Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN 2


PERKEMBANGAN EMBRIO KATAK (Rana sp)

Offering C

Kelompok 2

1. Ainun Mahfudhoh (150341608276)


2. Atiqah Miftakhul Jannah (150341603834)
3. Aulia Ayu Suryanitha (150341605525)
4. Indah Rahmawati (150341603241)

JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2016

A. Tujuan
a) Mempelajari perkembangan embrio katak mulai zigot sampai bentuk larva
b) Mempelajari tipe dan pola pembelahan embrio katak
c) Mempelajari pembentukan bakal organ katak yang berasal dari setiap
lapisan embrional
B. Dasar Teori
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi (berkembang biak).
Reproduksi bertujuan untuk melestarikan dan mempertahankan keberadaan atau
eksistensi suatu sepesies tersebut. Ada dua cara perkembangbiakan secara umum
yaitu vegetatif dan generatif.
Proses-proses penting yang meregulasi perkembangan terjadi selama
fertilisasi dan ketiga tahap yang mulai membangun tubuh sebagian besar hewan.
Selama tahap pertama, disebut penyibakan (cleavage), pembelahan sel
menghasilkan bola berongga, disebut
blastula, dari zigot. Tahap kedua,
gastrulasi (gastrulation), menyusun
kembali blastula menjadi embrio berlapis
tiga, gastrula. Selama tahap ketiga
organogenesis, interaksi dan pergerakan
ketiga lapisan menghasilkan organ-organ
rudimenter yang akan tumbuh menjadi
struktur-struktur dewasa. (Campbell,
2008)
Katak merupakan jenis hewan
ovivar. Katak jantan dan katak betina
tidak memiliki alat kelamin luar.
Pembuahan katak terjadi di luar tubuh
(pembuahan eksternal). Pada saat kawin
katak jantan dan katak betina akan
melakukan ampleksus. Katak betina akan
mengeluarkan ovum ke dalam air dengan
menyemprotkan sel-sel gametnya keluar
tubuh yang kemudian akan dibuahi oleh
pejantan.(Sugianto, 1996)
Tipe telur pada amphibi adalah telur bertipe telolesital dan tipe
pembelahannya adalah holoblastik tidak sempurna. Pada perkembangannya, zigot
katak akan berkembang menjadi embrio yang kemudian embrio tersebut akan
berkembang dan mengalami blastulasi, gastrulasi, neurulasi dan diferensiasi. Setiap
tahapan yang dilewati, akan menunjukkan ekspresi atau ciri khas yang berbeda
sehingga dapat diamati dan dibedakan setiap tahapannya.(Sukro, 2000)

C. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
D. Prosedur Kerja
Mikroskop Cahaya Sediaan sayatan embrio katak
Model peraga perkembangan embrio
katak
1. Mengamati Preparat Awetan Seri Larva Katak

2. Mengamati Preparat Awetan Pembelahan Embrio Katak

3. Mengamati Peraga Tahap-Tahap Perkembangan Embrio Katak

E. Data Hasil Pengamatan


1. Irisan Preparat Tahap Perkembangan Embrio Katak
No Keterangan
Gambar Pengamatan Literatur
.
1. Sel telur yang belum
a. Sel telur katak
mengalami pembelahan

(Sumber: Salazar-Nicholls and del


Pino, 2015)
2. Pembelahan Telur Katak
a. Pembelahan
Primer
secara
meridional
a
membentuk 2
blastomer

(Sumber: Morgan, 1897)

3. Pembelahan Telur Katak


a. Blastomer
Sekunder
b. 4 blastomer

(Sumber: Morgan, 1897)

4. Pembelahan Telur Katak


a. Pembelahan
Tersier
blastomer

(Sumber: Hervas et al, 2015)


a

5. Pembelahan Morula
a. Blastomer-
blastomer

(Sumber: Hervas et al, 2015)


6. Pembelahan Blastulaa
a. Blastocoel
b. Mikromer
d c. Makromer
d. Kutub vegetal
e. Kutub animal
c
(Sumber: Hervas et al, 2015)

b a
7. Pembelahan katak yang
e
a. Blastocoels
membentuk yolk gland
b. Pembentukan
a archenteron
c. Dorsal
blastopore
d. yolk
b

c (Sumber: Hervas et al, 2015)


8. Tahap Pertamaddari
a. archenteron
Neurulasi
b. dorsal blastopore
c. blastocoel
c a

b (Sumber: Hervas et al, 2015)


9. Tahap Akhir Neurulasi
b
a. neural tube
c a b. somit
c. archenteron
d. notokord
e. endoderm

d (Sumber: Salazar-Nicholls and del


e
Pino, 2015)
10. Tahap Pertama Pembentukan
Ujung Ekor

(Sumber: Rugh,1951)

2. Perkembangan Embrio Katak


No. Gambar Pengamatan Literatur Keterangan
1. Sel telur yang belum membelah
a. Kutub animal
b. Kutub
vegetal

(Sumber: Ciptono, 2008)


2. Pembelahan pertama secara
a. 2 blastomer
meridional

(Sumber: Hervas et al, 2015)

3. Pembelahan keempat meridional Pembelahan


secara bersamaan membentuk 16
blastomer

(Sumber: Morgan, 1897)

4. Pembelahan membentuk blastula


a. Kutub animal
b. Kutub
a
vegetal

b
(Sumber: Hervas et al, 2015)
5. Pembelahan lanjut

(Sumber: Morgan, 1897)

6. Irisan sagital embrio katak tahap


a. Mikromer
blastula
a
b. Blastocoel
c. Makromer
a
b
b
c

c
(Sumber: Salazar-Nicholls and
del Pino, 2015)
7. Irisan sagital tahap blastula lanjut
a a. Mikromer/
(32 blastomer)
b ektoderm
a b. Blastocoel
c. Makromer/
b c
endoderm

c
(Sumber: Salazar-Nicholls and
del Pino, 2015)
8. Irisan pembentukan blastophorus a
a. Mikromer/ek
a b
toderm
d b. Blastocoels
b
c c. Dorsal
blastopore
d. Makromer /
c
d (Sumber: Salazar-Nicholls and endoderm

del Pino, 2015)


9. Irisan sagital pembentukan
a a. ectoderm
archenteron (tahap gastrula)
b b. archenteron
a
c. endoderm
c d. blastopore
b d

d
(Sumber: Salazar-Nicholls and
del Pino, 2015)
10. Irisan sagital pembentukan tiga a
a. ectoderm
lapisan embrional (tahap gastrula b b. mesoderm
akhir) c c. archenteron
d. endoderm
a
d
b

c
a b d c
d

(lapisan atas archenteron)


(Sumber: Salazar-Nicholls and
del Pino, 2015)

11. Tahap neurulasi

a a. neural fold
b
b
b. neural plate
a

(Sumber: Salazar-Nicholls and


del Pino, 2015)
12. Irisan sagital tahap neurulasi
a. neural fold
b d f c a e b. ectoderm
c. notokord
d. mesoderm
e. endoderm
f. archenteron
a

b
c
d
e (Sumber: Hervas et al, 2015)
f
13. Irisan sagital pembentukan a b c
a. ectoderm
bumbung neural (tahap neurulasi)
b. neural tube
a c. somite
b d d. notochord
c e. endoderm
d e f. archenteron
f
e

f
(Sumber: Hervas et al, 2015)
14. Embrio katak tahap tunas ekor a. notochord
b. foregut
c. liver
diverticulum
a d. midgut
b e. yolk/endoder
c m
f. hindgut
d g. neurocoel
h. neurenteric
e
canal
i. proctodeum
f j. ektoderm

g h i j
(Sumber: Rugh,1951)
15. Embrio katak a. foregut
b. midgut
c. hindgut
d. yolk
a e. (proctodeum)
anus
f. Mesenkim
b
g. Neurocoel
h. notocord
c
d
e

f h
g

(Sumber: Rugh, 1951)

3. Potongan seri (irisan transversal) embrio katak


No. Gambar Pengamatan Literatur
1.

(Sumber: Dagala,2015)
2.

(Sumber: Dagala,2015)
3.

(Sumber: Dagala,2015)
4.

(Sumber: Dagala,2015)
5.

(Sumber: Dagala,2015)
6.

(Sumber: Dagala,2015)
7.

(Sumber: Dagala,2015)
8.

(Sumber: Dagala,2015)
9.

(Sumber: Dagala,2015)
10.

(Sumber: Dagala,2015)
11.

(Sumber: Dagala,2015)
12.

(Sumber: Dagala,2015)
13.

(Sumber: Dagala,2015)
14.

(Sumber: Dagala,2015)
15.

(Sumber: Dagala,2015)
16.

(Sumber: Dagala,2015)
17.
(Sumber: Dagala,2015)

F. Pembahasan
Pada praktikum perkembangan embrio katak menggunakan bahan berupa preparat
perkembangan embrio aktak, model perkembangan embrio katak dan penampang
melintang secara seri perkembangan embrio katak pada tahap tunas ekor.
1. Preparat dan Model Perkembangan Embrio Katak
Pada pengamatan menggunakan preparat embrio katak, perbesaran yang
digunakan adalah 4x10. Preparat 1 dan model 1 menunjukkan Zigot yang belum
mengalami pembelahan. zigot yang belum mengalami pembelahan. Terdapat daerah
abu abu pada model 1 yang menandakan sel telur telah dibuahi oleh sel sperma atau
disebut dengan fertilisasi. Hal tersebut sesuai dengan Slack (2006) bahwa ciri telur
yang telah difertilisasi adalah adanya daerah kelabu yang berbentuk sabit (grey
crescent). Hal ini akibat penetrasi sperma sehinggaa pigmen di tempat yang berlawanan
bergeser ke arah masuknya sperma kurang lebih sepertiga pigmen, pigmen menjadi
berkurang dan tampak bagian ini lebih pucat warnanya.

Gambar Sel Telur yang terfertilisasi


Sumber : Bhatnagar & Bansal, 2008
Preparat 2 dan model 2 menunjukkan telah terjadi fertilisasi dan merupakan
pembelahan pertama secara meridional dari kutub animal ke kutub vegetal pada daerah
kelabu yang terdapat dua buah blastomer. Hal tersebut sesuai dengan Slack (2006)
Pembelahan I dilakukan dengan meridional yang arah pembelahannya tepat pada garis
tengah sabit kelabu dari kutub animal ke kutub vegetal menghasilkan dua blastomer.
Moore (1988) menyatakan bahwa pembelahan regional melalui kutub anima dan
vegetatif dan membelah daerah kelabu. Daerah kelabu sangat penting dalam proses
pembelahan. Para ahli telah melakukan beberapa riset mengenai pembelahan pada telur
katak dengan membelah telur yang telah difertilisasi di daerah di luar daerah kelabu,
dan hasilnya pembelahan tidak terjadi.

Gambar Pembelahan 1
Sumber : Gilbert, 2003
Preparat 3 menunjukkan pembelahan kedua yaitu terdapat 4 blastomer. Pembelahan
kedua dilakukan dengan meridional yang arahnya 90 pembelahan pertama. Hal
tersebut sesuai dengan Campbell et al (2008) pada pembelahan kedua, pembelahan
melewati bidang meridional, tetapi tegak lurus pada bidang pembelahan pertama.

Gambar Pembelahan 2
Sumber : Bhatnagar & Bansal, 2008
Menurut Yatim (1994) bahwa tipe sel telur amfibi berdasarkan penyebaran yolk
(kuning telur) adalah Telolecithal yang berarti yolknya banyak dan tersebar tidak
merata sehingga berkumpul pada salah satu kutub. Pembelahan ketiga secara horizontal
tegak lurus terhadap bidang pembelahan 1 dan 2 menghasilkan 8 blastomer. Tipe
pembelahan sel telur pada amfibi holoblastik tidak sempurna/unequal : sel yang
membelah/blastomer tidak sama besar atau dominan pada satu kutub, sehingga
blastomer terbagi menjadi makromer (dominan) dan mikromer.
Gambar Pembelahan 3
Sumber : Bhatnagar & Bansal, 2008
Preparat 4 dan model 3 menunjukkan proses pembelahan ke 4 yaitu
pembelahan dilakukan secara meriodional simultan menghasilkan 16 blastomer.
Berdasarkan gambar model 3, alur pembelahan berada pada kutub animal. Pada bagian
vegetalnya tidak mengalami pembelahan. Sesuai dengan Sastry (2007), bahwa tahapan
ini terjadi pada bagian kutub animal karena pada bagian vegetalnya telah penuh oleh
yolk, sehingga menghambat terjadinya pembelahan.

Gambar Pembelahan 4
Sumber : Bhatnagar & Bansal, 2008
Preparat 5 dan model 4 menunjukkan proses pembelahan morula.
Pembelahan ini merupakan lanjutan dari pembelahan 4 yang mana termasuk dalam
pembelahan ke 5. Pembelahan dilakukan secara horizontal di atas dan di bawah
bidang pembelahan 3 yang menghasilkan 32 blastomer. Menurut Campbell et al
(2008), Pembelahan secara terus menerus menghasilkan sebuah bola sel padat yang
disebut morula.
Gambar Pembelahan 5
Sumber : Gilbert, 2003
Preparat 6 dan model 5 menunjukkan tahapaan pembelahan menjadi blastula karena
telah ditemukan suatu rongga yang disebut blastocoel. Kemudian pada model 6,
pembelahan terjadi terus menerus dan blastocoel semakin terlihat. Menurut Campbell
(2008), Pada tahap ini mengacu pada permukaan berlobus pada embrio. Suatu rongga
yang penuh cairan yang disebut balstosol (blastocoel) dan menghasilkan tahapan
perkembangan bola berlubang yang disebut blastula. Pada katak, karena pembelahan
yang tidak sama, blastocoel berada dibagian kutub animal. Menurut Nieuwkoop (1979)
fungsi rongga blastula adalah membatasi interaksi antara bakal ektoderem dan sel-sel
endoderm pada cincin marginal yang mengelilingi tepi blastocoel. Amphibia memiliki
tipe telur telolesithal, sehingga telur katak akan membentuk blastula tipe coeloblastula
berlapis banyak.

Gambar Blastula yang terdapat Blastocoel


Sumber : Gilbert, 2003
Menurut Moore (1988), blastula pada katak memiliki tiga daerah yang berbeda,
yaitu :
1. Daerah di sekitar kutub anima, meliputi sel-sel yang membentuk atap
blastocoel.Sel-sel tersebut merupakan bakal lapisan ektoderem. Sel-sel ini
berukuran kecil dan disebut mikromer, mengandung banyak butir-butir pigmen
2. Daerah di sekitar kutub vegetatif, meliputi sel-sel yolk yang berukuran
besar(makromer) yang merupakan bakal sel-sel endoderem. Mengandung
banyakbutir- butir yolk.
3. Daerah sub ekuatorial berupa sel-sel cincin marginal, meliputi daerah kelabu
(gray crescent). Daerah ini secara normal akan membentuk sel-sel mesoderem
Selain itu, pada tahap ini ditentukan peta nasib bagi calon lapisan ektoderm dan
endoderm, sedangkan untuk hewan tripoblastik yaitu calon lapisan ektoderm,
mesoderm dan endoderm.

Gambar Peta Nasib Perkembangan Embrio Katak


Sumber : Purves, 1998

Pada model 7 menunjukkan pembentukan bibir dorsal blastophorus yang


merupakan ciri dari tahap awal gastrulasi.

Gambar Gastrula Awal


Sumber : Slack, 2006
Pada model 8 menunjukkan menunjukkan irisan sagital pembentukan arkenteron
(tahap gastrula) yang menyebabkan blastocoel terdesak dan mengecil. Kemudian
terdapat warna orange pada model yang berukuran kecil yang menunjukkan bakal dari
lapisan mesoderm. Pada preparat 7 juga merupakan tahapan dari gastrulasi. Menurut
Bhatnagar & Bansal (2008) gastrula dimulai dari bagian dorsal kutub vegetal. Gastrula
dibentuk dari serangkaian proses pergerakan sel (gerak morfogenik). Sel sel yang
tersisa di dekat kutub vegetal sedikit memipih dan membentuk vegetal plate yang
melengkung ke dalam akibat perubahan bentuk sel yang disebut invaginasi. Proses
invaginasi terjadi di daerah intermediet (perbatasan antara mikromer dan makromer).
Invaginasi sel ini akan membentuk blastoporus, pada tepi blastoporus ini akan
terbentuk bibir dorsal blastoporus.
Setelah membentuk bibir dorsal blastoporus. Akibat adanya invaginasi akan terjadi
migrasi sel. Hasil dari invaginasi ini adalah akan terbentuknya rongga, rongga inilah
yang disebut dengan arkenteron. Akibat adanya arkenteron maka rongga bastocoel
akan terdesak hingga rongga ini akan menjadi rongga dengan ukuran yang kecil dan
terletak di pinggir. Arkenteron ini nantinya akan menjadi saluran pencernaan primitive.
Sedangkan pada daerah di lain juga terjadi invaginasi yang akan membentuk bibir
ventral. Bibir ventral ini terletak di sisi yang berlawanan dengan bibir dorsal. Selain
bibir dorsal dan bibir ventral juga ada bibir lateral.

Gambar Mid-Gastrula
Sumber : Slack, 2006

Gambar Arkenteron yang mendesak blastocoel


Sumber : Slack, 2006
Gambar Ventarl Lip, Dorsal Lip dan Lateral Lip
Sumber : Gilbert, 2003
Pada model 10 menunjukkan pembelahan yang terjadi terus menerus sehingga
tampak morfologi luarnya menghasilkan banyak blastomer. Kemudian model 9
menunjukkan irisan sagital dari model 10 yang terjadi proses pembentukan tiga lapisan
embrional (tahap gastrula akhir) ditandai dengan arkenteron mengecil karena terdapat
gerak morfogenik dan terbentuk mesoderm yang ditunjukkan oleh warna orange berjumlah
2 yang berada diatas arkenteron dan diantara mesoderm terdapat warna putih yang disebut
dengan notokord. Ektoderm berada di luar yang ditunjukkan oleh warna hijau. Endoderm
yang berwarna kuning berada di bagian dalam di bagian posterior dari mesoderm.
Menurut Campbell et al (2008), gastrula dibentuk dari serangkaian proses
pergerakan sel (gerak morfogenik) dengan hasil akhir berupa tiga lapisan sel yaitu
ektoderm, mesoderm dan endoderm. Setelah mengalami invaginasi juga akan mengalami
involusi dan juga merupakan gerak morfogenetik lainnya. Involusi terjadi saat blastoporus
terbentuk, bakal lapisan sel endoderm dan mesoderm di permukaan embrio bergulung
melewati tepi bibir ke dalam interior embrio. Begitu berada di dalam embrio, sel sel ini
akan bergerak menjauhi blastopor ke arah kutub animal dan terorganisasi menjadi lapisan
endoderm dan mesoderm, dengan endoderm berada di sebelah dalam. Blastocoel
mereduksi dan digantikan oleh arkenteron yang terbentuk oleh tabung endoderm.
Saat gastrulasi selesai, bibir blastoporus yang melingkar mengelilingi sumbat
kuning telur (yolk plug) yang terdiri dari sel sel luar kaya nutrien, kemudian sel sel
yang menonjol ini akan bergerak ke dalam saat ekspansi ektoderm menyebabkan
blastoporus semakin menciut. Di titik ini, sel sel yang tersisa di permukaan membentuk
ektoderm, tabung endoderm adalah lapisan terdalam dan mesoderm terletak diantara kedua
lapisan tersebut. Anus katak berkembang dari blastoporus, sementara mulut akhirnya
muncul di ujung arkenteron yang berlawanan setelah membentang ke sisi ventral di dekat
kutub animal (Campbell et al, 2008).

Gambar tahap akhir gastrulasi


Sumber : Campbell et al, 2008

Gambar gastrula yang terdapat yolk plug pada bibir bastoporus


Sumber : Gilbert, 2003

Pada preparat 8 dan model 11 menunjukkan proses awal neurulasi. Model 12


menunjukkan morfologi luar ketika embrio pada tahap neurulasi. Gambar Pada tahap ini,
terjadi pemanjangan bakalm mesoderm dan terdapat notokord. Arkenteron berada di
tengah di bagian posterior dari notokord. Pada tahap ini terjadi proses perubahan bentuk
fisik dan terjadi pula proses saling menginduksi diantara lapisan embrional. Pada tahap ini
sudah terbentuk lapisan lembaga yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm.
Neurulasi pada katak merupakan neurulasi primer. Neurulasi diawali dengan proses
induksi notokord terhadap ektoderm di atasnya sehingga terbentuk neural plate atau keping
neural. sel sel penyusun keping neural menjadi panjang dan menjadi lebih tebal
dibandingkan daerah sekitarnya (Lestari dkk, 2013)
Menurut Campbell et al (2008), notokord terbentuk dari mesoderm dorsal yang
berkondensasi ketika ketika sel sel berasosiasi erat sebagai satu kelompok tepat di atas
arkenteron. Ektoderm di atas notokord menjadi neural plate. Perubahan dalam bentuk sel
kemudian menyebabkan neural plate melekuk ke dalam, menggulung dirinya menjadi
neural tube yang membentang di sepanjang sumbu anterior posterior embrio

Gambar : Tahap Awal Neurulasi


Sumber : Slack, 2008
Pada preparat 9 dan model 13 menunjukkan tahapan neurulasi akhir. Pada model
dapat ditemui beberapa bagian seperti bumbung neural yang berwarna merah, somit yang
berjumlah 2 disamping bumbung neural, terdapat notokord yang berwarna putih. Menurut
Bhatnagar & Bansal (2008) Pada tahap ini setelah terbentuk keping neural setelah ada
induksi dari bakal notochord, selanjutnya pada tepi kiri kananya akan membentuk lipatan
neural (neural fols) sedangkan bagian tengahnya melekuk disebut parit neural (neural
groove) yang nantinya akan membagi embrio menjadi belahan kanan dan kiri. Bersamaan
dengan itu juga terjadi pertemuan antara lipatan neural kanan dan lipatan neural kiri yang
akan membentuk bumbung neural.
.

Gambar : Tahap Akhir Neurulasi


Sumber : Slack, 2008
Gambar Pembentukan Neural Tube
Sumber : Campbell et al, 2008

Preparat 10 menunjukkan tahap pertama pembentukan tunas ekor kemudian pada


model 14 dan 15 merupakan embrio pada tahap tunas ekor. Warna hijau menunjukkan
derivat dari ektoderm, warna kuning menunjukkan derivat dari endoderm, warna orange
menunjukkan derivat dari emsoderm, warna putih merupakan derivat dari notokord dan
warna biru merupakan derivat arkenteron yang membentuk saluran pencernaan.
Lapisan ektoderm yang merupakan lapisan luar embrio akan berdiferensiasi
menjadi ektoderm neural yang akan menjadi sistem saraf pusat, dan pial neural yang akan
membentuk sistem saraf perifer, medula adrenal, melanosit. Sedangkan turunan epidermis
dapat dibagi menjadi dua macam, yang merupakan penebalan epidermis akan membentuk
lensa mata, telinga dalam, dan puting pengecap. Epidermis lainnya akan berkembang
menjadi apidermis kulit, lapisan permukaan mulut dan anus (Lestari dkk, 2013).
Lapisan mesoderm dibagi menjadi lima bagian. (1) kordamesoderm yang
membentuk notokord. (2) mesoderm dorsal yang membentuk somit yang akan berkembang
menajdi tulang, otot rawan dan dermis. (3) mesoderm intermediet yang membentuk sistem
urogenital. (4) mesoderm lateral yang terbagi lagi menjadi mesoderm somatik dan
mesoderm splanknik. Mesoderm splanknik terbagi menjadi mesoderm splanknopleura
yang akan membentuk jantung, pembuluh darah dan sistem peredaran darah. (5)
Mesoderm kepala membentuk jaringan ikat dan otot wajah (Lestari dkk, 2013).
Lapisan endoderm akan berkembang membentuk epitel pelapis saluran pencernaan,
epitel pelapis sistem respirasi, pelapis uretra, pelapis kandung kemih, pelapis sistem
reproduksi, hati, pankreas, timus, kelenjar tiroid dan paratiroid (Campbell et al, 2008).
Menurut Campbell et al (2008), bumbung neural kemudian bermigrasi ke berbegai
bagian embrio, membentuk saraf tepi, bagian bagian gigi, tulang tengkorak, dan
sedemikian banyak tipe sel yang berbeda sehingga beberapa ahli biologi perkembangan
menyatakan bahwa bumbung neural dapat dianggap sebagai lapisan germinal keempat.
Bagian bagian notokord vetebrata tetap ada sebagai bagian dalam dari cakram vertebra
ada hewan dewasa.

Gambar Tailbud Stage in Median Section


Sumber : Slack, 2008
Gambar Derivat Dewasa dari Ketiga Lapisan Germinal Embrionik pada Vertebrata
Sumber : Campbell et al, 2008

2. Irisan Seri Berudu Katak (Larva Muda)


Irisan seri merupakan irisan yang dirancang secara bersambungan dari bagian
paling anterior menuju bagian paling posterior. Bagian anterior yang dimaksud adalah otak
bagian depan atau prosensefalon dan dilanjutkan hingga ke bagian paling posterior yaitu
ekor dan sirip. Irisan seri ini diambil dari larva muda atau berudu katak yang bertujuan
untuk mengetahui differensiasi dan perkembangan dari bagian-bagian organ dan sistem
organ katak (Huettner, 1957).
Pada praktikum disajikan powerpoint irisan melintang secara bersambungan. Tidak
disajikan preparat irisan melintang seri karena preparat telah mengalami kerusakan
sehingga tidak dapat diamati di bawah mikroskop. Irisan melintang dimulai dari bagian
anterior berudu katak yaitu irisan yang melewati prosensefalon dan dilanjutkan pada irisan
melintang yang melewati prosensefalon dan olfaktori plakoda. Pada irisan melintang yang
melewati prosensefalon terlihat 3 bagian yaitu ektoderm kulit, prosensefalon, dan
neurocoel sedangkan irisan melintang yang melewati prosensefalon dan olfaktori plakoda
terdapat 4 bagian ektoderm kulit, prosensefalon, kepala mesenkeim, dan olfaktori plakoda.
Prosensefalon merupakan otak depan utama yang terdiri dari semua bagian anterior otak
untuk garis yang ditarik dari posterius tuberculum ke batas anterior dari penebalan dorsal,
sebagian besar anterior dan ventral ke notochord (Barth, 1949). Pada irisan melintang yang
melewati olfaktori plakoda terlihat bahwa belahan otak semakin tebal dan terlihat adanya
olfaktori plakoda yang merupakan tempat saraf lobus olfaktori atau lobus penciuman.
Lobus olfaktori awalnya berpasangan tetapi lama kelamaan akan menyatu (Arey, 1946).
Olfaktori plakoda dan lobus olfaktori berasal dari telensefalon.

Irisan Melintang Melewati Prosensefalon Irisan Melintang Melewati Prosensefalon


dan Olfaktori Plakoda

Irisan melintang selanjutnya yang lebih ke bagian kaudal yaitu melewati


prosensefalon, optic cup dan stomodeum. Prosensefalon masih terlihat pada irisan ini.
Terlihat adanya bagian optic cup yang sebenarnya terletak di atas olfaktori plakoda. Optic
cup nantinya akan menjadi retina dan lens vesicle nantinya akan menjadi sebuah lensa dan
merupakan bagian dari organ mata katak (Rugh, 1949).

Irisan Melintang Melewati


Prosensefalon, Optic Cup Dan
Perkembangan Mata Katak
Stomodeum
Sumber: Rugh, 1949
Sumber: Rugh, 1949
Pada permukaan ventral embrio, lekukan di garis tengah embrio terlihat
stomodeum yang merupakan invaginasi ke arah foregut dan stomodeal ektoderm
membentuk sebuah kantong dari ektoderm yang disebut sebagai oral membran (Morgan,
1897). Membran ini nantinya akan pecah dan membentuk mouth opening. Pada bagian sisi
kanan dari permukaan ventral embrio terdapat adhesive gland yang merupakan kelenjar
perekat atau juga disebut sebagai kelenjar lendir, kelenjar semen atau pengisap oral.

Stomodeum dan Adhesive Gland dari Embrio Katak


Sumber: Oppenheimer dan Chao, 1944

Irisan selanjutnya yaitu melewati mesencephalon, prosencephalon, optic cups, oral


plate, dan adhesive gland. Pada irisan ini terlihat sudah adanya mesensefalon yang
berfungsi sebagai jalur saluran saraf antara prosensefalon anterior dan rombensefalon
posterior (Noble, 1931). Prosensefalon sudah mulai terletak di bagian posterior embrio,
adhisive gland semakin terlihat dan membesar, dan stomodeum menjadi oral plate.

Irisan Melintang Melewati Mesencephalon,


Prosencephalon, Optic Cups, Oral Plate, dan
Adhesive Gland
Irisan selanjutnya yaitu melewati mesensefalon, infundibulum, optic cups, lensa,
evaginasi oral, dan adhesive gland. Pada irisan ini prosensefalon sudah tidak terlihat, tetapi
telah terlihat adanya infundibulum, hipofisis, dan foregut. Optic cup dan adhesive gland
masih terlihat di irisan ini.

Irisan Melintang Melewati Mesensefalon,


Infundibulum, Optic Cups, Lensa, Evaginasi
Oral, Dan Adhesive Gland.

Otak mengecil dan terbagi menjadi 2 bagian terpisah. Pada bagian ventral terdapat
infundibulum yang merupakan sumber dari kelenjar pituitari posterior (neurohipofisis)
(Morgan, 1897). Sel-sel dari infundibulum akan bergabung dengan sel dan pigmen dari
hipofisis. Sel-sel infundibulum merupakan bagian posterior dari kelenjar pituitari dan
hipofisis menjadi bagian anterior dari kelenjar pituitari (Rugh, 1949).

Perkembangan Kelenjar Pituitari Katak


Sumber: Rugh, 1949
Foregut merupakan bagian prosensefalon pada akhir dari kranial. Dinding foregut
terbentuk dari endoderm (Morgan, 1897).
Pada irisan melintang seri selanjutnya adalah irisan yang melewati rombensefalon,
infundibulum, hipofisis, faring, dan adhesive gland. Terlihat adanya rombensefalon, saraf
kranial, infundibulum, hipofisis, faring dan adhesive gland. Pada perkembangan embrio,
rombensefalon merupakan bagian paling kaudal dari otak yang memiliki rongga disebut
rhombocoel. Rombensefalon juga disebut sebagai hindbrain (Marshall, 1893). Faring
merupakan bagian foregut yang mengalami perluasan (Morgan, 1897).

Irisan Melintang Melewati Rombensefalon,


Infundibulum, Hipofisis, Faring, dan Adhesive
Gland

Pada irisan yang melewati rombensefalon, notokord, thyroid anlage,dan adhesive


gland dengan irisan yang melewati rombensefalon, notokord, kapsul otik, dan thyroid
anlage bagian-bagian yang terlihat menunjukkan bagian yang sama yaitu masih terdapat
rombensefalon dan faring. Di bagian bawah dari rombensefalon terdapat notokord dan otik
kapsul yang terletak di ventral dari notokord. Notokord merupakan bagian dari sel
mesoderm. Thyroid anlage terbentuk dari lengkung brankhial yang mengalami evaginasi
dari area buccopharyngeal (McDiarmid dan Altig, 1999). Otik kapsul yang juga disebut
sebagai kantung auditori terbentuk dari invaginasi plakoda otik. Ketika otik kapsul telah
berpisah dengan ektoderm kepala maka akan membentuk telinga dalam.

Irisan Melintang Melewati Rombensefalon,


Notokord, Thyroid Anlage, dan Adhesive Gland
Notokord dan Rombesefalon pada Tahap
Tunas Ekor Embrio Katak
Sumber: Oppenheimer dan Chao, 1944
Irisan melintang seri selanjutnya yaitu melewati rombensefalon, kapsul otik,
faring, bilateral pericardial coelom, dan adhesive gland dapat diketahui bahwa tiroid anlage
sudah tidak terlihat melainkan terlihat adanya pericardial coelom. Rombensefalon, notokrd,
otik kapsul, dan faring masih terlihat apada irisan ini. Pericardial coelom dan pericardium
nantinya akan berkembang menjadi aurikel dan ventrikel (Lal, 2008).

Irisan Melintang Melewati Rombensefalon, Aurikel dan Ventrikel pada Berudu Katak
Kapsul Otik, Faring, Bilateral Pericardial Coelom, Sumber: Lal, 2008
Dan Adhesive Gland

Irisan melintang selanjutnya dalah irisan yang melewati rombensefalon, kapsul


otik, faring, bagian anterior jantung, dan adhesive gland. Pada irisan ini rombensefalon,
notokord, faring, dan pericardial coelom masih terlihat hanya saja ada tambahan yaitu
terdapat jantung yang terletak di antara pericardial coelom. Pada irisan melintang yang
melewati rombensefalon, notokord, kapsul otik, faring, dan tabung jantung.
Rombensefalon, notokord, faring, jantung, dan perikardial coelom masih terlihat hanya
saja ada tambahan yaitu somite pertama. Pelat tulang belakang yang terletak pada posterior
faring dibagi menjadi beberapa bagian yang dikenal sebagai somit metameric (Barth,
1949). Pada setiap saat dalam perkembangan embrio awal, somit anterior menunjukkan
diferensiasi terbesar.

