Anda di halaman 1dari 22

Laporan Biologi Umum

Acara III
Golongan Darah Pada Manusia

Oleh :
Nama

: Ratna Indra Sari

NIM

:120210102096

Kelas

:B

Kelompok

:5

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2013

I.

JUDUL
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
II. TUJUAN
Setelah selesai praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
penggolongan darah manusia.
III. DASAR TEORI
Darah merupakan cairan jaringan tubuh. Darah manusia berwarna merah,
antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan
oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme,
yang

merupakan

tempat

terikatnya

molekul-molekul

oksigen.(Joko,

Waluyo,2010:172)
Darah merupakan medium transport dari sistem sirkulasi. Darah tidak hanya
mengangkut O2 dan CO2 ke jaringan dan dari jaringan dan paru-paru, tetapi juga
mengangkut bahan lainnya di seluruh badan, diantaranya molekul-molekul
makana (seperti gula dan asam amino), limbah metabolism (urea), ion-ion dari
macam-macam garam dan hormon-hormon.(Joko, Waluyo, 2006: 171)
Apabila darah dikeluarkan dari tubuh kita maka segera terjadi bekuan yang
terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum
merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein). Apabila pembekuan dicegah maka
perbandingan antara unsur berbentuk yang sebagian besar merupakan sel-sel
darah merah, dan plasma adalah sekitar 40% - 50% pada lelaki dewasa.
Perbandingan ini tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.
(Subowo,1992:101)
Volume darah manusia adalah sekitar 8% dari berat tubuhnya. Darah tersusun
atas dua komponen yaitu yang pertama plasma darah dan yang kedua sel-sel
darah dan keping-keping darah. Di dalam tubuh, sel-sel darah tidak dapat
memisah dari plasma darah karena teradu selama proses sirkulasi. Sel-sel darah
dan keping-keping darah dapat di pisahkan dari plasma darah dengan melalui
proses sentrifugasi. (Joko, Waluyo, 2010: 174)

a. Plasma Darah
Plasma darah merupkan cairan berwarna kekuning-kuningan, tersusun
atas air, dan bahan terlarut yaitu protein, lemak, asam lemak, asam amino,
glukosa, hormone, enzim, antibody, garam mineral.
Fungsi dari plasma darah adalah :
Sebagai pelarut bahan-bahan kimia.
Membawa mineral-mineral terlarut, glukosa, asam amino, vitamin,

karbon dioksida dan bahan-bahan buangan.


Menyebarkan panas dari organ yang lebih panas ke organ yang lebih

dingin.
Menjaga keseimbangan antara cairan didalam sel dan cairan di luar

sel.
Plasma mengadung protein seperti lipoprotein, fibrinogen yang berfungsi
dalam pembekuan darah, globulin yang berperan dalam pertahanan tubuh,
albumin berperan dalam membantu aliran darah dan mengatur tekanan
osmotik darah, antihemophilic globulin berfungsi mencegah hemophilia,
tromboplastin berfungsi dalam proses pembeuan darah bersama protrombin
dan fibrinogen, immunoglobulin gerfungsi untuk kekebalan tubuh (antibody).
Protein-protein tersebut dapat dipisahkan dari plasma sel dan membentuk
cairan yang disebut serum.(Joko, Waluyo, 2010:175)
b. Sel Darah
1) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memberi warna
darah yang khas. Dalam keadaan segar, eritrosit sendiri tampak sebagai
cakram bikonkaf yang warnanya kuning kejinggaan. Eritrosit tidak
bergerak (nonmotil) tetapi dapat berubah bentuk, misalnya waktu
melewati kapilar yang paling kecil sebab eritrosit sangat elastis.(Finn,
Geneser,1994:184)
Eritrosi mampu mengangkat oksigen karena memiliki hemoglobin
(Hb). Hemoglobin merupakan suatu protein khusus yang mengandung
hemim (zat besi) yang mampu mengikat oksigen. Dalam setiap eritrosit
terdapat 250 juta molekul Hb. Tiap molekul Hb dapat membawa empat
molekul oksigen, hal itu berarti setiap kali eritrosit keluar dari paru-paru,
ia membawa sekitar 1 milyar molekul oksigen. Pengikatan oksigen oleh
Hb terjadi di dalam paru-paru melalui reaksi :
Hb2 + 2O2
2HbO2
Hemoblobin

Oksigen

Oksihemoglobin

Oksigen yang telah terikat Hb kemudian diedarkan keseluruh tubuh.


