Anda di halaman 1dari 74

6

I. JUDUL PERCOBAAN : Pengenalan Jenis-Jenis Karbohidrat


II. HARI, TANGGAL PERCOBAAN : Kamis, 07 April 2017
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat
2. Melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida
3. Melakukan pengujian adanya gula pereduksi
4. Melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida
5. Menguji hasil hidrolisis disakarida dan polisakarida

IV. DASAR TEORI


Karbohidrat terbentuk dalam hampir semua makhluk hidup dan merupakan zat yang
berperan penting dalam kehidupan. Contohnya adalah gula dan pati dalam makanan, selulosan
dalam kayu, kertas, dan karton. Istilah karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa glukosa yang
merupakan karbohidrat sederhana yang pertama dimurnikan memiliki rumus molekul C6H12O6
atau C6(H2O)6 dan dianggap sebagai hidrat dari karbon. ( Parlan,2003 )
Karbohidrat adalah senyawa polihidroksi aldehida dan polihidroksi keton, atau senyawa
yang bila dihidrolisis menjadi polihidroksi aldehida/polihidroksi keton. Karbohidrat dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah atom karbon dan jenis gugus karbonil yang ada di
dalamnya. Misalnya, glukosa adalah suatu aldoheksosa yaitu suatu gula yang tersusun atas 6
atom karbon dan mempunyai gugus aldehida. Monosakarida dapat diklasifikasikan ke dalam gula
D atau L, tergantung pada sterokimia atom karbon kiral yang paling jauh dari gugus karbonil. (
Parlan,2003 )
Karbohidrat umumnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu karbohidrat sederhana dan
kompleks. Karbohidrat sederhana atau monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi molekul yang lebih sederhana, misalnya glukosa dan fruktosa. Karbohidrat
kompleks terbentuk dari dua atau lebih karbohidrat sederhana yang terikat bersama. Contohnya
adalah sukrosa (gula meja) adalah suatu disakarida yang terbentuk dari satu molekul glukosa
yang terikat dengan satu molekul fruktosa; selulosa adalah suatu polisakarida yang terbentuk dari
ratusan molekul glukosa yang terikat bersama. Jika polisakarida dihidrolisis akan terurai
menghasilkan satuan-satuan monosakarida penyusunnya. ( Parlan,2003 )

H3O+
1 sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa
H3O+
Selulosa → 3000 glukosa
Klasifikasi Karbohidrat

1) Monokasarida

Monosakarida umumnya sebagai hemiasetal siklik dan bukan dalam bentuk aldehida atau
keton rantai terbuka. Kerangka hemiasetal terbentuk dari reaksi antara gugus karbonil dengan
gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon kiral ketiga atau keempat. Suatu hemiasetal
dengan cincin beratom lima disebut furanosa dan cincin beratom rnam disebut piranosa. Siklinasi
ini menyebabkan terbentuknya satu atom karbon kiral baru dan dihasilkan dua hemiasetal yang
merupakan pasangan diastereoisomer yang disebut anomer alfa dan beta. ( Parlan,2003 )
Kebanyakan sifat kimia monosakarida menyerupai sifat-sifat kimia alkohol atau
aldehid/keton. Gugus hidroksil monosakarida dapat membentuk ester dan eter melalui beberapa
reaksi. Gugus karbonil monosakarida bila direduksi dengan natrium borohidrida membentuk
alditol, dan bila dioksida oleh air brom membentuk asam aldonat. Oksidasi monosakarida oleh
asam nitrat hangat membentuk asam aldarat, dan bila direaksikan dengan alkohol dengan katalis
asam membentuk glikosida. Monosakarida dapat mengalami perpanjangan rantai dengan sintesis
Kiliani-Fischer, dan perpendekan rantai dengan degradasi Wohl. ( Parlan,2003 )
Berdasarkan gugus fungsi utamanya, monosakarida dapat juga diklasifikasikan sebagai
aldosa dan ketosa. Akhiran –osa digunakan untuk menyatakan golongan karbohidrat, sedangkan
awalan aldo- dan keto- digunakan untuk menyatakan gugus fungsi (golongan senyawa), yaitu
aldehid dan keton. Jumlah atom karbon pada monosakarida dinyatakan dengan tri-, ter-, pent-,
heks-, dan seterusnya sebagai nama dasar. Jika awalan, nama dasar, dan akhiran disusun maka
suatu monosakarida dapat diketahui kelompoknya. Contohnya, glukosa adalah suatu aldoheksosa
( suatu gula yang termasuk golongan aldehid dengan enam atom karbon ), fruktosa adalah
ketoheksosa (suatu gula yang termasuk golongan keton dengan enam atom karbon, dan ribose
adalah suaru aldopentosa (5atom C). ( Parlan,2003 )
CHO CHO

CHOH C=O CHO

CHOH CHOH CHOH

CHOH CHOH CHOH

CHOH CHOH CHOH

CH2OH CH2OH CH2OH

Glukosa Fruktosa ribosa


(suatu aldoheksosa) (suatu ketoheksosa) (suatu aldopentosa) (
Parlan,2003 )
2) Disakarida

Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun oleh monosakarida yang tergabung melalui
ikatan glikosida antara atom karbon anomerik dari satu unit dan sebuah gugus hidroksil unit yang
lain. Kedua gula yang membentuk disakarida mungkin sama, seperti dalam maltose dan
selobiosa, atau berbeda seperti dalam sukrosa. Ikatan glikosidik mungkin α ( pada maltose) atau
β ( pada selobiosa dan laktosa ) dan dapat melibatkan gugus hidroksil pada molekul gula kedua.
(Parlan,2003)
a. Maltosa
Maltosa merupakan hasil hidrolisis dari pati (amilum), yang apabila 1 mol maltosa
dihidrolisis lebih lanjut akan dihasilkan satu mol α-D-glukosa dan satu mol β-D-glukosa. Maltosa
menunjukkan hasil yang positif bila direaksikan dengan pereaksi Tollens atau Fehling, karena
adanya unit hemiasetal yang berada setimbang dengan bentuk aldehid. (Matsjeh, 1994)

b. Selobiosa
Selobiosa didapatkan dari hasil hidrolisis selulosa, yang apabila dihidrolisis lebih lanjut hanya
didapat satu macam gula yaitu β-D-glukosa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa struktur
selobiosa hanya terdiri dari β-D-glukosa dan merupakan isomer dari maltose.Struktur selobiosa
sama seperti pada struktur maltose, pada selobiosa gugus –O- juga sebagai penghubung antara C1
dari glukosa yang satu dengan C4 dari glukosa yang lain. Tidak seperti maltose, selobiosa
dihidrolisis oleh β-glukosidase dan bukan oleh α-glukosidase. Oleh karena itu, ikatan glikosida
pada selobiosa adalah β. (Matsjeh, 1994)
c. Laktosa
Laktosa adalah gula utama yang terdapat pada susu ibu dan susu sapi. Apabila laktosa
dihidrolisis akan dihasilkan 50% β-D-glukosa dan 50% α-D-glukosa, hal ini menunjukkan bahwa
kedua gula tersebut merupakan molekul penyusun laktosa. (Matsjeh, 1994)
d. Sukrosa
Sukrosa dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber tenaga digunakan sebagai pemanis
minuman dan makanan yang lebih dikenal dengan gula pasir. Gula ini berasal dari perasan tebu.
Sukrosa apabila dihidrolisis akan menghasilkan α-D-glukosa 50% dan β-D-fruktosa 50%. Hal ini
menunjukan bahwa sukrosa terdiri dari gabungan antara molekul α-D-glukosa dan β-D-fruktosa.
(Matsjeh, 1994)
Sukrosa tidak mempunyai gugus hemiasetal, sehingga ada unit yang dapat setimbang
dengan aldehida. Oleh karena itu, sukrosa tidak dapat mengadakan murotasi dan negative
terhadap tes Tollens, Fehling, atau benedict dan disebut sebagai gula non-pereduksi. Sukrosa
dihidrolisis oleh α-glukosidase ini menunjukkan konfigurasi α pada daerah glukosida. Glukosa
juga dihidrolisis oleh sukrosa yaitu enzim yang menghidrolisis β-fruktofuranosida. (Matsjeh,
1994)

3) Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat yang tersusun oleh lebih dari sepuluh monosakarida yang
terikat denhgan ikatan glikosida. Polisakarida bukan merupakan gula pereduksi dan tidak
mengalami murotasi karena tidak mempunyai gugus hidroksil anomerik bebas (kecuali
penghujung rantai). Ikatan glikosidik yang ada dalam polisakarida mungkin α (pada amilosa)
atau β (pada selulosa). (Parlan,2003). Berikut beberapa polisakarida yang sering dijumpai :
a. Selulosa
Selulosa tersusun atas satuan-satuan D-glukosa yang tergabung dengan ikatan 1,4’-β-
glikosida seperti pada selobiosa. Selulosa bukan gula pereduksi dan tidak mengalami
murotasi, karena dalam satu molekul hanya ada satu hemiasetal pada ujung rantai paling
kanan yang merupakan bagian yang sangat kecil dari molekul selulosa. (Parlan,2003)
b. Pati
Pati merupakan polimer glukosa, tetapi unit-unit monosakaridanya terikat dengan ikatan 1,4’-
α-glikosida seperti pada maltose. Pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi, yaitu fraksi yang
larut dalam air dingin yang disebut amilopektin, dan fraksi yang tidak larut dalam air dingin
yang disebut amilosa. Pati yang terdiri dari sekitar 20% berat amilosa yang tersusun oleh
beberapa ratus molekul glukosa yang terikat bersama oleh ikatan 1,4’-α-glikosida.
(Parlan,2003)
Reaksi-reaksi Pengenalan terhadap Karbohidrat
Dalam mengidentifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan berbagai tes kualitatif,
yaitu melalui tes Molish, tes Seliwanoff, tes Barfoed, tes Benedict, tes Tollens, tes
Fehling, hidrolisis sukrosa, dan hidrolisis pati. Berikut adalah penjelasan dari berbagai
tes tersebut :
1. Tes Molisch
Tes Molish uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molish
dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molish, seorang ahli botani dari Australia. Uji ini
didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di
permukaan lapisan asam dan lapisan sampel (Adisendjaja, 2014).
Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menghasilkan furfural.
Sedangkan golongan heksosa dihidrolisis oleh asam sulfat pekat menjadi hidroksi-metil
furfural. Pereaksi molisch terdiri atas alfa-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan
furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. (Poedjiadi & Supriyanti, 2009)
H OH
H O H3O+ O
HO HO
HO H -3H2O
H OH O
H OH

D-glukosa 5-hidroksi metil furfural

+
OH OH
OH

H3O+ HO [O]2 H3O+ HO


HO O + 2 O O
-H2O
O - H+ -2e-

OH OH
5-(hidroksimetil)furfural alfa-naftol
senyawa berwarna ungu

Pereaksi Molisch dibuat dengan melarutkan 12,5 gram alfa-naftol ke dalam alkohol 95%
sampai volumenya tepat 250 mL. (sumber : http://www.edubio.info/2014/04/uji-
molisch.html. diakses tanggal 9 April 2017)
2. Tes Seliwanof
Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk membedakan gula (karbohidrat)
yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehida,
sedangkan gula ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari uji ini adalah bahwa ketosa
lebih cepat terdehidrasi dibandingkan aldosa saat dipanaskan. HCl dalam reagen
seliwanof akan mendehidrasi gula menjadi furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol
membentuk senyawa berwarna merah ceri. (Anwar, 1994)
Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna merah ceri,
sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak
muncul warna merah pada larutan. Namun apabila pemanasan tidak sesuai dengan
prosedur (lebih dari 5 menit), gula aldosa kadang akan menghasilkan warna merah muda.
Sedangkan sukrosa (gabungan antara fruktosa dan glukosa) akan menghasilkan warna
merah ceri karena adanya fruktosa di dalamnya.

CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH


O O HO O O
[H+]
OH [H+] 0,5 O2
-3 H2O
OH

OH OH 3H2O

2 O
OH

CH2OH

Pereaksi seliwanoff dibuat dengan melarutkan 34 ml HCl ke dalam 68 ml akuades.


Kemudian ditambahkan dengan 0,15 g resorsinol.
(sumber : http://www.edubio.info/2014/04/uji-seliwanoff.html. diakses tanggal 9
April 2017)
3. Tes barfoed
Uji barfoed ditemukan oleh oleh kimiawan Denmark yang bernama Christen
Thomsen Barfoed, namanya diabadikan menjadi nama uji ini.
Uji Barfoed bertujuan membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Dasar
dari pengujian ini adalah ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata(Sumardjo, 2008)
Suasana asam dalam pereaksi Barfoed dapat mengakibatkan waktu terjadinya
endapan Cu2O pada reaksi dengan disakarida dan monosakarida berbeda. pada
konsentrasi dan kondisi yang sama, disakarida memberikan endapan Cu2O lebih lambat
daripada monosakarida.
H O
HO O
C 2+
+ 2Cu + 2H2O C + Cu2O + 4H+
R
R

Pereaksi Barfoed dibuat dengan melarutkan 13,3 gram kristal tembaga asetat dalam
200 mL air, saring bila perlu. Kemudian tambahkan 1,9 mL asam asetat glasial. (sumber
: http://www.edubio.info/2014/04/uji-barfoed.html diakses tanggal 9 April 2017)

4. Tes Benedict
Uji benedict atau tes benedict digunakan untuk menunjukkan adanya gula
(karbohidrat) pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan
monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata.
Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen benedict karena
keduanya mengandung gugus aldosan dan ketosa. Hasil positif ditunjukkan dengan
adanya endapan merah bata.
Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict akan terjadi perubahan
warna dari biru  hijau  kuning  kemerah-merahan  dan akhirnya terbentuk
endapan merah bata Cu2O apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi.
seperti halnya pereaksi Fehling, dalam reaksi ini karbohidrat pereduksi akan teroksidasi
menjadi asam onat, sedangkan pereaksi Benedict ion Cu2+ akan tereduksi membentuk
endapan Cu2O. Jadi, uji ini terjadi proses oksidasi dan reduksi. (Sumardjo, Darmin.200)
O O

+ 2Cu2+ (sitrat) C + Cu2O


C
R H R OH endapan merah bata

CH2OH CH2OH
O OH
+ Cu2O
OH OH + 2Cu2+ (sitrat) OH COOH
endapan merah bata
OH OH
OH OH

Pembuatan reagen benedict:


