Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM
“GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA”

Oleh :

Nama : Faidhatul Nur Khorimah

NIM : 180210102102

Kelas :C

Kelompok : Tiga (3)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
I. JUDUL
Golongan darah pada manusia

II. TUJUAN
2.1 Mahasiswa dapat menjelaskan penggolongan darah pada manusia

III. DASAR TEORI


Darah merupakan salah satu bagian penting dalam tubuh. Darah
dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu A, B, O, dan AB. Secara
konvensional, mendeteksi golongan darah dengan cara meneteskan serum
anti-A dan serum anti-B ke darah yang akan dikenali kemudian melakukan
pengamatan langsung terhadap reaksi tetesan serum tersebut. Hal ini yang
menyebabkan terjadi kesalahan identifikasi mulai dari kurang teliti dan
terburu-buru dalam mengamati (Fitriyadi dan Sutikno, 2016: 1).
Secara manual, pengenalan golongan darah dilakukan dengan cara
mengambil dua tetes darah yang akan diindetifikasi. Darah tersebut akan
diletakkan pada sebuah preparat dan dibagi dalam 2 bagian. Masingmasing
bagian darah akan ditetesi serum anti A dan anti B. Setelah di campur, akan
dilakukan pengamatan secara langsung dengan mata telanjang terhadap
reaksi yang terjadi pada darah yang telah ditetesi serum. Dari hasil
pengamatan ini akan ditentukan darah tersebut masuk dalam golongan A, B,
AB atau O. Secara komputerisasi, golongan darah dapat dikenali melalui
pola dari citra darah yang telah telah ditetesi serum anti A dan anti B.
Setelah melalui beberapa tahap pengolahan citra, sistem akan melakukan
proses klasifikasi untuk menentukan jenis golongan darah dari citra darah
tersebut (Fitriyadi dan Sutikno, 2016: 2).
Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang
didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Sedikitnya ada 48 jenis
antigen yang menjadi dasar dalam penggolongan darah. Tetapi yang paling
umum digunakan adalah sistem penggolongan darah ABO. Pembagian
golongan darah sistem ABO didasarkan pada adanya perbedaan aglutinogen
(antigen) dan aglutinin (antibodi) yang terkandung dalam darah (Tenriawaru
et al, 2016: 42).
Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
selain tumbuhan yang berperan dalam distribusi zat-zat nutrisi dan oksigen
yang dibutuhkan oleh semua jaringan didalam tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus dan bakteri. Komponen utama darah adalah plasma, sel darah merah,
sel darah putih dan trombosit (Rumlaklak dan Novianti, 2015: 77).
Tranfusi darah harus memperhatikan jenis golongan darah donor dan
resipien. Beberapa kasus lain seperti kecelakaan, luka bakar dan proses
persalinan yang memungkinkan tingginya tingkat pendarahan pasien.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan
beberapa reaksi transfusi imunologis dan aspek klinis seperti
ketidakcocokan pada sistem golongan darah ABO. Apabila pemberian darah
golongan A kepada penderita golongan O dapat menimbulkan reaksi
transfusi yang hebat dan menimbulkan kematian karena ketidakcocokan
pada sistem golongan darah lain. Selanjutnya transfusi iso agglutinin.
Misalnya plasma golongan O diberikan kepada penderita golongan A dapat
menyebabkan reaksi transfusi yang hebat, dan dapat menimbulkan kematian
juga (Suyasa et al, 2017: 116).
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane
sel darah merah. Dua jenis pengolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya
dikenal sekitar 46 antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompitabel dapat menyebabkan
reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal,
syok, dan kematian. Menurut K. Landsteiner menemukan bahwa
penggumpalan darah (aglutinasi) kadang – kadang terjadi apabila eritosit
(sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan
tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan
darah. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibody yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi
menjadi 4 golongan yaitu sebagai berikut : Individu dengan golongan darah
A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membrane
selnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen B didalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-
negatif. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen
A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B-negatif
atau O-negatif. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah
merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap
antigen A maupun B. sehingga, orang dengan golongan darah AB positif
dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO. Apapun dan
disebut resipien universal namun orang dengan golongan darah AB positif
tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesame AB positif. Individu
dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen tapi
memproduksi antibody terhadap antigen A dan B (Adriyani et al, 2015:
277-278).
Darah adalah suatu jaringan ikat khusus dengan suatu materi ekstra sel
cair yang disebut dengan plasma. Sekitar lima liter didorong oleh kontraktis
ritmis jantung pada gerakan rerata orang dewasa dalam satu arah didalam
system sirkulasi tertutup. Unsur berbentuk yang beredar dalam plasma
adalah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit.
Darah merupakan suatu media pengangkitan yang mengangkut O2, CO2,
metabolit, hormone, dan zat lainnya ke sel diseluruh tubuh manusia. O2
terikat pada haemoglobin eritrosit sedangkan CO2 diangkut oleh larutan
dalam plasma sebagai CO2 atau HCO3, selain terikat pada haemoglobin
nutrient diangkut dari tempat absorpsi atau sintesisnya ke usus dan residu
metabolis dikumpulkan dari semua sel dan diangkut dari darah oleh organ
ekskretorik. Distribusi hormone – hormone organ yang berjauhan untuk
fungsi normal sel. Darah selanjutnya juga berpartisipasi pada distribusi
panas, pengaturan suhu tubuh dan pemeliharaan keseimbangan basa dan
osmotic (Mescher, 2009: 198).