Di dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan melalui reaksi :

2HbO2

Hb2

Oksihemoglobin

Hemoblobin

2O2

Oksigen

Di dalam tubuh, oksigen kemidian dipakai untuk reaksi respirasi


untuk

menghasilkan

energi.

Eritrosit

juga

berfungsi

membawa

karbondioksida, yaitu bahan buangan yang dihasilkan sel, walaupun


sebagian besar karbon dioksida di bawa oleh plasma.
Pada saat embrio masih bayi, proses pembentukan sel darah merah
terjadi dalam limfe dan hati. Sedangkan pada orang dewasa eritrosit
dibuat di dalam sumsum merah pada tulang tertentu (tulang belakang,
tulang rusuk, tilang tengkorak, dan tulang pipa). Umur eritrosit manusia
kira-kira 120 hari. Dalam setiap detik, kira-kira 2,4 juta eritrosit dirombak
untuk digantikan dengan yang baru. Perombakan eritrosit terjadi di dalam
hati. Hasil perombakan hemoglobin adalah bilirubin yang akan disimpan
didalam kantung empedu. Zat besi yang dihasilkan dari perombakan Hb
di daur ulang untuk digunakan dalam pembuatan Hb yang baru.(Joko,
Waluyo, 2010: 176-177)
2) Sel Darah Putih (Leukosit)
Pada sajian leukosi yang hidup, granula sitoplasma leukosit granula
tampak sebagai butir yang membias. Leukosi yang hidup dapat bergerak
(motil) dan gerakanya khas yaitu amuboid.(Finn, Geneser,1994:184)
Leukosi merupakan sel yang memiliki fungsi khusus untuk
mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme. Ukuran leukosi
lebih besar daripada eritrosit, tetapi jumlahnya dalam tubuh lebih sedikit.
Darah manusia mempunyai lima macam leukosit, tetapi berdasarkan ada
dan tidaknya granuler pada selnya kelima macam leukosit itu dapat
dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu leukosit yang bergranuler
(granulosit) dan bergranula (agranulosit).
a) Leukosi Bergranula (Granulosit)
Leukosit ini merupakan jenis yang paling banyak terdapat
dalam darah yaitu sekitar 75%. Ciri khas dari granulosit yaitu
adanya butir-butir spesifik yang mengikat zat warna dalam
sitoplasmanya.(Subowo, 1992:107)
Ada tiga jenis granulosit yaitu :
Neotrofil

Granulosit neotrofil berdiameter sekitar 12-15 m dan


mempunyai inti yang sangat khas, yang terdiri atas 3 sampai
5 lobus. Lobus-lobus ini dihubungkan oleh benang-benang
kromatin yang tipis.kromatin membentuk gumpalan yang
relatif kasar, berwarna gelap dan tidak tampak nukleolus.
(Finn, Geneser,1994:185)
Neotrofil mempunyai kemampuan fagositosis seperti
emoba. Jika ada bakteri yang masuk, neotrofil akan
memangsa dan akan menghancurkan bakteri tersebut.
Granula-granula yang ada di dalam sitoplasma yang berisi
enzim-enzim hidrolitik yang dapat digunakan untuk
mencerna dan menghancurkan bakteri. Selain memangsa
bakteri, neotrofil juga memangsa sel-sel tubuh yang telah
mati. Neotrofil terlibat dalam pengendalian flora bakteri
mulut, trakea, dan usus besar. Jumlah neotrofil sekitar 57%
dari total jumlah leukosit.(Joko, Waluyo, 2010:178)
Eosinofil
Jumlah sel eosinofil sebesar 1 3% dari seluruh
leukosit atau 150 450 buah per mm 3 darah. Ukuranya
berdiameter 10 15 m, sedikit lebih besar dari neotrofil.
Intinya biasanya hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan
oleh bahan inti yang sebagai benang. Butir-butir kromatinya
tidak begitu padat bila dibandingkan dengan inti neotrofil.
(Subowo, 1992: 110)
Eosinofil memiliki granula yang besar dan terlihat
menyala bila diwarnai dengan eosin. Jumlah eosinofil akan
meningkat juka didalam tubuh ada reaksi alergi, seperti
asma, atau ada parasit yang cukup besar, misalnya cacing
yang masuk ke dalam tubuh.(Joko, Waluyo, 2010 : 178)
Basofil
Basofil mempunyai garis tengah 12 15 m dan inti
mempunyai 2 sampai 3 lobus, kadang-kadang inti berbentuk
S. Granula kromatin tidak begitu kasar dan warnanya lebih
terang daripada granulosit jenis yang lain. Anak inti tidak
tampak.

Granula

sitoplasma

kasar,

padat,

sangat

metakromatis, dan berwarna ungu kemerahan. Granula


sering menutupi inti, tetapi pada pulasan sajian, jumlah,
ukuran dan warna granula bervariasi karena granula mudah

larut dam air, hingga granula berwarna pucat.(Finn, Geneser,


1994 : 185)
Basofil juga memiliki peran sebagai agen anti alergi
seperti halnya eosofil. Basofil menghasilkan sejumlah besar
histamine yaitu senyawa kimia yang akan dikirimkan,
sebagai respon, kelokasi jaringan yang luka, atau sebagai
anti alergi. Basofil juga mengandung heparin, yaitu senyawa
yang mencegah pembekuan darah didalam pembuluh darah.
Basofil meninggalkan darah dan membentuk sel mask. Pada
jaringan ikat longgar, sel maks menyebabkan dilatasi kapiler
pada tempat-tempat yang mengalami peradangan, akibat
digigit serangga misalnya. Jumlah basofil hanya sekitar 1%
dari total jumlah leukosit.(Joko, Waluyo. 2010: 178-179)
b) Leukosi tidak Bergranula (Agranulosit)
Sel leukosit agranulosit memiliki ciri tidak adanya granula
pada sitoplasma. Inti selnya berbentuk bulat atau seperti ginjal.
Leukosit agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit.
Limfosit
Limfosit dalam darah ukuranya sangat bervariasi
sehingga pada pengamatan sediaan apus darah dibedakan
menjadi : limfosit kecil (7-8 m), limfosit sedang, dan
limfosit besar (12 m). Jumlah limfosit sekitar 1000 3000
per mm3 darah atau 20 30% dari seluruh leukosit. Diantara
3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat yang paling banyak.
(Subowo, 1992 : 112)
Limfosit memegang peranan dalam pertahanan tubuh
dengan cara membentuk suatu protein yang disebut antibodi.
Jika benda asing, seperti bakteri dan virus, masuk ke dalam
tubuh,benda asing itu disebut antigen. Untuk menetralisasi
antigen, tubuh akan membentuk antibodi.(Joko, Waluyo,
2010 : 179)
Monosit
Monosit adalah sel yang besar, garis tengahnya 12-18
m dan intinya berbentuk seperti tapal kuda. Gambaran
kromatin yang khas berbentuk granula halus yang tersusun
seperti tali tanpa ada anak inti. Sitoplasmanya banyak,
berwarna

biru

mengandung

abu-abu,

granula

Geneser, 1994: 186-187)

banyak

azurofilik

vakuolanya

yang

dan

tersebar.(Finn,

Sel monosit berada didalam sirkulasi darah hanya 24


jam. Setelah itu ia akan menuju jaringan dan berkembang
menjadi makrofag dan tinggal selamanya di jaringan
tersebut.

Makrofag

merupakan

sel

pemangsa

yang

menyerupai Amoeba. Ia memakan bakteri, sel-sel mati dan


sisa-sisa sel lainnya. Jumlah monosit didalam tubuh hanya
sekitar 6% dari total jumlah leukosit.(Joko, Waluyo, 2010 :
179)
3) Keping Darah (Trombosit)
Trombosit berasal dari sebuah sel yang sangat besar dalam sumsum
tulang

yang

dinamakan

megakariosit.