 Larutan A: Na. sitrat 86,5 g ,Na2CO3 50 g , Aquades 400 ml
Larutkan Na. sitrat dan Na2CO3 kedalam air (dibantu dengan pemanasan), hasilnya
disaring dengan kertas saring dan diencerkan dengan aquadest hingga volume menjadi
425 ml.
 Larutan B: CuSO4.5H2O 8,65 g , Aquades 50 ml
Larutkan CuSO4.5H2O ke dalam akuades hingga larut dengan sempurna.
Tuangkan larutan B ke dalam larutan A sambil diaduk pelan-pelan, tambahkan
akuades hingga volume menjadi 500 ml. (sumber : http://www.edubio.info/2014/04/uji-
benedict.html. diakses tanggal 9 April 2017)
5. Tes Tollens
Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa
aldehid dan senyawa keton. pereaksi Tollens dibuat dengan meraksikan larutan perak
nitrat dengan larutan ammonium hidroksida secara perlahan sehingga endapan yang
mula-mula terbentuk menjadi tepat larut.
2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → Ag2O(s)↓ + 2NaNO3(aq) + H2O(l)
2Ag2O(s) + NH4OH(aq) ) → 2Ag(NH3)2+ (aq) + 3OH- (l)
Reagen Tollens
Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya cermin perak (Ag) dan mengoksidasi
gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Aldehid lebih mudah dioksidasi daripada
keton. Aldehid menghasilkan asam karboksilat dengan jmlah atom C yang sama (Hard,
2003)
6. Tes Fehling
Uji Fehling digunakan untuk menunjukan adanya gula (karbohidrat) pereduksi
(monosakarida, laktosa, maltosa, dll). Pereaksi Fehling terdiri atas Fehling A (CuSO4
dalam air) dan Fehling B ( NaOH dan kalium natrium tartrat dalam air). Campuran
larutan Fehling A dan larutan Fehling B merupakan larutan berwarna biru. Dalam
pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan menjadi Cu2O. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil
sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat. Fehling B berfungsi mencegah
Cu2+ mengendap dalam suasana alkalis.
2 Cu+ + 2 OH- → Cu2O + H2O
Endapan merah bata
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah
bata, sedangkan apabila digunakanlarutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa
0,1% , endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan. (Poedjiadi & Supriyanti, 2009)
7. Hidrolisis sukrosa
Uji ini bertujuan untuk menganalisis hasil hidrolisis sukrosa. Setelah dihidrolisis
dilakukan uji benedict, uji barfoed dan uji seliwanoff.
a Sukrosa yang telah dihidrolisis dan dilakukan uji benedict menghasilkan reaksi positif
ditunjukan dengan warna merah bata yang dihasilkan, hal ini menunjukan sampel
mengandung gula pereduksi ( aldehide bebas dan keton bebas)
b Sukrosa yang telah dihidrolisis dan dilakukan uji barfoed menghasilkan reaksi positif
yang ditunjukkan dengan warna hijau kekuning-kuningan yang dihasilkan, hal ini
menunjukan adanya monosakarida (glukosa dan fruktosa) pada sampel.
c Sukrosa yang telah dihidrolisis dan dilakukan uji seliwanoff menghasilkan reaksi yang
positif ditunjukkan dengan warna merah yang dihasilkan, hal ini menujukkan sukrosa
yang telah dihidrolisis mengandung gugus ketosa.
Sukrosa yang merupakan disakarida setelah dihidrolisis akan menghasilkan glukosa
dan fruktosa. Hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida (barfoed) dan gula
pereduksi (benedict) dan mengandung gugus ketosa (seliwanoff).
8. Hidrolisis pati
Hidrolisis adalah mekanisme reaksi penguraian suatu senyawa oleh air atau asam dan
basa. Pati atau amilum tergolong ke dalam kelompok polisakarida sehingga pati atau
amilum tersebut bisa dihidrolisis menjadi glukosa yang merupakan monosakarida.
Pertama-tama amilum dihidrolisis menghasilkan maltosa kemudian maltosa dihidrolisis
menghasilkan glukosa.
Pada uji ini, suatu senyawa atau larutan dikatakan mengandung pati jika menunjukan
reaksi positif jika berwarna kuning, keunguan, dan keruh apabila ditambahkan dengan
iodium. Waktu pemanasan mempengaruhi hasil akhir dalam percobaan, artinya semakin
lama dipanaskan maka semakin terurai pula zat yang terkandung dalam larutan pati
tersebut. Perubahan warna pada percobaan ini disebabkan karena terjadi pemecahan
molekul karbohidrat dari yang kompleks menjadi lebih sederhana (polisakarida menjadi
monosakarida dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk
warna merah coklat.
Dalam suasana asam dengan pemanasan, pati akan terhidrolisis menjadi senyawa
karbohidrat yang telah sederhana. Hidrolisis pati dengan asam klorida akan
menghasilkan molekul glukosa sedangkan hidrolisis pati oleh enzim akan menghasilkan
maltosa yang selanjutnya akan menghasilkan glukosa. Pengujian laju hidrolisis dapat
dilakukan dengan poenambahan iodium. Tahap pada saat larutan hasil hidrolisis sudah
tidak menimbulkan warna biru dengan iodium disebut titik akromatik.
Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu larutan
dengan indikator yaitu adanya perubahan warna khususnya menjadi merah bata.
(sumber:https://www.academia.edu/8147045/Praktikum_uji_kualitatif_karbohidrat.
diakses tanggal 9 April 2017.)

V. ALAT DAN BAHAN:

a. Alat :

1. Tabung reaksi 20 buah


2. Rak tabung reaksi 1 buah
3. Pipet tetes 12 buah
4. Gelas ukur 10mL 1 buah
5. Gelas ukur 25mL 1 buah
6. Gelas kimia 500mL 1 buah
7. Gelas kimia 100mL 1 buah
8. Pembakar bunsen 1 buah
9. Kaki tiga 1 buah
10. Kasa 1 buah
11. Penjepit 1 buah

b. Bahan:
1. Larutan sukrosa 2% 27 tetes
2. Larutan glukosa 2% 30 tetes
3. Larutan amilum 2% 30 tetes
4. Pereaksi molish 15 tetes
5. Reagen seliwanoff 16mL
6. Reagen barfoed 15mL
7. Larutan AgNO3 1mL
8. Larutan NaOH 7mL
9. Larutan amoniak 20 tetes
10. Reagen fehling 12mL
11. Reagen benedict 31mL
12. Larutan HCl 3M 3mL
13. Aquades 15mL

VI. ALUR KERJA

1. Tes Molish

2-5 tetes sukrosa 2-5 tetes glukosa 2-5 tetes amilum

 dimasukkan ke dalam tabung


reaksi
 ditambahkan 5 tetes pereaksi
molish
 ditambah 7-8 tetes H2SO4 pekat
kedalam dasar tabung hingga
terbentuk lapisan terpisah

Cincin warna merah

 didiamkan 2 menit
 diencerkan dengan 5 mL air

Warna ungu

2. Tes Seliwanoff

2-5 tetes amilum 2-5 tetes laktosa 2-5 tetes glukosa

 ditambahkan 5 tetes reagen seliwanoff


 campuran dikocok
 dipanaskan diatas penangas air
 dihitung waktu sampai terjadi
perubahan warna. Jika perubahan warna
diatas 0 menit maka hasil negatif

Perubahan warna
3. Tes Barfoed

5 tetes amilum 5 tetes glukosa 5 tetes laktosa

 ditambahkan 5 mL pereaksi
 dipanaskan dalam penangas air
 terbentuk endapan merah bata selama 2
menit
terdapat monosakarida

 dipanaskan dalam penangas air


 terbentuk endapan merah bata selama
10 menit

terdapat disakarida
4. Tes Tollens
Pembuatan reagen tollens

1 mL larutan AgNO3

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 ditambahkan 1 mL larutan NaOH
 ditambahkan larutan amonia encer tetes demi
tetes
Endapan melarut (reagen tollens

2-5 tetes sukrosa 2-5 tetes amilum 2-5 tetes laktosa 2-5 tetes glukosa

 ditambah 5 tetes reagen tollens


 dipanaskan jika tidakterbentuk cermin perak

Cermin perak
5. Tes Fehling

2 tetes amilum 2 tetes laktosa 2 tetes sukrosa 2 tetes glukosa

 ditambahkan 2-3 tetes larutan fehling


 dikocok
 dipanaskan diatas penangas air selama 3-4 menit
 Dipanaskan selama 3-4 menit
Endapan merah bata

6. Tes Benedict

5 tetes amilum 5 tetes laktosa 5 tetes sukrosa 5 tetes glukosa

 dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 ditambahkan 5 tetes larutan benedict
 dikocok
 dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit
Endapan merah bata

0,5 mL sukrosa
Hidrolisis Sukrosa
 dilarutkan dalam 6 mL air

Larutan sukrosa

 dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi

Larutan 1 Larutan 2 Larutan 3


Larutan 1 Larutan 2 Larutan 3
 ditambahkan 1  ditambahkan 1 mL air
 ditambahkan 1 mL air
mL HCl 3M  dipanaskan diatas
 dibiarkan pada suhu
 dipanaskan diatas penangas air
ruang
penangas air  didinginkan
 ditambah 1,5 mL air
 didinginkan  ditambakanh 1,5 mL
 ditambah 1,5 mL larutan NaOH
larutan NaOH  ditambahkan 1,5 mL air

A B A B A B

 ditambahkan  ditambahkan  ditambahkan  ditambahkan  ditambahkan  ditambahkan


5 mL benedict 5 mL 5 mL benedict 5 mL 5 mL benedict 5 mL
 dipanaskan seliwanoff  dipanaskan seliwanoff  dipanaskan seliwanoff
dalam  dipanaskan dalam  dipanaskan dalam  dipanaskan
penangas air dalam penangas air dalam penangas air dalam
selama 5 penangas air selama 5 penangas air selama 5 penangas air
menit selama 5 menit selama 5 menit selama 5
menit menit menit
Endapan Warna Endapan Warna Endapan Warna

7. Hidrolisis Pati

2 mL larutan pati 2 mL larutan pati 2 mL larutan pati

 ditambahkan 2  ditambahkan 2 mL air  ditambahkan 2 mL air


mL HCl 3M  dipanaskan diatas  dibiarkan pada suhu
 dipanaskan diatas penangas air ruang
penangas air  didinginkan  ditambahkan 3 mL air
 didinginkan  ditambahkan 3 mL air
 ditambah 3 mL
larutan NaOH 3M

