Oleh:
Pengajar:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pembuat sediaan obat terdiri zat aktif dan zat tambahan yang di
gunakan pada pembuatan sediaan tablet, kapsul, dan larutan. Karbohidrat
merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di alam, terutama sebagai
penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah
sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula).
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hidrogen dan oksigen. Karbohidrat adalah salah satu zat tambahan dalam
pembuatan sediaan obat. Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan
oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris
CH2O, misalnya glukosa, laktosa, sukrosa, dan amilum. Karbohidrat adalah
polihidroksi aldehid atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa
ini bila dihidrolisa. Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen
dan oksigen. Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus –OH, gugus
aldehid atau gugus keton. Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Salah satu
perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya,
diantaranya monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Berbagai macam jenis karbohidrat seperti glukosa, laktosa, sukrosa, dan
amilum memerlukan identifikasi untuk membedakannya. Diperlukan beberapa uji
kimia kualitatif diantaranya seperti uji organoleptik, kelarutan, uji keasaman, uji
unsur, uji golongan dengan pereaksi Molisch, uji penegasan dengan pereaksi
fehling, uji iodin, dan uji seliwanoff.
Oleh karena itu diperlukan pembelajaran untuk mengidentifikasi
karbohidrat pada percobaan ini dilakukan demi pemanfaatan lebih lanjut dan
mengetahui komposisi kimia apa saja yang terdapat didalam kandungan sediaan
obat.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Dasar Teori
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton senyawa yang
menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa. Nama karbohidrat berasal dari
kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus
empiris, yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon “hidrat”, dan
memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap oksigen sebagai 1:2:1.
Sebagai contoh, rumus D-glukosa adalah C6H12O6, yang juga dapat ditulis sebagai
(CH2O)6 atau C6(H2O)6. Walaupun banyak karbohidrat yang umum sesuai dengan
rumus empiris (CH2O)n, yang lain tidak memperlihatkan nisbah ini dan beberapa
yang lain lagi juga mengandung nitrogen, fosfor, atau sulfur (Lehninger, 1982).
Berdasarkan strukturnya karbohidrat digolongkan menjadi monosakarida,
oligosakarida, atau polisakarida. Ketiga golongan karbohidrat ini berkaitan satu
dengan lainnya lewat hidrolisis. Monosakarida (kadang disebut gula sederhana)
ialah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih
sederhana lagi. Polisakarida mengandung banyak unit monosakarida,
ratusan bahkan ribuan. Oligosakarida mengandung sekurang-kurangnya dua
dan biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang bertautan (Hart
Haroldet al, 2003).
Dari rumus umum karbohidrat, dapat diketahui bahwa senyawa ini
merupakan suatu polimer yang tersusun atas monomer-monomer. Berdasarkan
monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:
4
sehingga sering disebut gula. Rasa manis dari gula disebabkan oleh gugus
hidroksilnya. Kebanyakan monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa, adalah
gula pereduksi. Sifat mereduksi disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton
bebas dalam molekulnya. Larutan gula bereaksi positif dengan pereaksi Fehling.
Sebaliknya, kebanyakan polisakarida adalah gula nonpereduksi (Wilbraham, 1992).
Karbohidrat yang ada didalam suatu sampel dapat dideteksi dengan
berbagai uji diantaranya uji Molisch, uji Bennedict, uji Barfoed, uji Seliwanoff, uji
pati-iodium, uji osazon, uji moore, uji fermentasi, dan lain-lain. Namun pada
praktikum ini hanya dilakukan beberapa jenis uji diantaranya uji organoleptik,
kelarutan, uji keasaman, uji unsur, uji golongan dengan pereaksi molisch, uji
penegasan dengan pereaksi fehling, uji iodin, dan uji seliwanoff.
Uji Molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat. Uji ini ditandai dengan
warna ungu kemerah-merahan untuk reaksi positif, sedangkan warna hijau untuk
negatif (Sumardjo, 2006)
Dengan reaksi sebagai berikut:
H
│
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O
║
H2─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
║ __SO3H
H2C ─────C───── ─OH
5
(Cincin ungu senyawa kompleks)
Uji Seliwanoff adalah uji kimia yang dilakukan untuk membedakan gula
aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehida
gula tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa.
Sebaliknya jika mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan
pada fakta bahwa ketika dipanaskan ketosa lebih cepat terdehidrasi dari pada
aldosa.
Dengan reaksi sebagai berikut:
Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat:
Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida
menjadi gula sederhana.
Ketosa yang terdehidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol,
menghasilkan zat berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi
dan menghasilkan zat berwarna merah muda.
BAB III
METODE
7
Alat dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, plat tetes, pipet, penjepit
tabung, bunsen/lampu spiritus, cawan porselin, dan gelas kimia.
Bahan dalam praktikum ini adalah glukosa, laktosa, sukrosa, amilum, α-
naftol, asam sulfat, kalium bromida, resorsin, pereaksi fehling, etanol, dan aquades.
