Anda di halaman 1dari 15

EVOLUSI PRIMATA

Dosen Pengampu :

Rosi Feirina Ritonga, M.Pd

Disusun Oleh :

Tasya Shafa Salsabilla (1801125008)

Raden Roro Annisa A. F (1801125050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Genetika pada
semester genap tahun akademik 2020-2021 dan berjudul “Evolusi Primata”
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada ibu Rosi Feirina Ritonga, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Evolusi dan pembimbing makalah ini yang telah memberikan banyak bantuan,
masukan, dan dukungan terkait penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih belum sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi perbaikan makalah ini dan kesempurnaan makalah selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap pada makalah ini dapat bermanfaat dan bisa dipahami
dengan baik oleh para pembaca.

Jakarta, 15 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Evolusi Primata...............................................................................................................3
B. Perkembangan Primata Primitif ke Primata Maju..........................................................5
C. Radiasi Primata...............................................................................................................6
D. Makhluk Makhluk Pra–Homo sapiens............................................................................9
E. Hasil Akhri Evolusi Primata.........................................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi merupakan suatu ilmu yang mempelajari perubahan yang berangsur-
angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Dalam evolusi berkaitan
dengan proses perubahannya. Primata tampaknya telah mengalami suatu evolusi. Pada
awal mulanya mengembangkan jari tidak terspesialisasi yang amat baik untuk kehidupan
arboreal. Selain hal tersebut terjadi perubahan dalam pengelihatan, modifikasi pelvis,
perilaku, dan volume otak yang lebih berkembang. Hal tersebut menunjukan bahwa
primata mengalami perubahan ke dalam bentuk primata dunia baru (maju).
Oleh karena itu perlu digunakan bukti untuk mempelajari perubahan akan tinjauan
dari banyak segi yang dapat memberikan banyak petunjuk mengenai apa yang terjadi
dimasa lalu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana mekanisme proses evolusi primata?
2. Bagaimana perkembangan primata primitif ke primate maju?
3. Bagaimana radiasi primata?
4. Bagaimana akhir evolusi primata?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah:
1. Mengetahui mekanisme proses evolusi primata
2. Mengetahui perkembangan primata primitf ke primitive maju
3. Mengetahui radiasi primate
4. Menyimpulakn evolusi primata

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Evolusi Primata
Primata merupakan satwa yang mempunyai kekerabatan paling dekat dengan
manusia dalam kingdom Animalia. Kedekatan satwa primata dengan manusia mencakup
aspek anatomis dan fisiologis karena kedekatan filogenetik dan perbedaan evolusi yang
kecil. Satwa primata termasuk dalam kelas mamalia dengan sub-grup mamalia
berplasenta. Karakteristik dari primata antara lain: memiliki rambut pada hampir seluruh
bagian tubuh, masa menyusui relatif lama, homeotermal, mempunyai kemampuan
belajar, tingkah laku fleksibel, cenderung berpostur tegap, tangan dan kaki memiliki
kemampuan mencengkram, memiliki penglihatan warna, posisi mata terletak di bagian
depan kepala/stereoskopik, kemampuan penciuman yang tidak begitu baik,
berkembangnya ukuran otak, dan memiliki lima jari (pentadactyly).
Primata muncul sekitar 70 juta tahun pada periode paleosen seiring dengan
punahnya dinosaurus. Prosemia berupa setengah kera di duga muncul pada periode dan
tahun tersbeut. Setidaknya, itulah fosil tertua yang pernah ditemukan dari primata.
Sekarang, ordo primata dibagi menjadi dua sub ordo, yakni Prosimian (meliputi Lemur,
Tarsius, dll) dan Antropoidia (kera, monyet, homonid).
Monyet pertama muncul kira-kira 50 juta tahun lalu. Awal mulanya, monyet
dunia baru muncul dari cabang primata kuno, dan belakangan monyet dunia lama
berevolusi sebagai garis keturunan terpisah. Garis keturunan yang tersisa setelah
pemisahan monyet disebut garis Hominoid.
George Gaylord Simpson menyarankan pengelompokan garis itu ke superfamilia
Hominoidea. Pengelompokan itu mencakup: Hylobatidae (kera kecil), Pongidae (kera
besar), Hominidae (manusia). Namun, belakangan ini para taksonom cenderung tidak
membedakan lagi antara kera kecil dan kera besar. Kera kecil mencakup siamang alias
Gibbon dan kerabatnya. Kera besar contohnya Gorilla, Simpanse, dan Orangutan.
Simpanse punya 2 spesies dan beberapa subspesies (masih kontroversi), sementara itu

