Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM III

GENETIKA
(AKBK 3312)

“PERTUMBUHAN BULUH SERBUK SARI”

Disusun Oleh:
Rabiatul Adawiyah
(2110119120001)
Kelompok II A

Asisten Dosen:
Kamila Nur Faizza
Shafa’ Muthi’ah

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Muhammad Zaini, M. Pd.
Dr. Bunda Halang, M.T.
Riya Irianti, S. Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
OKTOBER 2022
PRAKTIKUM III
Topik : Pertumbuhan Buluh Serbuk Sari
Tujuan : - Untuk mengamati proses keluarnya buluh serbuk sari.
- Untuk mengamati pengaruh larutan sukrosa dan asam borax
terhadap proses tersebut.
Hari/tanggal : Jumat/30 September 2022
Tempat : Laboratorium Biologi Umum FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut:
1. Mikroskop, kaca benda dan kaca penutup
2. Pipet tetes
3. Gelas kimia
4. Kaca arloji
5. Pinset
6. Pensil bulat
7. Alat tulis
8. Alat dokumentasi

Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut.


1. Larutan sukrosa 2%, 5%, dan 10%
2. Larutan asam borax
3. Butir serbuk sari Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
4. Butir serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus)

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Mengunakan pipet tetes untuk meneteskan larutan sukrosa 2% di atas kaca
arloji. Kemudian mendiamkannya selama 5 menit, 10 menit, 20 menit, dan
40 menit.
3. Meletakkan butir serbuk sari di atas kaca arloji dengan menggunakan pinset,
kemudian mendiamkannya selama 5 menit, 10 menit, 20 menit, dan 40
menit.
4. Mengambil satu butir serbuk sari yang direndam, meletakkan pada kaca
benda dan menutup kaca benda dengan kaca penutup. Lalu, menggerus
preparat menggunakan pensil bulat.
5. Meletakkan preparat di bawah mikroskop kemudian mengamati dan
menggambarkan hasil pengamatan tersebut.
6. Mengulangi langkah-langkah di atas dengan menggunakan larutan sukrosa
5%, 10%, 40%, dan asam boraks
7. Mengamati pertumbuhan buluh serbuk sari masing-masing bahan dan
mencatat waktu yang diperlukan pada masing-masing larutan.

III. TEORI DASAR


Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan seperti
halnya dengan bagian-bagian bunga lain, benang saripun merupakan suatu
metamorfosis daun yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat
kelamin jantan. Benang sari merupakan metamorfosis yang masih terlihat
dengan mata Benang sari terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Filamentum atau tangkai sari
Merupakan bagian yang terbentuk benang dengan penampang melintang
yang umumnya berbentuk bulat.
2. Anthera atau kepala sari
Adalah bagian dari benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari
Bagian dalam memiliki 2 ruang sari dan setiap ruang sari berasal dari
ruangan kecil, disitulah tempat terbentuknya serbuk sari atau polen yang
kemudian serbuk sari jatuh ke kepala putik, dimana serbuk sari itu akan
tumbuh suatu buluh menuju ke bakal biji sehingga dapat bersatu atau
melebur dengan sel telur yang terdapat di dalam kandung lembaga.
3. Penghubung serbuk sari
Merupakan lanjutan dari tangkai sari yang menjadi penghubung kedua
bagian kepala sari atau ruang sari yang terdapat di kanan kiri penghubung
tersebut (Halang & Irianti. 2022).

