Anggota:
1. Adinata Firjatullah D
2. Agelina Cahyani
3. Ahmad Soffi Muzammil
4. Cintya Kartika Putri
5. Devi Amelia Putri
Pembimbing:
Dewi Aisyah S.pd
I. JUDUL :
Golongan Darah Pada Manusia
III. TUJUAN
Mengetahui cara uji golongan darah dan rhesus
Menentukan golongan darah seseorang
IV. MANFAAT
Menambah keterampilan dan wawasan mahasiswa dalam mengujigolongan darah
pada seseorang
Menambah wawasan mahasiswa dalam membedakan golongan darah A,B, AB,
dan O
Dengan mengetahui golongan darah yang dimiliki, seseorang
dapatmenyumbangkan darahnya kepada yang membutuhkan
Dengan mengetahui golongan darah, ketika seseorang melakukan
tranfusidarah tidak terjadi inkompatibilitas ABO yang dapat menyebabkan darah
menjadi lisis (menggumpal dan memisah menjadi cairan) dan berujung pada
kematian.
BAB 2
I. DASAR TEORI
Golongan darah adalah hasil dari pengelompokan darah berdasarkan ada atau
tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah (eritrosit). Antigen
tersebut dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein, atau glikolipid. Golongan
darah manusia bersifat herediter, dan sangat tergantung pada golongan darah kedua
orang tua manusia yang bersangkutan. Saat ini sudah dikenal puluhan sistem
golongan darah, namun sistem yang paling umum dikenal di dunia hanya ada
beberapa. Di antaranya adalah sistem ABO yang diperkenalkan Karl Landsteiner
(1868-1943) pada tahun 1903, sistem Rhesus yang diperkenalkan Landsteiner juga
pada tahun 1937, dan sistem MNS (sekretor dan nonsekretor). Landsteiner mulanya
menemukan 3 golongan darah saja pada tahun 1900, yaitu A,B, dan O. Golongan AB
baru ditemukan 2 tahun kemudian, itu pun oleh Decastrello dan Sturli (bukan oleh
Landsteiner) (Anonim, 2012).
Orang dibagi atas beberapa golongan berhubungan dengan berbedanya
terdapat susunan protein darahnya. Protein memgang peranan untuk ini ialah antigen
dan agglutinin (antibody). Antigen, protein yang terdapat dalam eritrosit, agglutinin
dalam plasma. Agglutinin akan menyerang antigen darah segolongan orang tapi tidak
darah yang segolongan dengan dia. Agglutinin yang menyerang antigen itu
menyebabkan terjadinya penggumpalan (agglutinasi) (Yatim, 1987: 211-212).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan antigen, berikut kombinasi
yang mungkin terjadi:
Individu dengan A pada sel darah merahnya, memiliki anti B pada plasmanya.
Individu dengan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A pada plasmanya.
Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, tidak memiliki anti A maupun
anti B pada plasmanya.
Individu tidak terdapat zat A dan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A
maupun anti B pada plasmanya (Tim Dosen Pembina, 2012: 24-25)
Sistem ABO yang sering digunakan yaitu ditemukan oleh K. Landsteiner,
menggolongkan darah manusia menjadi 4 macam diantaranya:
Golongan darah A, yaitu apabila didalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen A dan serumnya dapat membuat agglutinin (beta).
Golongan darah B, yaitu apabila didalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen B dan serumya dapat membuat agglutinin (alfa).
Golongan darah AB, yaitu apabila didalam sel darah merahnya, mengandung
aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi anti serumnya tidak dapta membuat
agglutinin.
Golongan darah O, yaitu apabila didalam sel darah merahnya tidak terdapat
aglutinogen, tetapi serumnya dapat membuat agglutinin alfa dan agglutinin beta
(Waluyo, 2010: 172-173).
Transfusi darah yaitu pemberian darah dari seseorang yang disebut donor
kepada seseorang yang membutuhkan darah yang disebut resipien (Kirana, 2009: 64).
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfuse imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan
kematian (Mustaqib, 2007). Golongan darah A tidak dapat memberikan darah pada
golongan darah B, dan sebaliknya, sebab bisa terjadi aglutinasi. Golongan darah O
hanya dapat menerima darah O saja, tetapi dapat memberikan kepada semua golongan
(donor universal). Golongan darah AB hanya dapat memberikan darahnya kepada
golongan darah AB saja, tetapi dapat menerima dari semua golongan (resipien
universal) (Waluyo, 2010: 173).
Jenis penggolongan darah lain, selain system ABO adalah sistem rhesus.
Rhesus adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah.
