Anda di halaman 1dari 15

PROSES REPLIKASI PADA SEL PROKARIOTIK

DAN SEL EUKARIOTIK

NAMA : NADIA RAHMI


NPM : 1806203010026
KELAS :B
PRODI : MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
MK : GENETIKA LANJUTAN

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
REPLIKASI PADA SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK
DNA merupakan molekul hidup karena mampu melakukan penggandaan
diri (replikasi). Fungsi ini disebut fungsi autokatalisis karena DNA mampu
mensistesis dirinya sendiri. Replikasi merupakan peristiwa sintesis DNA.
Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida baru dari
rantai nukleotida lama. Prosesnya dengan menggunakan komplementasi pasangan
basa untuk menghasilkan suatu molekul DNA baru yang sama dengan molekul
DNA lama. Proses yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh enzim helikase, enzim
polimerase, dan ligase.
Replikasi merupakan peristiwa sintesis DNA (autokatalisis) karena DNA
mampu mensisntesis diri sendiri. Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya
sintesis rantai nukleotida baru dari rantai nukleotida lama melalui proses
menggunakan komplementasi pasangan basa untuk menghasilkan suatu molekul
DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama, proses yang terjadi tersebut
dipengaruhi oleh enzim helikase, enzim polimerase, dan ligase (Necel, 2009).
Replikasi DNA bersifat semikonservatif, yaitu kedua untai tunggal DNA
bertindak sebagai cetakan untuk pembuatan untai-untai DNA baru; seluruh untai
tunggal cetakan dipertahankan dan untai yang baru dibuat dari nukleotida-
nukleotida (Necel, 2009).

A. Replikasi DNA pada Sel Prokariot


Suatu kromosom mengandung satu molekul DNA yang biasanya sangat
besar, misalnya beberapa kromosom bakteri tersusun oleh sebanyak 4 x 106 pasang
basa. Selain itu dalam banyak hal, DNA berbentuk tertutup atau struktur lingkar.
Beberapa kromosom bakteri berbentuk linier. Hanya sedikit diketahui mengenai
kromosom bakteri linier.
Dari penelitian genetika telah diketahui bahwa inisiasi replikasi terjadi pada
sisi tertentu yang disebut sisi inisiasi atau origin of the chromosome (ori C). Urutan
nukleotida dalam daerah ini mengikat pada berbagai protein untuk menginisiasi
kedua garpu.

1
Enzim/protein yang berperanan dalam inisiasi replikasi DNA pada
prokaryot:
Tabel 1.1. Enzim/protein yang berperanan dalam inisiasi replikasi DNA pada
prokaryot