Ruang sari yang merupakan tempat terbentuknya serbuk sari dan


setelah terjadi persarian maka serbuk sari akan tumbuh berupa suatu buluh
yang menuju ke bakal biji, hingga inti sperma yang terdapat dalam serbuk sari
akhirnya akan melebur atau bersatu dengan sel telur yang terdapat dalam
kantong lembaga. Peleburan inti sperma dengan inti sel telur disebut
Pembuahan.
Cepat lambatnya serbuk sari membentuk buluh serbuk sari
dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti jenis bunga yang menghasilkan serbuk
sari. Bunga yang satu dengan bunga yang lain berada dalam bentuk buluh
serbuk sari terutama dalam hal kecepatannya, ini dipengaruhi juga oleh faktor
lingkungan.
Jika serbuk sari ini sudah masak, maka kepala sari pecah untuk
memungkinkan keluarnya butir-butir serbuk sari tadi. Agar serbuk sari keluar
dari ruang sari, kepala sari dapat membuka dengan jalan yang berbeda-beda,
misalnya:
a. Dengan celah yang membujur
b. Dengan celah yang melintang
c. Dengan sebuah liang pada ujung kepala sari
d. Dengan klep atau katup-katup
Benang sari dapat memperlihatkan perkembangan yang kurang
sempurna, yang mana benang sari tidak lagi manghasilkan serbuk sari yang
mampu menimbulkan persarian, bahkan seringkali berubah bentuk dan
fungsinya (Halang & Irianti. 2022).
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Hasil Pengamatan
1. Serbuk Sari Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Larutan Gambar dengan waktu
5 Menit 10 Menit 20 Menit 40 Menit
Sukrosa
2%

Sukrosa
5%

Sukrosa
10%

Asam
Boraks
2. Serbuk Sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus)
Larutan Gambar dengan waktu
5 Menit 10 Menit 20 Menit 40 Menit
Sukrosa
2%

Sukrosa
5%

Sukrosa
10%

Asam
Boraks
B. Tabel Foto Pengamatan
1. Serbuk Sari Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

Larutan Gambar dengan tangan


5 Menit 10 Menit 20 Menit 40 Menit
Sukrosa
2%

(Perbesaran 10 x 10) (Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 40x10) (Perbesaran10 x10)

Sukrosa
5%

(Perbesaran 10 x 10) (Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 40 x10)

Sukrosa
10%

(Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 40 x10) (Perbesaran 40 x10) (Perbesaran 40 x10)

Asam
Boraks

(Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 10 x10)


2. Serbuk Sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus)
Larutan Gambar dengan waktu
5 Menit 10 Menit 20 Menit 40 Menit
Sukrosa
2%

(Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 4 x10)

Sukrosa
5%

(Perbesaran 100x10) (Perbesaran 100 x 10) (Perbesaran 100 x10) (Perbesaran 40 x10)

Sukrosa
10%

(Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 40 x10) (Perbesaran 10 x10) (Perbesaran 10 x10)

Asam
Boraks

(Perbesaran 4 x10) (Perbesaran 4 x10) (Perbesaran 4 x10) (Perbesaran 4 x10)


C. Foto Literatur
1. Butir serbuk sari Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Keterangan :
3 1. Serbuk sari/Polen
2. Buluh serbuk sari
2 3. Penebalan
sentrifugal

(Sumber : Miftachurohman, 2018)

2. Butir serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus)

Keterangan :
1 1. Serbuk sari/Polen
2. Inti sel
3. Penebalan
sentrifugal
3

(Sumber : Rohmana, 2015)

D. Foto Praktikum

(Sumber : Dok. (Sumber : Dok.


Kel IIA, 2022) Kel II A, 2022 (Sumber : Dok.
Kel. IIA, 2022)

