JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 * editor BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Teori Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan fasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903. (Putra,2004: 1) Kromatografi merupakan cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya merupakan fase stasioner (tetap) dan fase mobil (fase bergerak). Pada fase mobil, suatu zat dialirkan menembus / sepanjang fase stasioner dan cenderung menghanyutkan komponen campuran. Sedangkan pada fase stationer cenderung menahan komponen campuran. (Tanpa Nama: 2007). Fase stasioner dapat berupa kertas saring atau gel, sedangkan fase bergeraknya merupakan eluen yang terdiri dari campuran pelarut. Pada kromatografi kertas, bahan yang akan dipisahkan diletakkan pada kertas saring dan ujung kertas saring dicelupkan pada eluen. Seara kapiler eluen akan bergerak ke atas. Bila suatu senyawa lebih larut dalam pelarut yang stasioner, maka pergerakannya lebih lambat dibandingkan dengan bahan yang lebih larut dalam pelarut yang bergerak. Oleh karena itu, senyawa dalam suatu bahan dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan kecepatan pergerakan senyawa-senyawa tersebut. Selain itu, berat molekul dari suatu senyawa dapat mempengaruhi kecepatan pergerakannya.
Gambar menunjukkan apa yang tampak setelah pelarut telah bergerak hampir seluruhnya ke atas. Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis depan pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan: jarak (cm ) dari garis jarak yang ditempuh oleh senyawa Rf = jarak yang ditempuh oleh pelarut Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 1990). Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul campuran antara dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi partisi cairan dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan dalam kromatografi partisi adalah partisi gas, partisi cairan yang menggunakan alas tak bergerak (misalnya komatografi kolom), kromatografi kertas dan lapisan tipis ( Svehla, 1979). Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Basset, 1994). Pigmen Mata Drosophila Pertama kali T.H. Morgan menemukan karakter mata putih (white). Selanjutnya Beadle dan Tatum menemukan jenis lain dari warna mata Drosophila. Berbagai perubahan pada gen (mutasi) dapat mempengaruhi struktur, fungsi, atau pengaturan protein yaitu enzim. Warna mata pada mutan berbeda dibandingkan yang lainnya karena terdapat kecacatan/kerusakan satu atau beberapa enzim yang dibutuhkan dalam jalur biokimia dalam sintesis pigmen. Sebagai konsekuensinya, pigmen menjadi hilang dan atau terdapat pigmen berbeda yang terakumulasi karena kerusakan pada jalur biosintesis pigmen tersebut. Ada dua jenis pigmen m,ata Driososphila yaitu : 1. Pigmen cokelat yang disebut juga ommochrome, yang dihasilkan dari metabolisme triptofan. 2. Pigmen merah yang disebut juga pteridine, yang dihasilkan dari metabolisme purin. Warna mata pada lalat liar yaitu perpaduan antara beberapa pigmen yang berbeda-beda. Pada Drosophila melanogaster terdiri atas 7 pteridine. Jika terjadi mutasi pada jalur ommochrome (pigmen cokelat), warna cokelat akan hilang dan warna mata akan menjadi merah terang. Sebaliknya, jika terjadi mutasi pada jalur pteridin maka warna mata akan menjadi lebih gelap. Suatu mutan diberi nama berdasarkan warna matanya, dan tidak berhubungan dengan kerusakanan biokimia. Sebagai contoh, mutan brown memiliki warna mata cokelat, karena kehilangan pteridine, sehingga mutasi mempengaruhi suatu enzim pada jalur biosintesis pteridine. (Tanpa Nama:Tanpa Tahun) B. Latar Belakang
Kromatografi pigmen mata pada Drosophila melanogaster dapat dipengaruhi oleh aktivitas produk gen mempengaruhi fenotip. Yang diantaranya menghasilkan protein didalam sel sebagai enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi ataupun sebagai protein structural yang membentuk sel. Mutasi yang terjadi menyebabkan suatu protein tidak berfungsi, maka mutan yang dihasilkan bersifat resesif. Pada pigmen mata Drosophila melanogaster menyebabkan warna mata pada drosophila melanogaster berwarna merah. Pteridin yang terdapat pada lalat buah meliputi (1) Drosopterin yang menyebabkan warna merah pada mata, dan (2) Ommokrom yang menyebabkan warana coklat pada mata. Drosophila melanogaster memiliki warna pigmen mata yang berbeda-beda tergantung pada gen yang berperan dalam pembentukan pteridin. Jika terjadi mutasi warna mata yang akan teramati akan menjadi coklat, apabila kelompok drosopterin tidak ada. sedangkan warna mata akan menjadi merah terang jika kelompok ommokrom yang tidak ada. Dalam praktikum ini kromatografi digunakan untuk memisahkansuatu senyawa dengan menggunakan suatu fasa stasioner dan suatu fasa bergerak yang berupa kertas saring atau gel yang terdiri dari campuran pelarut.