Irisan Melintang Melewati Rombensefalon, Irisan Melintang Melewati Rombensefalon,


Kapsul Otik, Faring, Bagian Anterior Jantung, Notokord, Kapsul Otik, Faring, Dan Tabung
dan Adhesive Gland Jantung

Pada irisan melintang seri selanjutnya yang melewati rombensefalon, notokord,


faring, dan jantung. Rombensefalon, somit, notokord, faring, jantung, dan pericardial
coelom masih terlihat. Hanya saja di bagian dorsal dari jantung terlihat adanya dorsal
mesokardium. Dorsal mesokardium adalah bagian jantung yang tergantung dengan
pericardial cavity pada jembatan dorsal splanchnic mesoderm (Morgan, 1897). Lapisan
luar dari mesoderm akan menjadi membran perikardial sedangkan lapisan dalam dari
mesoderm akan menjadi miokardium. Endokardium adalah selaput jantung yang muncul
dari sel-sel mesodermal yang tersebar.

Irisan Melintang Melewati Rombensefalon,


Notokord, Faring, dan Jantung
Perkembangan Jantung Pada Embrio Katak
Sumber: Rugh, 1949

Pada irisan melintang seri yang melewati spinal cord, notokord, somite, faring, dan
liver diverticulum. Rombensefalon sudah tidak terlihat lagi. Yang terlihat adalah spinal
cord, somit, notokord, faring, nefrotom, dan liver diverticulum. Nefrotom merupakan
bagian antero-posterior dari mesoderm yang nantinya akan menjadi bagian sistem ekskresi.
Nefrotom akan berkembang menjadi nefrocoel yang merupakan awal dari kepala ginjal
embrio (pronefros) (McDiarmid dan Altig, 1999). Liver diverticulum merupakan rudimen
dari hati.

Irisan Melintang Melewati Spinal Cord, Notokord, Somite,


Faring, dan Liver Diverticulum

Pada irisan melintang yang melewati spinal cord, somite, notokord, subnotochordal
rod, midgut, dan yolky endoderm terlihat bagain spinal cord, somit, notokord,
subnotokord, midgut, dan yolky endoderm. Midgut adalah bagian yang tersisa dari usus
yang mengandung rongga kecil dan dibatasi oleh bagian punggung oleh lapisan tipis dari
sel mesoderm (Morgan, 1897).

Irisan Melintang Melewati Spinal Cord,


Notokord, Somite, Faring, dan Liver
Diverticulum

Irisan Melintang Embrio Katak Melewati Midgut


Sumber: Oppenheimer dan Chao, 1944

Irisan melintang yang melewati spinal cord, notokord, hindgut, dan somites terlihat
bagian dorsal fin yang merupakan sirip tadpole pada bagian dorsal, masih terlihat spinal
cord, notokord, somite, dan hindgut. Irisan posterior selanjutnya yang mengikuti midgut
secara bertahap bergerak ke ventral dan sedikit meluas hal ini disebut sebagai hindgut
(Morgan, 1897).

Irisan Melintang Melewati Spinal Cord,


Notokord, Hindgut, dan Somites

Irisan Melintang Embrio Katak Melewati


Hindgut
Sumber: Oppenheimer dan Chao, 1944
Pada irisan melintang spinal cord, notokord, somite, dan proctodeum terlihat bagian
dorsal vin, spinal cord, notokord, hindgut, dan paling posterior sudah terlihat proctodeum.
Proctodeum nantinya akan menjadi bakal dari kloaka. Menurut Morgan (1897) endodermis
dari hindgut akan berfusi dengan ektoderm dari proctodeum untuk membentuk cloacal
membran. Oleh karena itu cloaca membran merupakan derivat dari endoderm dan
ektoderm.

Irisan Melintang Melewati Spinal Cord,


Notokord, Somite, dan Proctodeum

Irisan melintang seri yang terakhir yaitu melewati ekor, dorsal dan ventral fins.
Pada irisan ini notokord dan somit sudah tidak terlihat lagi yang terlihat hanya bagian
dorsal fin, spinal cord, dan ventral fin. Dorsal fin dan ventral fin adalah bagian yang
merupakan pembatas dari ektoderm kulit yang mengalami penipisan. Dorsal fin dan ventral
fin juga berfungi sebagai pergerakan yang primitif (McDiarmid dan Altig, 1999).

Dorsal Fin dan Ventral Fin pada Morfologi


Luar Embrio Katak
Sumber: Oppenheimer dan Chao, 1999

Irisan Melintang Melewati Ekor, Dorsal


Dan Ventral Fins
Kesimpulan
1. Tipe sel telur amfibi berdasarkan penyebaran yolk (kuning telur) adalah telolecithal yang
berarti yolknya banyak dan tersebar tidak merata sehingga berkumpul pada salah satu
kutub. Tipe pembelahan sel telur pada amfibi holoblastik tidak sempurna/unequal yang
artinya sel yang membelah/blastomer tidak sama besar atau dominan pada satu kutub,
sehingga blastomer terbagi menjadi makromer (dominan) dan mikromer. Bidang
pembelahan embrio katak meliputi bidang pembelahan meridional dan horizontal.
2. Perkembangan katak terbagi menjadi tahap pembelahan, tahap blastulasi yang dicirikan
terdapat blastocoel, tahap gastrulasi yang diawali dengan pembentukan bibir dorsal
blastoporus dan diakhiri dengan terbentuknya tiga lapisan germinal, tahap neurulasi dan
diakhiri dengan tahap tunas ekor.
3. a. Bagian-bagian yang berasal dari ektoderm adalah adhesive gland, optic cup, dorsal fin,
ventral fin, infundibulum, prosensefalon, rombensefalon, mesensefalon, stomodeum, spinal
cord, olfaktori plakoda, dan optik plakoda.
b. Bagian-bagian yang berasal dari mesoderm adalah notokord, somit, ventrikel,
dorsal mesokardium, parietal perikardium, pronefros, dan subnotokordal rod.
c. Bagian-bagian yang berasal dari endoderm adalah duodenum, foregut, hindgut,
midgut, faring, dan liver diverkulum.
e. Bagian-bagian yang berasal dari ektoderm dan endoderm adalah membran
kloaka dan membran oral.

