PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Penetapan Golongan Darah ABO
B. Tujuan Praktikum
Mengetahui berbagai macam golongan darah menurut sistem ABO.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh
darah. Volume darah manusia 7 % dari berat badan atau 5 liter untuk laki-laki
dan 4,5 liter untuk perempuan. Penyimpanan darah dapat dilakukan dengan
memberikan natrium nisrat atau natrium oksalat, karena garam-garam ini
menyingkirkan ion-ion kalsium dari darah yang berperan yang berperan penting
dalam proses pembekuan darah (Subowo, 1992). Menurut Watson (2002), darah
adalah jaringan hidup yang bersikulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan
perantara jaringan arteri, vena, dan kapilaris yang membawa nutri, oksigen,
antibodi, panas, elektrolit, dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh.
Fungsi darah adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh,
mengangkut karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sarisari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa sari makanan dari seluruh
jaringan tubuh ke alat-alat eksresi, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke
bagian tubuh tertentu, mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga
stabilitas tubuh dengan memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh
yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman
dengan membentuk antibody (Abbas, 1997).
Komponen darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
merupakan komponen penyusun sel-sel darah yang berbentuk suatu cairan yang
berwarna kekuning-kuningan (Waluyo, 2006). Plasma darah terdiri atas air,
garam, protein, dan air yang merupakan komponen utama yang berfungsi sebagai
pelarut yang terbaik di dalam plasma darah, sehingga dapat menyebabkan darah
sebagai medium transport yang efektif. Sel darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan platelet (trombosit) (Watson, 2002).
Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit, leukosit,
dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah. Sel darah merah paling
banyak jumlahnya. Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakra dengan diameter
7,5 m dengan ketebalan tepi 2 m. Tengah-tengah cakra tersebut lebih tipis
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah
merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
ABO dan Rhesus (Annisugiyarti, 2012). Beberapa darah juga mengandung
antibodi kuat yang secara spesifik bereaksi dengan antigen tipe A dan tipe B
dalam sel, menyebabkan aglutinasi dan hemolisis. Karena antigen tipe A dan tipe
B dalam sel membuat sel peka terhadap aglutinasi atigen-antigen ini dinamakan
aglutinogen (Guyton, 2008).
Sistem golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu sistem ABO,
sistem MN, dan sistem Rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut
didasarkan atas kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah
merahnya dan aglutinin. Menurut Bernstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang)
golongan darah ini dikendalikan oleh sepasang gen (Waluyo, 2006).
Sistem ABO, dasar penggolongan darah adalah adanya aglutinogen
(antigen) di dalam sel darah merah dan aglutinin (antibodi) di dalam plasma
(serum). Aglutinogen adalah zat yang digumpalkan, sedangkan aglutinin adalah
zat yang menggumpalkan. Dalam sistem ABO, ada tidaknya antigen tipe A dan B
di dalam sel darah merah menentukan golongan darah seseorang. Sistem tersebut
mengelompokkan darah manusia menjadi empat golongan yaitu A, B, AB, dan O
(Priadi, 2009).
Golongan darah A mengandung antigen A dalam eritrosit dan aglutinin
dalam plasma. Golongan darah B mengandung antigen B dalam eritrosit dan
aglutinin pada plasma. Golongan darah AB mengandung antigen A dan B dalam
eritrosit tetapi tidak satupun terdapat aglutinin dan . Golongan darah O tidak
mengandung antigen A dan B dalam eritrosit, tetapi terdapat kedua aglutinin
dan dalam plasma (Yatim, 2006).
Manusia memiliki perbedaan susunan protein yang terdapat dalam
darahnya. Protein yang memegang peranan untuk ini adalah antigen dan aglutinin
(antibodi). Antigen adalah protein yang akan merangsang respon imun spesifik
utuk melawan antigen sendiri. Antigen adalah protein yang terdapat dalam
eritrosit dan
dihasilkan sistem imum untuk menyerang antigen darah yang segolongan dan
menyebabkan reaksi aglutinasi (Yatim, 2006).
Bila aglutinogen tipe a tidak terdapat dalam sel darah merah seseorang
dalam plasmanya terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti A.
Apabila tidak terdapat aglutinogen tipe B dalam sel darah merah, dalam plasma
terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti B. Golongan darah O,
meskipun tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti A dan
anti B, golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti B,
dan golongan darah B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti A.
Golongan darah AB Mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak
mengandung agglutinin sama sekali (Guyton, 2008).
Darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi sehingga
dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume tranfusinya sedikit.
Golongan darah O disebut donor universal. Individu dengan golongan darah AB
tidak memiliki aglutinin dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit
donor apapun. Darah golongan AB disebut resipien universal (Sloane, 2003).