C. Prinsip kerja Prinsip kerja dalam praktikum ini adalah mengamati pigmen mata Drosophila melanogater. Dengan mengamati warna pigmen mata lalat buah yang rata-rata berbeda, dengan menggunakan metode kromatografi yang menggunakan suatu fasa stasioner dan fasa bergerak berupa kertas saring atau gel dan campuran pelarut. Pada kromatografi kertas bahan yang akan dipisahkan diletakkan pada kertas saring dan ujung kertas saring dicelupkan pada eluen. Secara kapiler eluen akan bergerak keatas. Bila suatu senyawa lebih larut dalma pelarut yang satsioner, maka pergerakannya lebih lambat dibandingkan dengan bahan yang lebih larut dalam pelarut yang bergerak.
D. Tujuan Praktikum Setelah selesai melakukan praktikum, mahasiswa dapat: 1. Mengamati pigmen mata Drosophila melanogaster dengan metode kromatografi 2. Membandingkan pigmen-pigmen yang terdapat pada masing-masing mutan dengan pigmen-pigmen yang terdapat pada lalat yang normal 3. Mengetahui nilai Rf hasil kromatografi mata Drosophila
BAB II METODE KERJA A. Alat dan bahan Lalat buah normal Lalat mutan Kertas saring whatman no.1 Gunting Penggaris Pensil Jarum pentul Alat penjepret kertas Bejana kromatografi dengan tutup gelas Larutan NBA (N-butanol:asam asetatglasial:aquades=20:3:7) Vaselin Lampu UV
B. Cara kerja
1 Memberi tanda pada kertas saring yang berukuran 16 X 16 cm 2 Memberi tanda 0 dengan pensil pada garis pertama, dengan jarak masing-masing 2 cm 3 Menulis nama kelompok di sebelah atas kertas saring dengan menggunakan pensil 4 Mengisi bejana dengan larutan NBA setinggi 1 cm. mengoleskan vaselin pada mulut bejana dan menutup bejana dengnan tutup kaca 5 Mengambil 3 lalat buah mutan dan 1 lalat normal dan memotong kepalanya dengan jarum pentul 6 Meletakan 1 kepala diatas tanda o pada kertas saring dan menekan kepalanya. menggulanginya pada lalat yang lain 7 Menggulung kertas saring sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebalahan dan menjepret kertas saring di sebelah atas dan bawah 8 Memasukan kertas saring secara tegak di dalam bejana. melakukannya dengan hati-hati agar kertas saring tidak bersentuhan dengan kertas saring yang lain atau dengan bejana 9 Menutup bejana dan memberi vaselin. mendiamkan beberapa jam sampai larutan eluen bergerak melewati garis kedua atau menghentikan proses kromatografi tepat saat eluen sampai di garis kedua 10 Mengambil kertas saring. membuat garis dengan pensil pada batas pergerakan eluen 11 Mengeringkan kertas saring dan mengamati dibawah sinar UV. Memberi tanda dengan pensil sekeliling bercak yang terlihat dan mencatat warnyanya dan warna fluoresensinya 12 Menentukan pigmen-pigmen yang termasuk kelompok Drosopterin dan Ommokrom berdasarkan hasil kromatogram yang diperoleh, dengan cara membandingkan pigmen yang terdapat pada masing-masing mutan dengan pigmen pada lalat normal BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan terhadap pigmen mata pada lalat buah Drosophila melanogaster dengan cara kromatografi kertas. Seperti yang kita ketahui bahwa lalat buah memiliki 2 jenis pigmen, yaitu pigmen merah atau Pteridin dan pigmen cokelat atau Ommokrom. Untuk itu, mata lalat buah Drosophila melanogaster normal dan beberapa mutan (White mutan, Sephia mutan dan Cloth mutan) ditekan dan ditempatkan pada kertas saring yang telah disiapkan seperti cara kerja diatas. Setelah dimasukkan ke dalam bejana Kromatografi yang menggunakan pelarut eluen atau NBA (N-Butanol Asetatglasial Akuades) kertas saring tersebut kemudian didiamkan sampai larutan naik pada batas yang telah ditentukan (10 cm). Kertas saring tersebut memperlihatkan pergerakan larutan eluen yang cepat dibandingkan dengan pergerakan bahan yang akan dipisahkan yaitu pergerakan warna pigmen mata. Pigmen mata tidak akan terlihat pada cahaya putih (lampu neon/lampu pijar) tetapi akan mengalami perpijaran/fluoresensi dalam cahaya UV. Setelah di fluoresensi menggunakan sinar UV, jarak pigmen mata normal adalah 2,4 cm, jarak pigmen pada mutan mata sepia adalah 4 cm, jarak pigmen pada mutan