Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembentukan fosfat energi tinngi tidakalah sedikit, bahan bakar harus selalu tersedia
untuk proses- proses penghasil fospatenenergi tinggi. Pada hewan yang pengambilan makananya
terhenti, misalnya tidur panjang musim dingin,bahan bakar harus dapat disimpan dan digunakan
waktu diperlukan salah satu bentuk penyimpanan Glikogen adalah bentuk utama dari cadangan
glukosa pada sel- sel hewan atau binatang,karbohidrat a-14 dari glukosa dan rata- rata
mempunyai ikatan caban a-1,6 untuk tiap satuan yang terdiri dari 16 glukosa yang selanjutnya
masuk ke dalam peredaran darah dan digunakan oleh berbagai jaringan lain. Otot juga memecah
glikogen yang ada padanya bila perlu, akan tetapi tidak membebaskan glukosa yang selanjutnya
masuk ke dalam peredaran darah dan digunakan oleh berbagai jaringan lain.untuk juga memecah
glikogen yang ada padanya bila perlu, akan tetapi ia tidak membebaskan glukosa tersebut atau
masuk ke dalam darah,melainkan mengoksidasinya untuk keperluanya sendiri. Ini terjadi karena
otot tidaklah mempunyai enzim glikosa 6- fosfate yang operlu untuk menyingkirkan posfat.
Yang terakhir ini haruslah terjadi lebih dulu,sebelum glukosa dapat dibawa keluar sel Bila
jumlah glukosa yang diperoleh dari makanan terlalu terlebih,maka glukosa akan disimpan
dengan jalan diubah menjadi glikogen dalam hati dan jaringan otot. Proses glikogen dari glikosa
ini disebut glikogenesis. Glikogen dalam hati dapat pula dibentuk dari asam laktat yang
dihasilkan pada proses glikolisis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana proses glikogenesis?

2. Bagaimana proses glikoneogenolisis?

3. Bagaimana proses glukoneogenesis?

4. Apa saja gangguan metabolisme pada karbohidrat?

1
C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui proses glikogenesis

2. Mengetahui proses glikogenolisis

3. Mengetahui proses glukoneogenesis

4. Mengetahui berbagai macam gangguan metabolisme karbohidrat

D. MANFAAT PENULISAN

1. Dapat mengetahui proses glikogenesis

2. Dapat mengetahui proses glikogenolisis

3. Dapat mengetahui proses glukoneogenesis

4. Dapat mengetahui berbagai macam gangguan metabolisme karbohidrat

2
BAB II

PEMBAHASAN

GLIKOGENENESIS

Glikogenesis adalah proses pembentukan atau biosintesis glikogen yang terjadi terutama di dalam hati dan
otot. Glikogen atau gula otot merupakan cadangan makanan yang dibentuk dari molekul glukosa hasil
pencernaan makanan. Glukosa akan saling berikatan dengan ikatan α 1-4 glikosidik untuk membentuk
glikogen. Molekul glikogen tersusun bercabang-cabang agar dapat tersimpan maksimal di dalam sel.

Kelebihan kadar glukosa di dalam darah akan memicu disekresikannya hormon insulin untuk memicu
terjadinya glikogenesis. Glikogen ini dapat dipecah lagi menjadi glukosa saat kadar glukosa darah menurun
seperti dalam keadaan lapar atau puasa.

Glikogenesis terjadi dengan cara penambahan molekul glukosa pada rantai glikogen yang telah ada (disebut
sebagai glikogen primer). Penambahan glukosa akan terjadi secara bertahap, satu demi satu molekul glukosa
akan memperpanjang glikogen yang telah ada.

Proses glikogenesis di dalam tubuh adalah sebagai berikut.

