Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

Kromatografi Pigmen Mata Drosophila melanogaster


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Genetika
Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010





Disusun oleh:

Anissa Paramita 0700594
Anti Yunita 0700960
Cucu Nurmalasari 0700410
Febi Ryza Rubbani 0706616
Mega Bella Fortuna 07
Nisa Permata A.K 0704368
Salinan* 0706582

Kelas B
Kelompok 3

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
* editor
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam
teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang bisa
berupa gas ataupun cair dan fasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan.
Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903. (Putra,2004: 1)
Kromatografi merupakan cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan
dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya merupakan fase stasioner (tetap) dan
fase mobil (fase bergerak). Pada fase mobil, suatu zat dialirkan menembus / sepanjang fase
stasioner dan cenderung menghanyutkan komponen campuran. Sedangkan pada fase
stationer cenderung menahan komponen campuran. (Tanpa Nama: 2007). Fase stasioner
dapat berupa kertas saring atau gel, sedangkan fase bergeraknya merupakan eluen yang
terdiri dari campuran pelarut. Pada kromatografi kertas, bahan yang akan dipisahkan
diletakkan pada kertas saring dan ujung kertas saring dicelupkan pada eluen. Seara kapiler
eluen akan bergerak ke atas. Bila suatu senyawa lebih larut dalam pelarut yang stasioner,
maka pergerakannya lebih lambat dibandingkan dengan bahan yang lebih larut dalam
pelarut yang bergerak. Oleh karena itu, senyawa dalam suatu bahan dapat dipisahkan
berdasarkan perbedaan kecepatan pergerakan senyawa-senyawa tersebut. Selain itu, berat
molekul dari suatu senyawa dapat mempengaruhi kecepatan pergerakannya.









Gambar menunjukkan apa yang tampak setelah pelarut telah bergerak hampir seluruhnya ke
atas.
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis depan
pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai
Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan: jarak (cm ) dari garis
jarak yang ditempuh oleh senyawa
Rf =
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona
campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama
baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang
dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran
konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 1990).
Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul campuran antara
dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi partisi cairan dan
pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan dalam kromatografi partisi adalah partisi gas,
partisi cairan yang menggunakan alas tak bergerak (misalnya komatografi kolom),
kromatografi kertas dan lapisan tipis ( Svehla, 1979).
Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir
bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan,
fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu
pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada
lempeng kaca atau lembaran plastik (Basset, 1994).
Pigmen Mata Drosophila
Pertama kali T.H. Morgan menemukan karakter mata putih (white). Selanjutnya Beadle
dan Tatum menemukan jenis lain dari warna mata Drosophila. Berbagai perubahan pada gen
(mutasi) dapat mempengaruhi struktur, fungsi, atau pengaturan protein yaitu enzim. Warna
mata pada mutan berbeda dibandingkan yang lainnya karena terdapat kecacatan/kerusakan
satu atau beberapa enzim yang dibutuhkan dalam jalur biokimia dalam sintesis pigmen.
Sebagai konsekuensinya, pigmen menjadi hilang dan atau terdapat pigmen berbeda yang
terakumulasi karena kerusakan pada jalur biosintesis pigmen tersebut. Ada dua jenis pigmen
m,ata Driososphila yaitu :
1. Pigmen cokelat yang disebut juga ommochrome, yang dihasilkan dari metabolisme
triptofan.
2. Pigmen merah yang disebut juga pteridine, yang dihasilkan dari metabolisme purin.
Warna mata pada lalat liar yaitu perpaduan antara beberapa pigmen yang berbeda-beda.
Pada Drosophila melanogaster terdiri atas 7 pteridine. Jika terjadi mutasi pada jalur
ommochrome (pigmen cokelat), warna cokelat akan hilang dan warna mata akan menjadi
merah terang. Sebaliknya, jika terjadi mutasi pada jalur pteridin maka warna mata akan
menjadi lebih gelap. Suatu mutan diberi nama berdasarkan warna matanya, dan tidak
berhubungan dengan kerusakanan biokimia. Sebagai contoh, mutan brown memiliki warna
mata cokelat, karena kehilangan pteridine, sehingga mutasi mempengaruhi suatu enzim pada
jalur biosintesis pteridine. (Tanpa Nama:Tanpa Tahun)
B. Latar Belakang

Kromatografi pigmen mata pada Drosophila melanogaster dapat dipengaruhi oleh
aktivitas produk gen mempengaruhi fenotip. Yang diantaranya menghasilkan protein
didalam sel sebagai enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi ataupun sebagai
protein structural yang membentuk sel. Mutasi yang terjadi menyebabkan suatu protein tidak
berfungsi, maka mutan yang dihasilkan bersifat resesif. Pada pigmen mata Drosophila
melanogaster menyebabkan warna mata pada drosophila melanogaster berwarna merah.
Pteridin yang terdapat pada lalat buah meliputi (1) Drosopterin yang menyebabkan warna
merah pada mata, dan (2) Ommokrom yang menyebabkan warana coklat pada mata.
Drosophila melanogaster memiliki warna pigmen mata yang berbeda-beda tergantung pada
gen yang berperan dalam pembentukan pteridin. Jika terjadi mutasi warna mata yang akan
teramati akan menjadi coklat, apabila kelompok drosopterin tidak ada. sedangkan warna
mata akan menjadi merah terang jika kelompok ommokrom yang tidak ada. Dalam
praktikum ini kromatografi digunakan untuk memisahkansuatu senyawa dengan
menggunakan suatu fasa stasioner dan suatu fasa bergerak yang berupa kertas saring atau gel
yang terdiri dari campuran pelarut.

