Anda di halaman 1dari 38

PEWARISAN

SITOPLASMATIK
Kelompok 5
Adittya Willy Putra 18032043
PEWARISAN
SITOPLASMIK
Pewarisan sifat yang disebabkan oleh bagian eksternal dari
nukleus, yaitu dengan adanya protein Histon yang dipilin oleh
DNA di dalam kromosom yang berada di daerah sitoplasma.
Pewarisan sitoplasmik dapat juga merupakan
pewarisan sifat di mana sifat-sifat tersebut tidak
diatur oleh materi genetik di dalam kromosom
melainkan di dalam sitoplasma

Pewarisan ekstrakromosomal/sitoplasma terjadi


karena pewarisan partikel sitoplasma yang
memiliki DNA dan dapat melakukan replikasi
subseluler sendiri. Oleh karena itu, organel ini
sering kali disebut sebagai organel otonom.
Organel yang berpotensi sebagai pembawa faktor
pewarisan sitoplasmik antara lain:
• Kloroplas
• Mitokondria
• Sentriol
• Retikulum endoplasma
Pewarisan Sitoplasmik

01 02
PEWARISAN
PEWARISAN MATERNAL MITOKONDRIA

03 04
PEMINDAHAN
PENGARUH MATERNAL SITOPLASMATIS
DARI SIMBION
01
PEWARISAN MATERNAL
PEWARISAN
MATERNAL
Pewarisan maternal terdapat apabila faktor yang
menentukan sifat keturunan terdapat di luar nukleus dan
pemindahan faktor itu hanya berlangsung melalui
sitoplasma. Pengaruh maternal terdapat apabila genotip
dari induk betina menentukan fenotip dari keturunan.
Pewarisan maternal mengacu pada pola
pewarisan untuk gen inti tertentu di mana
genotipe ibu secara langsung menentukan
fenotipe keturunannya.
Fenotipe keturunan ditentukan oleh genotipe
tetapi, genotipe ayah dan keturunannya sendiri ibu BUKAN fenotipe.
tidak mempengaruhi fenotipe keturunannya Genotipe ayah dan keturunan tidak
mempengaruhi fenotipe keturunannya
Fenomena ini disebabkan oleh akumulasi
produk gen yang diberikan ibu untuk
telurnya yang sedang berkembang.
Sebuah model yang menjelaskan hasil
persilangan Mirabilis jalapa sehubungan dengan
pewarisan kloroplas otonom. Bola besar dan gelap
adalah inti. Tubuh yang lebih kecil adalah kloroplas,
berwarna hijau atau putih. Setiap sel telur
diasumsikan mengandung banyak kloroplas, dan
setiap sel serbuk sari diasumsikan tidak mengandung
kloroplas. Dua persilangan pertama menunjukkan
warisan ibu yang ketat. Namun, jika cabang ibu
beraneka ragam, tiga jenis zigot dapat terjadi,
tergantung pada apakah sel telur hanya mengandung
kloroplas putih, hanya hijau, atau keduanya hijau dan
putih. Pada kasus terakhir, zigot yang dihasilkan
dapat menghasilkan jaringan hijau dan putih,
sehingga tanaman akan beraneka ragam.
02
PEWARISAN MITOKONDRIA
Pengertian
Mitokondria adalah organel berbentuk bola dan terikat
membran ganda yang mengandalkan fungsi berbeda dari
kedua membrannya: membran mitokondria bagian luar dan
membran mitokondria bagian dalam.
mtDNA terdapat didalam mitokondria, suatu organel sel
yang berfungsi menghasilkan energi untuk kebutuhan
aktivitas sel.
Genom mtDNA manusia berbentuk sirkuler dengan
panjang 16.569 bp. Setiap mitokondria mengandung
2-10 mtDNA.
mtDNA bermanfaat untuk identifikasi karena laju mutasi
mtDNA lebih tinggi daripada nDNA (variasi tinggi
dalam populasi), mtDNA diturunkan hanya dari pihak
ibu dan sel manusia dapat memiliki ribuan kopi
mtDNA yang sama
Pola pewarisan mtDNA hanyalah dari pihak ibu. Mekanisme pewarisan
mtDNA terjadi karena reduksi mtDNA paternal (dari sperma)
selama proses spermatogenesis.

Pada saat fertilisasi mtDNA sperma mengalami dilusi sederhana dan


proteolisis yang dimediasi ubiquitin serta digesti aktif mtDNA
sperma didalam ovum yang dibuahi. Karena berbagai macam
perlindungan sel telur, mtDNA paternal yang memasuki oosit
menjadi hilang setelah ovum yang dibuahi mengalami pembelahan
mitosis pertama
Mirip dengan genom inti, genom
mitokondria dibangun dari DNA untai
ganda, dan itu mengkodekan gen.

(Taylor, RW, & Turnbull. 2005)


Sama halnya dengan DNA inti, DNA mitokondria juga
dapat membentuk rRNA, tRNA, dan mRNA. Faktor-faktor
untuk sintesis protein ditentukan oleh DNA inti. Dengan kata
lain, mekanisme replikasi, transkripsi, dan translasi di dalam
mitokondria bergantung pada materi genetik inti. DNA
mitokondria tidak dapat direplikasi maupun diekspresikan tanpa
bantuan inti. Sifat semi-otonom mitokondria terlihat pada cara
sintesis ribosom inti.
Dengan adanya materi genetik sendiri seperti DNA untai
ganda sirkuler, maka ribosom, tRNA, dan mitokondria
bersifat semi-otonom, yakni dapat memproduksi
sebagian protein dari asam amino dengan bantuan enzim-
enzim yang diproduksi oleh DNA inti.
Diagram pembentukan ribosom
mitokondria yang memperlihatkan
hubungan antara DNA mitokondria dan
DNA inti.
(sumber: Alberts dkk,. 2008)
Mitokondria mempunyai genom sendiri,
dugaan evolusi mitokondria dari bakteri
endosimbiotik hasil proses endositosis
jutaan tahun silam.
Dugaan proses evolusi asal usul
mitokondria di dalam sel.
(sumber: Alberts dkk,. 2008)
03
PENGARUH MATERNAL
INTRODUCTION
■ Pengaruh maternal adalah fenotip anakan untuk karakter tertentu
yang dipengaruhi oleh genotip nukleus gamet maternal.
■ Pada pengaruh maternal, informasi genetika pada gamet betina
ditranskripsi dan produknya (protein atau mRNA yang tidak
ditranslasi) terdapat dalam sitoplasma telur.
■ Pada saat fertilisasi, produk ini mempengaruhi pola karakter
perkembangan zigot. Jadi gen-gen nukleus dari induk betina
turut mempengaruhi fenotip keturunannya sedangkan gen jantan
tidak ikut berpengaruh
■ Jadi gen-gen nukleus dari induk betina turut mempengaruhi
fenotip keturunannya sedangkan gen jantan tidak ikut
berpengaruh.
Sifat-sifat sitoplasma terutama diatur oleh gen nuklir. Dengan demikian, efek
keibuan tergantung pada gen nuklir

Contoh pengaruh maternal terdapat


pada pigmentasi Ephestia dan
Penggulungan Lymnaea.

Pigmentasi Ephestia Penggulungan Lymnaea


PIGMENTASI EPHESTIA

Ephestia kuehniella, larva serangga, tipe liarnya


memiliki kulit berpigmen dan mata coklat oleh
pengaruh gen dominan. Pigmentasi kulit ada
karena adanya kynurenine. Tipe mutannya
adalah pigmentasi kulit yang sedikit dan mata
merah.
Jantan heterozigot (Aa) x aa diperoleh ratio 1:1 seperti
pada mendel

Betina heterozigot (Aa) x aa diperoleh semua larva


berpigmen dan bermata coklat

Oosit Aa mensintesis kynurenin dan terakumulasi pada


ooplasma sebelum selesainya meiosis, pigmen
terdistribusi pada sitoplasma sel-sel larva berkembang
sampai proses pigmentasi dan mata coklat
Gambar: pengaruh maternal pada pigmentasi Ephestesia
PENGGULUNGAN LYMNAEA

Penggulungan atau putaran cangkang pada


Lymnaea, sebaliknya bersifat permanen (tidak seperti
contoh pada Ephestia). Putaran cangkang ada yang ke
kiri/sinister dan ini merupakan resesif (dilambangkan
dengan dd), dan ada pula yang ke kanan/dekster dan ini
merupakan dominan (dilambangkan dengan DD atau
heterozigotnya Dd). Pola penggulungan siput ditentukan
oleh genotip parental yang memproduksi telur, bukan
dipengaruhi fenotip parental saja. Induk maternal yang
bergenotip DD atau Dd hanya memproduksi anakan
yang menggulung dekstral.

Persilangan pada Lymnaea peregra


Menunjukkan Pewarisan Pengaruh Maternal
(Sumber: Gardner, dkk., 1991)
Jika,
P Jantan Sinistral x betina homozigot dekstral
dd x DD
F1 dekstral heterozigot (Dd)
F2 1/4 DD: 1/2 Dd: 1/4 dd (semua fenotip dekstral)

P jantan dekstral homozigot x betina sinistral


DD X dd
F1 sinistral heterozigot (Dd)
F2 1/4 DD: 1/2 Dd: 1/4 dd (semua fenotip dekstral)
Pengaruh maternal pada lymnea hanya bertahan pada satu
generasi saja, sebab pada generasi-generasi salanjutnya siput
sinistral dihasilkan dari parontal dd meskipun ia sendiri dekstral.
Berdasarkan penelitiannya, ceklin menyatakan bahwa hal ini
karena pola pemisahan sel-sel pada siput itu spiral, berarti arah
spindel selama pembelahan sel berpindah terhadap poros dari sel
telur.

Oleh karena itu kejadian pengaruh maternal yang diteruskan


hanya untuk satu generasi saja sebab generasi berikutnya akan
dibentuk di sitoplasma sel telur baru berdasarkan genotip induk
betina yang baru
04
PEMINDAHAN SITOPLASMATIS
DARI SIMBION
• Di dalam sitoplasma antara lain terdapat organel-organel
seperti mitokondria dan kloroplas, yang memiliki molekul DNA
dan dapat melakukan replikasi subseluler sendiri. Oleh karena
itu, kedua organel ini sering kali disebut sebagai organel
otonom.

