Anda di halaman 1dari 11

OLIGOSAKARIDA

A. Pengertian Oligosakarida
Oligosakarida (bahasa yunani oligos, “sedikit”) terdiri dari rantai pendek
unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen
(lehninger,1982). Senyawa yang termasuk oligoskarida mempunyai molekul yang
terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang
berikatan sau dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida.
Oigosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul
monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida.
Olisakarida yang paling banyak di alam adalah disakarida.Ikatan antara dua
molekul monosakarida disebut ikatan glikosidik. Ikatan ini terbentuk antara gugus
hidroksil dari atom C nomor satu yang juga disebut karbon anomerik dengan
gugus hidroksil dan atom C pada molekul gula yang lain..Ikatan glikosidik
biasanya terjadi antara atom C no. 1 dengan atom C no. 4 dengan melepaskan 1
mol air(Poedjadi,1994). Berikut ikatan glikosidik dari disakarida:

yang
GggGambar 1. Ikatan Glikosidik pada disakarida((Poedjadi,1994). masukGambar
Tata nama oligosakarida
Oligosakarida terdiri dari beberapa monosakarida yang saling berikatan.
Tata nama oligosakarida tergantung dengan urutan ikatan monosakarida-
monosakarida. Penamaan oligosakarida berlangsung dari kiri ke kanan (dari ujung
yang tidak merosot sampai akhir pereduksi) seperti glikosil [glikosil] glikosa atau
glikosil [glikosil] glikosida, tergantung pada terlepasnya ujung pereduksi adalah
kelompok hemiacetal bebas. Dalam tanda kurung, antara nama residu
monosakarida, jumlah atom karbon anomerik, simbol panah, dan jumlah atom
karbon yang mengandung oksigen penghubung dari unit monosakarida berikutnya
dicantumkan. Simbol yang tepat digunakan untuk menunjukkan stereokimia
ikatan glikosidik (α atau β), konfigurasi residu monosakarida (D atau L), dan
substitusi pada atom oksigen (O). Sukrosa merupakan oligosakarida memiliki
nama trivial:
𝛼 − 𝐷 − 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑝𝑖𝑟𝑎𝑛𝑜𝑠𝑖𝑙 − 𝛽 − 𝐷𝑓𝑓𝑟𝑢𝑘𝑡𝑜𝑓𝑢𝑟𝑎𝑛𝑜𝑠𝑖𝑑𝑎
Nama IUPAC:
(2R,3R,4S,5S,6R)-2-[(2S,3S,4S,5R)-3,4-dihydroxy-2,5-bis(hydroxymethyl)oxolan-2-
yl]oxy-6-(hydroxymethyl)oxane-3,4,5-triol
B. Sifat Fisiokimia Oligosakarida
Sifat Fisika OLigosakarida
 Mudah larut di dalam air dan pelarut polar lainnya (Patel dan Goyal, 2011).
 Karbohidrat kompleks berukuran kecil.
 Sebuah oligosakarida terdiri dari 2-6, jarang 10 residu monosakarida.
 Oligosakarida merupakan komponen struktural membran sel.
 Mempunyai tingkat kemanisan yang cukup tinggi dibandingkan polisakarida
(Poedjadi,1994).
 Kemampuan dalam menjaga kelembaban tanpa meningkatkan kandungan
airnya (Patel dan Goyal, 2011).
Sifat Kimia Oligosakarida
 Memiliki kemampuan hidrolisis menjadi dua atau lebih monosakarida yang
berlainan (Lehninger, 1982).
Misalnya untuk Rafinosa, rafinosa akan menghasilkan galaktosa,
glukosa dan fruktosa. Pada kondisi tertentu hidrolisis rafinosa akan
memberikan hasil-hasil tertentu pula. Hidrolisis dengan asam lemah atau pada
konsentrasi H+ rendah, akan menghasilkan melibiosa dan fruktosa. Hasil yang
sama seperti ini juga dapat diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan enzim
sukrase.Hidrolisis dengan bantuan enzim maltase akan memberikan hasil
galaktosa dan sukrosa.