C. Prinsip kerja
Prinsip kerja dalam praktikum ini adalah mengamati pigmen mata Drosophila
melanogater. Dengan mengamati warna pigmen mata lalat buah yang rata-rata berbeda,
dengan menggunakan metode kromatografi yang menggunakan suatu fasa stasioner dan fasa
bergerak berupa kertas saring atau gel dan campuran pelarut. Pada kromatografi kertas
bahan yang akan dipisahkan diletakkan pada kertas saring dan ujung kertas saring
dicelupkan pada eluen. Secara kapiler eluen akan bergerak keatas. Bila suatu senyawa lebih
larut dalma pelarut yang satsioner, maka pergerakannya lebih lambat dibandingkan dengan
bahan yang lebih larut dalam pelarut yang bergerak.

D. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum, mahasiswa dapat:
1. Mengamati pigmen mata Drosophila melanogaster dengan metode kromatografi
2. Membandingkan pigmen-pigmen yang terdapat pada masing-masing mutan dengan
pigmen-pigmen yang terdapat pada lalat yang normal
3. Mengetahui nilai Rf hasil kromatografi mata Drosophila


BAB II
METODE KERJA
A. Alat dan bahan
Lalat buah normal
Lalat mutan
Kertas saring whatman no.1
Gunting
Penggaris
Pensil
Jarum pentul
Alat penjepret kertas
Bejana kromatografi dengan tutup gelas
Larutan NBA (N-butanol:asam asetatglasial:aquades=20:3:7)
Vaselin
Lampu UV


B. Cara kerja

1
Memberi tanda pada kertas saring yang berukuran 16 X 16 cm
2
Memberi tanda 0 dengan pensil pada garis pertama, dengan jarak masing-masing 2 cm
3
Menulis nama kelompok di sebelah atas kertas saring dengan menggunakan pensil
4
Mengisi bejana dengan larutan NBA setinggi 1 cm. mengoleskan vaselin pada mulut bejana dan
menutup bejana dengnan tutup kaca
5
Mengambil 3 lalat buah mutan dan 1 lalat normal dan memotong kepalanya dengan jarum pentul
6
Meletakan 1 kepala diatas tanda o pada kertas saring dan menekan kepalanya. menggulanginya pada
lalat yang lain
7
Menggulung kertas saring sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebalahan dan menjepret kertas saring
di sebelah atas dan bawah
8
Memasukan kertas saring secara tegak di dalam bejana. melakukannya dengan hati-hati agar kertas
saring tidak bersentuhan dengan kertas saring yang lain atau dengan bejana
9
Menutup bejana dan memberi vaselin. mendiamkan beberapa jam sampai larutan eluen bergerak
melewati garis kedua atau menghentikan proses kromatografi tepat saat eluen sampai di garis kedua
10
Mengambil kertas saring. membuat garis dengan pensil pada batas pergerakan eluen
11
Mengeringkan kertas saring dan mengamati dibawah sinar UV. Memberi tanda dengan pensil
sekeliling bercak yang terlihat dan mencatat warnyanya dan warna fluoresensinya
12
Menentukan pigmen-pigmen yang termasuk kelompok Drosopterin dan Ommokrom berdasarkan
hasil kromatogram yang diperoleh, dengan cara membandingkan pigmen yang terdapat pada
masing-masing mutan dengan pigmen pada lalat normal
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
















