Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM VIII

GENETIKA
(AKBK 3312)

“UJI GOLONGAN DARAH”

Disusun Oleh:
Rabiatul Adawiyah
(2110119120001)
Kelompok II A

Asisten Dosen:
Kamila Nur Faizza
Shafa’ Muthi’ah

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Muhammad Zaini, M. Pd.
Dr. Bunda Halang, M.T.
Riya Irianti, S. Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER 2022
PRAKTIKUM VIII
Topik : Uji golongan darah
Tujuan : Untuk mengetahui golongan darah seseorang dan rhesus yang
dimilikinya
Hari/tanggal : Jum’at/ 11 November 2022
Tempat : Laboratorium Biologi Umum FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Baki
2. Pen lanset
3. Kaca benda
4. Alkohol sprayer
5. Alat tulis
6. Alat dokumentasi (hp)
B. Bahan
1. Kapas
2. Tisu
3. Tusuk gigi
4. Kertas label
5. Alkohol
6. Blood lanset
7. Darah
8. Serum Anti A
9. Serum Anti B
10. Serum Anti AB
11. Serum Anti D
12. Plastik sampah
II. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memberi label pada kaca benda sesuai nama praktikan yang diuji golongan
darahnya.
3. Mensterilkan jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol lalu
angin keringkan
4. Menusukan jari manis dengan jarum blood lanset untuk mengeluarkan
darah.
5. Meneteskan darah pada kaca benda dengan satu kaca benda 2 tetesan darah,
sehingga 2 kaca benda 4 tetesan darah.
6. Meneteskan anti A, anti B, anti AB dan anti D pada masing-masing darah
yang telah diteteskan pada kaca benda.
7. Mengaduk darah yang telah ditetesi dengan setiap antigen menggunakan
tusuk gigi.
8. Mengamati penggumpalan pada darah di kaca benda, dan menentukan
golongan darah serta rhesusnya.
9. Mendokumentasikan hasil pengamatan..