Enzim maltase
+

Rafinosa

Hasil hidrolisis sempurna juga dapat diperoleh apabila dalam reaksi ini
digunakan dua jenis enzim, yaitu sukrase dan melibiase. Melibiase akan
menguraikan melibiosa menjadi galaktosa dan glukosa. Pada kenyataanya,
rafinosa tidak memiliki sifat mereduksi. Hal ini disebabkan karena dalam
molekul rafinosa tidak terdapat gugus OH– glikosidik.
 Terdapat senyawa oligosakarida yang bersifat reduktif contohnya laktosa,
Maltosa, Selobiosa dan terdapat juga yang tidak dapat direduksi misalnya
sukrosa stakiosa,dan Rafinosa.
 Kelompok karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia. Sebab
tidak dapat dihidrolisis dan diserap usus halus, karena
mokusa mamalia tidak memiliki enzim pencernaan untuk oligosakarida (α-
galaktosidase) (Muchtadi, 1989), tetapi bakteri seperti bifidobakteria dan
laktobasili memiliki enzim pencernaan untuk mencerna oligosakarida menjadi
komponen volatil seperti gas hidrogen dan metana.
 Oligosakarida yang dihidrolisis oleh suatu senyawa seperti asam akan
menghasilkan monomer-monomer penyusunnya (Soemardjo,2009).
 Beberapa oligosakarida dapat mereduksi suatu senyawa seperti maltose
,membentuk osazon, dan menunjukkan peristiwa m utarotasi, namun terdapat
juga olgosakarida yang tidak dapat membentuk osazon seperti rafinosa
(Soemardjo, 2009).
C. Cara Isolasi Oligosakarida
Oligosakarida dapat diisolasi menggunakan beberapa jenis metode,
salahsatu metode yang umum digunakan adalah proses isolasi berdasarkan tingkat
kemurniannya di dalam larutan atau media tertentu menggunakan prinsip
presipitasi dan ekstraksi, pemisahan kromatografi serta konsentrasi dan kristalisasi
(Pazur, 1970). Metode isolasi oligosakarida dapat diuraikan sebagaiberikut:
Proses Penentuan adanya Oligosakarida
Simplisia

-Uji kandungan karbohidrat secara


umum denga n uji kualitatif (mohlish,
benedict dll)

Simplisia

-Isolasi (Ekstraksi, Kromatografi


kolom ,Refluks)

Ekstrak/Crude

-Pemurnian atau karakterisasi


(KLT, KCKT)

Senyawa oligosakarida
murni
Proses Isolasi Oligosakarida

a. Ekstraksi
Salah satu cara mengisolasi oligosakarida adalah metode elstraksi.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Cairan dipasahkan dan kemudian diuapkan
sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lainnya. Pelarut yang dapat digunakan
untuk ekstraksi oligiosakarida berbeda-beda tergantung oligosakarida jenis apa
yang akan diisolasi. Contoh pelarutyang digunakan anatara lain adalah etanol
70%. Etanol dapat digunakan untuk mengisolasi oligosakarida yaitu stiakiosa.
Berikut prinsip ekstraksi

tambahkan fase goyangkan atau Didiamkan dan


pelarut berair aduk agar terbentuk dua
bercampur molekul bisa fase yang
dipisah
terpisah

Gambar 1. Proses Ekstraksi


b. Kromatograsi Kolom
Kromatografi kolom termasuk kromatografi cairan, adalah metoda
pemisahan yang cukup baik untuk sampel lebih dari 1 gram. Pada kromatografi
ini sampel sebagai lapisan terpisah diletakkan diatas fase diam. Biasanya sampel
dihomogenkan dengan fase diam sehingga merupakan serbuk kering, diatas
lapisan ini dapat diletakkan pasir untuk menjaga tidak terjadinya kerusakan
waktu ditambahkan fase gerak diatas lapisan sampel. Fase diam dan sampel ini
berada di dalam kolom yang biasanya dibuat dari gelas, logam ataupun plastik.
Selama elusi fase gerak dialirkan dari atas, mengalir karena gaya gravitasi atau
ditekan dan juga disedot dari arah bawa. Komponen sampel akan terpisah
selama bergerak dibawa fase gerak didalam kolom (fase diam). Komponen yang
paling tidak tertahan oleh fase diam akan keluar lebih dahulu dan diikuti oleh
komponen lain. Semuanya ditampung sebagai fraksi, volume tiap fraksi
tergantung besarnya sampel (kolom).

Gambar 2. Proses kromatografi kolom

D. Analisa Kualitatif
Uji kualitatif dilakukan untuk menentukan apakah suatu sampel mengandung
karbohidrat atau tidak. Karbohidrat dengan zat tertentu akan menghasilkan warna
tertentu yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Berikut jenis uji
karbohidrat:
1. Uji Molish
Prinsipnya :. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu.Reaksi positif ditandai
dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan
sampel. Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol
yang terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4
pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai
bercampur dengan larutan. Berikut reaksinya:
Reaksi uji Molisch dapat digunakan untuk menentekan adanya kandungan
oligosakarida dalam bahan pangan. Uji ini hanya menganalisa ada tidaknya
krbohidrat dalam makanan. Rafinosa merupakan contoh oligosakarida dalam
makanan berikut benedict dengan Rafinosa:
OH OH
HO OH OH O H
H
OH OH
H
H O OH H O
H OH + + H2SO 4