A B A B A B

 Ditambah  ditambahkan  Ditambahkan  ditambahkan  Ditambahkan  ditambahkan


kan 1 5 mL 1 tetes iodin 5 mL 1 tetes iodin 5 mL
tetes pereaksi pereaksi pereaksi
iodin benedict benedict benedict

Warna Endapan Warna Endapan Warna Endapan


arna
VIII. HASIL PENGAMATAN

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpula


n
1. Tes Molish -Sukrosa : -Sukrosa + -Tes molish digunakan untuk Sukrosa,glu
larutan tak pereaksi identifikasi karbohidrat secara kosa,dan
berwarna molish: umum yang ditunjukkan amilum
2-5 tetes sukrosa 2-5 tetes glukosa 2-5 tetes amilum campuran dengan adanya warna ungu merupakan
-Glukosa :
tidak pada larutan karbohidrat
larutan tak
homogen karena
 dimasukkan ke dalam tabung berwarna Uji Molish
(ada ketika diuji
reaksi C6H12O6 H 2O
-Amilum : gumpalan dengan
 ditambahkan 5 tetes pereaksi larutan tak coklat HO pereaksi
molish berwarna kehitaman) O molish
C
 ditambah 7-8 tetes H2SO4 pekat H2
C membentuk
O
kedalam dasar tabung hingga -Pereaksi molish - H
larutan
terbentuk lapisan terpisah : larutan ditambahkan 5-hidroksi metil furfural
berwarna
berwarna coklat H2SO4 pekat:
ungu
kehitaman 2 lapisan Tabung 1
Cincin warna merah HO
keruh dan HO
-H2SO4 pekat : ungu + OH

 didiamkan 2 menit larutan tak


berwarna -ditambah
 diencerkan dengan 5 mL air O
H2O : larutan
-Aquades : tak berwarna HO
O O OH

Warna ungu berwarna ungu tua


HO OH
-Glukosa +
OH
pereaksi Sukrosa +
molish: H2O
campuran H2SO4
OH
tidak CH2OH
CH2OH
O
homogen O OH

(ada OH
CH2OH
OH
gumpalan OH

OH
OH + Fruktosa
coklat Glukosa

kehitaman) Reaksi dengan pereaksi


Molish
- *
ditambahkan CHO
H2SO4 pekat:
H C OH
2 lapisan
keruh dan H C OH
ungu ++
H C OH

H+
CH2OH
-ditambah
Pentosa - 3H2O
H2O : larutan
berwarna
ungu muda O
O

Furfural
*
-Amilum +
pereaksi O
molish: O

campuran Furfural +
OH
tidak
homogen
(ada 2

gumpalan H3O+
coklat α- naftol H2O
kehitaman)
- HO
OH
O
ditambahkan
H2SO4 pekat:
2 lapisan [O] , H3O+
- H+ , - 2e
keruh dan Cincin ungu

ungu
-ditambah
+
H2O : larutan OH
HO O
berwarna
ungu
kecoklatan

OH
Larutan berwarna ungu

*
CHO

H C OH

HO C H

H C OH

H C OH
H+
CH2OH
Heksosa - 3H2O
HO
C O
H2
O C
H
5-Hidroksi metil furfural

HO
C O
H2
O C +
H
5-Hidroksi metil furfural

OH

2
H3O+
α-
naftol H2O

HO OH
C O
H2

OH
Cincin ungu

[O] , H3O+
- H+ , - 2e
+
HO OH
C O
H2

OH
Larutan berwarna ungu

2. Tes Seliwanoff -Amilum : - Amilum + -Uji seliwanoff digunakan Amilum,


larutan tak reagen untuk mengidentifikasi gula mengandun
2-5 tetes amilum 2-5 tetes laktosa 2-5 tetes glukosa berwarna seliwanoff: ketosa. gugus keton
larutan tak pada
-Laktosa : -Uji (-) jika waktu yang
berwarna karbohidrat
larutan tak diperlukan ketika terjadi
(ketosa),
 ditambahkan 5 tetes reagen seliwanoff berwarna - setelah perubahan warna saat reagen
laktosa dan
 campuran dikocok -Glukosa :
dipanaskan: seliwanoff berreaksi dengan
glukosa
 dipanaskan diatas penangas air larutan sampel melewati 10 menit.
larutan tak tidak
berwarna
 dihitung waktu sampai terjadi berwarna Uji Seliwanoff mengandun
merah cherry
perubahan warna. Jika perubahan warna CH2OH CH2OH g gula
-Reagen O ketosa
diatas 10 menit maka hasil negatif - Laktosa +
seliwanoff : karena
reagen
larutan tak mengalami
seliwanoff: OH
Perubahan warna berwarna
larutan tak perubahan
OH
berwarna warna
Aldopentosa melebihi 10
- setelah H+ menit.
dipanaskan:
larutan - 3 H2O
berwarna CH2OH CHO
jingga muda O

H+ , 0,5 O2
- Glukosa +
reagen
seliwanoff: 3 H2O
larutan tak OH
berwarna
- setelah
dipanaskan: 2

larutan
Resorsinol OH
berwarna
jingga muda
HO O O
-t1= 10 menit
-t2= 41 menit
O
-t3= 52 menit CH2OH

Produk berwarna merah ceri


3. Tes Barfoed -Amilum : - Amilum + Pereaksi barfoed secara umum -Glukosa
larutan tak reagen untuk identifikasi merupakan
5 tetes amilum 5 tetes glukosa 5 tetes laktosa berwarna barfoed: monosakarida dan disakarida monosakari
larutan da karena
-Glukosa : Monosakarida akan terbentuk
berwarna biru terbentuk
larutan tak endapan merah bata (2 menit)
 ditambahkan 5 mL pereaksi endapan
berwarna -Setelah jika diuji dengan reagen
 dipanaskan dalam penangas air dipanaskan: barfoed sedangkan disakarida
merah bata
 terbentuk endapan merah bata selama 2 -Laktosa : ketika
larutan 10 menit
menit larutan tak direaksikan
berwarna biru
berwarna * Reaksi amilum dengan dengan
terdapat monosakarida
- Glukosa + reagen Barfoed reagen
-Reagen barfoed CH OH
barfoed.
 dipanaskan dalam penangas air reagen 2 CH2OH
: larutan O O
barfoed:
 terbentuk endapan merah bata selama berwarna biru O
OH OH
larutan O O
10 menit OH OH
berwarna biru Amilum
terdapat disakarida -Setelah
dipanaskan: + 2 Cu2+ + 2 H2O
larutan
berwarna biru * Reaksi glukosa dengan
terdapat reagen Barfoed
endapan
merah bata CH2OH

- Laktosa + OH

OH OH
reagen OH
Glukosa
barfoed:
larutan CH2OH

berwarna biru O

C
OH H
Cu(CH3COO)2
-Setelah OH

CH3COOH
OH
dipanaskan:
CH2OH

larutan
berwarna biru OH
COO-

OH

OH + Cu2O
endapan
merah bata

* Reaksi laktosa dengan


reagen Barfoed
CH2OH CH2OH
OH
O O O

OH OH

OH
OH OH

+ 2 Cu2+ + 2 H2O
4. Uji Tollens -AgNO3 : -AgNO3 + Uji tollens digunakan untuk Laktosa dan
larutan tak NaOH : mengidentifikasi adanya gugus glukosa
1 mL larutan AgNO3 berwarna larutan keruh aldehid. dapat
dan terdapat membentuk
-NaOH : larutan Monosakarida dan disakarida
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi tiak berwarna
endapan
apabila diuji tollens akan
cermin
 ditambahkan 1 mL larutan NaOH perak ketika
-Penambahan terbentuk cermin perak.
 ditambahkan larutan amonia encer tetes demi -NH4OH : direaksikn
NH4OH :
larutan tiak 2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → dengan
tetes larutan tak
Endapan melarut (reagen tollens) berwarna Ag2O(s)↓ + 2NaNO3(aq) + H2O(l) tollens
berwarna dan
sehingga
-Sukrosa : endapan larut
2Ag2O(s) + NH4OH(aq) ) → mengandun
larutan tak + - g gugus
-Sukrosa + 2Ag(NH3)2 (aq) + 3HO
berwarna aldehid
2-5 tetes 2-5 tetes 2-5 tetes 2-5 tetes tollens :
sukrosa amilum laktosa glukosa -Amilum : larutan * Reaksi sukrosa dengan (aldosa)
larutan tak sedikit reagen Tollens
HO
berwarna kekuningan HO

