Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penyerbukan (pollination) adalah jatuhnya tepung sari pada kepala putik.
Sedangkan pembuahan (fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dengan gamet
betina yang kemudian melebur menjadi zigot. Setelah terjadi penyerbukan, butir tepung
sari mengalami dua kali pembelahan meiosis dan menghasilkan empat mikrospora yang
haploid. Selanjutnya, mikrospora mengalami pembelahan menghasilkan dua inti haploid.
Proses pertumbuhan buluh sari (pollen tube), satu dari dua inti tersebut membelah secara
mitosis menghasilkan inti generatif I dan inti generatif II. Satu inti lain tidak membelah,
tetapi tumbuh menjadi inti buluh (tube nucleus) yang mengantarkan kedua inti generatif
I dan II menuju mikrofil untuk pembuahan (Mangoendidjojo, 2003).
Serbuk sari atau biasa disebut Pollen merupakan struktur yang digunakan untuk
mengangkut gamet jantan ke gamet betina dari bunga. Mempertahankan kapasitas
perkecambahan serbuk sari yang tersimpan dapat berguna dalam menghemat waktu
dalam program hibridisasi dan juga dalam perbaikantanaman. Suhu dan kelembaban
merupakan faktor utama dalam mempengaruhi perilaku serbuk sari. Kedua factor
lingkungan tersebut apabila terdapat pada kondisi yang optimum akan mengakibatakan
kenaikan viabilitas polen (Perveen, 2011). Oleh karena itu, maka dilakukanlah
praktikum ini agar praktikkan mampu mengetahui perkecambahan serbuk sari secara in
vitro.

1.2. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun percobaan ini dilakukan untuk mengamati perkecambahan serbuk sari


secara in vitro dan mengamati viabilitas serbuk sari.
BAB II
PERKECAMBAHAN SERBUK SARI

Serbuk sari merupakan struktur yang digunakan dalam mengangkut gamet jantan
kegamet betina dari bunga. Mempertahankan kapasitas perkecambahan serbuk sari yang
tersimpan dapat berguna dalam menghemat waktu dalam program hidridasi dan juga
dalam perbaikan tanaman. Suhu dan kelembapan merupakan faktor utama dalam
mempengaruhi prilaku serbuk sari. Kedua faktor lingkungan tersebut apabila terdapat
pada kondisi yang optimum akan mengakibatkan kenaikan viabilitas pollen. (Perveen,
2011).
Perkecambahan serbuk sari merupakan tahapan yang sangat peka terhadap
pengaruh kondisi lingkungan. Menurut Suhardi (2009), banyak fakta yang menunjukan
adanya kegagalan polinasi dan fertilisasi pada cuaca yang kurang baik, misalnya hujan.
Selain dipengaruhi oleh faktor luar, kualitas serbuk sari juga dipengaruhi oleh umurnya.
Makin tua umur sebuk sari makin makin lamban perkecambahannya dan tabung serbuk
sari yang terbentuk semakin pendek, pada umumnya serbuk sari setelah lepas dari antera
hanya bertahan satu atau beberapa harisaja sebelum dapat mencapai kepala putik.
Tumbuhan berbunga serbuk sari secara in vivo terjadi dikepala putik atau stigma.
setelah serbuk sari kontak dengan kepala putik, serbuk sari akan membesar karena
mengabsorbsi cairan pada permukaan kepala putik. Dinding lapisan dalam (intin) beserta
protoplasma serbuk sari akan menonjol membentuk buluh melalui apertura yang biasa
disebut lubang perkecambahan (grem pore). Buluh tersebut akan memanjang dan
mencari jalan melalui jaring-jaring pada kepala putik dan tangkai putik hingga
memasuki kantung embrio yang berda didalam bakal biji (ovulum), didalam kantung
embrio tepatnya didalam sel sinergid, buluh serbuk sari akan pecah dan mebebaskan inti
sperma. Jika tidak ada hambatan, selanjutnya akan terjadi proses fertilisasi.
(tjitrosoepomo, 2009).
Uji viabilitas serbuk sari merupakan salah satu aspek reproduksi generatif yang
sangat menentukan keberhasil hibridisasi tanaman terutama dalam menghasilkan
varietas-varietas baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan serbuk sari adalah
jenis tumbuhan, status nutrisi tumbuhan, medium perkecambahan, terperatur, waktu
inkubasi, waktu pengambilan serbuk sari, penggunaan pestidida dan insektisida, serta
kondisi enyimpanan serbuk sari. (soares, 2010).
Uji viabilitas serbuk sari dapat dilakukan dengan teknik pewarnaan atau dengan
mengecambahan serbuk sari secara invitro. Teknik pewarnaan bertujuan untuk
memastikan aktivitas enzim dan kekuatan membran serbuk sari, sedangkan dengan
mengecambahkan serbuk sari secara invitro dapat diketahui kemampuan serbuk sari
berkecambah pada kondisi tertentu. (lyra, 2011)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas beker, hot plate,
pengaduk, cawan petri, tusuk gigi, kaca benda , kaca penutup dan mikroskop cahaya.
Bahan-bahan yang dinkan pada prkatkum ini adalah serbuk sari betadin (
Jatropha multifida) dan agar-agar ± 1% dengan sukrosa 10 %