Sistem penggolongan berdasarkan rhesus ini ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener
tahun 1940. Disebut “rhesus” karena saat itu Landsteiner-Wiener melakukan riset
dengan menggunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera
yang banyak dijumpai di India dan Cina. Mereka yang mempunyai faktor protein ini
disebut rhesus positif. Sedangkan yang tidak memiliki faktor protein ini disebut
rhesus negative (Prasetyo, 2012). Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan
dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+¿¿ adalah yang paling umum
dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula
beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B. Kecocokan faktor
rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengna Rh+¿¿
sedangkan resipennya Rh−¿¿ dapat menyebabkan produksi antibody terhadap antigen
Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis (Mustaqib, 2007).
Dalam system MNS orang dibagi atas berbagai jenis: MS, MNS, NS, Ms,
MNs, dan Ns. Disini juga hanya ada antigen pada eritrosit, tapi tak ada agglutin dalam
plasma (Yatim, 1987).
V. HASIL PENGAMATAN
No. Nama Golongan Darah Antiserum A Antiserum B
Tidak Tidak
1 Adinata Firjatullah D O
Menggumpal Menggumpal
Tidak Tidak
2 Agelina Cahyani O
Menggumpal Menggumpal
Tidak Tidak
5 Devi Amelia P O
Menggumpal Menggumpal
Table 1.1
VI. PEMBAHASAN
Gambar 1.1
Hasil sample darah setelah ditetesi antiserum
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.1 didapati bahwa untuk sample darah murid
nomer 1, 2, 3, dan 5 diidentifikasi memiliki golongan darah O sedangkan untuk murid
nomer 4 memiliki golongan darah A. Mengapa demikian?
Golongan darah O sendiri jika ditetesi menggunakan antiserum A maupun B tidak
akan menggumpal karena golongan darah O tidak memiliki Aglutinogen dan memiliki
Aglutinin α dan β. Oleh sebab itu golongan darah O dapat disebut donor universal
(Dapat menjadi pendonor untuk golongan darah A, B, A-B dan O).
Untuk sample darah murid nomer 4 ketika ditetesi dengan antiserum A sample darah
tersebut menggumpal karena untuk golongan darah A memiliki Aglutinogen A dan
Aglutinin β . dalam serum sendiri identik dengan Aglutinin, oleh karena itu golongan
darah A yang ditetesi dengan Antiserum A akan terjadi penggumpalan karena darah
akan menolak protein asing yang masuk dan membunuhnya lewat proses aglutinasi.
VII. PENUTUP
Kesimpulan
Penggolongan darah yang digunakan dalam praktikum ini adalah sistem ABO
dimana sistem ABO didasarkan pada aglutinogen dan agglutinin yang terdapat dalam
sel-sel darah. Dapat dikatakan bahwa golongan darah tergantung pada antigen-antigen
yang terdapat pada permukaan sel-sel darah merah. Dimana antigen ini akan bereaksi
dengan antiserum yang sesuai, sehingga dalam reaksi tersebut akan terjadi
penggumpalan dan penggumpalan inilah yang menjadi kunci utama penggolongan
darah pada manusia. Terdapat empat macam golongan darah pada sistem ABO, yaitu
golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan darah O.
Dikatakan golongan darah A jika mengalami penggumpalan saat ditetesi
serum anti A dan tidak menggumpal jika ditetesi serum anti B. Golongan darah B jika
mengalami penggumpalan saat ditetesi srum anti B dan tidak menggumpal saat
ditetesi serum anti A. Golongan darah AB jika mengalami penggumpalan saat ditetesi
serum anti A dan ditetesi serum anti B. Golongan darah O jika tidak mengalami
penggumpalan saat ditetesi serum anti A dan serum anti B. Hal ini terjadi karena
serum anti A bersifat menggumpalkan darah yang mengandung aglutinogen A dan
tidak mengandung aglutinogen B, sedangkan serum anti B bersifat menggumpalkan
darah yang mengandung aglutinogen B. Aglutinogen adalah antigen dalam eritrosit
yang membuat sel peka terhadap aglutinasi (penggumpalan darah), sedangkan
agglutinin adalah substansi dalam plasma darah yang menyebabkan aglutinasi
Saran-saran
Diharapkan kepada para praktikan agar memahami terlebih dahulu materi tentang apa
yang akan dipraktikumkan agar praktikum berjalan dengan lancar dan waktu yang digunakan
efisien. Dan diharapkan kerja sama antar kelompok praktikan saling di jaga serta di adakan
pembagian tugas setiap anggota kelompok agar tidak terjadi dominan kerja di salah satu
anggota dan agar setiap anggota dapat melaksanakan praktikum dengan baik.
IX. DOKUMENTASI
Gambar 1.2
Siswa tengah mengaduk sample darah
Setelah ditetesi antiserum
Gambar 1.3
Penetesan darah pada kaca obyek
Gambar 1.4
Proses penetesan antiserum
Pada sample darah