Anda di halaman 1dari 10

1.

GLIKOGENESIS
a. Pengertian
Glikogenesis merupakan tahap pertama metabolisme karbohidrat.
Glikogenesis adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi asam piruvat.
Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses ini akan
terjadi jika kita membutuhkan anergi untuk beraktivitas, misalnya berfikir,
mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika glukosa melampaui kebutuhan
energy, maka kelebihan glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses
anabolisme ini dinamakan glikogenesis. Glikogen merupakan bentuk simpanan
karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada
tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang
melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada
hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat
kali lebih banyak.

b. Tujuan Glikogenesis
Proses glikogenesis terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa
melampaui kebutuhan, maka dirangkai menjadi glikogen untuk menambah
simpanan glikogen dalam tubuh sebagai cadangan makanan jangka pendek
melalui proses glikogenesis.
Jika kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) glukosa akan di ubah
dan di simpan sebagai sebagai glikogen atau lemak, glikogenesis (produksi
glikogen) terjadi terutama dalam sel otot dan hati. Glikogenesis akan menurunkan
kadar glukosa darah dan proses ini di stimulasi oleh insulin yang disekresi dari
pangkreas.

c. Proses Pemecahan Glikogen (Glikogenesis)


Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1) Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim
terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh
heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
ATP + D-glukosa → D-glukosa 6- fosfat + ADP
2) Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami
fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible
yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat ( glukosa 1,6-bisfosfat b
ertindak sebagai koenzim).
Glukosa 6-fosfat → Glukosa 1- fosfat
Enz-P + Glukosa 1-fosfat→ Enz + Glukosa 1,6-bifosfat →Enz-P +
Glukosa 6-
fosfat
3) Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim.
Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik
akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
4) Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan
glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.
Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus
ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada
primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n  UDP + (C6)n+1
Glikogen        Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1-4 untuk membentuk
rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka
glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati
terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
5) Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa
tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk
cabang memindahkan bagian dari rantai 1-4 (panjang minimal 6 residu glukosa)
pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1-6 sehingga
membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh
dengan penambahan lebih lanjut 1-glukosil dan pembentukan cabang
selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah,
jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan
mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.
Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan berikut.

2. GLIKOGENOLISIS
a. Penegertian
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen
harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini
dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis,
akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu
demi satu daei glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk
proses fosforolisis rangkaian 1-4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat.
Dalam glikogenolisis, glikogen yang tersimpan dalam hati dan otot,
pertama dikonversi menjadi glukosa-1-fosfat dan kemudian menjadi glukosa-6-
fosfat. Dua hormon yang mengendalikan glikogenolisis adalah peptida, glukagon
dari pankreas dan epinefrin dari kelenjar adrenal. Glukagon dilepaskan dari
pankreas dalam menanggapi glukosa darah rendah dan epinefrin dilepaskan
sebagai respons terhadap ancaman atau stres. Kedua hormon ini bertindak atas
enzim glikogen fosforilase untuk merangsang untuk memulai glikogenolisis dan
menghambat sintetase glikogen (glikogenesis berhenti).
Glikogen adalah struktur polimer bercabang yang mengandung glukosa
sebagai monomer dasar. Pertama molekul glukosa individu dihidrolisa dari rantai,
diikuti dengan penambahan gugus fosfat pada C-1. Pada langkah selanjutnya fosfat tersebut
akan dipindahkan ke posisi C-6 untuk memberikan glukosa 6-fosfat, suatu senyawa
persimpangan jalan. Glukosa-6-fosfat adalah langkah pertama dari jalur glikolisis
glikogen jika adalah sumber karbohidrat dan energi yang lebih lanjut diperlukan.
Jika energi tidak segera diperlukan, glukosa-6-fosfat diubah menjadi glukosa untuk
distribusi di berbagai darah ke sel-sel seperti sel-sel otak.
Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya
enzim fosforilase, fosfat anorganik melepaskan sisa glukose non mereduksi ujung
dalam satu persatu untuk menghasilkan D-glukose fosfat 1-fosfat. Proses
glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat
jalan yang berbeda, tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul
glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar,tetapi jarang apabila ada molekul
tersebut dipecah secara sempurna. Meskipun pada hewan, glikogen tidak pernah
kosong sama sekali. Inti glikogen tetap ada untuk bertindak sebagai aseptor bagi
glikogen baru yang akan disintesis bila diperoleh cukup persediaan karbohidrat.
Sekitar 85% D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk glukose bebas. Proses
pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya untuk memulihkan
glukosa di dalam darah (glikogenolisis) atau dengan bekerja bersama ginjal,
mengkonversi metabolit non karbohidrat seperti laktat, gliserol dan asam amino
menjadi glukosa.
Upaya untuk mempertahankan glukosa dalam konsentrasi yang memadai
didalam darah sangat penting bagi beberapa jaringan tertentu, glukosa merupakan
bahan bakar yang wajib tersedia, misalnya otak dan eritrosit. Proses dimulai
dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asamlaktat.
Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dinamakan jalur
Embeden-Meyerhof.
Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dapat
dibagi dalam dua fase. Pada fase pertama glukosa diubah menjadi triosafosfat
dengan prosesfosforilasi. Fase kedua dimulai dari proses oksidasi triosafosfat
hingga terbentuk asam laktat. Perbedaan antara kedua fase ini terletak pada
aspek energi yang berkaitan dengan reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut.
Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui piruvat setelah glikolisis. Pada
organisme aerobik, glikolisis menyusun hanya tahap pertama dari keseluruhan
degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan H2O. Piruvat yang terbentuk
kemudian dioksidasi dengan melepaskan gugus karboksilnya sebagai CO2, untuk
membentuk gugus asetil pada asetil KoA. Lalu gugus asetil dioksidasi sempurna
menjadi CO2 dan H2O oleh siklus asam sitrat, dengan melibatkan molekul
oksigen. Lintas inilah yang dilalui piruvat pada hewan aerobik sel dan tumbuhan.
Glukosa dimetabolisasi menjadi piruvat dan laktat di dalam semua sel
mamaliamelalui lintasan glikolisis. Glukosa merupakan substrat yang unik karena
glikolisis bisa terjadi dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob), ketika produk akhir
glukosa tersebut berupa laktat. Meskipun demikian, jaringan yang dapat
menggunakan oksigen (aerob) mampu memetabolisasi piruvat menjadi asetil
koenzim A, yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk menjalani proses
oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O dengan melepasan energi bebas dalam
bentuk ATP, pada proses fosforilasi oksidatif.

