GENETIKA
(AKBK 3312)
Disusun Oleh:
Muhammad Nazhief Ramadhan
(2110119210016)
Kelompok III B
Asisten Dosen:
Fuji Astuti
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd.
Dr. Bunda Halang, M.T.
Riya Iryanti, S.Pd., M.Pd.
B. Bahan-bahan
1. Alkohol
2. Darah
3. Serum anti A
4. Serum anti B
5. Serum anti AB
6. Serum anti D
7. Praktikan genetika kelas B
II. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Memberi label pada kaca benda dan tusuk gigi.
3. Mensterilkan jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol
lalu menusukan jari manis dengan jarum untuk mengeluarkan darah.
4. Meneteskan darah pada kaca benda dengan satu kaca benda 2 tetesan
darah, sehingga 2 kaca benda 4 tetesan darah.
5. Mendokumentasikan setiap langkah kerja.
6. Meneteskan anti A, anti B. dan anti D pada setiap darah yang telah
diteteskan pada kaca benda.
7. Mengaduk darah yang telah ditetesi dengan setiap antigen menggunakan
tusuk gigi.
8. Mengamati penggumpalan pada darah di kaca benda. dan menentukan
golongan darah serta rhesusnya
9. Mendokumentasikan hasil pengamatan.
Pada praktikum uji golongan darah, terdapat 16 sampel darah yang diuji
menggunakan serum anti A, serum anti B, dan serum anti Rh yang bertujuan
untuk mengetahui golongan darah dan rhesus dari sampel darah tersebut.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai
di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia,
golongan darah A lebih dominan anti gen A lebih umum dijumpai dibanding
anti gen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua anti
gen A dan B. Golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai
di dunia (Alrasyid. 2010).
Sekitar kurang lebih 85% orang-orang Eropa mempunyai golongan
Rhesus positif (Rh positif). Pada kurang lebih 15% sisanya yang sel-selnya
tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan rhesus negatif
(Rh negatif) (Budi. 2009).
Insidens yang mengalami inkompatibilitas rhesus (yaitu rhesus
negatif) adalah 15% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam, jarang
pada bangsa Asia. Rhesus negatif pada orang Indonesia jarang terjadi ,
kecuali adanya perkawinan dengan orang asing yang bergolongan rhesus
negatif. Pada wanita rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama rhesus
positif, resiko terbentuknya antibodi sebesar 8%. Sedangkan insidens pada
kehamilan pertama sebesar 16% (Irianto. 2014).
Tertundanya pembentukan antibodi pada kehamilan berikutnya
disebabkan oleh proses sensitasi, diperkirakan berhubungan dengan respons
imun sekunder yang timbul akaibat produksi antibodi pada kadar yang
memadai. Kurang lebih 1% dari wanita akan tersensitasi selama kehamilan,
terutama trimester ketiga (Irianto. 2014).
Dalam kehidupan nyata bila seorang laki-laki yang memiliki Rhesus
positif (Rh+) menikah dengan wanita yang memiliki rhesus (Rh-), maka
kebanyakan akan mengalami masalah pada anaknya, kemungkinan anak
pertamanya lahir dengan normal tetapi untuk keahiran kedua biasanya
sering terjadi keguguran, semua ini disebabkan karena kebanyakan janin
yang dikandung sama ibunya mengikuti rhesus ayahnya yaitu rhesus positif
(Rh+),dan itu sangat berbeda dengan ibunya yang memiliki rhesus negatif
(Rh-), karena perbedaan inilah yang akan membuat jadi masalah pada
kelahiran anak.
Tetapi, sebaliknya seorang laki-laki yang memiliki rhesus positi (Rh+)
dan menikahi perempuan yang memiliki rhesus positif (Rh+) juga maka
tidak akan jadi masalah.
Golongan darah yang berbeda yaitu A, B,AB dan O ditentukan oleh
sepasang gen yang diwarisi dari kedua orang tuanya. Setiap golongan darah
dapat dikenal dari zat kimia yang disebut anti gen yang terletak
dipermukaan sel darah merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi
darah, maka darah yang disubangkan haruslah sesuai dengan golongan
darah tertentu. Kesalahan dalam melakukan transfusi akan dapat
menimbulkan komplikasi yang serius (Irianto. 2014).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan
mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk
diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta
identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada
beberapa kasus kriminal (Arif. 2009).
Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah.
Jika donor darah mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh
resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh
resepien akan mengikat diri pada molekul asing tersebut sehingga
menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal.
Penggumpalan ini dapat membunuh resipien (Azmielvita. 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, Tendapat
hasil sebagai berikut:
1. Muhammad Nazhief Ramadhan
Setelah meneteskan darah ke kaca benda darah saudara
Muhammad Muhammad Nazhief Ramadhan di teteskan dengan serum
anti A, B, AB, dan Rh , maka dapat dilihat serum anti A, B dan AB
mencampur karena di darah O terdapat antibody A dan B sehingga
pada pengamatan kali ini mengakibatkan serum A, B dan AB
mencampur , sedangkan pada serum Rh menggumpal , dapat diambil
kesimpulan darahnya bergolongan O+.
2. Noor Hasanah
Diketahui golongan darah Ibu dari Noor Hasanah adalah O ,
kemudian golongan Bapak dari Saudari Noor Hasanah adalah AB,
kemudian disini Saudari Noor Hasanah ingin mengetahui golongan
darah dirinya, dengan cara meneteskan darah ke kaca benda kemudian
diteteskan serum anti A, B, AB dan Rh setelah itu diketahui bahwa
darah yang mencampur diteteskan serum B, dan AB , pada serum anti
A, dan Rh mengumpal kenapa pada darah yang di teteskan serum anti
A tidak mencampur karena pada golongan darah B adalah antibodi A
itulah yang mengakibatkan pada darah yang diteteskan anti bodi A
menggumpal karena itu dianggap asing oleh darah yang bergolongan
darah B ,dapat kita ambil kesimpulan golongan darah Saudari Noor
Hasanah adalah B+.
3. Sulistiani
Diketahu golongan darah dari Saudari Sulistiani adalah O dan
Bapak dari Saudari Sulistiani adalah A kemudian Saudari Sulistiani
ingin mengetahi golongan darahnya, pertama meneteskan darah pada
keca benda, kemudian menteskan serum anti A, B, AB dan Rh, dapat
dilihat dari pengamtan darah yang di teteskan serum anti A, B, dan
AB tidak menggumpal, sedangkan serum Rh menggumpal, dapat kita
ambil kesimpulan bahwa darah Saudari Sulistiani adalah O +.
4. Nisrina Nurhijriani
Diketahui Ibu dari Saudari Nisrina Nurhijriani adalah B, kemudian
golongan darah Bapak dari Nisrina Nurhijrian adalah O, kemudian
Saudari Nisrina Nurhijrian ingin mengetahui golongan darahnya
sendiri dengan cara menteskan darahnya ke kaca benda, setelah itu
ditetskan serum anti A, B, AB dan Rh, dapat dilihati dari foto di atas
darah yang diteteskan serum anti A dan Rhmenggumpal, kemudian
darah yang di teteskan serum anti B, AB mencampur, dapat kita ambil
kesimpulan golongan darah Saudari Nisrina Nurhijriani adalah B+.
VI. KESIMPULAN
1. Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh
alel ganda.
2. Golongan darah pada manusia yang memiliki 2 sistem, yaitu sistem
ABO adalah golongan darah A, B, AB, dan O. sistem rhesus yaitu
rhesus positif (Rh+) dan rhesus negatif (Rh-).
3. Untuk penentuan dengan menggunakan sistem ABO dapat dilakukan
dengan menggunakan serum anti A (Alfa), anti B (Beta), anti AB (Alfa
Beta) dan anti D (Rhesus).
4. Laki-laki dengan Rh+ maka diharapkan untuk tidak menikahi wanita
yang memiliki Rh- dikhawatirkan terjadi masalah dengan janin yang
akan dikandung.
5. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan
transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kedokteran forensik.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid, (2010). Golongan Darah. Jember: UNEJ.