4
orangutan dan gorilla hanya punya 1 spesies, namun orangutan punya 2 spesies: P.
pygmaeus pygmaeus, dan P. pygmaeus abelli. Manusia modern juga hanya memiliki 1
spesies, yakni Homo sapiens. Fosil kera primitif yang pernah ditemukan kira-kira berusia
35 juta tahun dan dinamakan Aegyptopithecus, yakni “kera fajar”. Karena itu merupakan
garis keturunan Hominoid, maka kera tersebut adalah nenek moyang bersama kera dan
manusia. Divergensi antara kera purba dan manusia diduga terjadi sekitar 7 atau 8 tahun
yang lalu.
Awal mulanya, primata mengadaptasikan kehidupan arboreal. Sendi bahu yang
sangat fleksibel pada monyet dan kera memudahkan mereka untuk berayun-ayun dari
pohon yang satu ke pohon yang lain. Tipe lokomosi seperti itu disebut brachiasi (dari
kata Latin brachia/brachium untuk lengan). Pengemukanya adalah Sir Arthur Keith, yang
menyadari keuntungan lokomosi itu di hutan. Modifikasi lainnya adalah pergeseran mata
ke tengah wajah, sehingga citra dari kedua mata dapat menumpuk ditengah dan
menghasilkan citra yang lebih baik. Kebanyakan primata memiliki pegangan tangan dan
kaki yang kuat dan fleksibel. Namun, kemampuan itu telah tereduksi hampir seratus
persen pada primata bipedal. Perkembangan neokorteks (cerebrum) yang amat pesat, hal
ini memberikan jalan lapang untuk perkembangannya. Tangan yang telah “terbebaskan”
dari peralihan cara hidup dari arboreal ke non arboreal nampaknya telah banyak berperan
dalam komunikasi yang lebih baik diantara spesiesnya, dan karena itu mendorong
perkembangan interaksi kelompok, berbicara, dan akhirnya: penciptaan budaya.

B. Perkembangan Primata Primitif ke Primata Maju


Analisis pada primata primitif sampai dengan primata yang maju yakni sebagai berikut:
1. Hubungan antara tulang vertebrata dan tengkorak mengalami perubahan yang
berangsur-angsur menuju titik berat tengkorak. Mula-mula hubungan ini terdapat
dibagian tepi menjadi tepat berada di bawah. Perubahan ini diikuti dengan perubahan
cara berjalan dari empat kaki menjadi dua kaki. Sejalan dengan perubahan ini, maka
otot leherpun menjadi lebih lemah, sedangkan panggul menjadi lebih penting dan
kuat. Bentuk tengkorak yang memanjang dengan rahang besar, gigi yang kuat dan
membentuk moncong menjadi bertambah pendek. Rongga hidung yang besar
sekarang menjadi jauh lebih kecil.
2. Bola mata pada organisme mempunyai tulang yang meliputinya sehingga mata sudah
sepenuhnya terlindung. Hal ini menunjukkan bahwa mata menjadi organ yang sangat
penting. Selain itu,mata yang menghadap ke samping, menjadi berangsur-angsur