(Sumber : Dok.
Kel IIA, 2022)
V. ANALISIS DATA
1. Butir serbuk sari Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap
pertumbuhan buluh serbuk sari pada Butir serbuk sari Bunga Sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis) bertujuan untuk mengamati proses keluarnya
buluh serbuk sari, serta untuk mengamati pengaruh larutan sukrosa dan
asam borax terhadap proses tersebut. Pada kegiatan ini butir serbuk sari
Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dilepaskan dari tangkainya lalu
direndam menggunakan larutan sukrosa 2%, 5%, dan 10% dan asam borax
dengan kurun waktu perendaman yang bervariasi yaitu 5 menit, 10 menit,
20 menit, dan 40 menit. Kemudian, diletakkan diatas kaca benda dan
ditutup dengan kaca penutup. Lalu, digerus menggunakan pensil bulat
sampai dengan tidak bertumpuk lagi, sehingga dapat diamati dengan jelas
di bawah mikroskop.
Polen yaitu polen merupakan perkembangan mikrosporosit (sel
induk mikrospora) yang mengalami meiosis serta sitokenesis
menghasilkan sel mikrospora haploid tersususn tetrad yang dapat terpisah
menjadi monad. Inti sel mikrospora akan mengalami mitosis menghasilkan
inti sel generatif dan inti sel vegetatif (Husnudin et al., 2015). Biasanya
polen juga disebut sebagai pembawa gamet jantan yang memiliki tiga
domain yang berbeda, struktur kimiawi, morfologis yang berbeda pula.
Polen adalah sel mikrospora yang berisi sel vegetatif dan sel generatif.
Polen berada dalam antera tepatnya dalam kantung yang disebut teka.
Pengembangan serbuk sari merupakan proses yang penting dalam siklus
hidup dari tanaman berbunga dan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi hasil dan kualitas benih tanaman. Peran gametophytes
jantan atau biji-bijian serbuk sari dalam tanaman biji yaitu untuk
memberikan sperma sel ke ovula, tempat pembuahan terjadi. Butir serbuk
sari disimpan pada stigma, di mana masing-masing akan berkecambah
untuk membentuk tabung serbuk sari yang tumbuh melalui stigma dan
gaya ke arah aparatus telur di ovula (Hoedemakers et al., 2014).
a. Sukrosa 2%
Pada perendaman butir serbuk sari Bunga Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) menggunakan sukrosa 2% selama 5 menit, dapat
diketahui bahwa bahwa terlihat bulatan-bulatan dari sel serbuk sari
dan sudah mulai terlihat adanya tonjolan-tonjolan dari buluh serbuk
sari yang disebut penebalan dinding sel secara sentrifugal (mengarah
ke arah luar) namun masih sedikit sekali. Namun, sudah terlihat
adanya sesuatu tonjolan yang sedikit dari serbuk sari yang dinamanan
pembuluh serbuk sari. Pada 10 menit terlihat adanya tonjolan-tonjolan
dari dinding sel serbuk sari dengan penebalan sentrifugal tetapi masih
sangat sedikit, dan tidak terdapat adanya pembuluh serbuk sari. Pada
20 menit terlihat tonjolan-tonjolan yang lebih banyak memenuhi
permukaan sel serbuk sari, dan terdapat suatu tonjolan pembuluh
sebuk sari yang lebih panjang di bandingan pada 5 menit sebelumnya.
Serta pada 40 menit terlihat tonjolan-tonjolan yang sangat
banyak memenuhi permukaan sel serbuk sari, dan terdapat suatu
tonjolan pembuluh sebuk sari yang lebih panjang lagi di bandingan
pada 20 menit sebelumnya. Pada konsentrasi sukrosa 2% ini
ditemukan adanya pembuluh serbuk sari atau pollen tube pada waktu
perendaman 5, 20 dan 40 menit. Dengan pertambahan panjang
pembuluh serbuk sari pada setiap menitnya. Sehingga, pada
perendaman 40 menit terdapat pemubuluh serbuk sari yang
terpanjang.
b. Sukrosa 5%
Pada perendaman butir serbuk sari Bunga Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) menggunakan sukrosa 5% selama 5 menit, dapat
diketahui bahwa sudah terlihat adanya tonjolan-tonjolan dari sel
serbuk sari yang disebut penebalan sentrifugal (ke arah luar), tetapi
sangat sedikit sekali. Pada perendaman 10 menit terlihat tonjolan
ataupun penebalan sentrifugal yang ;lebih banyak . Pada perendaman
20 menit tonjolannya jauh semakin banyak.. serta pada perendaman
40 menit jauh lebih banyak di bandingkan pad 20 menit, walaupun
disertai adanya perubahan warna polen yang mulai menghitam,