III. TEORI DASAR


Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan
membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah
tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal
sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
1. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan
sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif
atau O-negatif.
3. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang
dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal.
Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima
darah dari sesama O-negatif.
Sistem penggolongan darah pada manusia ada 3 macam yaitu MN,
sistem ABO dan sistem rhesus (Rh). Ketiga golongan darah tersebut
didasarkan atas adanya antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah
merahnya dan suatu zat anti yang dikenal sebagai aglutinin. Hanya saja paling
penting dari dua jenis penggolongan darah ada dua jenis yaitu penggolongan
ABO dan rhesus
a. Sistem A – B – O
Pada tahun 1901, Dr. Karl Landsteiner dan Donath menemukan
penyebab plasma darah seseorang mampu menggumpalkan eritrosit
orang lain. Landsteiner menemukan senyawa dalam eritrosit dan
memberi nama aglutinogen A dan B. Eritrosit seseorang ada yang
mengandung aglutinogen A, ada yang mengandung aglutinogen B, atau
mengandung keduanya, bahkan ada yang tidak memiliki kedua
aglutinogen tersebut.
Kekeliruan pada tranfusi darah menimbulkan akibat fatal karena
di dalam plasmadarah resipien yaitu orang yang menerima transfusi
darah, terbentuk aglutinin. Aglutinin adalah zat antibodi yang akan
menggumpalkan antimorgen donor (pemberi), dan pada akhirnya
gumpalan itu akan menyumbat pembuluh darah yang berakibat fatal.
Atas dasar ini, Landsteiner membagi darah manusia menjadi empat
golongan, yaitu:
1) Golongan A memiliki aglutinogen A dan aglutinin β.
2) Golongan B memiliki aglutinogen B dan aglutinin α.
3) Golongan AB memiliki aglutinogen AB, tidak memiliki agglutininα
dan β.
4) Golongan O tidak memiliki aglutinogen, memiliki aglutinin α dan β.
b. Sistem MN
Sistem golongan darah MN. Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan
P. Levine telah menemukan golongan darah MN karena pada sel darah
merah (eritrosit) manusia ditemukan atigen M dan antigen N. Sistem
golongan darah ini terdiri dari 3 jenis yaitu:
a. Golongan M, mengandung antigen M
b. Golongan N, mengandung antigen N
c. Golongan MN, mengandung antigen M dan antigen N (Waluyo, 2006:
180).
c. Sistem Rhesus
Sistem penggolongan darah yang lain adalah berdasarkan faktor
Rhesus. Sistem rhesus ditemukan oleh Lionel dan Weiner pada tahun 1940
dengan menyuntikkan darah kera Macacus rhesus ke tubuh kelinci,
ternyata darah kera tersebut digumpalkan oleh aglutinin yang dihasilkan
plasma darah kelinci. Aglutinin yang berasal dari kelinci itu juga
menggumpalkan darah manusia walaupun tidak pada semua orang.
Orang yang darahnya dapat digumpalkan oleh aglutinin dari
kelinci dikelompokkan sebagai golongan Rhesus positif (Rh+), sedangkan
yang darahnya tidak dapat digumpalkan oleh aglutinin kelinci tadi
dikelompokkan ke dalam Rhesus negatif (Rh–). Secara singkat dapat
diterangkan:
1. Golongan darah Rh+, dalam eritrositnya mengandung antigen Rhesus,
pada plasmanya tidak dibentuk antibodi terhadap antigen Rhesus.
2. Golongan darah Rh–, dalam eritrositnya tidak ada antigen Rhesus,
pada plasmanya dapat dibentuk antibodi terhadap antigen Rhesus.
Golongan darah Rhesus negatif banyak dimiliki oleh orang Eropa
± 85% dari jumlah penduduk, sedangkan orang Asia terutama Indonesia
golongan Rhesus negatif hanya ± 0,013%.
Di dalam darah manusia ditemukan adanya aglutinogen (antigen)
yang terdapat di dalam eritrosit dan aglutinin (antibodi) yang berada
dalam plasma darah. Penemuan golongan darah itu bermula dengan
terjadinya aglutinasi (penggumpalan darah) ketika eritrosit seseorang
dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain,
campuran iu tidak menyebabkan penggumpalan darah. Antigen
(aglutinogen) yang dibawa oleh eritrosit oran tertentu dapat bereaksi
dengan zat antibodi atau aglutinin yang dibawa serum darah. Oleh karena
itu dikenal 2 macam antigen yaitu aglutinogen (antigen) A dan
aglutinogen (antigen) B sedangkan zat aglutininnya dibedakan menjadi
zat aglutinin α dan aglutinin β. Ada orang yang hanya memiliki antigen A
atau B saja, tetapi ada yang memiliki antigen A dan B atau tidak memiliki
antigen A dan B. Berikut ini adalah klasifikasi penggolongan darah
berdasarkan aglutinin dan aglutinogen yang dimiliki.
1. Orang memiliki antigen A tidak memiliki anti α melainkan anti β
dalam serum plasma, dengan orang tersebut mempunyai golongan
darah A demikian bergolongan darah A.
2. Orang yang memiliki antigen B tidak memiliki anti dimasukkan orang
tetapi memiliki anti α maka orang demikian mempunyai golongan
darah
3. Orang yang memiliki antigen A dan B tetapi tidak memiliki anti α dan
β maka mereka bergolongan darah AB
4. Orang yang tidak memiliki antigen tetapi memiliki anti α dan β maka
orang itu digolongkan O (Susilowarno, 2007).
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum
dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan
Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum
dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan
keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang
paling jarang dijumpai di dunia.
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan
dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin.
Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami
aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung
aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah
A atauAB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung
antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O.
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami
aglutinasi, maka darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti
kemungkinan orang tersebut bergolongan darah B atauAB. Bila tidak
mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah A atau O. Bila
diberi serum aglutinin a maupun b tidak mengalami aglutinasi,
kemungkinan darahnya adalah O (Halang, 2022).
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Hasil Pengamatan
Golongan Darah Kesimpulan
No Nama Orang tua Golongan Darah
Ibu Ayah A B AB D
1. Isfan Oktapianur O B + + + +
2. Majidah Annisa A B - + - +
3. Muhammad Rifqy B B + - - -
Febrian
4. Rabiatul Adawiyah - - + + + -
Keterangan: (-) : Menggumpal
(+) : Tidak menggumpal
A : Anti A
B : Anti B
AB : Anti AB
D : Anti D
B. Foto Pengamatan C. Foto Literatur

(Sumber: Dok. Kelompok II A, 2022) (Sumber: Biology Corner, 2010)


D. Foto Dokumentasi

(Sumber: Dok. Kelompok II (Sumber: Dok. Kelompok II

A, 2022) A, 2022)

Menyiapkan alat dan bahan Menyemprot kapas dengan


yang akan digunakan alkohol 70 %

(Sumber: Dok. Kelompok II (Sumber: Dok. Kelompok II

A, 2022) A, 2022)