5
menghadap ke depan. Penglihatanpun berubah dari dua dimensi menjadi tiga dimensi,
dan kemampuan melihat warna meningkat dari hitam putih untuk membedakan gelap
dan terang menjadi mampu melihat hampir semua spectrum warna. Hal ini erat
kaitannya dengan cara hidup dari malam hari menjadi siang hari. Selain itu, matapun
diperlukan untuk melihat makan diantara ranting-ranting pohon, dan untuk
menyelinap dengan mudah diantara hutan.
3. Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku. Cakar mula-mula
digunakan untuk mengais mencari makan. Dengan berubahnya cara hidup dari hidup
di tanah menjadi kehidupan arboreal, maka cakar menjadi mengganggu kemapuan
bergerak dengan cepat di atas pohon. Kehidupan arboreal lebih membutuhkan
kemampuan untuk memegang. Dengan demikian, terjadi perubahan cara memegang
dengan terbentuknya ibu jari dengan persendiaan yang lain daripada jari-jari yang
lain.
4. Kehidupan arboreal (hidup di pepohonan) menyebabkan fungsi tangan lebih penting
daripada kaki. Hal ini terlihat pada bangsa kera yang memilki tangan yang lebih
panjang dan lebih kuat daripada kaki. Struktur ini penting untuk dapat berayun-ayun
dan berpindah tempat. Dengan berubahnya permukaan bumi, maka jumlah hutan
menjadi semakin sedikit. Selain itu, ditemukan primata besar yang tidak dapat
ditunjang oleh hutan. Dengan demikian, primata mulai turun ke permukaan bumi.
Akibatnya tangan menjadi kurang diperlukan sedangkan kaki diperlukan untuk
mengejar mangsa dan menghindarkan diri dari predator.
5. Volume otak mengalami perubahan pesat. Faktor ini sangat nyata terlihat pada
golongan kera-manusia. Perubahan volume otak dapat pula dilihat pada perubahan
dahi.

C. Radiasi Primata
Perkembangan evaluasi Primata dimulai dari moyang yang berupa hewan Mammalia
pemakan serangga menurunkan Prosimian yang hidup pada zaman Palaeosin. Hewan ini
bertubuh kecil seperti cecurut, bermoncong, dan berekor panjang. Mereka tangas dan
cerdas, mempunyai organ-organ penggenggan dan lima jari. Dari Prosimian
perkembangan radiasi evolusi menuju 4 golongan besar yang masih tetap hidup sekarang
ini.
1. Prosmian Modern

