PENDAHULUAN
Serbuk sari merupakan struktur yang digunakan dalam mengangkut gamet jantan
kegamet betina dari bunga. Mempertahankan kapasitas perkecambahan serbuk sari yang
tersimpan dapat berguna dalam menghemat waktu dalam program hidridasi dan juga
dalam perbaikan tanaman. Suhu dan kelembapan merupakan faktor utama dalam
mempengaruhi prilaku serbuk sari. Kedua faktor lingkungan tersebut apabila terdapat
pada kondisi yang optimum akan mengakibatkan kenaikan viabilitas pollen. (Perveen,
2011).
Perkecambahan serbuk sari merupakan tahapan yang sangat peka terhadap
pengaruh kondisi lingkungan. Menurut Suhardi (2009), banyak fakta yang menunjukan
adanya kegagalan polinasi dan fertilisasi pada cuaca yang kurang baik, misalnya hujan.
Selain dipengaruhi oleh faktor luar, kualitas serbuk sari juga dipengaruhi oleh umurnya.
Makin tua umur sebuk sari makin makin lamban perkecambahannya dan tabung serbuk
sari yang terbentuk semakin pendek, pada umumnya serbuk sari setelah lepas dari antera
hanya bertahan satu atau beberapa harisaja sebelum dapat mencapai kepala putik.
Tumbuhan berbunga serbuk sari secara in vivo terjadi dikepala putik atau stigma.
setelah serbuk sari kontak dengan kepala putik, serbuk sari akan membesar karena
mengabsorbsi cairan pada permukaan kepala putik. Dinding lapisan dalam (intin) beserta
protoplasma serbuk sari akan menonjol membentuk buluh melalui apertura yang biasa
disebut lubang perkecambahan (grem pore). Buluh tersebut akan memanjang dan
mencari jalan melalui jaring-jaring pada kepala putik dan tangkai putik hingga
memasuki kantung embrio yang berda didalam bakal biji (ovulum), didalam kantung
embrio tepatnya didalam sel sinergid, buluh serbuk sari akan pecah dan mebebaskan inti
sperma. Jika tidak ada hambatan, selanjutnya akan terjadi proses fertilisasi.
(tjitrosoepomo, 2009).
Uji viabilitas serbuk sari merupakan salah satu aspek reproduksi generatif yang
sangat menentukan keberhasil hibridisasi tanaman terutama dalam menghasilkan
varietas-varietas baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan serbuk sari adalah
jenis tumbuhan, status nutrisi tumbuhan, medium perkecambahan, terperatur, waktu
inkubasi, waktu pengambilan serbuk sari, penggunaan pestidida dan insektisida, serta
kondisi enyimpanan serbuk sari. (soares, 2010).
Uji viabilitas serbuk sari dapat dilakukan dengan teknik pewarnaan atau dengan
mengecambahan serbuk sari secara invitro. Teknik pewarnaan bertujuan untuk
memastikan aktivitas enzim dan kekuatan membran serbuk sari, sedangkan dengan
mengecambahkan serbuk sari secara invitro dapat diketahui kemampuan serbuk sari
berkecambah pada kondisi tertentu. (lyra, 2011)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
4.2. PEMBAHASAN
Proses polinasi dan fertilisasi merupakan tahapan yang sangat penting pada
reproduksi seksual tumbuhan spermatophyta. Menurut Yusnita (2011), keberhasilan
polinasi akan diikuti dengan pembentukan buluh serbuk sari yang berfungsi membawa
gamet jantan menuju kantung embrio tempat berkembangnya gamer betina.
Perkecambahan serbuk sari merupakan tahapan yang sangat peka terhadap pengaruh
kondisi lingkungan. Menurut Satifah (2014), banyak fakta yang menunjukkan adanya
kegagalan polinasi dan fertilisasi pada cuaca yang kurang baik, misalnya hujan, selain
dipengaruhi oleh faktor luar, kualitas serbuk sari juga dipengaruhi oleh umurnya. Makin
tua umur serbuk sari maka makin lambat perkecambahannya dan tabung serbuk sari
akan lebih pendek.
Perkecambahan serbuk sari pada tumbuhan berbunga terjadi di kepala putik
(stigma). Setelah serbuk sari kontak dengan kepala putik, serbuk sari akan membesar
karena menyerap cairan pada permukaan kepala putik. Dinding lapisan serbuk sari akan
menonjol membentuk buluh yang disebut dengan lubang perkecambahan. Buluh tersebut
akan memanjang dan mencari jalan pada jaringan kepala putik dan tangkai putik hingga
memasuki kantung embrio, kemudian serbuk sari akan pecah dan membebaskan inti
sperma, jika tidak ada hmbatan akan terjadi proses fertilisasi.
Penyerbukan pada bunga jika sudah terjadi maka serbuk sari di kepala putik akan
membentuk saluran-saluran menuju ke bakal biji atau buluh sari. Saat itu terjadi, inti
vegetatif berjalan di muka dan diikuti inti generatif. Fungsi dari ini generatif adalah
mengatur pertumbuhan buluh serbuk sari menuju ruang bakal biji. Menurut Widya
(2012), inti generatif dibagi menjadi 2 yaitu inti generatif 1, untuk membuahi inti sek
telur dan membentuk zigot. Inti generatif 2, untuk membuahi inti kandung lembaga
sekunder dan membentuk endosperem atau putik lembaga. Menjelang mecapai bakal
buah, inti generatif membelah menjadi 2 dan setelag sampai di pintu bakal biji, inti
vegetatif melebur, kemudia ini sperma masuk ke dalam bakal biji.
Praktikum ini menggunakan bunga betadin dan menggunakan larutan suksrosa 10%
sebagai media perkecambahan, pada saat yang sama langsung menghitung waktu selama
10 menit sekali dengan menggunakan stopwatch. Prinsip dari perkecambahan ini adalah
menyamakan kondisi dengan kondisi lingkungan kepala putik, tempat dimana serbuk
sari berkecambah secara alami. Berdasarkan hasil pengamatan perkecambahan setelah
dilihat pada 10 menit pertama diperoleh hasil bahwa serbuk sari tidak berkecambah.
BAB V
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil, yaitu :
4.2. SARAN
Seharusnya media agar yang disediakan lebih cair sehingga sesuai dengan
kondisi serbuk sari, jika terlalu kental dapat menyebabkan kegagalan perkecambahan
serbuk sari.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Lyra,D.H., Sampalo, L.S., Paraira. (2011). Pollen Viability and Germination, in Jatropha
ribifolia and jatropha mollissima (Euphorbiaceae): Species with potential for
biofuel production. African Journal of Biotechnology. 10(3): 368-374
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman.Yogyakarta: Kanisius
Perveen, A. (2011). Pollen Germination Capacity, Viability and Maintanence of Pisium
Sativum L papilionaceae. Middle East Journal of Scientific Research, 2: 79981
Soares, T.L. (2010). In Vitro Germination and Viability of Pollen Grains of Banana
Diploids. Crop Breeding and Applied Biotechnology. 8: 111-118
Suhardi. (2009). Pengembangan Sumber Belajar Biologi. UNY Press, Yogyakarta
Tjitrosoepomo, G.(2009) Taksonomi Tumbuhan (Spermatofia). Gadjah Mada
Universitas Press, Yogyakarta
Widya. (2012). Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Yusnita.(2011). Kultur Jaringan. Agromedia Pustaka, Jakarta.