ANALISIS SITUASI
Pandemi Covid-19 tidak sebatas masalah kesehatan. Upaya pengendalian dalam
bentuk pembatasan aktivitas keramaian memukul pelbagai aspek. Dunia pendidikan
merupakan salah satu yang terdampak. Hampir secara merata aktivitas belajar mengajar dari
bangku Sekolah hingga Perguruan Tinggi diminta berlangsung secara daring. Kurniasari,
(2020) menerangkan bahwa mengacu pada Surat Edaran (SE) Kemendikbud Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-19), yang diperkuat dengan SE Sekjen Nomor 15 tahun 2020 tentang
Pedoman Pelaksanaan BDR selama darurat Covid 19, maka proses pembelajaran
dilaksanakan melalui penyelenggaraan Belajar dari Rumah (BDR). Di sisi lain perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mensyaratkan sebuah proses belajar tidak sekedar
menguasai teori. Menerapkan teori melalui praktik menjadi keterampilan yang juga harus
dikuasai (Baeti, 2015). Praktikum membutuhkan media pembelajaran yang relevan. Media
pembelajaran sangat berperan di dalamnya (Dwi & Farnidah, 2018) karena merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan peserta didik.
Kegiatan praktikum sebagai alternatif pembelajaran siswa untuk belajar secara aktif
merekonstruksi pemahaman konseptualnya, menjadi terganggu akibat ketentuan BDR.
Idealnya guru sebagai fasilitator belajar termasuk praktikum dapat memberikan solusi
alternatif di tengah tantangan pelaksanaan BDR. Sayangnya mayoritas guru di daerah belum
banyak yang melek teknologi untuk alternatif praktikum dan pembelajaran daring pada
pelajaran Biologi. Hal inilah yang terjadi di sejumlah Sekola Menengah Atas (SMA) di
Kabupaten Tulangbawang. Materi ajar tentang enzim umumnya hanya disampaikan pada
pertemuan kelas tanpa adanya praktikum. Hal ini akan menyulitkan siswa menguasai materi
dan merekonstruksi pemahaman yang kuat. Diperlukan upaya penguatan kemampuan guru
SMA bidang Biologi untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan mengangkat potensi
bahan praktikum di lingkungan rumah siswa sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan
praktikum secara mandiri meski dalam keadaan BDR.
pandemi Covid-19 adalah sebuah fakta. Lingkungan dapat menjadi media pembelajaran
karena lingkungan tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia bisa juga
dimanfaatkan sebagai pembelajaran sebagai pendidikan (Nachrawie, 2017). Belajar tidak
harus menggunakan buku sebagai media belajar kita bisa memanfaatkan lingkungan sebagai
media pembelajaran. Pun demikian halnya dengan kegiatan praktikum, pada pelajaran
Biologi.
Enzim ialah biokatalisator untuk mempercepat reaksi. Pada makhluk hidup kandungan
enzim terdapat pada organ yang memainkan peran katalitik tertentu (Blanco & Blanco, 2017).
Tidak hanya organ hati pada hewan. Sejumlah jaringan dan organ tumbuhan juga memiliki
enzim. Enzim papain dan bromelain misalnya. Guru dapat mengembangkan bahan enzim
yang dapat diperoleh siswa dari sekitar rumah masing-masing. Selanjutnya Guru diharapkan
mampu menggunakan aplikasi kahoot untuk membantu mengevaluasi kegiatan praktikum di
rumah. Siswa dapat langsung untuk menjawab kuis yang disajikan oleh pendidik melalui
media kahoot tersebut. Para siswa bisa melihat hasilnya secara langsung dengan urutan
peringkat.
Guru Biologi di Kabupaten Tulangbawang dituntut mampu menyusun materi bahan
praktikum enzim dari rumah untuk siswa. Hal ini membutuhkan peran media pembelajaran.
Media Pembelajaran memudahkan siswa memahami apa yang diterangkan oleh guru dalam
proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Ada beragam jenis media dapat
berupa cetak seperti; buku, modul, dan lks. Adapun media elektronik meliputi; video, audio,
presentasi multimedia serta konten daring atau online. Di setiap akhir proses pembelajaran,
setiap pendidik melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengukur sejauh mana kemampuan
siswa dalam memahami apa yang sudah diterangkan. Evaluasi dapat berupa kuis, presentasi
berkelompok, ujian tertulis maupun menggunakan media kahoot.