6
Kelompok besar pertama yakni prosimian modern ini adalah lemur dan loris,
sekarang hidup di pulau Madagaskar. Hewan-hewan ini masih mempunyai moncong
runcing dan ekor yang panjang, berkuku, bukan cakar, hal ini merupakan ciri umum
primata. Sisa sisa fosil lemur yang sesungguhnya, telah banyak ditemukan di Eropa
dan Amerika dalam lapisan eosen, tetapi di Erasia-Afrika masih tetap hidup hingga
sekarang, terutama dipulau Madagaskar. Salah satu diantaranya adalah magaladapis,
lemur raksasa yang besarnya lebih kurang sama dengan gorilla.
Hewan lain yang termasuk Prosimian modern ialah tarsius (binatang hantu),
hidup di Asia Selatan dan Indonesia (daerah pantai Kalimantan, Sulawesi, dan
Sumatra). Pada hewan ini tidak dijumpai lagi moncong yang panjang mata lebih ke
depan tidak seperti mata lemur yang agak kesamping oleh karena itu, tarsius dapat
memfokuskan satu titik dengan kedua matanya. Nampak adanya peningkatan pada
alat-alat penglihatan dan mekanisme saraf yang memberikan kemampuan untuk
kedalaman persepsi (binocular stereoscopic vision) dan penglihatan warna pada
tahap-tahap beranekaragam.
Tarsioidea dipandang dalam segi anatominya, kelompok ini menempati tempat
diantara keluarga lemur dan kera. Pada waktu sekarang, hewan ini hanya ditemukan
di Kalimatan, Sulawesi dan Filipina, sebagai hewan malam kecil penghuni pohon.
Tarsius sudah menjadi hewan yang terkhususkan yang tersebar luas ditemukan di
Eropa Barat (necrolemur dan michrocoerus). Kelompok ini juga didapatkan di Erasia-
Afrika. Beberapa diantaranya hidup dipohon, yang lain lagi dibatu batu karang atau
ditanah. Semua berjalan dengan tangan dan kaki. Hewan ini seberapa pandai
memanjat pohon. Monyet ini tidak dapat mengayunkan diri dengan tangannya. Oleh
sebab itu tangan monyet ini tidak seberapa panjang seperti tangan Gibbon, tetapi
ekornya umumnya panjang. Fosil binatang ini telah banyak ditemukan di Fayoum, di
Mesir ditemukan rahang rahang yang sangat kecil dari seekor binatang yang pada
giginya memperlihatkan ciri ciri yang bersifat Tarsisus dan Antropoidea.
2. Ceiboidea (Monyet Dunia Baru)
Ceboidea hanya hidup pada lingkungan pohon dan ditemukan di daerah hutan-
hutan sebelah selatan Amerika Utara, Amerika tengah, Dan Amerika Selatan. Mereka
terbagi menjadi dua family, yakni Callithricidae dan Cebidae. Callithricidae atau
Marmoset adalah Primata kecil yang telah menempati niche seperti bajing di hutan
dunia Baru. Perkembangan yang menonjol pada cakar untuk memanjat yang
merupakan bagian penting dari pergerakan mereka. Ceboidae hidup dilingkungan

7
pohon. Namun lebih berkembang dibandingkan dengan Callithricidae. Mereka
mengembangkan beraneka ragam besar tubuh dan adaptasi ekologis di pohon-pohon.
Beberapa anggota Ceboidae telah beradaptasi dengan cara hidup dilingkungan pohon
dengan jalan mengembangkan “kaki ke-5” dalam bentuk ekor prehensile
(penggenggam, dapat digunakan untuk memegang sesuatu). Ekor prehensile tidak
hanya terdapat pada monyet dunia lama. Monyet dunia baru adalah hewan asli
Amerika Selatan. Kebanyakan tidak memiliki ibu jari yang dapat diputar, yang
merupakan ciri khas dari primata-primata yang lebih maju. Kupingnya lebar dan
membentang ke arah samping, sehingga hidung tampak rata. Monyet capuchin yang
digunakan di Eropa dalam pertunjukan-pertunjukan hiburan tergolong contoh monyet
dunia baru.
3. Cercopithecoida (Monyet Dunia Lama)
Semua Primata dunia lama kecuali prosimian adalah catarrhini (hidung
terbelah). Monyet-monyet dunia lama diklasifikasikan dalam satu famili yakni
Cercopithecidae yang terbagi menjadi 2 sub famili yaitu cercopithecinae (moyet
babon) dan colobinae (monyet pemakan daun). Pada catatan fosil cercopithecoidea
berkembang pada zaman Oligosin dan Miosin. Pada akhir Moisin mereka telah
menempati sejumlah niche lingkungan pohon serta terestrial di Afrika dan Erasia.
Pada saat sekarang mereka berkembang menjadi Colonin (monyet pemakan daun)
dan cercopithecin. Cercopithecin yang hidup sekarang menempati iklim dan habitat
yang lebih luas dibandingkan Primata lain.
 Colobinae
Colobinae hidup beradaptasi makan daun vegetasi muda. Mereka mempunyai
puncak gigi yang tajam pada gigi molar, kantung pipi khusus, dan bentuk perut
khusus untuk mencernakan makanan. Pencernaan dilakukan dengan bantuan
bakteri yang hidup pada perutnya yang mirip dengan kantung. Langur (sebutan
untuk berapa Colobinae) mendiami banyak habitat. Beberapa diantaranya
digunung-gunung tinggi dengan sedikit pohon dan makannya bergantung pada
puncak-puncak cemara dan kulit pohon dan dedaunan.
 Cercopithecinae
Sub famili ini menempati beraneka habitat, mulai dari savanna terbuka (babon,
macaques, monyet patas) sampai hutan (mandril, mangabey, dan quenon). Hewan
tersebut berjalan di atas 4 kaki (quadrapedal dan mengembangkan kemampuan