 ditambah 5 tetes reagen tollens -Laktosa : -Setelah


OH

 dipanaskan jika tidakterbentuk larutan tak dipanaskan: O


cermin perak berwarna larutan
O O OH
berwarna HO
Cermin perak -Glukosa : hitam
larutan tak HO OH
berwarna -Amilum +
OH
tollens : Sukrosa
larutan
sedikit + 2Ag(NH3)2OH (aq)
kekuningan
-Setelah
dipanaskan:
larutan coklat * Reaksi amilum dengan
kehitaman,tid reagen Tollens
CH2OH
ak terbentuk O
CH2OH
O
cermin perak OH OH
O O
O
OH OH
Amilum
-Laktosa +
tollens :
larutan + 2Ag(NH3)2OH (aq
sedikit
* Reaksi glukosa dengan
kekuningan
reagen Tollens
-Setelah CH2OH

dipanaskan: O

terbentuk OH

OH

cermin perak
OH
H2 O
OH
Glukosa

- Glukosa +
tollens :
CH2OH
larutan OH O

sedikit C
OH H
Ag(NH3)2+
kekuningan OH

OH
OH-
-Setelah
dipanaskan:
terbentuk CH2OH

OH

cermin perak COO-


OH

OH

OH + Ag
cermin perak
* Reaksi laktosa dengan
reagen Tollens
CH2OH CH2OH
OH
O O O

OH OH

OH
Laktosa
OH OH

H2 O

CH2OH CH2OH
OH O
O O OH

OH OH C H

OH OH

Ag(NH3)2+
OH-

CH2OH CH2OH
OH
O O OH

OH OH COO-

OH OH

+ Ag cermin perak
5. Tes Fehling -Amilum : -Amilum + Tes fehling digunakan untuk Laktosa dan
larutan tak fehling : mengidentifikasi adanya gugus glukosa
berwarna larutan aldehid (adanya gula mengandun
2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes berwarna biru pereduksi). g gula
amilum laktosa sukrosa glukosa -Laktosa :
pereduksi,
larutan tak -Setelah
gugus
berwarna dipanaskan:
 ditambahkan 2-3 tetes larutan fehling aldehid
larutan
 dikocok -Sukrosa :
berwarna biru  + 2Cu + 5OH (aldosa)
2+ -

 dipanaskan diatas penangas air selama larutan tak (tartarat) yang


3-4 menit berwarna ditandai
terbentukny
 Dipanaskan
Endapan merah bata selama 3-4 menit -Glukosa : -Laktosa + a endapan
larutan tak fehling :  + Cu2O + 3H2O
(endapan Merah bata) merah bata,
berwarna larutan ketika
berwarna direaksikan
-Fehling A :
biru.
larutan berwarna dengan
biru -Setelah lartan
dipanaskan: fehling.
-Fehling B :
larutan
larutan tak
berwarna  + 2Cu2+
berwarna
jingga (tartarat)
-Larutan terdapat
Fehling: larutan endapan + 5OH- 
berwarna biru berwarna
merah bata
-Sukrosa +
fehling :
larutan
berwarna biru
-Setelah
dipanaskan
larutan biru
tua

+ Cu2O +
-Glukosa + Asam D-glukonat
fehling :
3H2O
larutan
berwarna
biru.
Setelah
dipanaskan
larutan
berwarna
jingga
terdapat
endapan
merah bata
(++)
6. Tes Benedict -Amilum : -Amilum + Tes benedict digunakan untuk Laktosa dan
larutan tak benedict : mengidentifikasi adanya gula glukosa
berwarna larutan pereduksi karena pereaksi mengandun
berwarna biru benedict dapat mengoksidasi g gula
5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes -Laktosa :
-Setelah gula pereduksi. Mengetahui pereduksi,
amilum laktosa sukrosa glukos larutan tak
dipanaskan: gugus aldehid pada karbohidrat yang
a berwarna
larutan (aldosa) dengan adanya ditandai
-Sukrosa : berwarna biru endapan merah mata. terbentukny
 dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutan tak a endapan
-Laktosa +
berwarna merah bata,
 ditambahkan 5 tetes larutan benedict benedict :
ketika
 dikocok -Glukosa : larutan  + 2Cu2+ (nitrat)  direaksikan
berwarna
 dipanaskan diatas penangas air selama larutan tak dengan
jingga +
2 menit berwarna larutan
Setelah + Cu2O
Endapan merah bata -Benedict Endapan merah bata benedict.
dipanaskan:
:larutan terdapat
berwarna biru endapan
merah bata
-Sukrosa + + 2Cu2+
benedict : (Sitrat)
larutan
berwarna 
hijau +
-Setelah
dipanaskan:
larutan + Cu2O
berwarna
hijau
kecoklatan
- Glukosa + Sukrosa + Cu2+(sitrat) 
benedict :
Amilum + Cu2+ (sitrat) 
larutan
berwarna
jingga +
Setelah
dipanaskan:
terdapat
merah bata
7. Hidrolisis Sukrosa -Sukrosa : - Sukrosa + Hidrolisis sempurna terjadi jika Pada
larutan tak H2O : larutan ada penambahan asam atau perlakuan
berwarna. tak berwarna basa. tabung 1,
1. 0,5 mL
terjadi
ditambahkan 5 mL -aquades: tak Hidrolisis terjadi jika
 dilarutkan dalam 6 mL air hidrolisis
seliwanoff berwarna mengalami proses pemanasan.
total karena
2. Larutan
dipanaskan
sukrosa 1a terbentuk
Hidrolisis Sukrosa
dalam penangas air endapan
 dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi
selama 5 menit CH2OH merah
O H CH2OH H
sukrosa O
OH OH dengan uji
O
OH CH2OH benedict
Larutan 1 Larutan 2 Larutan 3 OH OH
CH2OH
dan 1b
O larutan
OH
jingga
H2O
OH OH dengan uji
+ seliwanoff.
-
5OH OH

Pada
perlakuan
tabung 2,
terhidrolisis
H
-Larutan -Larutan CH2OH
O sebagian
Larutan 1 sukrosa: larutan sukrosa + OH adanya
tak berwarna HCl 3M : H warna biru
 ditambahkan 1
CH2OH

larutan tak OH ++ pada uji


mL HCl 3M - HCl 3M:
berwarna benedict
 dipanaskan diatas larutan tak Tes seliwanoff dan alurutan
penangas air berwarna -setelah
CH2OH tetap tidak
dipanaskan :
 didinginkan - NaOH: larutan O berwarna
larutan tak
 ditambah 1,5 mL tak berwarna pada uji
berwarna OH
H3O+
larutan NaOH OH OH seliwanoff
- benedict:
-ditambahkan OH -3H2O
larutan berwarna Pada
NaOH:
A B biru HO
perlakuan
larutan tak
O
tabung 3
 ditambahkan  ditambahkan - seliwanoff: berwarna C
H2 terjadi
larutan tak O C
5 mL benedict 5 mL Tabung 1a H hidrolisis
berwarna
 dipanaskan seliwanoff sebagian
-ditambahkan
dalam  dipanaskan karena
benedict: terbentuk
penangas air dalam
larutan HO
larutan
selama 5 penangas air berwarna C O
menit selama 5 H2 jingga
biru, O C
dengan uji
menit dipanaskan:
H +
Endapan seliwanoff
Warna larutan OH
dan larutan
berwarna tetap biru
biru, terdapat pada uji
2
endapan benedict.
merah bata OH

Tabung 1b
-ditambahkan
HO O O
seliwanoff:
larutan tidak
berwarna,
O CH2OH
-dipanaskan:
larutan
berwarna
jingga
Tes benedict