Ukuran
Jumlah/
Nama Peranan (dalton) Gen
sel
Jumlah/ sel

Dna A Membuka untaian dna A


DNA secara lokal

Helikase (DnaB) Membuka lilitan 330.000 20 dnaB


DNA

DnaC Bekerja bersama 29.000 20 dnaC


dengan DnaB

DnaT preprinting 66.000 50 dnaT

SSB Menjaga agar DNA 76.000 200 ssb


yang sudah terbuka
tidak tertutup lagi

PriA Mengenali tempat 82.000 50 Pri A


pembentukan primer
(pas), menyingkirkan
SSB

DnaG Menyintesis RNA 60.000 75 dnaG


primer

HU Membengkokkan
molekul DNA untuk
proses pembentukan
untaian DNA

2
Replikasi kromosom bakteri bisa dibagi ke dalam tiga tahap: inisiasi,
elongasi, dan terminasi. Inisiasi yakni pembentukan garpu-garpu replikasi pada
molekul awal. Elongasi menggambarkan perkembangan garpu-garpu ini
mengelilingi kromosom, serentak dengan sintesis DNA atau pertumbuhan rantai.
Terminasi yakni penggabungan garpu-garpu yang saling mendekati, menghasilkan
dua kromosom sempurna yang dapat berpisah satu sama lain.
Replikasi kromosom bakteri sepanjang 5.000 kb memakan waktu sekitar 40
menit dan terjadi dalam seluruh siklus pembelahan bakteri. Maka, setiap garpu
mereplikasikan sekitar 50kb DNA per menit. (Dalam sel eukariot, replikasi DNA
terbatas pada bagian siklus pembelahan sel mitosis yang disebut fase S, yang bisa
berlangsung selama beberapa jam). Laju replikasi DNA dikoordinasikan dengan
laju pembelahan sel. Maka, kultur bakteri yang tumbuh dalam medium kaya akan
memiliki waktu pembentukan yang pendek dan harus menjalankan replikasi
kromosom lebih cepat daripada yang ditumbuhkan dalam medium miskin dimana
pembentukannya mungkin tiga sampai empat kali lebih lama.
Seperti diketahui, replikasi suatu replikon bisa dibagi ke dalam tiga tahap
yakni inisiasi, elongasi, dan terminasi. Selama fase elongasi, pertumbuhan rantai
DNA berlangsung pada garpy replikasi. Ini adalah tahap yang bagus untuk meneliti
beberapa enzim penting dan protein lain yang terlibat dalam replikasi. Proses seperti
ini yang terjadi dalam bakteri E.coli adalah yang paling dipahami, dan bermanfaat
sebagai prototipe untuk sistem lain. Beberapa enzim dan protein terlibat
didalamnya.
Enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis rantai DNA baru pada garpu
replikasi yakni enzim DNA polimerase. Enzim ini memakai untai DNA tunggal
yang terbuka gulungannya sebagai templat. Terdapat tiga macam DNA polimerase
dalam E.coli, yakni DNA polimerase I,II, dan III. DNA polimerase I adalah yang
paling melimpah, dan DNA polimerase III adalah yang paling sedikit. Kedua enzim
ini mempunyai peran penting dalam keseluruhan proses replikasi DNA. Peranan
polimerase II belum diketahui dengan jelas.
Fase elongasi dari replikasi DNA dalam bakteri tampak melibatkan banyak
enzim dan protein, yang sebagian bergabung dengan kompleks fungsional terpisah

3
seperti holoenzim DNA polimerase III. Inisiasi replikasi juga menggunakan
beberapa protein, dan mutasi pada gennya sangat membantu dalam
mengidentifikasi protein-protein ini.
Mutasi yang mempengaruhi replikasi disebut mutasi DNA. Banyak mutasi
yang telah diidentifikasi pada E.coli mengkode untuk berbagai protein yang
berkaitan dengan pertumbuhan rantai DNA pada garpu replikasi. Sebagai contoh,
gen dnaG mengode untuk primase (protein Dna G). Namun sebagian mengkode
protein dengan melibatkan inisiasi siklus replikasi pada ori C. Contoh untuk gen
seperti ini misalnya dnaA, B dan C.
Replikasi DNA kromosom prokariot, khususnya bakteri, sangat berkaitan
dengan siklus pertumbuhannya. Daerah ori pada E. coli, misalnya, berisi empat
buah tempat pengikatan protein inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9
pb. Sintesis protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri sehingga
inisiasi replikasi juga sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri. Pada laju
pertumbuhan sel yang sangat tinggi, DNA kromosom prokariot dapat mengalami
reinisiasi replikasi pada dua ori yang baru terbentuk, sebelum putaran replikasi yang
pertama berakhir. Akibatnya, sel-sel hasil pembelahan akan menerima kromosom
yang sebagian telah bereplikasi.
Protein DnaA membentuk struktur kompleks yang terdiri atas 30 hingga 40
buah molekul, yang masing-masing akan terikat pada molekul ATP. Daerah ori
akan mengelilingi kompleks DnaA-ATP tersebut. Proses ini memerlukan kondisi
superkoiling negatif DNA (pilinan kedua untai DNA berbalik arah sehingga
terbuka). Superkoiling negatif akan menyebabkan pembukaan tiga sekuens repetitif
sepanjang 13 pb yang kaya dengan AT sehingga memungkinkan terjadinya
pengikatan protein DnaB, yang merupakan enzim helikase, yaitu enzim yang akan
menggunakan energi ATP hasil hidrolisis untuk bergerak di sepanjang kedua untai
DNA dan memisahkannya.
Untai DNA tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya diselubungi
oleh protein pengikat untai tunggal atau single-stranded binding protein (SSB)
untuk melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik dan mencegah renaturasi.
Enzim DNA primase kemudian akan menempel pada DNA dan menyintesis RNA