8
mencengkram, tetapi tidak dengan ekor prehensile. Bentuk pergerakan mereka
dinamakan branch walking (berjalan) diatas cabang, plantigrade (kencenderungan
bergerak pada permukaan plantar = tapak tangan atau tapak kaki) dan digitigrase
(kecenderungan bergerak dengan jari tangan atau jari kaki).
Gibbon mempunyai tengkorak yang lebih kecil dibandingkan dengan
Hominoid yang lain dan semata-mata orboreal. Bentuk Gibbon khusus untuk
bergerak arboncal, disebut brachiation. Branchiation memungkinkan gibbon
bergerak arboncal, disebut brachiantion. Branchiation memungkinkan gibbon
bergerak lebih cepat antara pepohonan dengan menggunakan kedua lengannya,
hingga tangannya berfungsi sebagai sebuah kait. Tetapi jika ia turun ke tanah
berjalan-jalan di atas dahan-dahan dilakukan dengan 2 kaki. Orangutan seperti
gibbon hidup terbatas di Asia Tenggara dan pernah hidup tersebar luas di Asia.
Cara bergerak orang utan dinamakan quadramanual (empat tangan). Meskipun
orang utan menghabiskan banyak waktunya di atas pohon dengan menggunakan 4
anggota badannya, juga dapat berjalan jauh sekali di daratan tanah, khususnya
jantan dewasa hampir 2 kali lebih besar daripada betinanya dan menjalani hidup
membujang.
Gorilla sangat terbatas ruang lingkupnya dan sekarang hanya terdapat di hutan
pegunungan daerah khatulistiwa dan dataran tinggi Afrika timur. Gorilla adalah
vegetarian terestial, pemakan daun yang tumbuh didataran tanah. Susunan
kerangka sangat khusus untuk menopang berat badan terestrial dan berjalan diatas
buku-buku jari. Cara bergerak seperti ini terlihat pada bentuk dada, bahu,
pergelangan tangan dan tulang lumbar verteberal yang kuat.
Simpanse tidak mempunyai catatan fosil, hidup terbatas di daerah hutan dan
bagian berhutan kera. Karena adaptasi mereka, mempunyai struktur badan yang
orthograde (tegak), yang memungkinkan mereka berjalan jauh di atas permukaan
tanah, tetapi juga posisi duduk dalam jangka waktu lama. Untuk duduk, babon
telah mengembangkan sepetak kulit pada bagian belakang yang dinamakan ischial
callosities.
 Hominoidea
Kelompok ini muncul pada zaman Paleosin. Selama Miosin awal radiasi
Hominoidea bercabang menjadi dua yakni Anthropoidea (kera) dan Hominidea
(keluarga manusia). Kedua famili ini ditandai dengan hilangnya ekor dan