• Pewarisan ekstrakromosomal/sitoplasma terjadi karena


pewarisan partikel sitoplasma yang memiliki kelangsungan
hidup. Benda-benda yang berpotensi sebagai pembawa faktor
pewarisan sitoplasmik antara lain: Kloroplas, Mitokondria,
Sentriol, Retikulum endoplasma, Kinetoplas, Plasma gen
a. Simbiotik Bakteri dalam Sitoplasma Paramaecium

Paramaecium merupakan protozoa uniseluler yang


berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual
terjadi melalui pembelahan sel untuk menghasilkan clones sel-sel
identik secara genetik. Pada fase seksual paramaecium melakukan
konyugasi secara periodik dan transfer materi genetik dari satu sel ke
sel yang lain. Paramecia dan ciliata lain mempunyai dua jenis nukleus:
makronukleus vegetatif yang besar dan mikronukleus yang kecil, yang
tumbuh dalam rangkaian miosis dan menghasilkan gamet yanghaploid.
b. Sifat Pembunuh

T.M. Sonneborn meneliti pengaruh pewarisan di luar inti Paramaecium.


Salah satu ciri Paramecium aurelia adalah menghasilkan substansi yang
mematikan anggota keturunan dari spesies itu. Keturunan Paramecium
yang mampu menghasilkan substansi toksik itu disebut Paramaecium
Pembunuh. Pemisahan unsur-unsur dalam sitoplasma diperkirakan ada 400
partikel yang berperan secara efektif dalam Paramaecium pembunuh.
Partikel ini disebut partikel kappa. Diperkirakan partikel ini adalah
simbiotik bakteri Caedobacter taeniospinalis (bakteri pembunuh dengan
pita spiral).
Zat toksik (paramaecia) dihasilkan oleh bakteri pembunuh yang tersebar
dalam zat cair. Jika Paramaecium pembunuh diletakkan pada medium
kemudian ditarik kembali oleh Paramaecium yang peka maka Paramaecium
tersebut akan dibunuh. Paramaecium yang tidak mempunyai sifat
pembunuh memiliki jenis partikel kappa. Bakteri kappa memiliki kandungan
protein ―R‖ disebut Bright.
c. Pewarisan Sitoplasma dari Fenotip Pembunuh
Bakteri Kappa hanya ada pada organisme yang mempunyai alel K pada
inti/nukleusnya. Alel K memiliki sifat dominan yang diperlukan untuk reproduksi
bakteri. Paramaecium dengan genotip kk akan kehilangan partikel-partikel kappa
dan akhirnya menjadi sensitif.

petunjuk tentang adanya pewarisan sitoplasmatis dari fenotip pembunuh, yaitu:


1) Pewarisan tanpa Penukaran Sitoplasma
Konyugasi antara sel pembunuh dan sel sensitif menghasilkan keturunan seperti
yang diharapkan dengan perbandingan=1 sel pembunuh dan 1 sel sensitif.Jika
berlangsung autogami, terjadilah homosogositas, sehingga sel pembunuh Kk akan
menghasilkan satu sel pembunuh KK dan satu sel kk yang tidak dapat memelihara
partikel kappa, karena itu menjadi sel sensitive.Jadi apabila ditransfer tanpa
sitoplasma maka hanya sel pembunuh saja yang mewariskan partikel kappa.Kappa
tidak diproduksi dalam sel kecuali apabila alel K ada dalam nucleus.
2) Pewarisan dengan Penukaran Sitoplasma
Konyugasi dengan penukaran sitoplasma antara sel pembunuh
dan sel sensitif menghasilkan keturunan sel pembunuh semua.
Karena setiap sel mendapatkan partikel kapp yang berasal dari
sitoplasma sel induk pembunuh. Autogami dari tiap sel
ekskonjugan ini menghasilkan satu sel pembunuh dan satu sel
sensitif. Hal ini memberi petunjuk bahwa sel ekskonjugan adalah
heterosigot Kk pada gambar dibawah ini. Berdasarkan kenyataan
bahwa partikel kappa mengandung sedikit DNA, memiliki
pigmen sitokrom yang berbeda sama sekali dengan yang dimiliki
sel inang, ditambah pula bahwa sel Paramaecium dapat hidup
tanpa adanya partikel kappa, maka diambil kesimpulan bahwa
hadirnya kappa adalah sebagai organisme yang hidup sebagai
simbion.
Gambar : Perkawinan Terjadi Pertukaran Sitoplasman
(Sumber Gardner, dkk., 1991)
Jika pengkonyugasi adalah KK dan kk, maka alel K
dan k ditukar dan hasil konyugasi adalah
Kk.Sitoplasma mentransfer bakteri kappa dari sel
pembunuh ke sel bukan pembunuh. Autogami
menghasilkan sel homozigot KKdan kk yang berturut-
turut memproduksi clone sel pembunuh dan bukan
pembunuh
THANKS
Does anyone have any questions?

Anda mungkin juga menyukai