BAB IV
9
Hablur, serbuk
Glukosa Putih Manis Tidak berbau
granul putih
Serbuk, hablur,
Laktosa Putih Sedikit manis Tidak berbau
keras
Hablur, berbentuk
Sukrosa Putih Manis Tidak berbau
kubus
Serbuk sangat
Amilum Putih Tidak berasa Tidak berbau
halus
Glukosa Asam -
Laktosa Asam -
Sukrosa Asam -
Amilum Asam -
10
4.1.2 Uji Golongan
Glukosa Bening larutan warna biru Ada endapan warna merah bata Positif
Laktosa Bening larutan warna biru Ada endapan warna merah bata Positif
Sukrosa Bening larutan warna biru Tidak ada endapan, warna biru Negatif
Amilum Bening larutan warna biru Tidak ada endapan warna biru Negatif
11
Jika terjadi endapan merah bata, maka zat uji positif bersifat gula perduksi
Endapan merah
Glukosa Larutan bening coklat Warna merah bata
bata
4.2 Pembahasan
12
dilihat pada tabel 4.2. Berdasarkan hasil kelarutan dapat disimpulkan bahwa zat uji
yang dilarutkan dengan aquades dapat larut sempurna dengan beberapa pemanasan,
sedangkaan zat uji yang dilarutkan dengan etanol tidak larut secara sempurna
sehingga dapat dikatakan keempat karbohidrat tidak dapat larut dengan etanol.
Pengujian yang ketiga dilakukan uji keasaman dengan media kertas lakmus merah
dan biru, hasil dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan hasil uji keasaman dapat
disimpulkan bahwa keempat jenis karbohidrat bersifat asam ditandai dengan
adanya perubahan warna pada kertas lakmus. Hasil ini sesuai dengan literatur.
Uji yang kedua yaitu uju golongan, hasil uji golongan dapat dilihat pada
tabel 4.4. Berdasarkan percobaan ini diperoleh data bahwa semua larutan uji ketika
direaksikan dengan pereaksi Molisch, dapat membentuk kompleks cincin berwarna
ungu. Dengan bahan yang diujikan adalah amilum, sukrosa, glukosa, dan laktosa
semuanya menunjukkan hasil yang positif. Hal ini membuktikan adanya suatu
karbohidrat dalam larutan tersebut. Larutan uji yang telah dicampurkan dengan
pereaksi Molisch, dialirkan dengan larutan H2SO4 pekat dengan cara memiringkan
tabung reaksi. Hal ini dilakukan agar larutan H2SO4 tidak bercampur dengan larutan
yang ada dalam tabung, sehingga pada akhir reaksi diperoleh suatu pembentukan
cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan larutan dalam tabung.
Terbentuknya kompleks berwarna ungu ini karena pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi Molisch.
Heksosa
O
║
H2─ ─C—H +
│ │
OH OH
13
5-hidroksimetil furfural α-naftol
║ __SO3H
H2C ─────C───── ─OH
Pengujian yang terakhir adalah dengan uji penegasan, hal ini dilakukan
untuk membedakan antara sifat pereduksi dan sifat non pereduksi suatu karbohidrat.
Langkah pertama yang dilakukan adalah melarutkan keempat karbohidrat dengan
aquades dan dilengkapi dengan pemanasan di atas bunsen, hasil ini dapat dilihan
pada tabel 4.5. Kemudian dilakukan uji sifat mereduksi dengan penambahan
pereaksi fehling, hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.6. Berdasarkan hasil uji sifat
mereduksi didapatkan dua kelompok yaitu gula yang bersifat pereduksi yaitu
glukosa dan laktosa. Setelah didapatkan uji positif gula pereduksi kemudian
dilakukan uji pereduksi pada glukosa dan laktosa, hasil uji dapat dilihat pada tabel
4.7. berdasarkan hasil tersebut endapan merah bata yang terdapat pada glukosa dan
laktosa menunjukan bahwa positif laktosa. Artinya pada larutan tersebut terdapat
laktosa.
Selanjutnya dilakukan uji non pereduksi pada sukrosa dan amilum dengan
menambahkan iodin. Pada percobaan ini, suatu polisakarida dapat dibuktikan
dengan terbentuknya kompleks adsorpsi yang spesifik pada setiap jenis polisakarida
ini. Di mana amilum dengan iodium menghasilkan larutan berwarna biru pekat dan
sukrosa yang menghasilkan warna larutan bening kuning yang menandakan hasil
positif terhadap kandungan polisakarida. Terbentuknya warna biru dan warna
bening kuning ini disebabkan molekul amilosa dan amilopektin yang membentuk
suatu molekul dengan molekul dari larutan iodium. Oleh karena itu, monosakarida
dan disakarida tidak menghasilkan warna larutan yang spesifik karena tidak
mengandung amilosa dan amilopektin.
14
Setelah itu kemudian dilakukan uji non pereduksi dengan uji seliwanoff.
Pada uji ini diperoleh data bahwa hanya amilum yang menghasilkan warna larutan
yang spesifik yakni warna merah orange yang mengidentifikasikan adanya
kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCl yang terkandung
dalam pereaksi Seliwanoff ini mendehidrasi amilum menghasilkan hidroksifurfural
sehingga furfural mengalami kondensasi setelah penambahan resorsinol
membentuk larutan yang berwarna merah orange. Hal ini tidak dialami oleh zat uji
yang lain di mana sukrosa menunjukkan hasil negatif terhadap adanya ketosa. Akan
tetapi sukrosa apabila dipanaskan terlalu lama dapat menunjukkan hasil yang positif
terhadap pereaksi Seliwanoff. Hal ini terjadi karena adanya pemanasan berlebih
menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan fruktosa dan glukosa sehingga
fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff
menghasilkan larutan berwarna merah orange.
Berikut reaksinya :
BAB V
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16