3.2. CARA KERJA


Larutan sukrosa 10% dan agar-agar ± 1% dilarutkan sampai agar-agar larut.
Bunga yang akan diamati dipilih jenisnya dan diambil putik dimana akan diambil
serbuk sarinya. Lalu, larutan agar-agar tersebut ditetesi pada gelas objek. kemudian,
benang sari diambil menggunakan tusuk gigi dan menaburkan serbuk sari pada media
agar-agar yang telah dibuat. Lalu, kertas saring basah diletakkan pada alas cawan petri
untuk menjaga kelembaban serbuk sari kemudian gelas benda disimpan di atas kertas
saring dengan diganjal tusuk gigi pada kedua ujungnya. Cawan petri ditutup lalu tiap 5
menit serbuk sari dikeluarkan lalu serbuk sari diamati di bawah mikroskop setiap
interval waktu 5 menit sampai serbuk sari berkecambah dan waktunya dicatat dalam
tabel. Beberapa serbuk sari dipilih untuk dijadikan fokus pengamatan dan catat
pertumbuhan totalnya pada interval waktu 10 menit selama 60 menit. Kemudian,
preparat dikembalikan ke dalam cawan tertutup saat tidak dilakukan pengamatan.
BAB IV
DATA HASIL PEMBAHASAN DAN PENGAMATAN

4.1. DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel 4.1. Data hasil perkecambahan serbuk sari pada bunga betadin (Jatropha
multifida)
No Gambar Keterangan
1 Sebelum 10 menit serbuk
sari belum berkecambah