Dalam

pembentukanya

megakariosit mangalami pembentukan celah-celah yang merupakan awal


pembelahan menjadi keping-keping yang tetap terbungkus oleh membran.
(Subowo, 1992 : 116)
Trombosit atau keping-keping darah mempunyai bentuk yang tidak
teratur, tidak memiliki inti sel, dan berukuran sangat kecil (hanya
berdiameter 2 m). Jumlahnya didalam darah sekitar 150 400 ribu/.
Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah, dengan demikian
darah tidak banyak terbuag. Trombosit beredar didalam darah dan
dibentuk oleh sel-sel besar yang ada di dalam sumsum tulang.
Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut. Saat
pembuluh darah terluka atau terpotong, darah akan keluar. Trombosit
akan pecah dan membebaskan enzim trombokinase. Enzim ini akan
mengubah protrombin menjadi trombin dengan bantuan ion kalsium dan
vitamin K. Trombin yang terbentuk selanjtnya akan mengubah fibrinogen
menjadi benang-benang fibrin yang akan meutup luka sehingga
perdarahan dapat dihentikan.(Joko, Waluyo, 2010 : 180)

Darah pada tubuh manusia mempunyai beberapa fungsi, diantaranya :

1.

Sebagai alat transportasi yaitu pembawa zat-zat makanan dari sistem


pencernaan keseluruh tubuh, diantaranya mengangkut molekul-molekul
makanan (seperti gula dan asam amino), ion-ion dari macam-macam garam

(Na+, Ca++, Cl-)


2. Mengankut oksigen dari sistem pernapasan yaitu parau-paru keseluruh tubuh.
3. Mengankut sisa-sisa metabolisme, misalnya karbondioksida, dari seluruh
tubuh ke organ ekskresi, misalnya paru-paru.
4. Mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran.
5. Memelihara keseimbangan cairan tubuh.
6. Mempertahankan tubuh terhadap penyakit menular dan infeksi kuman-kuman
atau antibodi (oleh se-sel darah putih).
7. Mengatur keseimbangan asam dan basa, untuk menghindari kerusakankerusakan jaringan.(Joko, Waluyo,2010:172)

Golongan darah adalah ciri khusus pada darah yang dilihat dari jenis antibody
dan antigen yang dimiliki. Ciri khas ini ada karena terdapat perbedaan pada
protein dan karbohidrat yang terletak pada permukaan membran sel darah merah.
Penggolongan darah sendiri menggunakan penggolongan antigen ABO dan juga
menggunakan Rhesus. Sebenarnya darah manusia tidak hanya memiliki antigen
ABO dan faktor Rh saja, masih ada 46 antigen lain yang ada, namun semuanya
itu tidak ada pola yang teratur dan tidak berpengaruh terhadap percampuran
darah.(Anonim, 2012)
Manusia memiliki perbedaan susunan protein yang terdapat dalam darahnya.
Protein yang memegang peranan untuk ini adalah antigen dan aglutinin
(antibodi). Antigen, protein yang terdapat dalam eritrosit, aglutinin dalam
plasma. Aglutinin akan menyerang antigen darah segolongan dengan dia.
Agglutinin akan yang menyerang antigen itu menyebabkan terjadinya
penggumpalan (aglutinasi).(Wildan, Yatim, 2006:211-212)
Aglutinogen
Dua jenis antigen berbeda tetapi berhubungan tipe A dan tipe B terdapat
pada permukaan eritrosit berbagai orang, karena antigen ini diturunkan,
seseorang dapat tidak mempunyai salah satu dari antigen ini, atau dapat
mempunyai salah satu keduanya.(Arthur, C. Guyton,1990:65)
Beberapa darah juga mengandung antibodi kuat yang secara spesifik
bereaksi dengan antigen tipe A dan tipe B dalam sel, menyebabkan aglutinasi
dan hemolisis. Karena antigen tipe A dan tipe B dalam sel membuat sel peka
terhadap aglutinasi atigen-antigen ini dinamakan aglutinogen.( Arthur, C.
Guyton, 1990:68)

Aglutinin
Bila aglutinogen tipe a tidak terdapat dalam sel darah merah seseorang
dalam plasmanya terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti A.
Apabila tidak terdapat aglutinogen tipe B dalam sel darah merah, dalam
plasma terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti B.( Arthur, C.
Guyton, 1996: 572)
Golongan darah O, meskipun tidak mengandung aglutinogen, tetapi
mengandung aglutinin anti A dan anti B, golongan darah A mengandung
aglutinogen tipe A dan aglutinin anti B, dan golongan darah B mengandung
aglutinogen tipe B dan aglutinin anti A. Akhirnya, golongan darah AB
Mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung agglutinin
sama sekali.( Arthur, C. Guyton,1996: 572)
Sistem golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu sistem ABO, sistem
MN, system Rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut didasarkan atas
kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan aglutinin.
Menurut Bernstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang) golongan darah ini
dikendalikan oleh sepasang gen (Joko,Waluyo, 2006: 178).
1. Sistem ABO
Permukaan membran eritrosit mengandung antigen tertentu yang
bersifat diwariskan. Antigen ini menentukan golongan darah. Penggolongan
darah yang paling banyak digunakan adalah system ABO. Dalam system ini
darah digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu golongan A,B,AB danO. Hurufhuruf tersebut mengacu kepada golongan antigen yang ada dalam membran
eritrosit seseorang. Di bawah ini merupakan data yang menggambarkan
golongan darah seseorang, antigen dan antibody yang dimilikinya, serta
kemungkinan dapat tidaknya transfusi dilakukan. (Soewolo, 2000:114)
Golongan Darah :
Golongan

Antigen

Antibodi

darah
A
B
AB
O

pada eritrosit
A
B
A+B
-

plasma
B
A
A+B

Aman ditransfusi
Ke
Dari
A,AB
B,AB
AB
A,B,AB,O

A,O
B,O
A,B,AB,O
O

Interaksi antibody dengan antigen yang terikat pada eritrosit mungkin


menghasilkan aglutinasi (penggumpalan) atau hemolisis (pecah). Aglutinasi

dan hemolisis eritrosit donor oleh antibodi plasma resipien dapat


menyebabkan reaksi transfusi yang fatal.(Soewolo. 2000:115)

Dalam sistem ABO, golongan darah manusia terbagi atas:


a. Golongan darah A
Golonganh darah A mempunyai antigen A yang letaknya di bagian
permukaan membran sel. Golongan darah A bisa menghasilkan antibodi
untuk antigen B di bagian serum darahnya. Sehingga golongan darah A bisa
menerima tranfusi darah hanya dari orang yang memiliki golongan darah
O- atau A.
b. Golongan darah B
Golongan darah B mempunyai sel darah merah disertai antigen B yang
terletak pada bagian permukaan sel darah merahnya. Golongan darah B
akan menghasilkan antibodi untuk antigen A yang terletak dalam serum
darahnya. Sehingga golongan darah B bisa menerima tranfusi darah hanya
dari orang yang memiliki golongan darah O dan B.
c. Golongan darah AB
Golongan darah AB mempunyai sel darah merah disertai antigen A dan
antigen B yang terletak pada bagian pada bagian permukaan sel darah
merahnya. Golongan darah AB bisa menerima berbagai tranfusi golongan
darah AB+ dari orang yang mempunyai gologan darah A, B, dan O.
Golongan darah AB disebut juga sebagai resepien universal.
d. Golongan darah O
Golongan darah O mempunyai sel darah namun tidak memiliki antigen.
Tetapi jika golongan darah O dapat memproduksi untuk antibodi antigen A
maupun antigen B, maka golongan darah O bisa mendonorkan darahnya ke
berbagai macam jenis golongan darah yang lain diantaranya golongan
darah A, B, AB, dan O. Sehingga golongan darah O disebut juga sebagai
donor universal. Namun orang yang memiliki golongan darah O- hanya
bisa mendapatkan tranfusi darah dari golongan darah yang sama yaitu
golongan darah O-.(Anonim, 2013).
2. Sistem MN
Dari penelitiannya Landsteiner menemukan antigen jenis lain dalam
membran sel darah merah, yaitu antigen M dan N. berdasarkan adanya antigen
M dan N, darah manusia digolongkan menjadi 3 golongan darah yaitu
golongan darah M, N dan MN. Berbeda dengan golongan darah ABO,

golongan darah MN tidak disertai dengan adanya antibodi antigen di dalam


plasma darah sehingga dalam transfusi darah ketiga antigen ini tidak perlu
diperhatikan. Antigen MN bermanfaat untuk membantu menentukan orang tua
bayi yang tertukar di rumah sakit, karena antigen MN diturunkan menurut
hukum Mendel.(Soewolo.2000:116)
System golongan darah ii terdiri atas 3 jenis, yaitu:
1) Golongan M, mengandung antigen M
2) Golongan N, mengandung antigen N
3) Golongan MN, mengandung antigen M dan antigen N
(Joko, Waluyo, 2010:174)