9
berkembangnya ukuran besar badan dan otak. Anthropoidae dan Hominiidae jauh
lebih berkembang dan demikian fungsi lebih kompleks. Kera-kera yang hidup
sekarang dibagi 4 genus, yakni gibbon, orangutan, simpanse, dan gorilla.
D. Makhluk Makhluk Pra–Homo sapiens
Evolusi makhluk-makhluk pra-Homo sapiens dapat digolongkan menjadi dua bagian
besar, yakni:
1. Evolusi pra-Homo sapiens berdasarkan hubungan kekerabatan manusia dengan
hewan. Klasifikasi Homo sapiens adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Subordo : Anthropoidea
Famili : Homonoidea
Genus : Homo
Species : Homo sapiens
Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia dengan hewan, evolusiner
pra-Homo sapiens secara garis besar mengalami 4 perkembangan, yakni:
1) Famili Tupaiidae Famili Tupaiidae merupakan ordo Primata, yakni golongan
hewan pemakan serangga.
2) Famili Lemuroidae Famili ini merupakan Ordo Primata primitif termasuk di
dalamnya adalah jenis binatang setelah kera. Misalnya Tarsius spectrum
(binatang hantu), yang hidup di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra),
dan Filipina. Jenis binatang tersebut mempunyai ekor panjang serta berkuku
bukan cakar dengan kemampuan memanipulasi objek.
3) Famili Pongidae
4) Famili Homonidae
2. Evolusi pra -Homo sapiens berdasarkan ditemukannya Fosil
Evolusi pra-Homo sapiens berdasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan
di berbagai lapisan dunia. Berdasarkan fosil yang ditemukan diperkirakan kehidupan
manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang tersebar menjadi 3 zaman,
yakni:
1) Zaman Miosin (25 – 10 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini makhluk primata sepenuhnya bersifat kera, oleh karena itu
dinamakan kera primitif. Tubuhnya kecil dan pendek. Kedua tangannya mungkin

10
masih digunakan untuk bergelantungan di dahan pohon. Mereka belum dapat
berjalan tegak. Diduga, kera primitif hidup 35-25 juta tahun yang lalu. Ditemukan
oleh tim ekspedisi Universitas Yale di Fayum tahun 1961.
2) Zaman Pliosin (10 – 2 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini telah muncul makhluk baru yakni primata yang tidak
menyerupai primata yang hidup sebelumnya. Makhluk ini bukan kera penghuni
hutan, tetapi lebih banyak hidup di padang rumput terbuka. Makhluk ini berjalan
tegak dengan kedua kakinya.
3) Zaman Pleistosin (2 juta tahun yang lalu sampai sekarang)
Pada zaman ini manusia mengalami evolusi yang sangat cepat dan sudah
menggunakan perkakas baik dari batu maupun kayu. Mereka sudah pandai
berburu, sudah dapat menggunakan api dan diduga sudah dapat berbicara.
Anggapan ini berdasarkan pada volume otak yang lebih besar bila dibandingkan
dengan makhluk sebelumnya
Makhluk Homo erectus diduga hidup pada 1,5 - 0,5 juta tahun yang lalu. Homo
erectus dapat berjalan tegak, kakinya panjang dan lurus, dan tulang tungkainya lebih
maju. Otaknya lebih besar dengan valume berkisar 750 – 1.400cc. Homo erectus
sebagai manusia purba sudah pandai membuat perkakas, misalnya kapak genggam,
walaupun masih agak kasar. Kehidupannya dengan berburu mamalia besar. Telah
menggunakan api, sudah dapat berbicara untuk mengajari anaknya bagaimana
membuat perkakas. Makhluk Homo erectus ditemukan tersebar di dunia.
Perkembangan evolusi sejalan dengan masa pengembaraan mereka dari abad ke
abad. Makhluk Homo erectus di temukan di berbagai tempat, antara lain:
Pithecanthropus erectus (manusia jawa), ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891.
Dubois adalah seorang dokter Belanda menemukan fosil manusia Jawa di daerah
Trinil (sepanjang tepi bengawan solo). Fosil yang ditemukan berupa rahang beberapa
gigi, dan sebagian dari tulang tengkorak. Dubois memandang Pithecanthropus
erectus sebagai missing link, yaitu manusia perantara yang menghubungkan antara
kera dan evolusi manusia.
Pithecanthropus pekinensis (Sinathropus pekinensis) (manusia Cina). Fosil
makhluk ini ditemukan oleh Davidson Black dan Tranz Weidenreich pada tahun 1920
dari suatu penggalian di dalam sebuah gua kapur di dekat Peking. Volume otaknya
900-1.200cc. kebudayaannya sudah lebih maju daripada Pithecanthropus.