4
primer yang pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis pada untai pengarah.
Agar replikasi dapat terus berjalan menjauhi ori, diperlukan enzim helikase selain
DnaB. Hal ini karena pembukaan heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran
baru berupa superkoiling positif. Superkoiling negatif yang terjadi secara alami
ternyata tidak cukup untuk mengimbanginya sehingga diperlukan enzim lain, yaitu
topoisomerase tipe II yang disebut dengan DNA girase. Enzim DNA girase ini
merupakan target serangan antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat
mencegah berlanjutnya replikasi DNA bakteri.
Seperti telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai
pengarah maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks yang
disebut primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval 1.000
hingga 2.000 basa. Primosom terdiri atas helikase DNA B dan DNA primase.
Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan
mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks
multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah dan
separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis pada
kedua untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama.Masing-masing bagian
dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit a, yang mempunyai fungsi
polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai fungsi penyuntingan
berupa eksonuklease 3’–5’. Selain itu, terdapat subunit b yang menempelkan
polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA polimerase III,
mereka akan segera dibuang dan celah yang ditimbulkan oleh hilangnya primer
tersebut diisi oleh DNA polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5’– 3’,
eksonuklease 5’ – 3’, dan eksonuklease penyuntingan 3’ – 5’. Eksonuklease 5’-3’
membuang primer, sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan.
Akhirnya, fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase.
Secara in vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini
membentuk kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan
adanya replisom sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap
detik.

5
Kedua garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180°C dari ori. Di
sekitar daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan
garpu replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus, suatu
inhibitor bagi helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran hasil
replikasi masih menyatu. Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase IV.
Masing-masing lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua
sel hasil pembelahan.

6
B. Replikasi DNA pada Eukariotik
Pada eukariot, proses replikasi DNA adalah sama dengan replikasi dari bakteri
atau DNA prokariotik dengan beberapa modifikasi kecil. Pada eukariot, molekul
DNA lebih besar daripada di prokariot dan tidak melingkar, juga banyak tempat
untuk memulai replikasi.
Tabel 1.2. Macam dan Kemungkinan peranan DNA polimerase eukariotik
Enzim Peranan
DNA polimerase α Mengawali replikasi pada kedua untaian
DNA polimerase δ Pmanjangan kedua untaian
DNA polimerase β Reparasi DNA
DNA polimerase ε Reparasi DNA
DNA polimerase γ Reparasi DNA mitokondria

Pada eukariot replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase.
Untuk memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein kompleks yang
disebut siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases
(CDKs), yang akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang mencapai permukaan
sel. Beberapa CDKs akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein
yang diperlukan untuk inisiasi pada masing-masing ORI.
Berhubung dengan kompleksitas struktur kromatin, fork replikasi pada
eukariot bergerak hanya dengan kecepatan 50 pb tiap detik. Sebelum melakukan
penyalinan, DNA harus dilepaskan dari nukleosom pada fork replikasi sehingga
gerakan fork replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan
kecepatan seperti ini diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul
DNA kromosom pada kebanyakan mamalia.
Sederetan sekuens tandem yang terdiri dari 20 hingga 50 replikon
mengalami inisiasi secara bersamaan pada waktu tertentu selama fase S. Deretan
yang mengalami inisiasi paling awal adalah eukromatin, sedangkan deretan yang
agak lambat adalah heterokromatin. Daerah sentromer dan telomer dari DNA
bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas struktur
kromatin yang berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariot, satu atau beberapa DNA helikase dan SSB yang
disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A) diperlukan

7
untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang
berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai
tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantua aktivitas primase yang
merupakan enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan
meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA
polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal. Baik
DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan. Kemampuan DNA
polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh
adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell nuclear antigen
(PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA polimerase III
pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga
mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan
dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesin-mesin
tersebut dapat divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli DNA
yang sedang bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog timidin, yaitu
bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli tersebut dilakukan
dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang mengenali BUdR.
Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya karena tidak ada
DNA yang dapat menggantikan RNA primer yang dibuang dari ujung 5’ untai
tertinggal. Dengan demikian, informasi genetik dapat hilang dari DNA. Untuk
mengatasi hal ini, ujung kromosom eukariota (telomer) mengandung beratus-ratus
sekuens repetitif sederhana yang tidak berisi informasi genetik dengan ujung 3’
melampaui ujung 5’. Enzim telomerase mengandung molekul RNA pendek, yang
sebagian sekuensnya komplementer dengan sekuens repetitif tersebut. RNA ini
akan bertindak sebagai cetakan (templat) bagi penambahan sekuens repetitif pada
ujung 3’. Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas telomerase mengalami
penekanan di dalam sel-sel somatis pada organisme multiseluler, yang lambat laun
akan menyebabkan pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika
pemendekan mencapai DNA yang membawa informasi genetik, sel-sel akan
menjadi layu dan mati. Fenomena ini diduga sangat penting di dalam proses

8
penuaan sel. Selain itu, kemampuan penggandaan yang tidak terkendali pada
kebanyakan sel kanker juga berkaitan dengan reaktivasi enzim telomerase.
Proses replikasi genom pada eukariot dapat dibagi kedalam tahapan:
1. Mekanisme Replikasi pada Eukariotik
Proses pengenalan genom pada eukariot dapat dibagi kedalam tahapan:
 Pengenalan titik ORI (titik awal replikasi)
Titik awal replikasi dinamakan Ori C, dapat dikenali oleh enzim Dna A yang
dihasilkan oleh gen dnaA (pada E.coli) Terdapat berbagai jenis DnaA dan jenis
Ori pada berbagai organisme, sehingga Satu jenis DNA dari satu organisme
belum tentu dapat bereplikasi pada organisme lain, karena tidak cocok Ori
dengan Dna A.
 Penguraian pilinan heliks ganda
1. Memutuskan ikatan hidrogen antara basa-basa dari utasan yang berpasangan,
memisahkan kedua utasan pada heliks ganda
2. Mencegah utasan tunggal yang terbentuk berpasangan kembali membentuk
heliks ganda
3. Melindungi dari kerusakan akibat enzim nuklease yang banyak terdapat
dalam sel.
4. Semua pekerjaan ini dilakukan oleh enzim helikase, girase DNA, dan protein
SSB (single strand Binding protein)
Helikase merupakan Kelompok protein yang berfungsi menghilangkan ikatan
hidrogen heliks ganda dan memisahkan menjadi utas tunggal. Jenis-jenis helikase
lain antara lain Helikase I (hasil gen tra I pada plasmid F) berperan dalam replikasi
plasmid. Helikase II, III. Girase menghilangkan tegangan superheliks.
Enzim ini merupakan topoisomerase tipe II berfungsi untuk menghilangkan
tegangan pada superheliks positif dengan cara membuka pilinan kearah negatif.
Girase disusun oleh 2 jenis subunit protein yaitu: Sub unit A oleh gen gyr A dan
Sub unit B oleh gen gyr B.
 Protein SSB melindungi utas tunggal
Kelompok protein khusus menempel dan berasosiasi dengan DNA utas
tunggal, melindungi DNA dari serangan nuklease, yang dapat

9
menghalangi transkripsi.Peran utamanya: Menstabilkan dan melindungi utas
tunggal yang terbentuk selama replikasi DNA, perbaikan DNA dan rekombinasi.

