan adipat
dalam kecepatan ekskresinya melalui urin. Tetapi ditemukan variasi yang besar
pada kecepatan ekskresi antar individu. Yang diekskresi lewat urin sebanyak 20%
dan dalam bentuk utuh. Obat yang diekskresi lewat urin ini berlangsung selama 24
jam.(Anonim.A)

c. Efek nonterapi dan kontraindikasi


Pada dosis terapi umumnya tidak menyebabkan efek samping, kecuali
kadang-kadang nausea, vomitus, diare, dan alergi. Pemberian i.v menyebabkan
penurunan tekanan darah selintas. Dosis letal menyebabkan konvulsi dan depresi
pernapasan. Pada takar lajak atau pada akumulasi obat karena gangguan faal
ginjal dapat terjadi inkoordinasi otot, atau kelemahan otot, vertigo, kesulitan
bicara, bingung yang akan hilang setelah pengobatan dihentikan. Piperazin dapat
memperkuat efek kejang pada penderita epilepsi. Karena itu piperazin tidak boleh
diberikan pada penderita epilepsi dan gangguan hati dan ginjal. Pemberian obat
ini pada penderita malnutrisi dan anemia berat, perlu mendapatkan pengawasan
ekstra. Karena piperazin menghasilkan nitrosamin, penggunaannya untuk wanita
hamil hanya kalau benar-benar perlu atau kalau tak tersedia obat
alternatif.(Anonim.A)

d. Sediaan dan posologi


Piperazin sitrat tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan sirop 500 mg/ml,
sedangkan piperazin tartrat dalam tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis dewasa pada
askariasis adalah 3,5 g sekali sehari. Dosis pada anak 75 mg/kgBB (maksimum
3,5 g) sekali sehari. Obat diberikan 2 hari berturut-turut. Untuk cacing kremi
(enterobiasis) dosis dewasa dan anak adalah 65 mg/kgBB (maksimum 2,5 g)
sekali sehari selama 7 hari. Terapi hendaknya diulangi sesudah 1-2
minggu. (Anonim.A)

2. Pirantel Pamoat
Untuk cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang. Mekanisme
kerjanya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi
imfuls, menghambat enzim kolinesterase. Absorpsi melalui usus tidak baik,
ekskresi sebagian besar bersama tinja, <15% lewat urine. (Anonim.2010)
Pirantel pamoat sangat efektif terhadap Ascaris, Oxyuris dan Cacing
tambang, tetapi tidak efektif terhadap trichiuris. Mekanisme kerjanya berdasarkan
perintangan penerusan impuls neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan untuk
kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerak peristaltik usus. Cacing yang lumpuh
akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh, cacing akan
segera mati. Di samping itu pirantel pamoat juga berkhasiat laksans lemah. . (Tjay
dan Rhardja, 2002:193)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilakukan Pada hari jumat tanggal 04 mei 2017, Pukul 15.50 –
17.30 WIB. Dilaksanakan di Laboratorium Science Center Universitas PGRI
Palembang.

3.2 Alat Dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah:
1. 2 buah Cawan petri 5. Tabung reaksi dan Rak tabung reaksi
2. Mortal dan pastle 6. Timbangan neraca
3. Stopwatch 7. Pipet tetes
4. Bola bulb dan Buret

Adapun bahan yang digunakan adalah:


1. 2 ekor cacing tanah (Pheretima sp)
2. Wortel (Daucus carota)
3. Aquadest

3.3 Cara kerja


1. Siapkan bahan serta alat yang akan digunakan .
2. Ambil wortel, lalu tumbuk sampai halus menggunakan mortal dan pastle.
3. tambahkan aquades sebanyak 1 ml, jika sudah halus ambil larutan itu dan
masukan ke tabung reaksi.
4. Ambil dua buah cawan petri, lalu letakkan dua ekor cacing tanah kedalam
masing-masing cawan petri.
5. Campurkan larutan wortel tadi kedalam cawan petri yang berisi cacing.
6. Guakan stopwatch untuk menghitung beberapa lama cacing mati.
7. Tunggu sampai cacing mati, catat waktunya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Table hasil pengamatan daun ekstrak terhadap cacing

No. Tumbuhan Waktu


1. Bawang putih 41 menit
2. Bawang merah 45 menit
3. Daun pepaya 1 jam
4. Temulawak 1 jam 17 menit
5. Wortel 1 jam 38 menit
Gambar hasil percobaan antelmintik

Cacing 1 Cacing 2

Wortel yang akan di haluskan Cacing saat di lakukan percobaan


4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan yang kami lakukan, membahas yaitu cacing tanah
lebih cepat pingsan diberlakukan pada ektrak bawang putih karena di dalam
bawang putih mengandung senyawa belerang atau sulfur. Sedangkan yang
kedua pada esktrak bawang merah cacing tanah cepat pingsan karena bawang
merah mengandung senyawa aktif yaitu allisin dan allin. Kemudian yang
ketiga pada esktrak daun pepaya cacing sedikit lama karena daun pepaya
memiliki potensi sebagai larvasida yakni enzim papain, saponin, flavonoid,
dan tannin. Lalu yang keempat pada esktrak temulawak cacing lama pingsan
karena temulawak mengandung kurkuminoid, mineral, minyak atsiri, serta
minyak lemak. Sedangkan pada percobaan kelima pada ekstrak wortel cacing
lebih lama pingsan karena mengandung anti oksidan, dan mineral, serat,
vitamin K.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa cacing tanah lebih cepat
pingsan jika diberikan ekstrak bawang putih dengan waktu selama 41 menit akan
tetapi cacing tanah akan lambat pinsan jika diberi ekstrak wortel yaitu dengan
waktu 1 jam 38 menit.

5.2 Saran
Sebaiknya kita selalu menjaga kebersihan makanan dan selalu mencuci
tangan agar terhindar dari cacingan.
DAFTAR PUSTAKA

Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta

Mycek.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar.Widya Medika : Jakarta


Anonim.2010.

http://rahayuliaputri.blogspot.co.id/2015/03/aktivitas-antelmintik.html(Diakses
pada tanggal 26 mei 2017, pukul 07.26 WIB)

http://rahayuliaputri.blogspot.co.id/2015/03/aktivitas-antelmintik.html(Diakses
pada tanggal 26 mei 2017, pukul 07.34 WIB)

http://dokumen.tips/documents/aktivitas-antelmintik-55a0ba4c39a25.html
(Diakses pada tanggal 26 mei 2017, pukul 07.45 WIB)

https://fepry.blogspot.co.id/2016/01/anthelmintik-obat-cacing-antelmintik.html
(Diakses pada tanggal 26 mei 2017, pukul 07.53 WIB)

http://documents.tips/documents/laporan-antelmintikdoc.html (Diakses pada


tanggal 26 mei 2017, pukul 08.06 WIB)

Anda mungkin juga menyukai