Larutan 2 CH2OH

 ditambahkan 1 mL air -Larutan -Larutan OH

 dipanaskan diatas penangas air sukrosa: larutan sukrosa + OH OH


H2O
 didinginkan tak berwarna H2O : larutan OH

 ditambakanh 1,5 mL larutan NaOH - aquades: tak tak berwarna


CH2OH
 ditambahkan 1,5 mL air berwarna -setelah OH

- NaOH: larutan dipanaskan : OH


CHO
tak berwarna larutan tak OH
2 Cu2+

berwarna 5OH-
A B - benedict:
OH

 ditambahkan 5 mL  ditambahkan 5 mL larutan berwarna -ditambahkan CH2OH

biru NaOH: OH
benedict seliwanoff
larutan tak
 dipanaskan dalam  dipanaskan dalam - seliwanoff: berwarna OH
COO-
penangas air selama 5 penangas air selama 5 larutan tak OH

menit menit berwarna -ditambahkan OH


H2O : larutan
tak berwarna + Cu2O + 3H2O

Endapan Warna
Tabung 2a
-ditambahkan
benedict:
larutan
berwarna biru
-dipanaskan:
larutan
berwarna biru
++
Tabung 2b
-ditambahkan
seliwanoff:
larutan tidak
berwarna
-dipanaskan:
larutan tidak
berwarna
-Larutan -Larutan
sukrosa: larutan sukrosa +
Larutan 3 tak berwarna H2O : larutan
tak berwarna
 ditambahkan 1 mL air - aquades: tak
berwarna -
 dibiarkan pada suhu ruang
ditambahkan
 ditambah 1,5 mL air - benedict:
H2O : larutan
larutan berwarna
tak berwarna
biru
Tabung 3a
- seliwanoff:
larutan tak -ditambahkan
berwarna benedict:
A B
larutan
 ditambahkan 5 mL  ditambahditambahkan 1 mL berwarna
benedict air biru,
 dipanaskan dalam  dibiarkan pada suhu ruan dipanaskan:
penangas air selama 5  ditambah 1,5 mL air larutan
 kan 5 mL seliwanoff berwarna biru
menit
 dipanaskan dalam penangas Tabung 3b
air selama 5 menit
-ditambahkan
Endapan Warna seliwanoff:
larutan tidak
berwarna
dipanaskan:
larutan
berwarna
jingga
8. Hidrolisis Pati -Amilum -larutan Pati Hidrolisis pati digunakan untuk Dapat
:larutan tak + HCl : melakukan hidrolisis pati dan disimpulkan
berwarna larutan tak menguji hidrolisis tersebut. bahawa
2 mL larutan pati berwarna hidrolisis
-HCl 3M: Hidrolisis sempurna terjadi jika
pati dapat
 ditambahkan 2 larutan tak -Setelah ada penambahan bahan asam
terjadi
mL HCl 3M berwarna dipanaskan atau basa.
karena
 dipanaskan diatas -NaOH: larutan
larutan tak CH2OH penambaha
penangas air berwarna
tak berwarna O n asam dan
H2O
 didinginkan -ditambahkan basa serta
-Iodin : larutan
 ditambah 3 mL NaOH 3M: OH
pemanasan.
berwarna coklat OH
larutan NaOH 3M larutan tak
tua OH OH Tabung 1
berwarna
mengalami
-Benedict : hidrolisis
A B -tabung A CH2OH
larutan berwarna sempurna,
ditambahkan OH
 Tes iodin  ditambahkan biru
Iodin: larutan CHO
Cu2+
tabung 2
5 mL tak berwarna OH dan 3 tidak
pereaksi OH OH terhidrolisis
benedict -Tabung B .
ditambahkan CH2OH
Warna Endapan benedict: OH
larutan COO- + Cu2O
berwarna biru
OH
dan endapan OH OH
merah
CH2OH
-Amilum larutan Pati + O
CH2OH
O
2 mL larutan pati :larutan tak H2O : larutan OH OH
O
berwarna tak berwarna O O

 ditambahkan 2 mL air OH OH

 dipanaskan diatas -Aquades: tak -Setelah


penangas air berwarna dipanaskan H2O
larutan tak
 didinginkan -Iodin : larutan H , OH-
+

berwarna
 ditambahkan 3 mL air berwarna coklat CH2OH
O H CH2OH H
O
tua -ditambahkan OH OH
O
H2O: larutan OH CH2OH
-Benedict : OH OH
tak berwarna CH2OH CH2OH
larutan berwarna OH
O O O
A B biru -tabung A OH OH

ditambahkan OH
 Tes iodin  ditambahkan Iodin: larutan + OH
Laktosa
OH
5 mL berwarna
pereaksi ungu
benedict kehitaman
(++)
Warna Endapan
arna
-tabung B
ditambahkan
benedict:
larutan
berwarna biru
CH2OH CH2OH

H O H H O H
H H
O OH H O OH H O

2 mL larutan pati -Amilum H OH H OH

:larutan tak larutan Pati +


 ditambahkan 2 mL air berwarna H2O : larutan + n I2
 dibiarkan pada suhu CH2OH CH2OH

-Aquades: tak tak berwarna I


H O H H O H
I

ruang O
H
OH H O
H
OH H O

berwarna
 ditambahkan 3 mL air -ditambahkan n
H OH

-Iodin : larutan H2O: larutan


berwarna kuning tak berwarna + 2 H2O

-Benedict : -Tabung A
larutan berwarna ditambahkan
A B biru Iodin: larutan
berwarna
 Tes iodin  ditambahkan ungu
5 mL kehitaman
pereaksi (+)
benedict
-Tabung B
Warna Endapan ditambahkan
benedict:
larutan
berwarna biru
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Uji Molish
Pada percobaan pertama, uji molish bertujuan membuktikan adanya karbohidrat
secara umum. Reagen molish digunkan sebagai pereaksi, didasarkan pada reaksi
antara α-naftol dengan furfural/hidroksimetil. Furfural tersebut yang digunakan untuk
mengidentifikasi karbohidrat secara umum yang ditunjukkan dengan warna ungu.
Reaksi yang terjadi :
Uji Molish
HO
C6H12O6 H 2O C O
H2
O C
H
5-hidroksi metil furfural

Reaksi dengan pereaksi molish

CHO

H C OH

H C OH

H C OH

H+ O
CH2OH O
Pentosa - 3H2O Furfural

OH
HO
OH
O

2
O
H3O+
O [O] , H3O+
Furfural + α- naftol H2O Cincin ungu - H+ , - 2e

+
OH
HO O

OH
Larutan berwarna ungu
CHO

H C OH

HO C H

H C OH

H C OH HO
H+ O
C
CH2OH H2
Heksosa - 3H2O O C
H
5-Hidroksi metil furfural

OH

HO 2
O
H3O+
C
H2
O C
H + α- naftol H2O
5-Hidroksi metil furfural

HO +
OH HO OH
C O C
H2 H2 O

[O] , H3O+
OH OH
Cincin ungu - H+ , - 2e Larutan berwarna ungu

Langkah pertama, menyiapkan 3 tabung reaksi. Tabung 1 dimasukkan 5 tetes


larutan amilum tak berwarna, selanjutnya ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi molish
berwarna coklat kehitaman, diperoleh 2 campuran tidak homogen, larutan tidak
berwarna dan gumpalan coklat kehitaman. Lalu, di tambahkan 7 tetes larutan H2SO4
pekat tak berwarna pada dasar tabung, terdapat 2 lapisan keruh dan ungu. Selanjutnya,
didiamkan selama 2 menit dan ditambahkan dengan 5 mL aquades tak berwarna,
terdapat larutan berwarna ungu kecoklatan yang menunjukkan amilum mengandung
karbohidrat
Reaksi yang terjadi :

CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H H2SO4
OH H OH H
* O O O
H OH H OH
n n

amilum glucose

OH
CH2OH

H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H

H OH

Glukosa Hidroksi metil furfural alfa-naftol

OH

HO O +
OH
C + 2 HO O
H2 C
O H

Hidroksi metil furfural alfa-naftol


OH
Larutan berwarna ungu

Tabung 2 dimasukkan 5 tetes larutan sukrosa tak berwarna, selanjutnya


ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi molish berwarna coklat kehitaman, diperoleh 2
campuran tidak homogen, larutan tidak berwarna dan gumpalan coklat kehitaman.
Lalu, di tambahkan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tak berwarna pada dasar tabung,
terdapat 2 lapisan keruh dan ungu +. Selanjutnya, didiamkan selama 2 menit dan
ditambahkan dengan 5 mL aquades tak berwarna, terdapat larutan berwarna ungu tua
yang menunjukkan sukrosa mengandung karbohidrat.
Reaksi yang terjadi :

OH
CH2OH

H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H

H OH

Glukosa Hidroksi metil furfural alfa-naftol

OH

HO O OH
+

C + 2 HO O
H2 C
O H

Hidroksi metil furfural alfa-naftol


OH
Larutan berwarna ungu

Tabung 3 dimasukkan 5 tetes larutan glukosa tak berwarna, selanjutnya


ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi molish berwarna coklat kehitaman, diperoleh 2
campuran tidak homogen, larutan tidak berwarna dan gumpalan coklat kehitaman.
Lalu, di tambahkan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tak berwarna pada dasar tabung,
terdapat 2 lapisan keruh dan ungu ++. Selanjutnya, didiamkan selama 2 menit dan
ditambahkan dengan 5 mL aquades tak berwarna, terdapat larutan berwarna ungu
muda yang menunjukkan glukosa mengandung karbohidrat.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :

OH
CH2OH

H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H

H OH

Glukosa Hidroksi metil furfural alfa-naftol

OH

HO O +
OH
C + 2 HO O
H2 C
O H

Hidroksi metil furfural alfa-naftol


OH
Larutan berwarna ungu

Penambahan H2SO4 pekat akan menghidrolisis karbohidrat dari bentuk


polisakarida/disakarida menjadi monosakarida. Monosakarida akan bereaksi dengan
asam kuat H2SO4 membentuk hidroksimetil furfural yang selanjutnya akan bereaksi
dengan pereaksi molisch (α-naftol) membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
yang menunjukkan uji positif terhadap karbohidrat. Amilum, sukrosa, dan glukosa
dapat bereaksi dengan reagen molish sehingga positif mengandung karbohidrat.