Gambar 1.3. Replikasi DNA pada Sel Eukariotik

Proses replikasi DNA eukariot sama dengan replikasi DNA prokariotik


kecuali untuk aspek-aspek dibawah ini:

1. DNA eukariot mempunyai beberapa tempat “Origin Of Replication”, maka


beberapa replikasi fork menghasilkan banyak gelembung sepanjang DNA.
Replikasi fork dibentuk pada urutan mereplikasi secara otonom (ARS) yang
mengandung 11 bp dikenal dengan origin replication element (ORE).
2. Polimerase DNA α dan β adalah enzim-enzim replikasi DNA dalam sel
eukariotik. Polimerase DNA α mempunyai aktivitas polimerase 5'→ 3 ' dan
sintesis primer pada lagging strand kemudian diperpanjang dengan multisubunit
DNA polymerase. Polimerase DNA δ mengoreksi aktivitas eksonuklease 3’→5’
dan melaksanakan keduanya dan sintesis lagging strand dalam suatu kompleks
bakteri dimer DNA polimerase III. ε polymerase DNA menghilangkan fragmen
utama dari Okazaki pada Lagging strand. Polimerase DNA γ bertanggung jawab
untuk replikasi DNA mt.
3. Telomere, struktur di ujung kromosom eukariotik linear, terdiri dari banyak
salinan tandem urutan oligonukleotida pendek dengan TxGy dalam satu untai
dan CyAx di untai komplementer, di mana x dan y biasanya dalam rentang 1
sampai 4. Telomerase mengandung RNA yang berfungsi sebagai template untuk
sintesis untai TxGy dari telomer. Komponen protein dari telomerase bertindak
sebagai reverse transkripsi selular untuk sintesis RNA dan DNA. Setelah

10
perpanjangan untai TxGy oleh telomerase, pelengkap untai CyAx disintesis oleh
DNA polimerase selular, dimulai dengan sebuah primer RNA.

2. Sintesis rantai polinukleotida baru


Proses penggabungan mononukleotida menjadi rantai, enzim yang berperan :
 Polimerase RNA
 Polimerase DNA
 Ligase

3. Inisiasi Sintesis oleh polimerase RNA atau primase


Proses replikasi semua fragmen okazaki diawali oleh RNA primer. Selanjutnya
polimerase DNA memperpanjang rantai yang sudah ada. RNA primer dibentuk oleh
primase (dihasilkan oleh gen dnaG atau oleh polimerase RNA (hasil gen rpo).

4. Sintesis perpanjangan rantai oleh polimerase DNA


Bertanggung jawab atas proses sintesis DNA baru dengan cara
membentuk ikatan fosfodiester yang merangkaikan C ke 5 satu nukleotida terhadap
C ke 3 dari nukleotida lain.

5. Penyambungan berbagai fragmen okazaki menjadi satu rantai


polinukleotida utuh.
Enzim ligase yang berperan untuk menyambung dua ujung rantai polinukleotida
menjadi rantai yang lebih panjang.Ligase terdapat dimana-mana didalam sel dan
bentuk berbeda-beda sesuai sumber energi yang dimanfaatkan.

C. Perbedaan Replikasi DNA pada Sel Prokariot dan Sel Eukariot


Replikasi prokariotik terjadi secara cepat sementara replikasi eukariotik
berjalan lambat. Kecepatan replikasi sel-sel prokariotik terlihat pada pesatnya
pertumbuhan baktei. Ada banyak perbedaan yang signifikan antara replikasi DNA
prokariotik dan eukariotik. Salah satu perbedaan tersebut adalah kompleksitas dari
proses replikasi sel eukariotik dibandingkan dengan kesederhanaan dari proses
replikasi dalam sel prokariotik. Perbedaan besar lainnya adalah kecepatan di mana
replikasi berlangsung.