4.2. PEMBAHASAN
Proses polinasi dan fertilisasi merupakan tahapan yang sangat penting pada
reproduksi seksual tumbuhan spermatophyta. Menurut Yusnita (2011), keberhasilan
polinasi akan diikuti dengan pembentukan buluh serbuk sari yang berfungsi membawa
gamet jantan menuju kantung embrio tempat berkembangnya gamer betina.
Perkecambahan serbuk sari merupakan tahapan yang sangat peka terhadap pengaruh
kondisi lingkungan. Menurut Satifah (2014), banyak fakta yang menunjukkan adanya
kegagalan polinasi dan fertilisasi pada cuaca yang kurang baik, misalnya hujan, selain
dipengaruhi oleh faktor luar, kualitas serbuk sari juga dipengaruhi oleh umurnya. Makin
tua umur serbuk sari maka makin lambat perkecambahannya dan tabung serbuk sari
akan lebih pendek.
Perkecambahan serbuk sari pada tumbuhan berbunga terjadi di kepala putik
(stigma). Setelah serbuk sari kontak dengan kepala putik, serbuk sari akan membesar
karena menyerap cairan pada permukaan kepala putik. Dinding lapisan serbuk sari akan
menonjol membentuk buluh yang disebut dengan lubang perkecambahan. Buluh tersebut
akan memanjang dan mencari jalan pada jaringan kepala putik dan tangkai putik hingga
memasuki kantung embrio, kemudian serbuk sari akan pecah dan membebaskan inti
sperma, jika tidak ada hmbatan akan terjadi proses fertilisasi.
Penyerbukan pada bunga jika sudah terjadi maka serbuk sari di kepala putik akan
membentuk saluran-saluran menuju ke bakal biji atau buluh sari. Saat itu terjadi, inti
vegetatif berjalan di muka dan diikuti inti generatif. Fungsi dari ini generatif adalah
mengatur pertumbuhan buluh serbuk sari menuju ruang bakal biji. Menurut Widya
(2012), inti generatif dibagi menjadi 2 yaitu inti generatif 1, untuk membuahi inti sek
telur dan membentuk zigot. Inti generatif 2, untuk membuahi inti kandung lembaga
sekunder dan membentuk endosperem atau putik lembaga. Menjelang mecapai bakal
buah, inti generatif membelah menjadi 2 dan setelag sampai di pintu bakal biji, inti
vegetatif melebur, kemudia ini sperma masuk ke dalam bakal biji.
Praktikum ini menggunakan bunga betadin dan menggunakan larutan suksrosa 10%
sebagai media perkecambahan, pada saat yang sama langsung menghitung waktu selama
10 menit sekali dengan menggunakan stopwatch. Prinsip dari perkecambahan ini adalah
menyamakan kondisi dengan kondisi lingkungan kepala putik, tempat dimana serbuk
sari berkecambah secara alami. Berdasarkan hasil pengamatan perkecambahan setelah
dilihat pada 10 menit pertama diperoleh hasil bahwa serbuk sari tidak berkecambah.
BAB V
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil, yaitu :

1. Agar-agar yang digunakan untuk merangsang perkecambahan serbuk sari.


2. Agar memiliki kondisi yang sesuai dengan serbuk sari.
3. Waktu ke 10 menit tidak terjadi perubahan apapun pada serbuk sari.
4. Faktor yang mempengaruhi kegagalan perkecambahan serbuk sari dipengaruhi oleh
kelembaban, suhu dan kondisi media agar.
5. Serbuk sari yang kering juga dapat menyebabkan kegagalan karena diduga sudah
mengalami kematian, sehingga tidak viable.

4.2. SARAN
Seharusnya media agar yang disediakan lebih cair sehingga sesuai dengan
kondisi serbuk sari, jika terlalu kental dapat menyebabkan kegagalan perkecambahan
serbuk sari.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Lyra,D.H., Sampalo, L.S., Paraira. (2011). Pollen Viability and Germination, in Jatropha
ribifolia and jatropha mollissima (Euphorbiaceae): Species with potential for
biofuel production. African Journal of Biotechnology. 10(3): 368-374
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman.Yogyakarta: Kanisius
Perveen, A. (2011). Pollen Germination Capacity, Viability and Maintanence of Pisium
Sativum L papilionaceae. Middle East Journal of Scientific Research, 2: 79981
Soares, T.L. (2010). In Vitro Germination and Viability of Pollen Grains of Banana
Diploids. Crop Breeding and Applied Biotechnology. 8: 111-118
Suhardi. (2009). Pengembangan Sumber Belajar Biologi. UNY Press, Yogyakarta
Tjitrosoepomo, G.(2009) Taksonomi Tumbuhan (Spermatofia). Gadjah Mada
Universitas Press, Yogyakarta
Widya. (2012). Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Yusnita.(2011). Kultur Jaringan. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai