Anda di halaman 1dari 5

pembuatan preparat kutikula daun

I. Tujuan
Membuat cetakan epidermis daun pada kutikula dengan melarutkan mesofilnya.

II. Dasar Teori


Kutikula adalah lapisan yang berada di atas lapisan epidermis, dapat berupa permukaan yang
halus, kasar, bergelombang, atau beralur. Empat macam lapisan dapat ditemukan pada
kutikula yaitu lilin, cutin, pektin, dan campuran cutin-selulosa-pektin. Lapisan lilin yang
menyelimuti kulit merupakan campuran dari hidrokarbon rantai panjang, alkohol, keton,
asam lemak, dan ester.

Preparat kutikula dibuat dengan cara melarutkan jaringan-jaringan daun dalam hydrogen
peroksida. Untuk mempercepat pelarutan sel-sel daun tersebut dapat ditambahkan Kristal
tetrasodium pirofosfat sebagai katalisator dan pemanasan. Preparat kutikula ini dapat member
informasi tentan struktur permukaan atas dan bawah dari daun.
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 merupakan bahan kimia anorganik yang
memiliki sifat oksidator kuat. H2O2 tidak berwarna dan memiliki bau yang khas agak
keasaman. H2O2 larut dengan sangat baik dalam air. Dalam kondisi normal hidrogen
peroksida sangat stabil, dengan laju dekomposisi yang sangat rendah. Pada saat mengalami
dekomposisi hidrogen peroksida terurai menjadi air dan gas oksigen, dengan mengikuti reaksi
eksotermis berikut:
H2O2 --> O2 + H2O + kalor (panas)
Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2).
Hidrogen peroksida banyak digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent, pada
industri pulp, kertas dan tekstil. Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan
dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Ia tidak meninggalkan
residu, hanya air dan oksigen. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.

III. Alat dan bahan

Alat : Bahan :
- Pinset - hydrogen peroksida
- Kuas - larutan safranin
- Pipet tetes - gliserin jeli
- Gelas beker
- Incubator
- Gelas petri

IV. Cara kerja

Menyiapkan potongan daun dengan ukuran 5 mm x 5 mm dan memasukannya kedalam


H2O2 ditambahkan Kristal tetrasodium pirofosfat 10% dari volume

Memisahkan kutikula atas dan bawah

Memasukan kedalam incubator pada suhu 60o C, simpan semalam. Sel sudah larut ketika
sudah transparan

Membuang sisa larutan dan mencuci kutikula dengan akuades 2 kali

Merendam kutikula dalam safranin selama 3-5 menit, membilas dengan air, dan
meletakannya diatas gelas obyek

Menutup gelas obyek dengan gelas penutup secara perlahan-lahan sehingga tidak ada
gelembung udara yang terjebak

Mengeringkannya dan selanjutnya menutup tepi-tepi gelas dengan penutup pulas cat kuku
untuk merekatkannya

V. Hasil

Setelah pengamatan diperoleh hasil :


Gambar :

VI. Pembahasan

Pada praktikum pembuatan preparat kutikula daun ini bertujuan untuk membuat cetakan
epidermis daun pada kutikula dengan melarutkan mesofilnya. Langkah pertama dari
pembuatan preparat kutikula adalah merendam potongan daun yang berukuran ± 5 mm x 5
mm dalam hydrogen peroksida (H2O2). Dari beberapa daun yang direndam terjadi perbedaan
kecepatan kelarutan. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh tebal tipisnya daun, dimana
semakin tebal daun semakin lama pelarutannya. Hal ini disebabkan daun yang tebal memiliki
lebih banyak serat (berkas pengangkut).
Langkah selanjutnya adalah memasukan potongan daun yang sudah direndam tadi ke dalam
oven selama semalam dengan tujuan lebih mempercepat pelarutan jaringan-jaringan daun.
Pengovenan dihentikan apabila potongan daun tersebut sudah larut (mengalami klorosis) dan
menyisakan lapisan-lapisan tipis transparan kutikula di dalam botol perendaman. Kutikula
tidak mengalami penglarutan di dalam hydrogen peroksida sehingga pelarut yang digunakan
adalah hydrogen peroksida. Pertimbangan lain pemilihan pelarut adalah harga dan
kemudahan untuk mendapatkannya.
Setelah itu kutikula diangkat dari larutan hydrogen peroksida dengan menggunakan kuas
kemudian kutikula dicuci menggunakan aquades sebanyak dua kali. Apabila tidak dicuci atau
dalam pencucian tidak bersih akan dapat menimbulkan Kristal pada preparat sehingga pada
saat melakukan pengamatan preparat tidak terlihat jelas. Kutikula dibersihkan dengan
menggunakan air mengalir untuk membersihkannya dari sisa-sisa jaringan yang tidak
diperlukan.
Selanjutnya kutikula direndam dengan pewarna safranin, yang pelarutnya menggunakan air
karena pada saat pencucian digunakan air sehingga lebih cocok jika pelarut yang digunakan
juga air (menciptakan kondisi yang sama). Safranin merupakan pewarna (dye) yang
memudahkan pengamatan karena menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya.
Safranin berbentuk cair dan larut di dalam air, serta memiliki afinitas kimia.
Pewarnaan dilakukan selama 3-5 menit. Setelah itu membilas preparat dengan air, kemudian
preparat diletakan diatas gelas obyek. Pengambilan preparat dari dalam petridish
menggunakan kuas dan harus dilakukan dengan hati-hati agar kutikula tidak Preparat ditutup
dengan menggunakan gliserin jeli yang cocok dengan air. Keempat daerah dekat sudut gelas
penutup diberi potongan-potongan parafin untuk perekat dan mencegah masuknya udara ke
dalam preparat sehingga mengganggu pengamatan terhadap kutikula. Gliserin jeli berfungsi
untuk media pengamatan dibawah mikroskop supaya awet sekaligus sebagai perekat.
Kemudian yang terakhir preparat tadi ditutup dengan gelas penutup secara perlahan-lahan
dan dipanaskan di atas lampu spiritus dengan melintaskannya sehingga paraffin dan gliserin
cair dan tidak ada gelembung udara yang terjebak. Jika terdapat gelembung udara menjadikan
preparat tidak representative untuk pengamatan.
Setelah semua langkah kerja tersebut dilaksanakan maka diperoleh sebuah preparat kutikula
dari daun, namun dari hasil pengamatan hasil pembuatan preparat kutikula kelompok kami
diperoleh bahwa preparat kutikula yang dibuat terlihat jelas namun ada satu kekurangan
bahwa struktur dari kutikula tersebut tidak tampak adanya stomata, hal ini menurut kelompok
kami disebabkan Karena pada saat pemotongan daun tidak pada bagian daun yang memiliki
stomata karena tidak semua bagian daun memiliki stomata (daun bagian atas).