H HO H OH OH H
OH
OH
H3C
O HO 2S
OH

2. Uji Benedict
Uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi.
Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa. Caranya gula reduksi ditambahkan dengan campuran
CuSO4 (tembaga sulfat), natrium sitrat (NaSO3) dan natrium karbonat (NaCO3) lalu
dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah
coklat. Uji ini terjadi dalam suasana basa/alkalis karena gula akan mereduksi dalam
suasana basa. Natrium sitrat berfungsi sebagai pengkelat Cu dengan membentuk
kompleks Cu- sitrat. Natrium karbonat berfungsi untuk menciptakan suasana basa.
BerikutProsedurKerjanya :
a. Masukkankedalamtabungreaksi 2 tetes
sampel
b. Tambahkan 1 ml Benedict.
c. Panaskandalampenangas air.
d. Amati hasilnya
Uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid
dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Olehkarenaitu, meskipun
fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugusalpha
hidroksiketon, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannose dalam
suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Berikut
reaksi pada uji benedict:

Reaksi uji benedict dapat digunakan untuk menentekan adanya kandungan


oligosakarida dalam bahan pangan. Rafinosa merupakan contoh oligosakarida
dalam makanan berikut benedict dengan Rafinosa:
H
OH OH O
OH OH
HO OH OH O H OH OH
H HO OH OH
OH 2+ O H
OH + OH - O + OH
OH
H
H O OH H O
H OH + Cu
H
OH H H +
HO
OH H H
H
OH
+Cu2O +H2O
H HO H OH OH H H OH OH
OH H

3. Uji fehling
Uji ini hampir sama dengan uji benedict yang bertumpu pada adanya gula
pereduksi pada karbohidrat. Cara ujinya: gula reduksi ditambah campuran larutan CuSO4
dalam suasana alkalis (dengan ditambah NaOH) dan ditambah dengan Chelating agent,
lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida.
4. Analisa HPLC
HPLC merupakan teknik analisis pemisahan sekaligus penentuan kualitatif
maupun kuantitatif yang dapat digunakan pada oligosakarida. Prinsip pemisahan
HPLC sama dengan prinsip kromatografi pada umumnya yaitu berdasarkan pada
perbedaan sifat dalam distribusi kesetimbangan dari 2 komponen yang berbeda
fasenya (fase diam dan fase gerak). HPLC terdiri dari fase diam dengan
permukaan aktifnya yang berupa padatan, resin penukar ion, atau polimer berpori
yang ditempatkan pada kolom serta dialiri fase gerak cair dengan aliran yang
diatur oleh suatu pompa. Analisis dengan HPLC dilakukan pada temperatur
rendah dengan adanya kompetisi 2 fase (gerak dan diam). Migrasi dari komponen
molekul akan sebanding dengan koefisien distribusinya, maka komponen dengan
distribusi tinggi pada fase diam akan bergerak lebih perlahan didalam kolom
sehingga dapat terpisah dari komponen yang distribusinya rendah (Du & Chen
2009). Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Jumlah puncak pada
kromatogram menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas puncak menyatakan
konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk
mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil
pengukuran HPLC (Zou & Chen 2008).
Sampel yang mengandung oligosakarida yang akan dianalisa dengan HPLC
harus dikering bekukan terlebih dahulu agar air atau senyawa-senyawa pengotor
yang terkandung dalam sampel tidak mengganggu saat proses analisis. Proses
yang dapat dilakukan diantaranya freeze dry dan vacuum evaporator. Proses ini
juga bertujuan sebagai bentuk sediaan bahan pangan yang mengandung senyawa
oligosakarida dalam jumlah yang banyak.
E. Oligosakarida sebagai Sumber Daya alam
Oligosakarida merupakan polimer karbohidrat yang terdiridari 3-10
monosakarida atau gula sederhana. Monosakarida penyusun oligosakarida
digabungkan melalui suatu reaksi kondensasi antara karbonanomerik dari
monosakarida dan yang lainnya. Oligosakarida merupakan salah satu komponen
dari serat yang sering ditemukan sebagai gliko protein atau glikolipid.
Oligosakarida terdapat di alam dan sering ditemukan pada umbi, biji-bijian, buah-
buahan dan sebagainya dapat berupa Fructo-oligosakarida, Stakiosa, rafinosadan
sebagainya.
Kandungan Oligosakarida banyak ditemukan sebagai sumber daya
alam.Oligosakarida yang akan dibahas dalam paper iniadalah:
1. Stakiosa pada bijikedelai
2. Inulin pada Bunga Dahlia dan pisang
3. Rafinosa pada buah rumbia
4. Fructo-oligosakarida pada umbi dahlia
5. MON pada kelapa sawit
6. Xylan pada togkol jagung
DAFTAR PUSTAKA