mata cloth adalah 1,8 cm dan pada mata putih adalah 0,5 cm. Jadi, Rf (Rate of Fluoresensi) pada masing-masing mata lalat Drosophila melanogaster mata normal, mutan sepia, mutan white, dan mutan cloth adalah berturut-turut (0,24), (0,4), (0,05) dan (0,18). Pada mata lalat Drosophila melanogaster yang normal, nilai Rf-nya menduduki nilai kedua tertinggi setelah sephia. Sebenarnya, nilai Rf Drosophila melanogaster normal menduduki nilai tertinggi karena pada mutan, matanya mengalami mutasi pada gen-gen tertentu yang berperan dalam pembentukan pigmen, baik itu pigmen Pteridin atau pigmen Ommokrom. Mungkin dalam penentuan jarak fluoresensi kami melakukan kekeliruan sehingga jarak fluoresensi sephia nampak lebih tinggi dari yang normal. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mata sepia terjadi mutasi pada gen yang berperan dalam pembentukan atau sintesis Pteridin/Drosopterin yaitu pada saat perubahan Dihidrobiopterin menjadi Sepiapterin sehingga Sepiapterin tidak diubah menjadi Xanthopterin. Sedangkan pada sintesis Ommokrom tetap terjadi sehingga warna cokelat lebih mendominasi dibandingkan dengan warna merah. Dengan kata lain, mata pada mutan sepia adalah cokelat. Lalat buah mata Cloth memiliki warna mata merah terang dibandingkan dengan merah pada mata lalat normal. Warna mata merah terang terjadi karena mengalami mutasi yang menyebabkan sintesis Ommokrom tidak terjadi. Hal inilah yang akan menyebabkan pigmen cokelat tidak ada sehingga yang ada hanya pigmen merah saja. Lalat buah mata White memiliki warna putih jernih. Pada mata White nilai Rf adalah 0,05. Nilai Rf yang kecil ini pun kami ambil karena melihat adanya titik fluoresensi pada kertas kromatografi mutan white, yang bisa jadi bukan karena adanya pigmen tetapi hanya terkontaminasi saja. Hal ini berarti pigmen mata bisa dikatakan tidak terdapat pada mutan tipe white. Mutan tipe ini terjadi mutasi pada kedua sintesis pigmen yaitu mutasi yang menyebabkan hilangnya kelompok Ommokrom dan kelompok Pteridin/Drosopterin sehingga pembentukan warna pigmen mata tidak terjadi.
C. Jawaban pertanyaan 1. Fluorosensi adalah pemencaran sinar oleh atom/molekul setelah terlebih dahulu disinari. Dalam kegiatan praktikum ini, fluorosensi yang dimaksud adalah pemendaran cahaya dari pigmen mata Drosophila oleh sinar UV. Karena pigmen mata pteridin pada lalat buah tidak dapat terlihat dalam cahaya putih (lampu neon/lampu pijar), tetapi akan berfluorosensi dalam cahaya UV.
2. Nilai rate of flow dari setiap pigmen mata : a. White, rf : 0.5/10 = 0.05 b. Normal, rf : 2,4/10 = 0.24 c. Cloth, rf : 1,8/10 = 0.18 d. Sephia, rf : 4/10 = 0.4
3. Tujuan dari praktikum ini adalah melihat dan menentukan pigmen-pigmen mata Drosophila melanogaster yang termasuk kelompok drosopterin dan ommokrom dengan metode kromatografi. BAB IV KESIMPULAN
Pigmen mata pada Drosiphila normal terdiri dari pigmen pteridin berjenis ommokrom dan drosopterin. Pigmen pteridin ini akan berpendar (berflouresensi) jika disinari oleh UV. Hasil dari penyinaran dengan UV menunjukkan bahwa jenis Drosophila mutan yang memiliki pigmen mata pteridin yaitu jenis cloth dan sephia, sedangkan untuk Drosophila mutan tipe white tidak memiliki pigmen mata pteridin. Berdasarkan pengematan nilai Rf (Rate of Fluoresensi) pada masing-masing mata lalat Drosophila melanogaster mata normal, mutan sepia, mutan white, dan mutan cloth adalah berturut-turut (0,24), (0,4), (0,05) dan (0,18).
DAFTAR PUSTAKA
F George, H George. 2005. Drosophila melanogaster. 2 nd ed. Jakarta: Erlangga Surya.2008. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press http://nununghaerani.blogspot.com/2009/11/kromatografi-pigmen-mata-lalat-buah.html http://agushome.blogspot.com/2009/07/pigmen-mata-drosophila.html http://agushome.blogspot.com/2009/07/kromatografi.html http://agushome.blogspot.com/2009/07/pigmen-mata-drosophila.html http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_kertas/ http://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/kromatografi-kertas/