3. Sistem Rhesus (Rh)


Sistem golongan darah Rhesus (Rh) pertama kali ditemukan pada jenis kera
Macaca Rhesus pada tahun 1940 oleh K. Landsteiner dan Wiener.Pada jenis
ini ditemukan antigen Rhesus pada eritrositnya. Sistem penggolongan darah
rhesus juga berlaku pada manusia karena antigen Rhesus juga dimiliki oleh
manusia. Orang yang memilki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh +),
sedangkan yang tidak memilikinya dinamakan rhesus negative (Rh-). Sistem
rhesus ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat
dominan terhadap alel rh.(Joko, Waluyo, 2006: 180)
Pada wanita Rh- kalau mengandung embrio bergolongan Rh+, untuk
kandungan pertama tidak apa-apa. Tetapi untuk kandungan kedua bergolongan
Rh+ juga, maka akan terjadi eritroblastolis fetalis, artinya bayi yang lahir akan
menderita anemia yang parah dan di dalam darah bayi banyak beredar
eritroblast, yaitu eritrosit yang belum matang sehingga tubuh menjadi kuning.
Hal ini disebabkan karena eritrosit janin akan kemasukan zat antibodi Rh + dari
darah dan mengaglutinasi eritrosit janin.(Joko, Waluyo, 2006: 181)

IV. METODE PENELITIAN


4.1 Alat dan bahan
4.1.1 Alat

Lanset/jarum steril
Jarum pentul
Spidol
Gelas obyek
Kertas putih

4.1.2 Bahan

Serum A dan B
Alkohol 70%
Kapas
Darah segar manusia

4.2 Cara Kerja


ggunakan spidol, tariklah garis tengah lurus pada sisi panjang yang membagi sisi gelas obyek menjad

Di pojok kiri atas menulis A dan di pojok kanan atas menulis B

Meletakkan obyek pada selembar kertas putih

Mencuci tangan sampai bersih, kemudian mengambil segumpal kapas dengan pinset

Menyelupkan ke dalam alkohol dan menggosokkan pada ujung jari manis

Membiarkan alkohol mengering, menusuk bagian jari manis dengan menggunakan lanset yang telah

Menempatkan setetes darah pada bagian A dan B gelas obyek

Menusuk bekas tusukan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alokohol

Meneteskan segera serum anti A pada bagian A gelas obyek, aduk sampai merata dengan tusuk

Meneteskan segera serum anti B pada bagian B gelas obyek, aduk sampai merata dengan tusuk

Membandingkan kedua bagian A dan B pada gelas objek

Apabila terjadi penggumpalan pada bagian A, maka bergolongan darah A

Apabila terjadi penggumpalan pada bagian B, maka bergolongan darah B

Apabila terjadi penggumpalan pada bagian A danB, maka bergolongan darah AB

Apabila tidak terjadi penggumpalan, maka bergolongan darah O

(ditetesi dengan serum A)

(ditetesi dengan serum B)

V. HASIL PENGAMATAN
No

Kelompok

Nama Probandus

Golongan Darah

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1
2
3
4
5
6

Nur Aini S.
Alif Farhamsyah
Putri Utami
Aini Wardatut
Uvu Sugiati
Lailatul Makrifah

B
B
A
AB
B
B

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji golongan darah pada manusia dengan
meneteskan atau menambahkan sedikit serum A dan serum B pada darah
probandus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah yang dimiliki
probandus sesuai dengan sistem ABO.
Berdasarkan penggolongan darah sistem ABO, darah digolongkan menjadi 4,
yaitu golongan A, B, AB, dan O. Antigen utama dalam sistem ini disebut antigen
A dan B dan antibodi utama adalah anti-A dan anti-B. Individu dengan golongan
darah A, memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membrane sel
dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Individu
dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serim darahnya.
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A
dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap entigen A atau B. Sedangkan
individu dengan golongan darah O (nol) memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Walaupun anti-A dan anti-B