 Fosforilasi glukosa oleh ATP menjadi glukosa 6-fosfat, dikatalisis oleh enzim glukokinase/hexokinase.
 Berikutnya glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat, dikatalisis oleh enzim
fosfoglukomutase.
 Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri phosphate (UDP) menjadi uridil di phosphate glukosa (UDP-
glukosa), dikatalisis oleh enzim glukosa 1-fosfat uridil transferase.
 UDP-glukosa kemudian akan diikatkan pada rantai glikogen yang sudah ada, dikatalisis oleh enzim
glikogen sintase. Dalam proses ini, atom C pertama dari UDP-glukosa diikatkan ke atom C keempat yang
ada pada rantai glikogen primer dan membentuk ikatan α 1-4 glikosidik.
 Berikutnya enzim pembentuk cabang (branching enzyme) akan memindahkan kurang lebih 6 residu
glukosa pada salah satu residu glukosa yang ada pada glikogen primer untuk membentuk titik cabang.
Enam residu gukosa tersebut akan diikatkan pada atom C nomor 6 pada molekul glikogen primer.
 Penambahan glukosa terus berlangsung pada kedua cabang hingga semakin panjang dan akan terbentuk
banyak cabang-cabang baru di berbagai lokasi.
 Glikogenesis akan berakhir apabila gula dalam darah telah mencapai kadar yang normal.

3
Proses pembentukan glikogen melalui glikogenesis merupakan langkah penting dalam menjaga kadar gula
dalam darah tetap normal. Ketidakmampuan tubuh untuk menjalankan glikogenesis dengan wajar dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus dapat menjadi penyakit yang berbahaya
dan mematikan karena memicu berbagai komplikasi seperti stroke, kerusakan jaringan, dan kebutaan.

Ketika kadar gula dalam darah rendah, tubuh akan melakukan proses pemecahan glikogen untuk dibentuk
menjadi glukosa kembali. Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut dengan glikogenolisis.

Glikogen sering disebut sebagai pati hewan karena merupakan cadangan makanan pada hewan. Ikatan antar
molekul glukosa antara glikogen dan amilum (pati) adalah sama, yaitu ikatan α 1-4 glikosidik. Glikogen adalah
cadangan makanan hewan, sedangkan amilum adalah cadangan makanan tumbuhan. Perbedaan utama antara
glikogen dan amilum adalah adanya lebih banyak rantai cabang pada glikogen dibandingkan dengan amilum.

Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme umum pada biosintesis disakarida dan
polisakarida. Pada jaringan tumbuhan, disakarida sukrosa dihasilkan melalui reaksi kondensasi glukosa dan
fruktosa yang diawali proses glikogenesis. Dalam proses tersebut UDP-glukosa bereaksi dengan fruktosa 6-
fosfat dikatalisis oleh enzim sukrosa fosfat sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat. Kemudian enzim sukrosa
fosfatase akan mengkatalisis sukrosa 6-fosfat menjadi sukrosa.

GLIKOGENOLISIS

Glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen menjadi glukosa yang terjadi terutama di hati dan otot.
Glikogen atau gula otot merupakan cadangan makanan hewan yang tersusun atas molekul glukosa yang
disatukan dengan ikatan α 1-4 glikosidik (untuk rantai lurus), dan ikatan α 1-6 glikosidik untuk titik cabang.
Glikogen merupakan polisakarida yang memiliki banyak sekali percabangan, hal tersebut diperlukan agar
glikogen dapat disimpan dengan maksimal di dalam sel.

4
Glikogen akan dipecah apabila kadar gula dalam darah rendah dan ketika sedang berolahraga. Glikogenolisis
dipicu oleh kerja hormon adrenalin dan glukagon, berkebalikan dengan insulin yang akan mempengaruhi
pembentukan glikogen melalui glikogenesis. Proses pemecahan glikogen melibatkan 3 jenis enzim yaitu
glikogen fosforilase, transferase, dan debranching enzyme.

Proses glikogenolisis yang terjadi di dalam sel adalah sebagai berikut.

 Enzim glikogen fosforilase akan menambahkan fosfat anorganik dan membebaskan glukosa dalam bentuk
glukosa 1-fosfat. Pemecahan ini akan terus berlangsung hingga tersisa kurang lebih 4 residu glukosa dari
titik cabang.
 Enzim transferase akan memindahkan 3 residu glukosa menuju ujung cabang yang lain, proses ini akan
menyisakan satu residu glukosa pada titik cabang yang terikat dengan ikatan α 1-6 glikosidik.
 Debranching enzyme atau enzim pemecah cabang (α 1-6 glukosidase) akan membebaskan glukosa pada
titik cabang dan melepaskannya dalam bentuk glukosa (bukan glukosa 1-fosfat seperti pada reaksi
pertama).
 Proses glikogenolisis berakhir pada tahapan diatas, namun hasil pemecahan glikogen yang berupa glukosa
1-fosfat akan mengalami proses lebih lanjut agar dapat berubah menjadi glukosa.

Enzim fosfoglukomutase akan mengkatalisis reaksi isomerasi glukosa 1-fosfat menjadi glukosa 6-fosfat.
Dalam hati dan ginjal glukosa 6-fosfat akan mengalami pelepasan fosfat dan berubah menjadi glukosa. Namun
di dalam otot glukosa 6-fosfat akan langsung masuk reaksi glikolisis untuk diolah menjadi energi dalam
bentuk ATP.

Glikogen yang dipecah di dalam hati digunakan untuk mempertahankan kadar gula dalam darah tetap normal,
sedangkan glikogen dalam otot akan digunakan untuk memproduksi energi. Hati mampu menyimpan glikogen

5
sebesar 6% dari massa total hati, sedangkan otot hanya mampu menyimpan kurang dari 1% dari massa otot
tersebut.

GKUKONEOGENESIS

Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari senyawa bukan glukosa. Glukoneogenesis
memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan akan glukosa, terutama ketika tubuh tidak mendapat
pasokan glukosa yang cukup dari makanan. Glukosa merupakan molekul yang sangat penting terutama bagi
eritrosit (sel darah merah) dan sel saraf otak, karena sel-sel tersebut tidak dapat menggunakan molekul lain
sebagai sumber energi (walaupun dalam keadaan kelaparan yang sangat panjang sel saraf otak mampu
menggunakan benda keton yaitu beta hidroksibutirat sebagai sumber energi).

Selain memenuhi kebutuhan energi bagi otak dan eritrosit, gkukosa juga merupakan satu-satunya molekul
penghasil energi bagi otot dalam keadaan anaerobic (tanpa oksigen). Glukosa juga diperlukan bagi
pembentukan laktosa (gula susu) di kelenjar susu untuk memenuhi kebutuhan energi bayi. Pada mamalia, hati
dan ginjal merupakan organ utama untuk berlangsungnya glukoneogenesis.

Secara umum tahapan reaksi glukoneogenesis hampir sama dengan tahapan reaksi glikolisis yang dibalik
arahnya. Namun ada beberapa tahapan dalam glukoneogenesis yang tidak sama dengan glikolisis dan
memerlukan kerja enzim-enzim yang berbeda. Perbedaan ini terjadi karena pada tahapan-tahapan tersebut
enzim yang terlibat tidak dapat bekerja secara bolak-balik. Glikolisis merupakan reaksi yang menghasilkan
energi, sedangkan glukoneogenesis merupakan proses yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP.

6
Proses ke kanan adalah reaksi glikolisis, sedangkan proses ke kiri adalah reaksi glukoneogenesis.

Proses glukoneogenesis yang terjadi pada hati dan ginjal adalah sebagai
berikut.

 Pengubahan piruvat menjadi oksaloasetat, dikatalisis oleh enzim piruvat karboksilase.


 (Oksaloasetat pada reaksi di atas terdapat pada mitokondria dan harus dikeluarkan menuju sitoplasma,
namun molekul tersebut tidak dapat melelui membran mitokondria sebeum diubah menjadi malat. Jadi
oksaloasetat akan diubah menjadi malat agar dapat keluar menuju sitoplasma dan akan segera diubah
kembali menjadi oksaloasetat).
 Pengubahan oksaloasetat menjadi malat, dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase. Malat keluar dari
mitokondria menuju sitoplasma.
 Di sitoplasma, malat diubah manjadi oksaloasetat kembali yang dikatalisis oleh enzim malat
dehidrogenase.
 Oksaloasetat kemudian akan diubah menjadi phospoenol piruvat, dikatalisis oleh enzim phospoenolpiruvat
karboksilase.
 Phospoenol piruvat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat, dikatalisis oleh enzim enolase.
 2-fosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat yang dikatalisis enzim fosfogliseromutase.

7
 3-fosfogliserat kemudian diubah manjadi 1,3 bifosfogliserat yang dikatalisis enzim fosfogliserokinase.
 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi gliseraldehida 3 fosfat, reaksi ini dikatalisis oleh enzim
gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase.
 Gliseraldehida 3 fosfat dapat diubah menjadi dihidroksi aseton fosfat (dengan reaksi yang dapat bolak-
balik) yang dikatalisis oleh enzim isomerase.
 Gliseraldehida 3 fosfat dan dihidroksi aseton fosfat akan disatukan dan menjadi fruktosa 1,6 bifosfat yang
dkatalisis enzim enolase.
 Fruktosa 1,6 bifosfat akan diubah manjadi fruktosa 6 fosfat oleh enzim fruktosa difosfatase.
 Fruktosa 6 fosfat akan diubah menjadi glukosa 6 fosfat oleh enzim fosfoglukoisomerase.
 Dan terakhir glukosa 6 fosfat akan diubah manjadi glukosa yang dikatalisis oleh enzim glukosa 6 fosfatase.

Asam amino glukogenik seperti alanin, arginin, asparagin, sistein, glutamate, histidin, metionin, prolin, serin,
threonin, valin, dan triptofan dapat diubah manjdai glukosa setelah terlebih dahulu diubah manjadi piruvat atau
senyawa antara yang lain. Asam laktat hasil oksidasi anaerob juga dapat diubah manjadi glukosa setelah
diubah manjdai oksaloasetat di dalam mitokondria. Gliserol hasil metabolisme lemak juga dapat diubah
manjadi glukosa setelah terlebih dahulu diubah manjdai glisrol 3 fosfat kemudian manjadi dihidroksi aseton
fosfat dan langkah-langkah selanjutnya.

Hormon kortisol akan memicu terjadinya gkukoneogenesis saat tubuh mendeteksi kurangnya glukosa di dalam
darah. Hormon tersebut terutama mempengaruhi perubahan asam amino glukogenik menjadi glukosa.
Sedangkan hormon tiroksin akan mempengaruhi masuknya lemak ke dalam hati untuk dapat diubah menjadi
glukosa.

GANGGUAN METABOLISME KARBOHIDRAT (DIABETES)

Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus berasal dari kata diuresis dan melitus (mania). Diabetes melitus merupakan
gangguan metabolisme karbohidrat yang bersifat kronis dan ditandai dengan adanya kenaikan
gula darah, glukosuria, dan kelainan metabolisme protein dan lemak.

Gejala diabetes

 Penurunan Berat Badan secara Berangsur-Angsur


Berat badan turun adalah hal biasa, namun jika terjadi terus menerus maka Anda perlu waspada.
Seseorang yang ditengarai mengidap diabetes biasanya mengalami penurunan berat badan yang
drastis dan signifikan. Ini dianggap sebagai gejala awal diabetes, akibat glukosa tidak bisa
diserap secara optimal oleh tubuh.

8
 Nafsu Makan Meningkat Akibat Sel Butuh Asupan Energi Lebih
Bisa jadi, peningkatan nafsu makan yang dialami seseorang adalah pertanda awal dari diabetes.
Hal ini terjadi karena sel mengharapkan asupan glukosa yang lebih banyak, dan bersumber dari
makanan. Namun demikian, tubuh tidak dalam kondisi optimal dan bisa bermetabolisme dengan
baik, hal inilah yang memicu rasa lapar berkelanjutan.
 Intensitas Buang Air Kecil Meningkat Biasanya Malam Hari
Gejala diabetes ini yang paling dikenal masyarakat. Buang air kecil yang terus menerus dan
sering, adalah gejala awal dari diabetes. Bila hal ini terjadi ada baiknya untuk segera
memeriksakan diri, agar bisa mendapatkan penanganan segera dan cepat.

 Merasa Kesemutan atau Mati Rasa Akibat Syaraf Mulai Rusak


Gejala ini terjadi jika kadar gula dalam darah sudah cukup tinggi. Rasa kesemutan dan kebas
(mati rasa) pada bagian tubuh seperti kaki, jari-jemari, dan tangan adalah tanda untuk waspada,
karena bisa jadi penyakit diabetes sudah menunjukan gejala stadium lanjut. Hal ini terjadi akibat
kerusakan pada serabut saraf.