b. Tujuan
` Proses glikogenolisis ini di lakukan untuk mendapatkan glikogen kembali
apabila glokogen yang tidak disimpan di dalam otot dan hati t6idak cukup inti
memenuhi kebutuhan sehingga perlu adanya pemecahan glikogen yang disimpan
sebagai glikogen cadangan. Selain glukoneogenosis, untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma
hipoglisemia. Pada glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut dengan 3
enzim, glikogen fosforilase, glukosidase, fosfoglukomutase, menjadi glukosa.
Hormon yang berperan pada lintasan ini adalah glukagon dan adrenalin.
c. Proses Glikogenolisis
Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-
fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan
UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-
fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi
kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase.
Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-
fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini
enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk
glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.

Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk
respirasi sehingga menghasilkan energi, yang energi itu terekam / tersimpan
dalam bentuk ATP

3. GLUKOGENEOLISIS
a. Pengertian
Glukogeneolisis terjadi sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi.
Maka tubuh akan menggunakan lamak sebagai sumber energi. Jika lemak juga
tidak tersedia, barulah memecah protein menjadi energi yang sesungguhnya
protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh.
Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa
bukan karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses
glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada
proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah
menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu
glukoneogenesis (pembentukan gula baru).

b. Tujuan
Menyediakan glukosa yang bersumber dari lemak maupun protein karena
ketidak tersediaan karbohidrat.

c. Proses Glukogeneolisis
Glukoneogenesis yang dilakukan oleh hati atau ginjal, menyediakan
suplai glukosa yang tetap. Kebanyakan karbon yang digunakan untuk sintesis
glukosa akhirnya berasal dari katabolisme asam amino. Laktat yang dihasilkan
dalam sel darah merah dan otot dalam keadaan anaerobik juga dapat berperan
sebagai substrat untuk glukoneogenesis. Glukoneogenesis mempunyai banyak
enzim yang sama dengan glikolisis, tetapi demi alasan termodinamika dan
pengaturan, glukoneogenesis bukan kebalikan dari proses glikolisis karena ada
tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak reversibel, artinya diperlukan enzim
lain untuk reaksi kebalikannya.
glukokinase
1. Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP
fosfofruktokinase
2. Fruktosa-6-fosfat + ATP fruktosa-1,6-difosfat + ADP
piruvatkinase
3. Fosfenol piruvat + ADP asam piruvat + ATP

Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan


piruvat kinase mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat
digunakan untuk sintesis glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak
reversibel tersebut, maka proses glukoneogenesis berlangsung melalui tahap
reaksi lain. Reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan suatu reaksi
kompleks yang melibatkan beberapa enzim dan organel sel (mitokondrion), yang
diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuk
fosfoenolpiruvat.
Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi
fosfoenolpiruvat (PEP), jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase.
Perubahan ini dilakukan dalam 4 langkah. Pertama, piruvat mitokondria
mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP
(adenosin trifosfat) dan dikatalisis oleh piruvat karboksilase. Seperti banyak enzim
lainnya yang melakukan reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini memerlukan biotin
untuk aktivitasnya. Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat
dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat
mengalami overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat. Malat
meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali
oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat sitoplasma mengalami dekarboksilasi
membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan GTP (guanosin trifosfat)
yang dikatalisis oleh PEP karboksikinase.
Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh fosfatase. Fruktosa-
1,6-bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, jadi
membalik reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase yang
ditemukan pada permulaan metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir
glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.
Dengan penggantian reaksi-reaksi pada glikolisis yang secara
termodinamika ireversibel, glukoneogenesis secara termodinamika seluruhnya
menguntungkan dan diubah dari lintasan yang menghasilkan energi menjadi
lintasan yang memerlukan energi. Dua fosfat berenergi tinggi digunakan untuk
mengubah piruvat menjadi PEP. ATP tambahan digunakan untuk melakukan
fosforilasi 3-fosfogliserat menjadi 1,3-bisfosfogliserat. Diperlukan satu NADH pada
perubahan 1,3-bisfosfogliserat menjadi gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2 molekul
piruvat digunakan pada sintesis satu glukosa, maka setiap molekul glukosa yang
disintesis dalam glukoneogenesis, sel memerlukan 6 ATP dan 2 NADH. Glikolisis
dan glukoneogenesis tidak dapat bekerja pada saat yang sama. Oleh karena itu,
ATP dan NADH yang diperlukan pada glukoneogenesis harus berasal dari
oksidasi bahan bakar lain, terutama asam lemak.
Walaupun lemak menyediakan sebagian besar energi untuk
glukoneogenesis, tetapi lemak hanya menyumbangkan sedikit fraksi atom karbon
yang digunakan sebagai substrat. Ini sebagai akibat struktur siklus asam sitrat.
Asam lemak yang paling banyak pada manusia yaitu asam lemak dengan jumlah
atom karbon genap didegradasi oleh enzim -oksidasi menjadi asetil-KoA. Asetil
KoA menyumbangkan fragmen 2-karbon ke siklus asam sitrat, tetapi pada
permulaan siklus 2 karbon hilang sebagai CO2. Jadi, metabolisme asetil KoA tidak
mengakibatkan peningkatan jumlah oksaloasetat yang tersedia untuk
glukoneogenesis. Bila oksaloasetat dihilangkan dari siklus dan tidak diganti,
kapasitas pembentukan ATP dari sel akan segera membahayakan. Siklus asam
sitrat tidak terganggu selama glukoneogenesis karena oksaloasetat dibentuk dari
piruvat melalui reaksi piruvat karboksilase.
Kebanyakan atom karbon yang digunakan pada sintesis glukosa
disediakan oleh katabolisme asam amino. Beberapa asam amino yang umum
ditemukan mengalami degradasi menjadi piruvat. Oleh karena itu masuk ke proses
glukoneogenesis melalui reaksi piruvat karboksilase. Asam amino lainnya diubah
menjadi zat antara 4 atau 5 karbon dari siklus asam sitrat sehingga dapat
membantu meningkatkan kandungan oksaloasetat dan malat mitokondria. Dari 20
asam amino yang sering ditemukan dalam protein, hanya leusin dan lisin yang
seluruhnya didegradasi menjadi asetil-KoA yang menyebabkan tidak dapat
menyediakan substrat untuk glukoneogenesis

d. Pengaturan Glukoneogenesi
Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan
glukosa melalui glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang
mencegah agar kedua lintasan ini bekerja serentak.Sistem pengaturan juga harus
menjamin bahwa aktivitas metabolik hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu
pembentukan glukosa selama puasa dan menggunakan glukosa saat glukosa
banyak. Aktivitas glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi
dengan cara perubahan jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi.
Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari
cadangan jaringan adipose dan aktivitas -oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati.
Karena asam amino secara serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi
peningkatan kadar asam amino terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi
piruvat dan substrat lain glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin,
dan asetil-KoA semuanya memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke
glukoneogenesis dan mencegah penggunaannya oleh siklus asam sitrat. Asetil-
KoA secara alosterik mengaktifkan piruvat karboksilase dan menghambat piruvat
dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi
oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat oleh asam lemak dan alanin, jadi
menghambat pemecahan PEP yang baru terbentuk menjadi piruvat.
Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase
diperantarai oleh senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat.
Pembentukan dan pemecahan senyawa pengatur ini dikatalisis oleh enzim-enzim
yang diatur oleh fosforilasi dan defosforilasi. Perubahan konsentrasi fruktosa-2,6-
bisfosfat sejajar dengan perubahan untuk glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya
meningkat bila glukosa banyak dan berkurang bila glukosa langka. Fruktosa-2,6-
bisfosfat secara alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan menghambat
fruktosa 1,6-bisfosfatase. Jadi, bila glukosa banyak maka glikolisis aktif dan
glukoneogenesis dihambat. Bila kadar glukosa turun, peningkaan glukagon
mengakibatkan penurunan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat dan penghambatan
yang sederajat pada glikolisis dan pengaktifan glukoneogenesis.
Proses glukoneogenesis dapat digambarkan

Anda mungkin juga menyukai