bereaksi secara spesifik dan kuat dengan eritrosit yang relevan, rangsangan untuk
pembentukan anti-A dan anti-B tidak ditimbulkan oleh eritrosit itu sendiri.
Orang-orang dengan golongan darah A hanya membentuk anti-B dan mereka
dengan golongan darah B hanya membentuk anti-A. Orang-orang dengan
golongan darah O mempunyai baik anti-A maupun anti-B, sedangkan yang
golongan darah AB tidak memiliki anti-A dan anti-B. Anti-A dan anti-B
merupakan aglutinin yang kuat dan mudah dinyatakan dengan pemeriksaan
laboratorium. Aglutinin ini dengan cepat menghancurkan eritrosit tidak
kompatibel yang masuk dalam sirkulasi melalui aktivitas komplemen. Satusatunya cara eritrosit inkompatibel golongan darah ABO masuk dalam sirkulasi,
melalui transfusi darah yang salah, kecuali pada beberapa kasus dimana eritrosit
janin masuk dalam sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau saat melahirkan.
Reaksi transfusi hemolitik pada umumnya disebabkan kesalahan dalam
identifikasi penderita, kesalahan sampel darah penderita atau donor dan
kesalahan administrasi. Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen
yang ada dalam darah, adakalanya disamping itu juga dilakukan penetapan jenis
aglutinin yang ada dalam serum (reverse grouping dan serum grouping).

Dalam praktikum kali ini, yaitu golongan darah pada manusia menggunakan
serum anti A dan serum anti B. Yang mana serum anti A berwarna biri dan serum
anti B berwarna kuning. Fungsi dari serum anti A da serum anti B dalam

percobaan kali ini ialah untuk mengetahui apakah darah menggumpal atau tidak
ketika bertemu dengan serum anti A dan serum anti B.

Hasil pengamatan :
No

Kelompok

Nama Probandus

Golongan Darah

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1
2
3
4
5
6

Nur Aini S.
Alif Farhamsyah
Putri Utami
Aini Wardatut
Uvu Sugiati
Lailatul Makrifah

B
B
A
AB
B
B

Hasil di atas diperoleh setelah probandus meneteskan darah pada gelas obyek
yang kemudian ditetesi dengan serum anti A dan serum anti B. Setelah ditetesi
dengan anti serum, ada beberapa sample yang menggumpal pada bagian A
maupun bagian B. Pada pengamatan probandus 1, 2, 5, dan 6, ketika darah pada
gelas obyek ditetesi serum anti A dan serum anti B, gelas obyek pada bagian B
yang ditetesi dengan serum anti B terjadi

penggumpalan, maka probandus

tersebut dapat dikatakan bergolongan darah B. Pada probandus 3, ketika darah


pada gelas obyek ditetesi dengan serum anti A dan anti B, gelas obyek pada
bagian A mengalami penggumpalan, maka robandus tersebut bergolongan darah
A. Sedangkan pada probandus 4, ketika gelas obyek bagian A dan bagian B
ditetesi anti serum A dan anti serum B, terjadi penggumpalan pada keduanya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus 4 bergolongan darah AB.
Sayangnya, pada percobaan kali ini tidak ditemukan probandus yang
bergolongan darah O.
Sifat serum anti A bila diteteskan pada darah bergolongan A maka akan
menggumpal, bila serum anti B diteteskan pada darah yang bergolongan B maka
akan terjadi penggumpalan. Jika kedua bagian A dan bagian B ditetesi serum anti
A dan anti B dan keduanya terjadi penggumpalan, maka probandus tersebut
dikatakan bergolongan darah AB. Namun, apabila bagian A dan bagan B yang
ditetesi oleh serum anti A dan anti B tidak terjadi penggumpalan pada keduanya