dikerenakan lamanya perendaman. Pada konsentrasi sukrosa 5% ini
tidak ditemukan adanya pembuluh serbuk sari atau pollen tube.
c. Sukrosa 10%
Pada perendaman butir serbuk sari Bunga Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) menggunakan sukrosa 10% selama 5 menit pertama
tonjolannya sudah terlihat adanya tonjolan-tonjolan dari sel serbuk
sari yang disebut penebalan sentrifugal (ke arah luar), tetapi sangat
sedikit sekali. Pada perendaman 10 menit terlihat tonjolan ataupun
penebalan sentrifugal yang ;lebih banyak . Pada perendaman 20 menit
tonjolannya jauh semakin banyak.. Serta pada perendaman 40 menit
jauh lebih banyak di bandingkan pad 20 menit, walaupun disertai
adanya perubahan warna polen yang mulai menghitam, dikerenakan
lamanya perendaman. Pada konsentrasi sukrosa 10% ini ditemukan
adanya pembuluh serbuk sari atau pollen tube pada waktu perendaman
20 menit yang memiliki warna seperti hitam.
d. Asam borax
Pada perendaman butir serbuk sari Bunga Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) menggunakan asam borax selama 5 menit, dapat
diketahui bahwa terlihat tonjolan atau penebalan sentrifugal yang
sudah sangat banyak pada permukaan sel serbuk sari. Pada 10 menit
dapat terlihat tonjolan pada polen mulai sedikit berkurang. Pada 20
menit dapat terlihat tonjolan makin sedikit yang keluar. Dan, pada 40
menit perendaman, maka dapat dilihat bahwa sudah sangat sedikit
tonjolan atau penebalan sentrifugal yang muncul. Hal itu dikarenakan
sifat dari asam borax tersebut yaitu sebagai penghambat pembelahan
sel pada polen bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Pada menit ke
20 dan 40 terdapat adanya pembuluh serbuk sari yang disebut pollen
tube, yang mana pada menit 20 pembuluh serbuk sarinya lebih pendek
dibandingkan dengan pembuluh serbuk sari pada perendaman 40
menit.
Dari hasil pengamatan yang telah di jabarkan sesuai dengan
konsentrasi sukrosa dan asam borax yang diberikan. Maka, dapat diketahui
bahwa larutan sukrosa mampu mempercepat pembelahan sel pada polen
bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), sehingga makin lama perendaman
maka semakin banyak penebalan sentrifugal yang bermunculan. Hal itu
sesuai dengan pernyataan Gandawidjaja, D. (1998) yaitu Peningkatan
konsentrasi gula dalam media kultur ternyata menghambat pembesaran sel
somatik dan pembentukan kalus dan sel-sel somatik tetapi merangsang
pembelahan sel dari polen. Sehingga, penggunaan sukrosa dapat
mempercepat pertumbuhan polen pada serbuk sari bunga sepatu (Hibiscus
rosasinensis).
Penggunaan Asam Boraks pada pertumbuhan polen mempunyai
peranan yang menghambat pertumbuhan atau pembelahan sel. Sehingga,
pada tiap pertambahan menit itu semakin berkurang tonjolan atau
penebalan sentrifugal yang muncul dikarenakan teksturnya yang agak
kental dan berwarna bening tersebut.
Menurut Kimball (2006) penebalan sentrifugal yaitu penebalan ke
arah luar. Contohnya: dinding luar serbuk sari bunga sepatu (Hibiscus
rosasinensis) dan beberapa jenis tumbuhan. Sehingga, pada bunga sepatu
(Hibiscus rosasinensis) terjadi penebalan sentrifugal yang mengarah
keluar. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Hanum, dkk (2014) tipe
penebalan dinding sel sentrifugal yaitu penebalan dinding polen ke arah
luar dan ornamentasi eksin bertipe echinate yang artinya berbentuk seperti
duri.
Adapun, pembuluh serbuk sari yang ditemukan pada konsentrasi
Sukrosa 2%, 5%, 10%, mauupun Asam Borax dengan waktu perendaman
menit ke 5, 10, 20 ataupun 40 itu mengalami perpanjangan yang
segnifikan dari tiap menitnya, hal itu di pengaruhi oleh sifat sukrosa yaitu
sebagai peransang pertumbuhan. Sehingga, semakin lama waktu
perendaman maka semakin panjang/berkembang buluh serbuk sari.
Pembuluh serbuk sari atau pollen tube merupakan bagian dari gamet
jantan. Keberhasilan gamet jantan jatuh ke target betina sangat penting
terhadap keberhasilan persilangan, maka perlu adanya panduan pollen tube
menuju target (Higashiyama dan Yang, 2017).

2. Butir serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus)


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap
pertumbuhan buluh serbuk sari pada Butir serbuk sari Bunga Waru
(Hibiscus tiliaceus) bertujuan untuk mengamati proses keluarnya buluh
serbuk sari, serta untuk mengamati pengaruh larutan sukrosa dan asam
borax terhadap proses tersebut. Pada kegiatan ini butir serbuk sari Bunga
Waru (Hibiscus tiliaceus) dilepaskan dari tangkainya lalu direndam
menggunakan larutan sukrosa 2%, 5%, dan 10% dan asam borax dengan
kurun waktu perendaman yang bervariasi yaitu 5 menit, 10 menit, 20
menit, dan 40 menit. Kemudian, diletakkan diatas kaca benda dan ditutup
dengan kaca penutup. Lalu, digerus menggunakan pensil bulat sampai
dengan tidak bertumpuk lagi , sehingga dapat diamati dengan jelas di
bawah mikroskop.
Polen yaitu polen merupakan perkembangan mikrosporosit (sel
induk mikrospora) yang mengalami meiosis serta sitokenesis
menghasilkan sel mikrospora haploid tersususn tetrad yang dapat terpisah
menjadi monad. Inti sel mikrospora akan mengalami mitosis menghasilkan
inti sel generatif dan inti sel vegetatif (Husnudin et al., 2015). Biasanya
polen juga disebut sebagai pembawa gamet jantan yang memiliki tiga
domain yang berbeda, struktur kimiawi, morfologis yang berbeda pula.
Polen adalah sel mikrospora yang berisi sel vegetatif dan sel generatif.
Polen berada dalam antera tepatnya dalam kantung yang disebut teka.
Pengembangan serbuk sari merupakan proses yang penting dalam siklus
hidup dari tanaman berbunga dan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi hasil dan kualitas benih tanaman. Peran gametophytes
jantan atau biji-bijian serbuk sari dalam tanaman biji yaitu untuk
memberikan sperma sel ke ovula, tempat pembuahan terjadi. Butir serbuk
sari disimpan pada stigma, di mana masing-masing akan berkecambah
untuk membentuk tabung serbuk sari yang tumbuh melalui stigma dan
gaya ke arah aparatus telur di ovula (Hoedemakers et al., 2014).
a. Sukrosa 2%
Pada perendaman butir serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus
tiliaceus) menggunakan sukrosa 2% selama 5 menit, dapat diketahui
bahwa terlihat adanya tonjolan-tonjolan yang masih sangat sedikit.
Pada 10 menit terlihat adanya tonjolan-tonjolan dari dinding sel
serbuk sari yang mulai banyak, tetapi pada rendaman dengan waktu
20 menit terlihat tonjolan yang lebih banyak, namun masih kurang
jelas dikarenkan perbesaran dari mikroskop. Pada perendaman 40
menit dapat terlihat tonjolan yang muncul lebih banyak dibandingkan
pada 20 menit. Dan, pada konsentrasi ini terdapat adanya pembuluh
serbuk sari atau pollen tube pada perendaman 5 dan 40 yang ditandai
dengan tonjolan yang keluar dari polen. Namun, pada konsentrasi ini
pembuluh serbuk sarinya kurnag jelas dikarenakan perbesaran
mikroskop yang digunakan terlalu kecil.
b. Sukrosa 5%
Pada perendaman butir serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus
tiliaceus) menggunakan sukrosa 5% selama 5 menit, dapat diketahui
bahwa, sudah terlihat adanya tonjolan-tonjolan dari sel serbuk sari.
Pada rendaman 10 menit terlihat tonjolan yang lebih banyak
dibandingkan dengan perendaman 4 menit. Pada perendaman begitu
pula pada rendaman 20 menit tonjolannya jauh lebih banyak dari
perendaman 10 menit. Dan, pada perendaman 40 menit dapat dilihat
bahwa tonjolan atau penebalan sentrifugalnya semakin banyak di
bandingkan dengan 20 menit. Pada konsentrasi ini terdapat adanya
pembuluh serbuk sari atau pollen tube pada perendaman pada menit 5
dan 40 yang ditandai dengan adanya tonjolan atau serabut yang keluar
dari polen.
c. Sukrosa 10%
Pada perendaman butir serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus
tiliaceus) menggunakan sukrosa 5% selama 5 menit, dapat diketahui
bahwa, sudah terlihat adanya tonjolan-tonjolan dari sel serbuk sari.
Pada rendaman 10 menit terlihat tonjolan yang lebih banyak
dibandingkan dengan perendaman 4 menit. Pada perendaman begitu
pula pada rendaman 20 menit tonjolannya jauh lebih banyak dari