11
Meganthropus Palaeojavanicus (Manusia Raksasa Jawa). Meganthropus
palaeojavanicus ditemukan di Sangiran di pulau jawa oleh Von Koningswald pada
tahun 1939 - 1941. Munculnya Homo sapiens (manusia modern). Tidak pasti benar
kapan munculnya manusia modern, namun para peneliti ada yang beranggapan bahwa
manusia modern muncul sejak sekitar 2.000 tahun sebelum Masehi.

E. Hasil Akhri Evolusi Primata


Pada kasus manusia, garis keturunan hominid menghasilkan sebuah genus dan spesies
berbeda, yang mungkin pernah bereksistensi satu sama lain untuk jangka waktu yang
cukup lama. Pada saat yang sama, beberapa kera menjalani garis-garis evolusionernya
sendiri untuk menghasilkan kera-kera masa kini, kera-kera lain menjadi punah.
Klasifikasi makhluk hidup menggolongkan manusia sebagai hewan vertebrata, yakni
sebagai mammalia. Bila kita membedah tubuh manusia, bagian-bagian tubuhnya seperti
jantung, usus, hati, dan paru-paru tidak banyak berbeda dengan jantung, usus, hati, dan
paru-paru kucing atau kera. Dengan demikian pula jika dalam mempelajari sistem saraf,
sistem endokrin, pernafasan, pencernaan, reproduksi atau kontraksi otot-ototnya, kita
akan selalu menemukan proses-proses kimia dan fisika yang pada prinsipnya sama yang
seperti terdapat pada hewan. Manusia mempunyai rambut dan manyusui anaknya.
Manusia mempunyai gerakan bipedal (Latin: bi= dua, dan pedes= kaki) yang berlainan
dengan gerakan mammalia lainnya. Bagian-bagian anatomi manusia dengan kera sangat
serupa, oleh karena itu mereka dimasukkan ke dalam satu golongan yakni Ordo Primata.
Setiap spesies mempunyai ciri-ciri khas yakni ciri struktur, ciri fisiologi, dan ciri tingkah
laku yang membedakan dari spesies yang lain. Kadang-kadang sukar untuk dapat
membedakan spesies yang berlainan tetapi yang dekat hubungan kekeluargaannya.
Meskipun diantara individu dalam spesies manusia banyak terdapat keanekaragaman,
spesies manusia dapat dibedakan dengan jelas dari hewan yang paling menyerupai, yakni
Primata besar lainnya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan evolusi primata dimulai dari moyang yang berupa hewan
mamalia pemakan serangga menurunkan Prosimian yang hidup pada zaman
Palaeosin, dari Prosimian tersebut perkembangan radiasi evolusi menuju beberapa
golongan besar yang masih tetap hidup sekarang ini (gibbon, orangutan, simpanse,
dan gorila). Primata mengalami perubahan dalam pengelihatan, modifikasi pelvis,
perilaku, dan volume otak yang lebih berkembang. Hal tersebut menunjukan bahwa
primata mengalami perubahan ke dalam bentuk primata dunia baru (maju).

13
DAFTAR PUSTAKA

Amri. 2020. Buku Ajar Evolusi. Parepare: Universitas Muhammadiyah Parepare


Wijana, Nyoman. 2017. Evolusi. Yogyakarta:Innosains
Jati Purnawan Sujud, Slamet. 2013. Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi Dan
Morofologi. 07(02), 20-30.
Susant,Purnama dan Arief Widarto. 2020. Buku Panduan Penanganan (Handling)
Satwa-Primata. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengamanan Hutan
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan

14

Anda mungkin juga menyukai