IV. METODE PRAKTIKUM


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a. Lanset / jarum steril
b. Jarum pentul
c. Gelas objek
d. Spidol
e. Pinset
f. Tusuk gigi
g. Kertas putih
4.1.2 Bahan
a. Darah manusia
b. Alkohol 70%
c. Serum A dan serum B
d. Kapas
4.2 Skema kerja
4.2.1 Pengamatan jaringan penyusun pada hewan

Menggaris gelas objek menjadi dua bagian


dengan menggunakan spidol, pada bagian pojok
kanan atau kiri menuliskan A dan B

Mencuci tangan hingga bersih lalu mengambil


kapas menggunakan pinset.
Mencelupkan kapas pada alkohol 70% dan
menggosoknya pada jari manis lalu menunggu
hingga alkohol mengering

Menusuk jari manis dengan menggunakan


lanset / jarum steril

Menempatkan tetesan darah pada gelas oyek


bagian A dan B

Menutup bekas tusukan dengan kapas yang


terdapat alcohol 70%

Meneteskan serum anti A pada bagian gelas


obyek A lalu mengaduk hingga rata dengan
tusuk gigi

Meneteskan serum anti B pada bagian gelas


obyek B lalu mengaduk hingga rata dengan
tusuk gigi

Mengamati perubahan terjadi dan


membandingkan kedua bagian A dan B

Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil


pengamatan
V. HASIL PENGAMATAN

No. Kelompok Nama Probandus Golongan Darah

1 1 A

2 2 A

3 3 B

4 4 B

5 5 O
6 6 AB

VI. PEMBAHASAN
Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
selain berperan dalam distribusi zat-zat nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan
oleh semua jaringan didalam tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri.
Komponen utama darah adalah plasma, sel darah merah, sel darah putih
dan trombosit. Pertama, plasma darah adalah adalah komponen darah yang
berbentuk cairan. Plasma darah mengisi sekitar 55-60 persen dari volume
darah dalam tubuh. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sel-sel darah
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh bersama nutrisi, antibody,
metabolism, protein serta zat kimia lainnya. Kedua, sel darah merah terkenal
berwarna merah pekat dengan jumlah sel yang cukup melimpah di dalam
darah. Sel darah merah berbentuk bulat yang dilengkapi dengan cekungan di
bagian tengahnya. Keunikan yang dimiliki sel darah merah yaitu memilki
hemoglobin dan tidak memiliki inti seperti sel lainnya. Sel darah merah
berguna untuk membawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
tubuh serta mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh menuju paru-
paru untuk dikeluarkan. Ketiga, sel darah putih yaitu leukosit. Sel darah
putih dalam tubuh manusia memiliki jumlah yang sangat sedikit. Sel darah
putih diproduksi oleh sumsum tulang yang berbeda-beda yaitu neutrophil,
limfosit, basophil dan lain-lain. Sel darah putih berguna untuk melawan
virus, bakteri, jamur yang sering kali menjadi penyabab terjadinya penyakit
dalam tubuh. Keempat, keping darah yang dikenal dengan trombosit.
Trombosit di dalam darah memiliki jumlah normal berkisar antara 150.000
sampai 400.000 trombosit per microliter darah. Trombosit berguna untuk
proses pembekuan darah (koagulasi) saat tubuh mengalami luka. Trombosit
akan membentuk benang-benang firbrin yang berguna menghentikan
pendarahan dan merangsang tumbuhnya jaringan baru.
Darah memiliki fungsi yang sangat banyak bagi tubuh manusia
diantaranya mengangkut oksigen, mengangkut sari-sari makanan,
mengangkut karbon dioksida dan sisa oksidasi, mengedarkan hormon ke
organ, mengangkut sisa metabolisme tubuh, mengangkut air keseluruh
tubuh, menjaga kestabilan suhu tubuh, membantu proses penyembuhan
luka, membunuh bakteri dan kuman yang masuk ke dalam tubuh, dan
menjaga keseimbangan cairan dakam tubuh.
Penggolongan darah memiliki fungsi yang beragam, adanya
penggolongan darah membuat seseorang mengetahui golongan darahnya.
Selain itu, penggolongan darah dapat mempermudah transfusi darah apabila
ada orang lain yang membutuhkan darah, menghindari penyakit tertentu
karena dengan penggolongan darah penyakit warisan atau lainnya akan
mudah terdeteksi, mengetahui resiko penggumpalan darah yang umumnya
golongan darah A, B, AB memiliki 40% resiko lebih tinggi daripada
golongan darah O. Penggolngan darah juga dapat mengetahui resiko
penyakit jantung dimana golongan darah AB lebih berpotensi mengalami
penyakit jantung daripada golongan darah lainnya. Fungsi lainnya yaitu
masalah kesuburan seseorang juga dapat ditentukan melalui penggolongan
darah dimana darah O memiliki tingkat kesuburan lebih tinggi daripada
darah A.
Aglutinogen merupakan protein darah yang terdapat di dalam eritrosit
dan memiliki fungsi sebagai antigen di dalam darah. Sedangkan aglotinin
adalah protein yang terkandung di dalam plasma darah, dimana protein ini
dapat menebabkan aglutinasi. Aglutinasi tersebut ialah proses dimana darah
menggumpal dan menempel sebagai sebuah bentuk antibodi. Aglotinogen
dan agotinin berada di golongan darah. Namun, pada golongan darah O
tidak mengandung aglotinogen di dalam eritrositnya, dan mengandung
aglotinin A dan B di plasma darahnya. Sedangkan pada golongan darah A
mengandung aglotinogen A di dalam eritrositnya, dan mengandung
aglotinin B di dalam plasma darah. Golongan darah B mengandung
aglotinogen B di dalam eritrositnya, dan mengandung aglotinin A di dalam
plasma darah. Golongan darah AB mengandung aglotinogen A dan B di
dalam eritrositnya, dan tidak mengandung aglotinin di dalam plasma
darahnya. Antigen adalah sebuah zat yang merangsang respon imun,
terutama dalam menghasilkan antibody. Sedangkan, antibodi adalah
glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-
B yang teraktivasi menjadi plasma darah sebagai respon dari antigen
tertentu.
Fungsi dari serum anti A dan B pada tes golongan darah adalah untuk
mengetahui apakah darah akan menggumpal atau tidak ketika bertemu
dengan serum anti A dan B. Pada golongan darah O saat ditetesi serum anti
A dan B tidak terjadi penggumpalan karena golongan darah O tidak
memiliki aglotinogen didalam eritrositnya, sehingga golongan darah ini bisa
di donorkan ke semua golongan darah karena tidak memiliki aglotinogen
untuk digumpalkan. Pada golongan darah A yang ditetesi serum A terjadi
penggumpalan dan serum anti B tidak terjadi penggumpalan, sehingga
golongan darah A tidak dapat didonorkan kepada golongan darah B karena
dalam golongan darah B terdapat aglutinin A. Begitu sebaliknya ketika
golongan darah B ditetesi serum B terjadi penggumpalan dan serum anti A
tidak terjadi penggumpalan, sehingga golongan darah B tidak dapat
didonorkan kepada golongan darah A karena dalam golongan darah A
terdapat aglutinin B. Pada golongan darah AB saat ditetesi serum anti A dan
B terjadi penggumpalan, sehingga golongan darah AB hanya dapat di
donorkan pada golongan darah AB karena golongan darah AB memiliki
aglutinogen ganda.
Tranfusi darah harus memperhatikan jenis golongan darah donor dan
resipien. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan beberapa reaksi transfusi imunologis dan aspek klinis
Apabila pemberian darah golongan A kepada penderita golongan O dapat
menimbulkan reaksi transfusi yang hebat dan menimbulkan kematian karena
ketidakcocokan pada sistem golongan darah lain. Selanjutnya transfusi iso
aglutinin, plasma golongan O diberikan kepada penderita golongan A dapat
menyebabkan reaksi transfusi yang hebat, dan dapat menimbulkan kematian
juga.
Dalam praktikum mengenai penggolongan darah dihasilkan empat
macam golongan darah yaitu A, B, AB dan O. Pertama, kelompok satu dan
kelompok dua menguji golongan darah A dengan probandus Ami dan Devi.
Pada saat darah ditetesi serum-A dan serum-B yang mengalami
penggumpalan adalah darah yang ditetesi serum-A. Kedua, kelompok tiga
dan kelompok empat menguji golongan darah B dengan probandus Alvianty
dan Bayu. Pada saat darah ditetesi serum-A dan serum-B yang mengalami
penggulapan adalah darah yang ditetesi serum-B. Ketiga, kelompok lima
menguji golongan darah O dengan probandus Luluk. Pada saat darah
ditetesi serum-A dan serum-B tidak terjadi penggumpalan. Keempat,
kelompok enam menguji golongan darah AB dengan probandus Faidha.
Pada saat darah ditetesi serum-A dan serum-B yang mengalami
penggulapan adalah darah yang ditetesi serum-A dan serum-B.

VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Pada golongan darah O saat ditetesi serum anti A dan B tidak
terjadi penggumpalan karena golongan darah O tidak memiliki
aglotinogen didalam eritrositnya, sehingga golongan darah ini bisa di
donorkan ke semua golongan darah karena tidak memiliki aglotinogen
untuk digumpalkan. Pada golongan darah A yang ditetesi serum A
terjadi penggumpalan dan serum anti B tidak terjadi penggumpalan,
sehingga golongan darah A tidak dapat didonorkan kepada golongan
darah B karena dalam golongan darah B terdapat aglutinin A. Begitu
sebaliknya ketika golongan darah B ditetesi serum B terjadi
penggumpalan dan serum anti A tidak terjadi penggumpalan, sehingga
golongan darah B tidak dapat didonorkan kepada golongan darah A
karena dalam golongan darah A terdapat aglutinin B. Pada golongan
darah AB saat ditetesi serum anti A dan B terjadi penggumpalan,
sehingga golongan darah AB hanya dapat di donorkan pada golongan
darah AB karena golongan darah AB memiliki aglutinogen ganda.

7.2 Saran
Saran untuk praktikan, sebaiknya praktikan harus lebih berhati-hati
dalam mengaduk serum dengan darah menggunakan jarum pentul dan
praktikan lebih teliti lagi dalam mengamati hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, R., A. Triana., dan W. Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi
Dan Perkembangan. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Fitryadi, K., dan Sutikno. 2016. Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron. Jurnal Masyarakat Informatika. 7(1):
1-10.

Mescher, A. L. 2009. Histologi Dasar Junqueira. Jakarata: Buku Kedokteran.

Rumlaklak, Y. Y., dan N. N. Toelle. 2015. Gambaran Hematologi pada Rusa


Timor (Cervus timorensis). Jurnal Kajian Veteriner. 3(1): 77-82.

Suyasa, I. G. P. D., N. T. Wulansari., N. P. Kamaryati., G. A. D. Mastryagung., N.


K. Sutini., dan M. Rismawan. 2017. Pemeriksaan Golongan Darah dan
Rhesus pada Anak Kelas 4,5, dan 6 Sekolah Dasar di Desa Tribuana
Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. JURNAL PARADHARMA.
1(2): 115-119.

Tenriawaru, E. P., Yulvinamaesari., dan Ariandi. 2016. ANALISIS KORELASI


ANTARA GOLONGAN DARAH TIPE ABO DENGAN MODALITAS
DAN GAYA BELAJAR MAHASISWA. Jurnal Dinamika. 7(1): 41-49.
Lampiran Gambar

Kelompok 1 (A) Kelompok 2 (A)

Kelompok 3 (B) Kelompok 4 (B)


Kelompok 5 (O) Kelompok 6 (AB)
Lampiran Abstrak Jurnal dan Cover Buku

Anda mungkin juga menyukai