B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan terhadap pigmen mata
pada lalat buah Drosophila melanogaster dengan cara kromatografi kertas. Seperti
yang kita ketahui bahwa lalat buah memiliki 2 jenis pigmen, yaitu pigmen merah atau
Pteridin dan pigmen cokelat atau Ommokrom. Untuk itu, mata lalat buah Drosophila
melanogaster normal dan beberapa mutan (White mutan, Sephia mutan dan Cloth
mutan) ditekan dan ditempatkan pada kertas saring yang telah disiapkan seperti cara
kerja diatas. Setelah dimasukkan ke dalam bejana Kromatografi yang menggunakan
pelarut eluen atau NBA (N-Butanol Asetatglasial Akuades) kertas saring tersebut
kemudian didiamkan sampai larutan naik pada batas yang telah ditentukan (10 cm).
Kertas saring tersebut memperlihatkan pergerakan larutan eluen yang cepat
dibandingkan dengan pergerakan bahan yang akan dipisahkan yaitu pergerakan warna
pigmen mata. Pigmen mata tidak akan terlihat pada cahaya putih (lampu neon/lampu
pijar) tetapi akan mengalami perpijaran/fluoresensi dalam cahaya UV. Setelah di
fluoresensi menggunakan sinar UV, jarak pigmen mata normal adalah 2,4 cm, jarak
pigmen pada mutan mata sepia adalah 4 cm, jarak pigmen pada mutan mata cloth
adalah 1,8 cm dan pada mata putih adalah 0,5 cm. Jadi, Rf (Rate of Fluoresensi) pada
masing-masing mata lalat Drosophila melanogaster mata normal, mutan sepia, mutan
white, dan mutan cloth adalah berturut-turut (0,24), (0,4), (0,05) dan (0,18).
Pada mata lalat Drosophila melanogaster yang normal, nilai Rf-nya menduduki
nilai kedua tertinggi setelah sephia. Sebenarnya, nilai Rf Drosophila melanogaster
normal menduduki nilai tertinggi karena pada mutan, matanya mengalami mutasi
pada gen-gen tertentu yang berperan dalam pembentukan pigmen, baik itu pigmen
Pteridin atau pigmen Ommokrom. Mungkin dalam penentuan jarak fluoresensi kami
melakukan kekeliruan sehingga jarak fluoresensi sephia nampak lebih tinggi dari
yang normal.
Lalat buah (Drosophila melanogaster) mata sepia terjadi mutasi pada gen yang
berperan dalam pembentukan atau sintesis Pteridin/Drosopterin yaitu pada saat
perubahan Dihidrobiopterin menjadi Sepiapterin sehingga Sepiapterin tidak diubah
menjadi Xanthopterin. Sedangkan pada sintesis Ommokrom tetap terjadi sehingga
warna cokelat lebih mendominasi dibandingkan dengan warna merah. Dengan kata
lain, mata pada mutan sepia adalah cokelat.
Lalat buah mata Cloth memiliki warna mata merah terang dibandingkan dengan
merah pada mata lalat normal. Warna mata merah terang terjadi karena mengalami
mutasi yang menyebabkan sintesis Ommokrom tidak terjadi. Hal inilah yang akan
menyebabkan pigmen cokelat tidak ada sehingga yang ada hanya pigmen merah saja.
Lalat buah mata White memiliki warna putih jernih. Pada mata White nilai Rf
adalah 0,05. Nilai Rf yang kecil ini pun kami ambil karena melihat adanya titik
fluoresensi pada kertas kromatografi mutan white, yang bisa jadi bukan karena
adanya pigmen tetapi hanya terkontaminasi saja. Hal ini berarti pigmen mata bisa
dikatakan tidak terdapat pada mutan tipe white. Mutan tipe ini terjadi mutasi pada
kedua sintesis pigmen yaitu mutasi yang menyebabkan hilangnya kelompok
Ommokrom dan kelompok Pteridin/Drosopterin sehingga pembentukan warna
pigmen mata tidak terjadi.

C. Jawaban pertanyaan
1. Fluorosensi adalah pemencaran sinar oleh atom/molekul setelah terlebih dahulu
disinari. Dalam kegiatan praktikum ini, fluorosensi yang dimaksud adalah
pemendaran cahaya dari pigmen mata Drosophila oleh sinar UV. Karena pigmen
mata pteridin pada lalat buah tidak dapat terlihat dalam cahaya putih (lampu
neon/lampu pijar), tetapi akan berfluorosensi dalam cahaya UV.

2. Nilai rate of flow dari setiap pigmen mata :
a. White, rf : 0.5/10 = 0.05
b. Normal, rf : 2,4/10 = 0.24
c. Cloth, rf : 1,8/10 = 0.18
d. Sephia, rf : 4/10 = 0.4

3. Tujuan dari praktikum ini adalah melihat dan menentukan pigmen-pigmen mata
Drosophila melanogaster yang termasuk kelompok drosopterin dan ommokrom
dengan metode kromatografi.
BAB IV
KESIMPULAN


Pigmen mata pada Drosiphila normal terdiri dari pigmen pteridin berjenis ommokrom dan
drosopterin. Pigmen pteridin ini akan berpendar (berflouresensi) jika disinari oleh UV.
Hasil dari penyinaran dengan UV menunjukkan bahwa jenis Drosophila mutan yang
memiliki pigmen mata pteridin yaitu jenis cloth dan sephia, sedangkan untuk Drosophila mutan
tipe white tidak memiliki pigmen mata pteridin.
Berdasarkan pengematan nilai Rf (Rate of Fluoresensi) pada masing-masing mata lalat
Drosophila melanogaster mata normal, mutan sepia, mutan white, dan mutan cloth adalah
berturut-turut (0,24), (0,4), (0,05) dan (0,18).

DAFTAR PUSTAKA

F George, H George. 2005. Drosophila melanogaster. 2 nd ed. Jakarta: Erlangga
Surya.2008. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
http://nununghaerani.blogspot.com/2009/11/kromatografi-pigmen-mata-lalat-buah.html
http://agushome.blogspot.com/2009/07/pigmen-mata-drosophila.html
http://agushome.blogspot.com/2009/07/kromatografi.html
http://agushome.blogspot.com/2009/07/pigmen-mata-drosophila.html
http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_kertas/
http://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/kromatografi-kertas/

Anda mungkin juga menyukai