Menusukan jari manis Membersihkan jari


dengan jarum blood lanset menggunakan alkohol

(Sumber: Dok. Kelompok II


(Sumber: Dok. Kelompok II
A, 2022)
A, 2022)
Meneteskan serum anti A, Mengaduk menggunakan
Anti B, Anti AB, dan tusuk gigi
Anti D
V. ANALISIS DATA
Praktikum kali ini membahas tentang topik uji golongan darah,
pengecekan menggunakan pen lanset dan blood lanset dilengkapi dengan
pemberian serum anti A, anti B, anti AB, dan anti D. Adapun tujuan dari
dilaksanakannya praktikum kali ini untuk mengetahui golongan darah
seseorang dan rhesus yang dimilikinya. Apakah orang tersebut memiliki
golongan darah A, B AB, atau O dan rhesus yang dimilikinya apakah rhesus
positif atau reshus negatif.
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah dengan
menusukkan blood lanset menggunakan pen lanset, lalu meneteskan darah
yang keluar ke atas kaca benda menjadi empat sektor. Kemudian, memberikan
setetes Anti A, Anti B, Anti AB, dan Anti D di setiap sektornya. Setelah itu
mengaduk menggunakan tusuk gigi. Terakhir adalah mengamati perubahan
yang terjadi baik itu terjadi penyatuan atau penggumpalan.
Darah merupakan satu-satunya jaringan dalam tubuh yang berupa
fluida. Darah berfungsi mentransport oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan
membuang produk sisa seperti karbon dioksida. Darah merupakan sampel yang
sering diperiksa dilaboratorium rumah sakit (James et al, 2006). Darah
merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut
dengan plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan
pengikat dalam arti luas karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan
substasi intraseluler yang berbentuk plasma (Isnaeni, 2006).
Keberadaan darah dalam tubuh mempunyai arti penting bagi
kehidupan seseorang. Secara umun fungsi darah adalah sebagai alat transport
makanan yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan keseluruh tubuh, selain
itu darah juga berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan dinamis
(homeostatis) dalam tubuh , termasuk di dalamnya ialah mempertahankan suhu
tubuh, mengatur keseimbangan distribusi air dan mempertahankan
keseimbangan asam basa sehingga pH darah dan cairan tubuh tetap dalam
keadaan seharusnya (Sadikin, 2001).
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Didunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh (Andriyani et al, 2015). Sistem ABO yang ditemukan
oleh Karl Landsteiner merupakan sistem yang paling penting dalam bank darah
dan ilmu kedokteran transfusi, antigen-antigen utamanya disebut A dan B,
antibodi utamanya adalah anti-A dan anti-B. Gen-gen yang menentukan ada
tidaknya aktivitas A atau B terletak di kromosom 9 (Ronald, 2004). Penetapan
golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam sel dan
menentukan aglutinin yang ada dalam serum (Subrata, 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap jenis
golongan darah terhadap mahasiswa pada kelompok II A, yaitu Rabiatul
mempunyai jenis golongan darah O+, yang bereaksi dapat bercampur pada Anti
A, Anti B, dan Anti AB. Hal itu dikarenakan darah O merupakan darah yang
mempunyai antibodi A dan B sehingga mereka dapat bercampur. Dan, darah O
ini disebut juga donor universal (dapat menerima semua jenis darah)
dikerenakan memiliki Antibodi A dan B sehingga dapat menyatu dengan darah
A dan B. Adapun, reaksi terhadap anti D adalah terjadi penggumpalan yang
berarti darah Rabiatul merupakan darah rhesus positif. Dan, Golongan darah
Rifqy adalah B+, yang bereaksi dapat bercampur pada serum Anti A
dikarenakan darah B memiliki antibodi A sehingga dapat bercampur. Adapun,
memiliki reaksi penggumpalan pada pemberian serum Anti B, Anti AB yang
berarti darah B tidak dapat bersatu dengan darah yang memiliki antibodi B atau
AB dikarenakan antibodi dari darah B adalah A. Dan, reaksi menggumpal pada
pemberian Anti D yang berarti darah Rifqy merupakan darah B rhesus positif.
Golongan darah Majidah adalah A+, yang bereaksi bercampur pada
serum Anti B dikarenakan darah A memiliki antibodi B sehingga dapat
bercampur. Adapun, reaksi penggumpalan pada pemberian anti A dan Anti AB
dikarenakan antibodi dari darah A adalah B. Dan, reaksi menggumpal pada
pemberian Anti D yang berarti darah Majidah merupakan darah B rhesus
positif. Dan, Golongan darah Isfan adalah O+. yang bereaksi dapat bercampur
pada Anti A, Anti B, dan Anti AB. Hal itu dikarenakan darah O merupakan