Kahoot memiliki sejumlah keunggulan sebagai media pembelajaran di antaranya
menciptakan suasana kelas yang lebih menyenangkan, media penerapan aktivitas motorik,
dan menciptakan rasa nyaman dalam pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik, serta
muda memonitoring capaian hasil belajar secara transparan. Hal ini tentunya merupakan
potensi yang dapat dikembangkan guru untuk membantu peserta didik dalam mencapai
kompetensi pembelajaran (Bahar et al., 2020).
Adapun permasalahan yang dirumuskan untuk disajikan rencana penyelesaiannya
dalam kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 1 dan tabel 1 berikut.
METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan diawali dengan pendahuluan yang berisi persiapan yang meliputi
analisis situasi mitra, izin pelaksanaan program, dan merancang kegiatan. Tim pengusul aktif
berkomunikasi dengan Ibu Susilowati ketua MGMP Bidang Biologi Kabupaten Tulang
Bawang. Kegiatan dilaksanakan pada bulan September 2020. Kegiatan di lapangan/lokasi
sekolah akan dilaksanakan selama 3 hari, mulai pukul 08.00 – pkl 15.00 setiap hari. Metode
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/PPM 267 Vol 5 No 2
Tahun 2021
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, 5 (1), 2021, 264-272
Achmad Arifiyanto, Sumardi, Dkk
yang digunakan dalam pelatihan ini adalah ceramah, praktik, dan tanya jawab. Selama
penyampaian teori, dapat diselingi dengan diskusi atau tanya jawab. Pelaksanaan kegiatan
praktek, peserta dibagi dalam beberapa kelompok, masing- masing kelompok dibimbing oleh
narasumber (Tim). Pada hari ke tiga, peserta wajib melaporkan hasil prakteknya dengan
presentasi.
Pelatihan diawali dengan pre-test, untuk mengetahui kemampuan awal peserta.
Dilanjutkan dengan pemberian materi melalui metode ceramah. Peserta diberikan makalah
saat mengisi daftar hadir. Materi ceramah akan diberikan oleh narasumber yang sesuai dengan
bidang ilmunya. Isi materi ceramah meliputi pengetahuan dasar mengenai enzim, reaksi
metabolisme yang melibatkan enzim, dan metode uji aktifitas enzim.
Kegiatan praktik terdiri atas praktek uji aktifitas enzim pada beberapa bahan pangan,
praktek uji aktifitas enzim secara praktis dari bahan tumbuhan, dan praktek uji aktifitas enzim
secara praktis dari mikroba dan hewan. Kegiatan uji enzim yang akan dilakukan yaitu uji
aktifitas protease, amilase, katalase. Bahan substrat yang diperlukan sebagai berikut: susu
murni (untuk protease), pati/tepung untuk amilase, dan H2O2 untuk katalase. Adapun bahan
enzim diperoleh dari buah nanas setengah masak, taoge, ragi tape, ragi roti, getah pepaya,
tempe, serta air liur. Bahan yang berbentuk padat dihaluskan lebih dahulu dengan mortar atau
diblender, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh merupakan ekstrak enzim kasar. Masing-
masing bahan enzim kasar diambil dengan pipet sebanyak 5mL, kemudian ditambahkan
lurutan subtrat 5 mL. Campuran bahan digoyang perlahan. Kemudian diamati rekasi yang
terjadi.
Pada uji amilase ditambahkan lugol iodin sebagai indikator amilum. Amilum ditambah
lugol iodin akan berwarna biru, jika terjadi reaksi enzimatis. Amilum akan dipecah menjadi
dextrin, ditunjukkan perubahan warna biru menjadi bening. Hasil uji protease akan
menunjukkan penggumpalan susu, dan terbentuk gumpalan. Uji enzim katalase, 2 tetes H2O2
konsentrasi 3% diteteskan pada objek glass, kemudian ditambahkan bahan enzim. Jika
terbentuk buih/gelembung menunjukkan adanya reaksi katalase. Setelah melakukan
serangkaian uji enzim, peserta dapat bereksperimen, misalnya pengaruh suhu, pengaruh
garam atau asam terhadap aktifitas enzim.
Sasaran pengabdian pada pelatihan ini yaitu Guru-guru Biologi SMA yang tergabung
dalam MGMP Biologi SMA Kabupaten Tulang Bawang. Jumlah peserta sebanyak tiga belas
(13) orang guru bidang studi biologi dari berbagai sekolah SMA negeri dan swasta di
Kabupaten Tulang Bawang. MGMP Biologi SMA Kabupaten Tulang Bawang menyediakan
tempat pelatihan, dan alat –alat laboratorium penunjang antara lain tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pembakar spiritus, mortar dan alu, pinset, dan lain-lain. Kegiatan pelatihan
direncanakan bertempat di SMA Negri I Banjar Agung Kabupaten Tulangbawang, Provinsi
Lampung.