Arif, R. 2009. Ekstraksi Dan Identifikasi Oligosakarida Ekstrak Tepung


Buah Rumbia (Metroxylon Sagu Rottb.) Sebagai Sumber Prebiotik.
Med.pet.Vol. 32. Hal:155-228.
Dubois M, Gilles KA, Hamilton JK, Rebers PA, dan Smith F. 1956. Colorimetric
method for determination of sugar and related substances. Anal Chem 28 (3)
: 350-356.
Gibson, G and F.Angus. 2000. LFRA Ingredients Handbook Prebiotics and
Probiotics. Leatherhead Food RA Publishing Limited, Randalls Road,
Leatherhead, Surney KT22 7RY.
Goutara dan Wijandi. 1985. Dasar-dasar Pengolahan Gula II. Departemen
Teknologi Hasil Pertanian. Fateta IPB: Bogor.
Koswara S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Liu, K.S. 1997. Soybeans (Chemistry, Technology, and Utilization). Chapman and
Hall. New York.
Linko, P (1982). "Lactose and Lactitol", di Birch, G.G. & Parker, K.J, Nutritive
Sweeteners, London & New Jersey: Applied Science Publishers, pp. 109–
132, ISBN 0-85334-997-5
Lehninger, AL.1982.Dasar-dasar Biokimia Jilid 1.Jakarta:Erlangga.
Mangunwidjaja, D., Rahayuningsih, M., Purwoko. 2011. Biokonversi Inulin Umbi
Dahlia menjadi Fruktosa dan Fruktooligosakarida. Artikel 101 Inovasi
Indonesia 2009. Departemen Teknologi Industri. IPB.
Meloan. 1999. Chemical Separation. New York : J Willey Mitruka.
Moerdokusumo, 1993. Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan Gula di
Indonesia. Bandung : ITB Press.
Notojoewono, A.W. 1981. Tebu. Jakarta : PT. Soeroengan.
Pessoa, A. and M. Vitolo. 1999. Inulinase from Kluyveromyces marxianus :
culture medium composition and enzyme extraction. Braz. J. Chem. Eng.
Vol 16. No 3.
Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI-Press.
Pool-Zobel BL. 2005. Inulin-type Fructans and reduction in colon cancer risk. Br
J Nutr. 93 Suppl 1: S73-90.
Rouwenhorst, R.J., L.E. Visser, A.A. Van der Baan, W.A. Scheffers & J.P. Van
Dijken. 1988. Production, Distribution, and KineticProperties of Inulinase
in Continuous Cultures of Kluyveromyces marxianus CBS 6556. J. Appl. &
Env. Microbiol. 54 (5): 1131-113
Rukmana, R. 2000. Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Kanisius.
Yogyakarta : Dahlia.
Reski, P. 2010. Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang (Musa
paradisiaca formatypica) yang Dimodifikasi Melalui Fermentasi Bakteri Asam
Laktat dan Pemanasan Otoklaf. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Singh, R.S.; Sooch, B.S.; Puri M. 2007.Optimization of medium and process


parameters for the production of inulinase from a newly isolated
Kluyveromyces marxianus YS-1. Biores. Technol. 98 : 25182525.
Sinuhaji, A.B.2006.Intoleransi Laktosa.Majalah Kedokteran Nusantara 39, 4,
424-429.
Sugano M. 2006. Nutritional implications of soy. Di dalam: Sugano M (ed). Soy
in Health andDisease Prevention. London: CRC Press Taylor & Francis
Group, pp: 1-16.
Supriyadi, A., 1992. Rendemen Tebu. Yogyakarta : Kanisius.
Sumardjo,D. 2009. Pengantar Kimia BukuPanduanKuliahMhasiswaKedokteran.
Jakarta: EGC.
Widowati, S. 2009. Tepung Aneka Umbi : Sebuah Solusi Ketahanan Pangan.
Sinar Tani Edisi 6-12, No.3302 Tahun XXXIX. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Widowati, S., Titi, C.S., Zahrani. 2005. Ekstraksi, Karakterisasi, dan Kajian
Potensi Prebiotik Inulin dari Umbi Dahlia (Dahlia pinnata L.). Jurnal IPB,
Bogor

Anda mungkin juga menyukai