 Penglihatan Menurun, Terganggu dan Kabur


Kadar glukosa yang semakin meningkat menyebabkan cairan pembuluh darah terbatasi untuk
masuk ke mata. Keadaan yang demikian bahkan bisa membuat lensa mata berubah bentuk.
Tetapi ciri yang demikian bisa hilang bila gula darah semakin berkurang dan normal.

 Mudah terjadi Luka dan Susah Kering atau Sembuh


Penderita diabetes karena kadar gula yang berlebih menyebabkan kekebalan tubuh dan sistem
imun menjadi tidak normal. Bila seorang penderita diabetes memiliki luka terbuka, maka akan
sangat susah untuk proses penyembuhannya.

 Terjadi Infeksi Jamur Utamanya di Mulut


Seorang wanita penderita diabetes umumnya juga disertai dengan infeksi jamur. Jamur ini akan
muncul di beberapa bagian mulut, biasanya dalam bentuk sariawan di mulut, juga infeksi pada
bagian vagina, yang disebabkan oleh jamur candida.

Tipe – tipe diabetes

Diabetes melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes, juvenile
diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena

9
berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada
pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet
maupun olahraga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan
yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh
terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu
oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan
yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan
dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin.
Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga.[14] Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian
insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin
yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin
melalui "inhaled powder".

Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-
aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1
harus sedekat mungkin ke angka normal (80–120 mg/dl, 4-6 mmol/l).[butuh rujukan] Beberapa dokter
menyarankan sampai ke 140–150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan
angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events".[butuh rujukan] Angka di atas
200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang
terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi.[butuh rujukan] Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l)
biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis.[butuh rujukan]
Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran. Pada orang yang sudah sepuh, biasanya gula darah sewaktunya dijaga di bawah
200 mg/dl saja dan tidak lebih rendah, karena dikhawatirkan dapat terjadinya 'hipo' atau gula
darah di bawah 100 mg/dl, karena misalnya telat makan, makan lebih sedikit dari biasanya atau
terlalu senang dengan aktivitas berlebih dari biasanya.

Saat ini mulai banyak dilakukan pemberian insulin kepada penderita diabetes type 2 yang secara
terus menerus gula darah sewaktunya selalu di atas 200 mg/dl, walaupun telah diberikan
berbagai kombinasi obat oral. Insulin yang diberikan adalah yang bersifat 'long acting' atau 24
jam sekali dan tetap minum obat oral dengan dosis yang lebih rendah tiap kali makan besar.

10
Diabetes melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-
insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi
bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen,[15] termasuk yang mengekspresikan
disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin[16] yang
disebabkan oleh disfungsi GLUT10[17] dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel
jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin[18] serta RBP4 yang menekan
penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.[18] Mutasi
gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang
ditemukan pada manusia.[19]

Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi,[20] rasio RBP4 dan hormon resistin yang
tinggi,[18] peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati,[18]
penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.[21]

NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia[22], lipodistrofi,[18] dan sindrom resistansi insulin.

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang
ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.[butuh rujukan] Hiperglisemia dapat diatasi
dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi
produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.[butuh rujukan] Ada beberapa teori yang
menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan
pengeluaran dari adipokines itu merusak toleransi glukosa.[butuh rujukan] Obesitas ditemukan di kira-
kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis.[butuh rujukan]
Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah
terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.[butuh rujukan]

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya,
awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga),[23] diet (umumnya pengurangan
asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan
hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di
sekitar 5 kg (10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk.
Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs.
[Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang,
lisan (sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan
produksi hormon insulin (e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai
tentang glukosa oleh hati (dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu (e.g.,
metformin), dan pada hakikatnya menipis pembalasan hormon insulin (e.g., thiazolidinediones).
Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara
normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek
glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika
mengambil kebanyakan pengobatan.

11
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini
diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes melitus tipe 2.[24] Seperti zat
penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi
perkembangan sel tumor maupun kanker.[25][26]

Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah defisiensi
metabolisme oksidatif di dalam mitokondria[27] pada otot lurik.[28][29] Sebaliknya, hormon tri-
iodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP
sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV,
menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif,[30] sedang hormon melatonin akan
meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas respiratory
chain, terutama pada kompleks I, III dan IV.[31] Bersama dengan insulin, ketiga hormon ini
membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot lurik.[32] Di sisi
lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi
otot jantung pada penderita diabetes.[33][34][35]

Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan
pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai akibat
dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat menentukan apakah
metode ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan perubahan homeostasis
glukosa.[36]

Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui
menyebabkan:[37]

 peningkatan mRNA glukokinase,


 peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
 peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
 peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin[38]
 penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
 penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
 penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan menekan 3-
hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol asiltransferase
 penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil, antara lain
dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan fosfatidat fosfohidrolase
 meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan glukoneogenesis

sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat karboksikinase dan


glukosa-6 fosfatase di dalam hati.

Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang
naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.

Diabetes melitus tipe 2 dapat dicegah atau diperlambat munculnya dengan mengembangkan Pola
Hidup Sehat:[39]

 Pola makan sehat dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah

12
 Olahraga 3 kali dalam seminggu, masing-masing setidaknya 20 menit [40]
 Jaga berat badan ideal
 Menghindari rokok
 Mengurangi asupan alkohol

Pria dengan berat badan normal risikonya 70 persen lebih rendah daripada yang obes, sedangkan
wanita dengan berat badan normal risikonya 78 persen lebih rendah daripada yang obes.
Lakukanlah selalu Tes Gula Darah, karena seseorang yang terdiagnosis mulai Prediabetes, tetapi
segera melakukan Perubahan Gaya Hidupnya, maka ia akan terhindar dari Diabetes melitus tipe
2 atau setidaknya memperlambat munculnya Dibetes melitus tipe 2.

Diabetes melitus tipe 3

Diabetes melitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1


diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin, latent
autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus
yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan
interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.[41] GDM mungkin dapat
merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan
hidup.[butuh rujukan]

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat
temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat
disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.

Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan
kesehatan janin maupun sang ibu. Risiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia
(berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat,
dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan
janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat
kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi,
paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular.
Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat
akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan risiko luka yang
berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.

Pengobatan Penyakit Diabetes

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan terapi insulin (Lantus/ Levemir,
Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga
secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

13
Pada penderita diabetes melitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan
pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi
kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Glikogenesis adalah proses pembentukan atau biosintesis glikogen yang terjadi terutama di dalam hati
dan otot. Glikogen atau gula otot merupakan cadangan makanan yang dibentuk dari molekul glukosa hasil
pencernaan makanan. Glukosa akan saling berikatan dengan ikatan α 1-4 glikosidik untuk membentuk
glikogen. Molekul glikogen tersusun bercabang-cabang agar dapat tersimpan maksimal di dalam sel.

Glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen menjadi glukosa yang terjadi terutama di hati
dan otot. Glikogen atau gula otot merupakan cadangan makanan hewan yang tersusun atas molekul glukosa
yang disatukan dengan ikatan α 1-4 glikosidik (untuk rantai lurus), dan ikatan α 1-6 glikosidik untuk titik
cabang. Glikogen merupakan polisakarida yang memiliki banyak sekali percabangan, hal tersebut diperlukan
agar glikogen dapat disimpan dengan maksimal di dalam sel.

Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari senyawa bukan glukosa.


Glukoneogenesis memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan akan glukosa, terutama ketika tubuh
tidak mendapat pasokan glukosa yang cukup dari makanan. Glukosa merupakan molekul yang sangat penting
terutama bagi eritrosit (sel darah merah) dan sel saraf otak, karena sel-sel tersebut tidak dapat menggunakan
molekul lain sebagai sumber energi (walaupun dalam keadaan kelaparan yang sangat panjang sel saraf otak
mampu menggunakan benda keton yaitu beta hidroksibutirat sebagai sumber energi).

B. SARAN
Kami menyarankan bagi pembaca makalah ini dapat membaca dengan sungguh - sungguh, karena
proses metabolisme karbohidrat ini sangat perlu diketahui sebagaimana prosesnya terdapat didalam tubuh kita.

14

Anda mungkin juga menyukai