maupun salah satunya, maka probandus tersebut dapat dikatakan bergolongan


darah O.
Proses penggumpalan terjadi karena pengikatan zat antigenik tertentu pada
permukaan sel darah merah dengan atibodi khusus (imunoglobulin) yang ada
dalam serum. Atau bisa dikatakan karena interaksi antibodi dengan antigen yang
terikat pada eritrosit. Apabila seorang mempunyai golongan darah A diberi serum
anti A maka akan diserang oleh antibodi A karena dianggap sebagai antigen dan
kemudian terjadi penggumpalan darah. Begitu juga dengan probandus yang
bergolongan B bila diberi serum anti A maka akan diserang dengan antibodi anti
B karena dianggap sebagai antigen dan terjadi penggumpalan darah. Pada
probandus yang bergolongan darah O tidak memiliki antigen A maupun antigen
B, maka eritrositnya tidak akan diserang oleh antibodi anti A dan antibodi anti B,
sehingga darah golongan O dapat ditransfusikan kepada semua golongan darah
(donor universal). Namun golongan ini hanya dapat menerima donor dari
golongan darah yang sejenis, karena bila ia menerima golongan darah dari jenis
lain maka antibodi anti A dan anti B dalam plasma darahnya akan menyerang
antigen A maupun antigen B dalam eritrosit donor. Begitu juga pada probandus
yang bergolongan darah AB, ia tidak memiliki antibodi anti A dan antibodi anti B
dalam plasma darahnya, oleh karena itu golongan darah AB dapat menerima
darah dari semua golongan, disebut (resipien universal). Golongan ini hanya bisa
memeberikan donor pada sejenisnya saja, karena eritrosit mengandung antigen A
dan B. Apabila ditransfusikan kepada probandus yang bergolongan darah lain
eritrosit nya akan diserang oleh antibodi anti A dan anti B resipien nya. Maka
bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan) eritrosit donor oleh antibodi plasma
resipien yang dapat menyebabkan reaksi transfus yang fatal.

VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, sehingga dapat disimpulkan bahwa :
Terdapat empat macam golongan darah pada sistem ABO, yaitu golongan dara
A, B O, dan AB. Dimana dalam sistem golongan darah tersebut terdapat dua
macam zat sel darah A dan B, serta dua macam plasma, yaitu anti A dan anti
B.
Kombinasi yang mungkin terjadi antara zat sel darah dan plasmanya yaitu:
Individu dengan A pada sel eritrositnya, memiliki anti B pada
plasmanya

Individu dengan B pada sel eritrositnya, memiliki anti A pada


plasmanya
Individu dengan A dan B pada sel eritrositnya, tidak memiliki anti A
dan anti B pada plasmanya
Individu tidak terdapat A dan B pada sel eritrositnya, memiliki anti A
dan anti B pada plasmanya
Pada golongan darah sistem ABO, golongan darah dapat diketahui melalui
sifatnya menggumpal ataupun tidak menggumpal. Dengan meneteskan serum
anti A dan serum anti B pada darah probandus, jika :
Terjadi penggumpalan pada bagian A, maka probandus bergolongan

darah A
Terjadi penggumpalan pada bagian B, maka probandus bergolongan

darah B
Terjadi penggumpalan pada bagian AB, maka probandus bergolongan

darah AB
Tidak terjadi penggumpalan pada bagian A maupun bagian B, maka

probandus bergolongan darah O


Pada tranfusi darah :
Golongan darah A hanya dapat menerima donor dari golongan darah A
dan golongan darah O saja.
Golongan darah B hanya dapat menerima donor dari golongan darah B
dan golongan darah O saja.
Golongan darah O hanya dapat menerima donor dari golongan darah O
saja, tetapi dapat mendonorkan ke semua golongan darah yaitu A, B, O
maupun AB. Sehingga disebut sebagai donor universal.
Golongan darah AB hanya mendonorkan ke golongan darah AB saja.
Tetapi dapat menerima donor dari A, B, O, maupun AB sendiri.
Sehingga disebut sebagai resipien universal.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Terjemahan. Jakarta: Kedokteran EGC.
Anonim. 23 November 2012. Mengenal Jenis Golongan Darah. Diakses di <
http://riyanto-kidwell.blogspot.com/2012/11/mengenal-jenis-golongandarah.html> Pada tanggal 21 April 2013 : 4.15 pm.
Anonim. 2013. Mengenal Tipe Golongan Darah Manusia. Diakses di <
http://www.anneahira.com/golongan-darah.htm> Pada tanggal 21 April
2013 : 4.45 pm.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Penerbit Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Nasional.
Subowo.1992. Histolohi Umum. Jakarta : Bumi Aksara.
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: University Press.
Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember : Universitas Jember.
Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Nistologi. Bandung: Tarsito

LAMPIRAN

Nur Aini S. : Golongan darah B

Alif Fahamsyah : Golongan darah B

Putri Utami : Golongan Darah A

Aini Wardatut : Golongan darah AB

Uvi Sugiati : Golongan darah B

Lailatul Makrifah : Golongan darah B

Anda mungkin juga menyukai