darah yang mempunyai antibodi A dan B sehingga mereka dapat bercampur.
Dan, darah O ini disebut juga donor universal (dapat menerima semua jenis
darah) dikerenakan memiliki Antibodi A dan B sehingga dapat menyatu
dengan darah A dan B. Adapun, reaksi terhadap anti D adalah terjadi
penggumpalan yang berarti darah Isfan merupakan darah rhesus positif.
Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan pernyataan Karl Landsteiner
yang membedakan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu golongan darah
A, golongan darah B, golongan darah AB dan golongan darah O.
Penggolongan darah ini dikenal dengan sistem penggolongan darah ABO,
pembagian golongan darah ini berdasarkan perbedaan aglutinogen (antigen)
dan aglutinin (antibodi) pada membran permukaan sel darah merah (Syamsuri,
2007). Menurut Guyton (2006), pada penggolongan darah ini ada 2 zat yang
berperan penting dalam menentukan golongan darah yaitu aglutiogen dan
aglutinin. Aglutinogen atau antigen ini merupakan polisakarida yang tidak
hanya terdapat pada sel darah merah tetapi juga terdapat pada kelenjar ludah,
hati, ginjal, paruparu, testis dan semen.
Faktor yang menentukan golongan darah manusia berupa antigen yang
terdapat pada permukaan luar sel darah merah disebut aglutinogen. Zat anti
terhadap antigen tersebut disebut zat anti atau antibodi yang bila bereaksi akan
menghancurkan antigen yang bersangkutan disebut aglutinin dalam serum,
suatu antibodi alamiah yang secara otomatis terdapat pada tubuh manusia
(Waluyo, 2010).
Sel darah merah memiliki salah satu dari antigen A, B , AB atau tidak
sama sekali pada permukaan sel tersebut. Golongan A memiliki antigen A,
golongan B memiliki antigen B, golongan AB memiliki antigen A dan B,
sementara golongan O tidak mengandung antigen. Antigen tersebut mampu
memproduksi antibodi. Individu yang memiliki golongan darah AB merupakan
resipien universal (dapat menerima semua jenis darah) karena tidak memiliki
antibodi, seseorang yang bergolongan darah O merupakan donor universal
(dapat menerima semua jenis darah) (Kee, 2002).
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan
yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan
kemampuannya untuk merangsang produksi antibody. Antibodi atau
immunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma setelah
terjadi kontak dengan antigen. Antibodi ditemukan dalam serum dan jaringan
dan mengikat antigen secara spesifik. Antibodi dapat dikenal bila antibodi itu
bereaksi dengan antigen dan sebaliknya (Sudoyo, 2007).
VI. KESIMPULAN
1. Darah berfungsi mentransport oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan
membuang produk sisa seperti karbon dioksida.
2. Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran
sel darah merah.
3. Golongan darah Rabiatul adalah O+, golongan darah Rifqy adalah B+,
golongan darah Majidah adalah A+, golongan darah Isfan adalah O+.
4. Golongan A memiliki antigen A, golongan B memiliki antigen B,
golongan AB memiliki antigen A dan B, sementara golongan O tidak
mengandung antigen
5. Individu yang memiliki golongan darah AB merupakan resipien universal
(dapat menerima semua jenis darah) karena tidak memiliki antibodi,
seseorang yang bergolongan darah O merupakan donor universal (dapat
menerima semua jenis darah)
VII. DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, R., Triana, A. & Juliarti, W. (2015). Buku Ajar Biologi Reproduksi
dan Perkembangan. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.

Guyton, A.C. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius

James, E., Gangswich, et al. (2006). Short Sleep Duration as a Risk Factors
Hypertension. Circulation AHA Journal. 47:833-839.

Kee, J.L. (2002). Laboratory and Diagnostic Tests with Nursing Implication

Ronald A. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta


: EGC.

Sadikin, M. (2001). Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika, hal 53.

Subrata, G. (2007). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Sudoyo, A.W et al. (2007). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.

Susilowarno, G. (2007). Biologi SMA. Jakarta : Grasindo.

Syamsuri, I. (2007). IPA Biologi untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Waloyo, Joko. (2006). Biologi Dasar. Jember : Universitas Jember.

Waluyo, Joko. (2010). Biologi Umum. Jember: University Press

Anda mungkin juga menyukai