VII. Diskusi
1. Apa fungsi dari gliserin jeli dalam pembuatan preparat ini?
Jawab : fungsi dari glseri jeli dalam pembuatan preparat kutikula daun adalah mengawetkan
preparat dan merekatkannya pada gelas obyek.

2. Apa fungsi dari preparat


Jawab : fungsi dari preparat kutikula adalah untuk mengamati komponen lapisan daun paling
luar (untuk pengamatan jaringan epidermis dan stomata).

VIII. Kesimpulan
Membuat cetakan epidermis daun pada kutikula dilakukan dengan melarutkan mesofilnya
direndam dalam hydrogen peroksida kemudian di masukan dalam incubator pada suhu 60oC.
Apabila daun sudah transparan berarti sel-sel sudah larut dan dicuci terlebih dulu sebelum
diwarnai dengan safranin. Setelah pewarnaan kutikula dicuci kembali dengan air keran.
Tahap terakhir adalah meletakkan kutikula di atas gelas benda dengan dilapisi gliserin jeli dan
diberi potongan-potongan paraffin pada bagian tepi gelas penutupnya.

IX. Daftar pustaka


http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_pewarna

Koesmadji, Wirjosoemarto, dkk. 2004. Teknik Laboratorium. JICA FMIPA UNY:


Yogyakarta

Ratnawati, dkk. 2009. Petunjuk Praktikum Mikroteknik dan Teknik Lab. Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA UNY : Yogyakarta
Common Name: umbrella plant

Type: Broadleaf evergreen

Family: Araliaceae

Native Range: Taiwan, Hainan

Zone: 10 to 12

Height: 10.00 to 25.00 feet

Spread: 4.00 to 8.00 feet

Bloom Time: Rarely flowers indoors

Bloom Description: Red

Sun: Full sun to part shade

Water: Medium

Maintenance: Low

Suggested Use: Hedge

Flower: Showy

Leaf: Evergreen

Fruit: Showy

Other: Winter Interest

Garden locations

Culture

Winter hardy to USDA Zones 10-12 where it is best grown in bright part shade locations.
Outdoors, it tolerates full sun, but generally appreciates protection from direct sun during the
heat of the day. It also tolerates bright shade. In St. Louis, it is easily grown as a houseplant in
warm, humidified areas. Plants should be grown in containers filled with a peaty well-drained
soil mix. Water regularly but moderately during the growing season. Avoid overwatering.
Best to deeply water and then allow soils to nearly dry before applying an additional deep
watering. Reduce watering somewhat from fall to late winter. Plants may be taken outdoors to
sheltered locations in summer. Indoor plants are best placed in bright light at east, west or
southern windows in curtain filtered sun (3-4 hours per day). Avoid direct sun. Indoor
temperatures should not dip below 60 degrees F. in winter. Clean leaves as needed with a
damp sponge to maintain best foliage appearance. To increase humidity, mist foliage with
water and/or place containers on a tray of wet pebbles. Prune to control size.
Noteworthy Characteristics

Schefflera arboricola, commonly called umbrella plant or dwarf schefflera, is an evergreen


shrub or small tree that grows in tropical climates to 10-25' tall. It is native to Taiwan. In the
wild, it sometimes grows on other trees as an epiphyte. It is widely grown in temperate
climates as a much smaller ornamental foliage houseplant rising to 3-6' tall on upright stems
clad with glossy, slender-stalked, compound, palmate, evergreen leaves. Each leaf has 7-9
obovate-oblong to elliptic leaflets (to 4-6" long) arranged in a circle on leafstalks to 6" long.
Tiny red flowers in compound panicles bloom in summer. Flowers are followed by round
orange drupes (to 1/4") which mature to black. Indoor plants rarely flower.

Synonymous with Heptapleurum arborcola.

Genus name honors J.C. Scheffler, 19th-century botanist of Danzig (Gdansk, Poland).

Specific epithet from Latin means tree-like.

Problems

No serious insect or disease problems. Mealybugs, aphids and thrips may appear. Watch for
spider mites in dry indoor conditions. Leaves will drop if soils become too moist or too dry.
Remove any yellow leaves as they appear.

Garden Uses

Low-maintenance indoor potted plant. Where winter hardy, it is commonly used as a


specimen/accent, hedge or container plant.

http://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?kempercode=b636

Anda mungkin juga menyukai