perendaman 10 menit. Dan, pada perendaman 40 menit dapat dilihat
bahwa tonjolan atau penebalan sentrifugalnya semakin banyak di
bandingkan dengan 20 menit. Pada konsentrasi ini terdapat adanya
pembuluh serbuk sari atau pollen tube pada perendaman pada menit 5
dan 40 yang ditandai dengan tonjolan kecil yang berwarna lebih cerah
dibandingkan polennya.
d. Asam borax
Pada perendaman butir serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus
tiliaceus) menggunakan Asam borax selama 5 menit, dapat diketahui
bahwa pertama terlihat adanya tonjolan atau penebalan sentrifugal
yang banyak, tetapi dikarenakan perbesaran mikroskop yang
digunakan sangat kecil, maka hasil yang didapatkan juga kurang jelas.
Pada rendaman dengan waktu 10 menit tonjolannya lebih sedikit
dibandingkan perendaman 5 menit, begitu pula dengan waktu 20
menit tonjolannya semakin sedikit. Terlebih pada perendaman 40
menit dapat dilihat sangat sedikit tonjolan yang ada. Hal itu
dikarenakn sifat dari asam borax yang menghambat pertumbuhan
polen. Pada konsentrasi ini tidak terdapat adanya pembuluh serbuk
sari atau pollen tube. Hal itu dikarenakan asam boraks memiliki sifat
menghambat pertumbuhan polen dikarenakan teksturnya yang agak
kental.
Dari, hasil pengamatan yang telah dijabarkan sesuai dengan
konsentrasi sukrosa dan asam borax yang diberikan. Maka, dapat
diketahui bahwa larutan sukrosa mampu mempercepat pembelahan sel
pada polen Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus), sehingga makin lama
perendaman maka semakin banyak penebalan sentrifugal yang
bermunculan. Hal itu sesuai dengan pernyataan Gandawidjaja, D. (1998)
yaitu Peningkatan konsentrasi gula dalam media kultur ternyata
menghambat pembesaran sel somatik dan pembentukan kalus dan sel-sel
somatik tetapi merangsang pembelahan sel dari polen. Sehingga,
penggunaan sukrosa dapat mempercepat pertumbuhan polen pada serbuk
sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus).
Penggunaan Asam Boraks pada pertumbuhan polen mempunyai
peranan yang menghambat pertumbuhan atau pembelahan sel. Sehingga,
pada tiap pertambahan menit itu semakin berkurang tonjolan atau
penebalan sentrifugal yang muncul dikarenakan teksturnya yang agak
kental dan berwarna bening tersebut.
Menurut Kimball (2006) penebalan sentrifugal yaitu penebalan ke
arah luar. Contohnya: dinding luar serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus
tiliaceus) dan beberapa jenis tumbuhan. Sehingga, pada Bunga Waru
(Hibiscus tiliaceus) terjadi penebalan sentrifugal yang mengarah keluar.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Hanum, dkk (2014) tipe penebalan
dinding sel sentrifugal yaitu penebalan dinding polen ke arah luar dan
ornamentasi eksin bertipe echinate yang artinya berbentuk seperti duri.
Adapun, pembuluh serbuk sari yang ditemukan pada konsentrasi
Sukrosa 2%, 5%, 10%, mauupun Asam Borax dengan waktu perendaman
menit ke 5, 10, 20 ataupun 40 itu mengalami perpanjangan yang
segnifikan dari tiap menitnya, hal itu di pengaruhi oleh sifat sukrosa yaitu
sebagai peransang pertumbuhan. Sehingga, semakin lama waktu
perendaman maka semakin panjang/berkembang buluh serbuk sari.
Pembuluh serbuk sari atau pollen tube merupakan bagian dari gamet jantan
(Higashiyama dan Yang, 2017).
VI. KESIMPULAN
1. Bentuk penebalan yang berupa tonjolan-tonjolan disebut dengan
Penebalan sentrifugal yang merupakan struktur tambahan.
2. Bentuk tonjolan yang keluar dari serbuk sari Bunga sepatu disebut juga
dengan pembuluh serbuk sari atau pollen tube.
3. Semakin lama waktu perendaman dan semakin tinggi konsentrasi larutan,
maka buluh serbuk sari akan semakin banyak.
4. Asam borax mempunyai pengaruh untuk menghambat pertumbuhan pada
polen. Sedangkan, Sukrosa mampu merangsang atau mempercepat
pertumbuhan polen.
5. Semakin tinggi konsentrasi sukrosa, maka semakin banyak pula tonjolan
atau penebalan sentrifugal yang muncul.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Gandawidjaja, D. (1998). Pengaruh Sukrosa Dan Glutamin Pada Kultur Anter
Solatium Khasianutn Clarke. Berita Biologi VoL 4, No. 2 & 3.