Pada kegiatan ini dilakukan evaluasi pada guru dan juga diajarkan cara menggunakan
aplikasi kahoot. Aplikasi ini digunakan dalam merancang evaluasi. Tiga macam evaluasi yaitu
evaluasi awal, evaluasi proses, dan evaluasi akhir. Evaluasi awal bertujuan untuk mengetahui
pemahaman peserta pelatihan mengenai konsep enzim dan metode pengujian enzim sebelum
pelatihan dilakukan. Evaluasi proses bertujuan untuk melihat rasa keingintahuan peserta
terhadap materi pelatihan yang diberikan. Evaluasi akhir bertujuan untuk mengetahui
pemahaman peserta mengenai materi yang sudah diberikan setelah pelatihan dilakukan. Hasil
evaluasi ini diharapkan akan memberikan masukan untuk perbaikan pada kegiatan proses
belajar mengajar berikutnya. Parameter keberhasilan yang akan dijadikan sebagai indikator
keberhasilan program berdasarkan kesepakatan antara Tim pengusul dan Mitra adalah
parameter adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan minat peserta terhadap
kegiatan ini.
manusia memiliki sumber enzim yang beragam, namun dekstrin yang dihasilkan oleh kelenjar
ludah merupakan kelompok enzim amilase yang paling muda untuk diperoleh.
Pada praktiknya para guru juga dibekali praktikum uji sederhana dengan penambahan
faktor ekstrinsik yang berperan dalam kinerja enzim yakni suhu, garam, dan asam. Melalui
proses pemanasan 1-2 menit suhu akan diketahui mampu meningkatkan kerja enzim dalam
merombak substrat. Kandungan garam dan asam cenderung memperlambat kinerja enzim.
Cuplikan hasil dari kegiatan pengabdian ini disajikan dalam angket yang diisi oleh guru. Hasil
dari angket yang telah dibagian ke guru secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.
16000
14000
12000 1381412854
12551
10000 11741
10616
Score
8000
7902 Guru
6000 6984
4000 5787
4451
2000 3499
2471 0 0
0
IH ST DN AR OM SLW BTH MRY LI LR BP I TWD
20
18
16
14
12
Score
10
8
6
4
2
0
IH ST DN AR OM SLW BTH MRY LI LR BP I TWD
SIMPULAN
Kegiatan praktikum diharapkan tetap dapat berlangsung meski tidak dilaksanakan di
Laboratorium sekolah saat pandemi Covid-19. Melalui pelatihan ini Guru dapat
mengembangkan bahan enzim yang diperoleh siswa dari sekitar rumah masing-masing.
Materi praktikum menjadi lebih beragam, karena dikembangkan dengan faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja enzim. Pendidik lebih mengenal aplikasi kahoot serta guru
mampu menggunakan aplikasi kahoot sebagai media evaluasi pembelajaran berbasis
praktikum.
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/PPM 271 Vol 5 No 2
Tahun 2021
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, 5 (1), 2021, 264-272
Achmad Arifiyanto, Sumardi, Dkk
DAFTAR RUJUKAN
Baeti, S. N. (2015). Pembelajaran Berbasis Praktikum Bervisi Sets Untuk Meningkatkan
Keterampilan Laboratorium Dan Penguasaan Kompetensi. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia, 8(1), 1260–1270.
Bahar, H., Setiyaningsih, D., Nurmalia, L., & Astriani, L. (2020). Efektifitas Kahoot Bagi
Guru Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar. KACANEGARA Jurnal Pengabdian
Pada Masyarakat, 3(2), 155–162. https://doi.org/10.28989/kacanegara.v3i2.677
Blanco, A., & Blanco, G. (2017). Chapter 1 - Chemical Composition of Living Beings. In
Medical Biochemistry (pp. 1–3). Elsevier Inc.
Dwi, E. A., & Farnidah, R. (2018). Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran.
http://eprints.umsida.ac.id/1258/1/ICT Lingkngn.pdf
Kurniasari, A. dkk. (2020). Pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan universitas muhammadiyah surakarta 2013. Jurnal Review Pendidikan
Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 6(3), 1–8.
Nachrawie, M. (2017). Sumber Belajar Lingkungan Dalam Pembelajaran Ips Di Smpn 1
Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu. SOCIUS:Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, 66(2), 182–925.
Yusuf, Y., & Ulumul, J. (1992). Bab I pendahuluan A . Latar Belakang Masalah (Issue 4).
https://repo.undiksha.ac.id/2201/3/1513031058-BAB 1 PENDAHULUAN.pdf