Menurut Pratiwi (2006), pada umumnya tranfusi darah dilakukan pada
orang dalam kondisi kecelakaan, tubuh yang terbakar,waktu tubuh kehilangan
darah misalnya saat operasi, kekurangan darah akut, dan orang yang mengidap
penyakit kronis.
Tabel 1. Antigen dan Antibodi dalam golongan darah manusia (Guyton, 2008).
Golongan darah
Antigen dalam eritrosit
Antibodi dalam serum
A
A
B
B
B
A
AB
A dan B
O
A dan B
Menurut Waluyo (2010), pada tahun 1972, Landsteiner dan Laviner telah
menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan
antigen N pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis,
yaitu Golongan M mengandung antigen M, Golongan N mengandung antigen N,
dan Golongan MN mengandung antigen M dan antigen N.
Golongan darah sistem rhesus (Rh), pertama kali ditemukan pada jenis kera
oleh Landsteiner dan Weiner. Orang yang memiliki antigen rhesus dinamakan
rhesus positif (Rh+). Sedang yang tidak dinamakan rhesus negatif (Rh-). Sistem
ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan
terhadap alel rh (Waluyo, 2006). Sistem ini berbeda dengan sistem golongan
ABO. Individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.
Sistem rhesus ini dalam tranfusi darah juga harus diperhatikan, golongan darah
Rh+ maka tidak boleh digunakan sebagia donor untuk golongan darah Rh-, karena
bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan) (Sloane, 2003).
Berdasarkan Sloane (2003), cara penetapan golongan darah dilakukan
sebagai berikut:
a. Teknik Slide. Dalam teknik slide bisa untuk penggolongan darah ABO,
dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan
darahnya diletakkan pada sebuah slide mikroskop.
b. Setetes serum yang mengandung aglutinin anti-A (dari darah golongan B)
diteteskan pada salah satu tetes darah, sedangkan setetes serum yang
mengandung aglutinin anti-B (dari darah golongan A) diteteskan pada
tetes darah lainnya.
Tabel 2. Aglutinasi golongan darah (Guyton, 2008)
Golongan Darah
Anti-A
Anti-B
O
tidak mengalami aglutinasi
tidak mengalami aglutinasi
AB
mengalami aglutinasi
mengalami aglutinasi
A
mengalami aglutinasi
idak mengalami aglutinasi
B
tidak mengalami aglutinasi
mengalami aglutinasi
Reaksi aglutinasi adalah penggumpalan dalam suatu cairan akibat
pemberian suatu bahan ke dalamnya. Pada umumnya semua sel jaringan organ
tubuh dapat menangkal serangan radikal bebas karena di dalam sel terdapat
sejenis enzim khusus yang mampu melawannya, namun karena manusi secara
alami mengalami degradasi atau kemunduran seiring peningkatan usia
menyebabkan kerusakan jaringan terjadi secara perlahan (Sloane, 2003).
Tahapan reaksi aglutinasi, yang pertama adalah perlekatan molekul antibodi
dengan antigen yang tidak terlarut, kedua terjadi pembentukan pola-pola
geometris (Sheehan, 1997). Menurut Guyton (2008), proses aglutinasi diawali
oleh aglutinin bivalen atau polivalen yang akan melekatkan diri pada sel darah
merah. Karena aglutinin mempunyai dua tempat pengikatan (tipe IgG) atau 10
tempat pengikatan (IgM), maka satu aglutinin dapat melekatkan diri pada dua atau
lebih sel darah merah yang berbeda pada waktu yang sama, dengan demikian
menyebabkan sel saling mendekat satu sama lain. Keadaan ini menyebabkan selsel menggumpal bersama-sama (aglutinasi). Gumpalan ini akan menyumbat
pembuluh darah kecil di seluruh sistem sirkulasi, dan pada akhirnya terjadi
hemolisis sel darah merah.
Serum Anti- A adalah serum yang mengandung aglutinin anti-A (dari darah
golongan B). Serum Anti-B adalah serum yang mengandung aglutinin anti-B (dari
darah golongan A). Pemberian serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes
darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).
Pemberian serum anti-B yang menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka
individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B). Kedua serum
anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB). Kedua
serum anti-A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi pada tetes darah, maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O) (Sloane, 2003).
Wanita dengan Rh kalau mengandung embrio bergolongan Rh+, untuk
kandungan pertama tidak apa-apa. Tetapi untuk kandungan kedua bergolongan
Rh+ juga, maka akan terjadi eritroblastolis fetalis, artinya bayi yang lahir akan
menderita anemia yang parah dan di dalam darah bayi banyak beredar eritroblast,
yaitu eritrosit yang belum matang sehingga tubuh menjadi kuning. Hal ini
disebabkan karena eritrosit janin akan kemasukan zat antibodi Rh+ dari darah dan
mengaglutinasi eritrosit janin (Waluyo, 2006).