Halang, B & Irianti, R. ( 2022). Penuntun Praktikum Genetika. Banjarmasin:


CV. Batang.

Hanum, dkk. (2014). Studi Variasi Morfologi Pollen Pada Beberapa Spesies
Dari Genus Hibiscus. Jurnal Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Pembelajarannya. 11(1): 320- 325.

Higashiyama, T. and W. Yang. (2017). Gametophytic pollen tube guidance:


attractant peptides, gametic controls, and receptor. Plant Physiology.
173 :112–121.

Hoedemaekers, K., J. Derksen, S. W. Hoogstrate. M. W. Arts, S. A. Oh, D.


Twell, C. Mariani and I. Rieu. (2015). Bursting pollenis required to
organize the pollen germination plaque and pollen tube tip in
Arabidopsis thaliana. Journal of New Phytologist. 206. doi:
10.1111/nph.13200: 255-267.

Husnudin. (2015). Karakterisasi Morfologi Polen Tumbuhan Solanaceae di


Malang Raya. Universitas Negeri Malang, Malang.

Kimball, J. W. (2006). Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Miftachurohman. (2018) Laporan Praktikum dasar-Dasar Pemuliaan


Tanaman Acara II Pengamatan Polen dan Kantung embrio. Diakses
melalui https://miftachurohman.web.ugm.ac.id/laporan-praktikum-
dasar-dasar-pemuliaan-tanaman-acara-ii-pengamatan-polen-dan-
kantung-embrio/. Pada 07 Oktober 2022.

Rohmana. (2015). Sitologi (Penebalan Dinding Sel & Plasmolisis). Diakses


melalui https://aulyarohmana16.wordpress.com/2015/06/09/sitologi-
penebalan-dinding-sel-dan-plasmolisis/ Pada 07 Oktober 2022.

Anda mungkin juga menyukai