2. Uji seliwanoff
Uji seliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat yang
mengandung golongan ketosa. Pereaksi seliwanoff mengandung resorsinol dalam HCl
6 M. Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksil furfural. HCl dalam
reagen seliwanof akan mendehidrasi gula menjadi furfural yang akan bereaksi dengan
resorsinol membentuk senyawa berwarna merah ceri.
Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna merah
ceri, sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan
tidak muncul warna merah pada larutan. Warna yang terjadi disebabkan terjadinya
reaksi kondensasi resorsinol dengan furfural atau hidroksimetil furfural.

Persamaan reaksinya sebagai berikut :


Laktosa
CH2OH CH2OH

O OH
O
OH O
CH2OH O
O OH
OH [H+] C C
O

OH OH -3H2O O
H H
OH OH
OH OH

OH OH
OH
OH O
O
O
O
C C + 2
H O H OH

Amilum

CH2OH
CH2OH
O CH2OH OH
O
OH O
OH
OH
+
OH OH OH CH2OH
OH OH
OH n OH
OH

Glukosa
CH2OH

O
O
O
OH [H+] C C
-3H2O O
H H
OH OH

OH
OH
OH O
O
O
O
C C + 2
H O H OH

Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 3


tabung reaksi. Pada tabung reaksi 1 dimasukkan 5 tetes larutan amilum tak berwarna,
tabung 2 dimasukkan 5 tetes larutan laktosa tak berwarna, dan pada tabung 3
dimasukkan 5 tetes larutan glukosa tak berwarna. Kemudian pada masing-masing
tabung ditambahkan 5 tetes reagen seliwanoff tak berwarna. Dihasilkan larutan tak
berwarna. Kemudian dikocok dan dipanaskan. Uji positif jika terjadi perubahan
warna < 10 menit.
Perubahan warna pada amilum terjadi setelah dilakukan pemanasan <10
menit. Hal ini menunjukkan bahwa amilum menghasilkan uji positif terhadap reagen
seliwanoff, sedangkan pada laktosa dan glukosa ridak mengalami perubahan warna
setelah dilakukan pemanasan <10 menit, hal ini menunjukkan bahwa laktosa dan
glukosa menghasilkan uji negatif terhadap reagen seliwanoff. Dapat disimpulkan
bahwa amilum, mengandung gugus keton pada karbohidrat (ketosa), laktosa dan
glukosa tidak mengandung gula ketosa karena mengalami perubahan warna melebihi
10 menit.

3. Uji Barfoed

Pada percobaan ini bertujuan untuk membedakan jenis karbohidrat


monosakarida dengan disakarida. dasar pengujian ini adalah ion Cu2+ dari pereaksi
Barfoed akan direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida dari pada
disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata.
Langkah pertama yaitu menyiapkan 3 tabung reaksi. Pada tabung 1
dimasukkan 5 tetes amilum (tidak berwarna), tabung 2 dimasukkan 5 tetes glukosa
(tidak berwarna) dan tabung 3 dimasukkan 5 tetes laktosa (tidak berwarna).
Kemudian, masing-masing tabung ditambahkan 5 mL pereaksi barfoed (berwarna
biru) menghasilkan larutan yang berwarna biru. setelah itu dipanaskan dengan
penangas air, tujuannya untuk mempercepat reaksi reduksi gula dari monosakrida dan
disakarida terhadap ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed sehingga terbentuk endapan
merah bata (Cu2O).
Tabung reaksi 1, amilum + pereaksi barfoed kemudian dipanaskan selama 10
menit tidak menghasilkan endapan merah bata (larutan tetap berwarna biru). Hal ini
menunjukkan bahwa amilum bukan merupakan monosakarida maupun disakarida
tetapi tergolong pada jenis karbohidrat polisakarida. Untuk menghasilkan endapan
merah bata memerlukan waktu pemanasan yang sangat lama ( > 10 menit). Sehingga
pada proses pemanasan amilum akan dihidrolisis menjadi satuan glukosa yang bisa
mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ dari pereaksi Barfoed membentuk endapan merah
bata (Cu2O).
Reaksi Amilum dengan pereaksi Barfoed

CH2OH CH2OH
O O
OH OH + 2Cu2+ + 2H2O
O O
O
OH OH
Amilum

Tabung reaksi 2, guloksa + pereaksi Barfoed kemudian dipanaskan 3 menit 45


detik terbentuk endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa merukapan
jenis karbohidrat monosakarida yang mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+. Endapan
merah bata yang terbentuk adalah endapan Cu2O. Endapan merah bata yang terbentuk
lebih cepat dari pada disakarida dan polisakarida. Hal ini menunjukkan bahwa
glukosa adalah karbohidrat jenis monosakarida (satuan karbohidrat yang kecil) yang
akan langsung mereduksi ion Cu2+ tanpa mengalami hidrolisis terlebih dahulu.
Reaksi Glukosa dengan pereaksi Barfoed
CH2OH CH2OH CH2OH
O O
Cu(CH3COO)2 + Cu2O
OH C OH COO-
OH H CH3COOH
OH OH Endapan
OH OH merah bata
Glukosa OH OH OH

Tabung reaksi 3, laktosa + pereaksi barfoed kemudian dipanaskan selama 10


menit tidak menghasilkan endapan merah bata (larutan tetap berwarna biru). Menurut
teori, laktosa dengan pereaksi Barfoed dapat membentuk endapan merah bata selama
10 menit karena termasuk jenis karbohidrat disakarida.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terjadi ketidaksesuaian dengan
teori dengan tidak terbentuknya endapan merah bata. Pembentukan endapan merah
bata pada uji disakarida membutuhkan pemanasan yang lebih lama dibandingkan
dengan monosakarida dikarenakan disakarida harus terhidrolisis menjadi satuan
karbohidrat yang lebih kecil (monosakarida) yaitu glukosa dan galaktosa yang akan
mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ membentuk endapan merah bata (Cu2O).
Reaksi Laktosa dengan pereaksi Barfoed
CH2OH CH2OH
OH
O O O

OH OH + 2Cu2+ + 2H2O

OH
OH OH

Laktosa

4. Uji tollens

Pada percobaan uji Tollens ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis


karbohidrat yang mengandung gugus aldehid (aldosa) berdasarkan kemampuannya
bereaksi dengan reagen Tollens. Pada uji Tollens, reaksi yang terjadi didasarkan pada
reaksi reduksi ion Ag+ dari reagen Tollens menjadi logam perak (Ag). Suatu gugus
aldehida sangat mudah dioksidasi menjadi suatu gugus karboksil. Uji kimiawi untuk
alehida tergantung pada mudahnya oksidasi ini. Gula yang dapat dioksidasi oleh zat
pengoksidasi lembut seperti reagen Tollens, suatu larutan basa dan Ag(NH)3+ disebut
gula pereduksi (karena zat pengoksidasi anorganik direduksi dalam reaksi itu).
Bentuk-bentuk hemiasetal siklik dari semua aldosa mudah dioksidasi karena mereka
berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbukanya. (Fessenden &
Fessenden, 1986)

Yang harus dilakukan pertama kali adalah mempersiapkan semua bahan-bahan


terutama pipet tetes dan tabung reaksi yang harus benar-benar bersih. Untuk
menghindari terkontaminasinya pipet tetes atau tabung reaksi dengan zat lain, setelah
dicuci bersih menggunakan, pipet tetes dan tabung reaksi sebaiknya dimasukkan ke
dalam oven selama beberapa menit hingga benar-benar kering dari air. Jika tabung
reaksi dan pipet yang digunakan tidak bersih, maka pembentukan cermin perak yang
diharapkan tidak akan maksimal atau bahkan tidak terbentuk karena pereagen Tollens
sudah terkontaminasi dengan zat lain.