11
Karena sel-sel prokariotik memiliki struktur yang lebih sederhana dari sel
eukariotik, proses replikasi DNA sel prokariotik lebih sederhana. Untuk satu, sel
prokariotik tidak memiliki nukleus di mana materi genetik ditemukan. Replikasi
terjadi dalam sitoplasma sel prokariotik sedangkan replikasi sel eukariotik terjadi
di inti.

Gambar 1.3. Perbedaan DNA Prokariotik dan Eukariotik


Replikasi dalam sel prokariotik terbatas pada satu tempat, sementara ada
lebih dari 1.000 dalam sel eukariotik. Pada sel prokariotik, replikasi terjadi satu titik
pada suatu waktu, sementara replikasi eukariotik terjadi di semua titik secara
bersamaan.
Selain itu, sel-sel prokariotik hanya memiliki satu replikasi percabangan
sementara sel-sel eukariotik memiliki banyak replikasi
percabangan. Kromosom sel prokariotik tidak memiliki kromatin, sedangkan
kromosom membentuk sebagian besar dari dalam sel eukariotik.
Akhirnya, replikasi prokariotik terjadi secara cepat sementara replikasi
eukariotik lambat. Kecepatan ini di mana sel-sel prokariotik terlihat pada pesatnya
pertumbuhan bakteri.
Berikut adalah tabel perbedaan replikasi DNA pada sel prokariotik dan sel
eukariotik:

12
Tabel 1.3. tabel perbedaan replikasi DNA pada sel prokariotik dan sel eukariotik

Komponen Prokariotik Eukariotik


Replikasi DNA
Replikasi DNA prokariotik terjadi
Situs eukariotik terjadi di
di dalam sitoplasma
dalam nukleus
Asal replikasi banyak
Asal Hanya ada satu asal replikasi per (lebih dari 1000) dalam
Replikasi molekul DNA setiap kromosom
eukariotik
Terbentuk sekitar 100-200 atau Terbentuk sekitar 150
Nukleotida
lebih nukleotida nukleotida
Replikasi DNA terjadi di
Replikasi DNA terjadi pada satu
Titik beberapa titik secara
titik di setiap molekul DNA
Replikasi bersamaan di setiap
prokariotik
kromosom
Hanya dua cabang replikasi Sejumlah cabang
Cabang dibentuk disetiap kromosom replikasi terbentuk
replikasi prokariotik, replikasi DNA adalah secara bersamaan di
dua arah. setiap DNA Replikasi.
Molekul DNA eukariotik
memiliki sejumlah besar
replikon (50.000 atau
Kromosom prokariotik memiliki
Replikon lebih), tetapi replikasi
satu replikon
tidak terjadi secara
bersamaan pada semua
replikon
Banyak gelembung
Gelembung Suatu gelembung replikasi replikasi terbentuk
Replikasi terbentuk selama replikasi DNA dalam satu molekul
DNA bereplikasi
Inisiasi replikasi DNA di prokariota Inisiasi replikasi DNA
Inisiasi dilakukan oleh Dna A protein dan dilakukan oleh protein
Dna B multisubunit
Enzim girase DNA
Enzim Enzim girase DNA diperluka
diperluka
Okazaki fragmen
Okazaki Okazaki fragmen besar, 1000-2000
pendek, 100-200
fragmen nukleotida panjang
nukleotida panjang
Replikasi lambat,
Replikasi sangat cepat, ditambahkan
Kecepatan ditambahkan sekitar 100
sekitar 2000 nukleotida per detik
nukleotida perdetik

13
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafaranain. 2014. Penuntun Praktikum Genetika.Makassar.

Klug, W. S., Cummings, M. R., Spencer, C.A., dan Palladino, M.A.


2012. Concepts of Genetics 10 th Ed. San Farancisco: Pearson Benjamin
Cummings

Snustad, D.P. dan Simmons, M. J. 2012. Principle of Genetics 6 th Ed. Amerika


Serikat: John Wiley & Sons, Inc.

Tamarin, R. H. 2001. Principle of Genetics 7 th Ed. New York: The McGraw-Hill


Companies.

14

Anda mungkin juga menyukai