DAFTAR PUSTAKA
Arey, L. B. 1946. Developmental Anatomy 5th ed. Philadelphia: W. B. Saunders Co.

Barth, L. G. 1949. Embryology. New York: The Dryden Press, Inc.


Bhatnagar, M.C & Bansal, Geeta. 2008. Developmental Biology. India : Kroshna
Prakashan Media
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari, R. et al.
safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds). Jakarta.Erlangga
Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Urry, Lisa A., Cain, Michael L., Wasserman, Steven A.,
Minorsky, Peter V & Jackson, Robert B. 2008. Biology 8th Edition. San Fransisco :
Pearson Benjamin Cummings
Ciptono.2008. Perkembangan Katak.Yogyakarta: FMIPA UNY
Dagala, Ned Arnnie. 2015. A Study of Frog Embryo. Department of Biological Sciences,
Institute of Arts and Sciences, Far Eastern University, Nicanor Reyes Sr., Manila.
(Online), (DOI: 10.13140/RG.2.1.3696.9121), diakses 21 Oktober 2016
Gilbert , Scott F. 2003. Developmental Biology 7 th Edition. Australia : Elsevier
Hervas, Francisca.,Torres, Karina P.,Larrea, Paola Montenegro and del Pino, Eugenia M.
2015. Development and gastrulation in Hyloxalus vertebralis and Dendrobates
auratus (Anura: Dendrobatidae). Amphibian & Reptile Conservation. (Online),
(8(1) [Special Section]: 121135 (e90)), diakses 21 Oktober 2016
Huettner, A. F. 1957. Fundamentals of Comparative Embryology of The Vertebrates. New
York: The Mc. Millan Co

Lal, S. S. 2008. A Textbook of Practical Zoology Volume-3 for Undergraduate Students.


New Delhi: Rastogi Publication

Marshall, A. M. 1893. Vertebrate Embryology. London: Putnam & Co., Ltd

McDiarmid, Roy W., & Altig, Ronald. 1999. Tadpoles The Biology of Anuran Larvae.
London: The University of Chicago Gland

Moore, Keith L.1988. The Developing Human. Canada : W.B Saunders company
Morgan, T. H. 1897. Development of the Frog's Egg: Introduction to Experimental
Embryology. New York: The Macmillan Co.

Nieuwkoop, P.D. and L.A. Sutasurya. 1979. The migration of primordial germ cells. In:
Primordial Germ Cells in the Chordates. Cambridge : Massachussetts.
Noble, G. K. 1931. The Biology of the Amphibia. New York: The McGraw-Hill Book
Company, Inc.

Oppenheimer, Steven B & Chao, Richard L. C. 1944. Atlas of Embryonic Development.


USA: California State University

Purves et al, 1998. Life: The Science of Biology. Inggris : MA Sinauer Associate
Rugh, Roberts. 1949. A Laboratory Manual of Vertebrate Embryology. Minneapolis:
Burgess Publishing Company.

Rugh, Roberts.1951. The Frog Its Reproduction and Development. Toronto: The
Blackiston Company
Salazar-Nicholls, Mara-Jos and del Pino, Eugenia M. 2015. Early development of the
glass frogs Hyalinobatrachium fleischmanni and Espadarana callistomma
(Anura:Centrolenidae) from cleavage to tadpole hatching. Amphibian & Reptile
Conservation. (Online), (8(1) [Special Section]: 89106 (e88)), diakses 21 Oktober
2016
Sastry K. V. & Dr. Shukal. 2007. Developmenal Biology. Rastogi Publication. India.
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito
Sugianto, 1996. Perkembangan Hewan. Yogyakarta.Universitas Gadjah Mada Press.
Sukra, Y. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio- Benih Masa Depan. Jakarta: Direktur
Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS.

Jawaban Evaluasi
1. Telur katak mempunyai dua kutub. Kutub anima berpigmen hitam sedangkan kutub
vegetative tidak berpigmen. Ciri telur yang telah difertilisasi adalah adanya daerah kelabu
yang berbentuk sabit. Hal ini akibat penetrasi sperma sehinggaa pigmen di tempat yang
berlawanan bergeser kearah masuknya sperma kurang lebih sepertiga pigmen-pigmen
menjadi berkurang dan tampak bagian ini lebih pucat warnanya.
2. Pada fase gastrula, embrio mengalami proses diferensiasi dengan mulai menghilangkan
blastosol. Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah dengan cepat. Akibatnya, sel-sel
pada kutub vegetatif membentuk lekukan ke arah dalam (invaginasi). Invaginasi akan
membentuk dua formasi, yaitu lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm).
Bagian ektoderm akan menjadi kulit dan bagian endoderm akan menjadi berbagai macam
saluran. Bagian tengah gastrula disebut dengan arkenteron. Pada perkembangan
selanjutnya, arkenteron akan menjadi saluran pencernaan pada hewan vertebrata dan
beberapa invertebrata. Bagian luar yang terbuka pada gas menuju arkenteron disebut
dengan blastofor. Bagian ini dipersiapkan menjadi anus dan pada bagian ujung akan
membuka dan menjadi mulut. Pada fase ini akan terjadi lanjutan diferensiasi
sebagian endoderm menjadi bagian mesoderm. Pada akhir dan gastrula telah terbentuk
bagian endoderm, mesoderm, ektoderm
3. Cara mengenali wilayah otak, bakal mata, dan bakal hidung adalah dengan melihat irisan
transversal embrio katak. Untuk wilayah otak dapat diketahui dengan adanya bagian-
bagian prosensefalon, mesensefalon, rombensefalon, infundibulum dan hipofisis.
Untuk wilayah bakal mata meliputi optic cup
Untuk wilayah hidung meliputi olfactory plakoda

Anda mungkin juga menyukai