Eritroblastosis fetalis adalah penyakit pada janin dan pada bayi yang baru
lahir dan ditandai dengan aglutinasi dan fagositosis sel darah merah janin.
Sebagian eritroblastosis fetalis, ibunya memiliki darah Rh-negatif dan ayah
memiliki darah Rh-positif. Bayi memiliki darah Rh-positif yang diturunkan dari
ayahnya, dan ibu membentuk aglutinin anti-Rh akibat terpajan dengan antigen Rh
janin. Aglutinin ibu berdifusi ke dalam tubuh janin melalui plasenta dan
menimbulkan aglutinasi sel daah merah (Guyton, 2008).
Setelah antibodi anti-Rh terbentuk pada ibu, antibodi ini berdifusi dengan
lambat melalui membran plasenta ke dalam darah janin. Antibodi tersebut
menyebabkan aglutinasi darah janin. Sel darah merah yang beraglutinasi akan
mengalami hemolisis dan melepaskan hemoglobin dalam darah. Makrofag janin
kemudian mengubah hemoglobin menjadi bilirubin, yang menyebabkan kulit bayi
menjadi kekuningan (ikterik). Antibodi tadi juga dapat merusak sel sel tubuh
lainnya (Guyton, 2008).
Seorang ibu Rh-negatif yang anak pertamanya memiliki darah Rh-positif
biasanya belum membentuk aglutinin anti-Rh dalam jumlah yang cukup untuk
menimbulkan penyakit yang berbahaya. Akan tetapi kemungkinan eritroblastosis
yang akut akan terus bertambah persentasi nya ketika kelahiran anak kedua,
ketiga, dan seterusnya (Guyton, 2008).
III.
METODE
IV.
Serum (+/-)
Anti-A
+
+
+
+
-
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan :
+ = menggumpal
- = tidak menggumpal
Anti-B
+
+
+
+
-
Antigen
Antibodi
Golonga
n Darah
A
A
B
B
A dan B
A dan B
-
B
B
A
A
A dan B
A dan B
A
A
B
B
AB
AB
O
O
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah
merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
ABO dan Rhesus (Annisugiyarti, 2012). Sistem ABO, dasar penggolongan darah
adalah adanya aglutinogen (antigen) di dalam sel darah merah dan aglutinin
(antibodi) di dalam plasma. Sistem tersebut mengelompokkan darah manusia
menjadi empat golongan yaitu A, B, AB, dan O (Priadi, 2009). Menurut Sloane
(2003), cara penetapan golongan darah yang dilakukan adalah setetes serum yang
mengandung aglutinin anti-A (dari darah golongan B) diteteskan pada salah satu
tetes darah, sedangkan setetes serum yang mengandung aglutinin anti-B (dari
darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
Langkah cara penetapan golongan darah yang dilakukan adalah pertamatama jari probandus dibersihkan dengan kapas dan alkohol 70% lalu ditusuk
dengan jarum francke yang ditempatkan dalam autoklik. Serum anti A dan serum
anti B masing-masing diteteskan pada kertas golongan darah. Darah dan serum
diaduk hingga rata dengan tusuk gigi. Golongan darah ditentukan dengan melihat
reaksi aglutinasi yang terjadi karena pemberian serum anti A dan anti B.
tipe B (golongan darah AB). Pemberian kedua serum anti-A dan anti-B yang tidak
menyebabkan aglutinasi, individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan
darah O).
V.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, 1997. Metode Penelitian. Gahalia Indonesia, Jakarta.
Annisugiyarti, 2012. Penentuan Golongan Darah. Erlangga, Jakarta.
Guyton, A. C. 2008. Textbook of Medical Physiology. EGC, Jakarta.
Hartadi, D., Sumardi, dan Isnanto, R. 2004. Simulasi Penghitungan Jumlah Sel
Darah Merah. Jurnal Transmisi 8(2): 1 6
Omegawati, W. 2010. Biologi Umum. Intan Pariwara, Klaten.
Pratiwi, D. A. 2006. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Priadi, A. 2009. Biologi. Tirta, Jakarta.
Sheehan, C. 1997. Clinical Immunology Principles And Laboratory Diagnosis
2nd Edition. Lipincott, New York.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC, Jakarta.
Subowo, 1992. Sains dalam Kehidupan. Yuhdistira, Jakarta.
Syamsuri, 2004. Biologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Waluyo, J. 2006. Biologi Dasar. University Press, Jember.
Watson. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC, Jakarta.
Yatim, W. 2006. Biologi Modern Nistologi. Tarsito, Bandung.
LAMPIRAN