Selanjutnya, pereaksi tollens yang dibuat dari larutan perak nitrat 1%


kemudian ditambahkan dengan basa NaOH 5% sebanyak 2 mL, setelah penambahan
NaOH terdapat endapan berwarna cokelat kehitaman pada dasar tabung reaksi.
Berdasarkan reaksi yang terjadi antara perak nitrat dengan natrium hidroksida adalah:

2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → Ag2O(s)↓ + 2NaNO3(aq) + H2O(l)

dan larutan NH4OH 2% tetes demi tetes hingga endapan tepat larut dan larutan
menjadi tidak berwarna. Pada percobaan yang dilakukan oleh praktikan, jumlah
tetesan NH4OH yang diperlukan sebanyak 82 tetes hingga larutan menjadi tidak
berwarna. Berdasarkan reaksi yang terjadi:

2Ag2O(s) + NH4OH(aq) ) → 2Ag(NH3)2+ (aq) + 3HO-


Reagen Tollens siap digunakan.

Beberapa sampel yang diuji antara lain adalah sukrosa, amilum, laktosa dan glukosa.
Pada tabung pertama yang sudah dicuci bersih dan di oven, dimasukkan reagen
Tollens sebanyak 5 tetes kemudian ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa. Larutan
sukrosa tidak berwarna, ketika ditambahkan dengan reagen Tollens larutan tetap
menjadi tidak berwarna. Kemudian tabung reaksi diletakkan pada raknya, ditunggu
dan diamati beberapa saat. Tabung kedua, dimasukkan 5 tetes reagen Tollens,
ditambahkan 5 tetes amilum. Amilum sebelumnya larutan tidak berwarna, ketika
ditambahkan dengan reagen Tollens, tidak membentuk perubahan, selanjutnya tabung
2 diletakkan pada rak tabung reaksi. Tabung ketiga, dimasukkan reagen Tollens
sebanyak 5 tetes, kemudian ditambahkan dengan 5 tetes larutan laktosa, laktosa
sebelumnya tidak berwarna, ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
reagen tollens, larutan berubah menjadi berwarna abu-abu kehitaman, kemudian
tabung 3 diletakkan pada rak tabung reaksi. Ke dalam tabung yang terakhir,
dimasukkan 5 tetes reagen Tollens, ditambahkan 5 tetes larutan laktosa. Sebelumnya,
larutan laktosa tidak berwarna, ketika ditambahkan dengan reagen Tollens, larutan
berubah menjadi berwarna abu-abu kehitaman. setelah itu ke-empat tabung reaksi
ditunggu kira-kira 5-10 menit. Cermin perak akan terbentuk pada sampel yang positif
mengandung gugus aldehid (aldosa) sebagai bukti hasil reaksi dari gugus aldehid yang
bereaksi dengan reagen Tollens yang bersifat sebagai pengoksidasi ringan, ion perak
dalam reagen Tollens direduksi menjadi logam perak. Pada tabung ke 3 dan 4, yang
berisi laktosa dan glukosa, sudah nampak mulai terbentuk cermin perak, sedangkan
pada tabung pertama yang berisi sukrosa warna larutan menjadi hitam, tabung kedua
yang berisi amilum, warna larutan berubah menjadi kecokelatan. Setelah kira-kira 5-
10 menit, ke empat tabung ini dipanaskan menggunakan penangas air. Pada saat
pemanasan, suhu juga harus dijaga sekitar 35-500C. Jika lebih dari itu, bisa
menyebabkan reagen Tollens meledak. Setelah pemanasan kira-kira 10 menit, pada
tabung ketiga dan ke-empat mulai nampak terbentuk cermin perak. Sedangkan pada
tabung pertama dan kedua, tidak terbentuk cermin perak. Berdasarkan reaksi yang
terjadi antara reagen tollens dengan sukrosa pada tabung pertama:

Reaksi sukrosa dengan reagen Tollens


HO
HO
OH

O O OH
HO

HO OH

OH
Sukrosa

+ 2Ag(NH3)2OH (aq)
Tidak terbentuknya cermin perak pada tabung pertama yang berisi sampel sukrosa
mengindikasikan bahwa sukrosa bukan merupakan jenis aldosa, dan tidak
mengandung gugus aldehid. Hal ini sesuai dengan teori bahwasanya, sukrosa
merupakan suatu disakarida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak
memiliki gugus hemiasetal; oleh karena itu, sukrosa didalam air tidak berada dalam
kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida atau keto. Sukrosa tidak menunjukkan
mutarotasi dan bukanlah gula pereduksi ( (Fessenden & Fessenden, 1986)

Berdasarkan reaksi yang terjadi pada tabung kedua yang berisi amilum:

Reaksi amilum dengan reagen Tollens


CH2OH CH2OH
O O
OH OH
O O
O
OH OH
Amilum

+ 2Ag(NH3)2OH (aq
Tidak terbentuknya cermin perak pada tabung reaksi kedua yang berisi amilum
mengindikasikan bahwa amilum bukan termasuk jenis aldosa, dan tidak mengandung
gugus aldehid. Hal ini sesuai dengan teori bahwasanya, amilum merupakan jenis
polisakarida.

Reaksi pada tabung ketiga yang berisi laktosa:

Reaksi laktosa dengan reagen Tollens


CH2OH CH2OH
CH2OH CH2OH OH O
OH O
O O O OH
O
OH OH C H
OH OH

OH H2 O
Laktosa
OH OH OH OH
Ag(NH3)2+
OH-

CH2OH CH2OH
OH
O O OH

OH OH COO-

OH OH

+ Ag cermin perak

Pada tabung ketiga yang berisi sampel laktosa, pada akhir pemanasan, terbentuk
cermin perak dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan teori bahwasanya laktosa
merupakan suatu jenis karbohidrat disakarida yang akan mengalami hidrolisis dengan
pemanasan yang dilakukan. Suatu disakarida (laktosa) apabila mengalami hidrolisis
akan menjadi karbohidrat yang lebih sederhana yakni glukosa dan galaktosa karena
glukosa merupakan jenis monosakarida dengan gula pereduksi aldosa, maka gugus
aldehid yang ada didalamnya, ketika direaksikan dengan reagen Tollens ion Ag2+
tereduksi menjadi logam Ag yang akan membentuk cermin perak pada bagian dasar
tabung reaksi.

Reaksi pada tabung ke-empat:

Reaksi glukosa dengan reagen Tollens


CH2OH CH2OH
CH2OH

O OH
OH O

OH C COO-
Ag(NH3)2+
OH H OH
OH OH
H2 O OH OH

Glukosa
OH
OH
OH- OH + Ag
cermin perak
Pada tabung ke-empat yang berisi sampel glukosa, pada akhir pemanasan, terbentuk
cermin perak dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan teori bahwasanya glukosa
merupakan suatu jenis karbohidrat monosakarida yang mempunyai gugus aldehid
didalamnya, yang disebut dengan aldosa. Monosakarida yang mengandung gugus
aldehida dirujuk sebagai aldosa (aldehid plus –osa). Glukosa, galaktosa, ribosa dan
deoksiribosa semuanya adalah aldosa (Fessenden & Fessenden, 1986)

5. Uji fehling
Uji Fehling ini bertujuan untuk menguji adanya gugus pereduksi yaitu aldose
& ketosa (gugus karbonil) pada karbohidrat dengan menggunakan pereaksi fehling.
Pereaksi Fehling terbuat dari 2 larutan yaitu Fehling A (CuSO4 dalam air) dan
Fehling B (larutan garam KNartrat dan NaOH dalam air). Dalam pereaksi ini ion Cu 2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi Cu2O.
Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi
pembentukan asam karboksilat. Fehling B berfungsi mencegah Cu2+ mengendap
dalam suasana alkalis.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :

 + 2Cu2+ + 5OH- (tartarat)  + Cu2O + 3H2O


(endapan Merah bata)
 + 2Cu2+ (tartarat) + 5OH-  + Cu2O +
3H2O
Asam D-Glukonat

Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 4


tabung reaksi. Pada tabung reaksi 1 di isi 1 mL larutan amilum tak berwarna, tabung 2
di isi 1 mL larutan sukrosa tak berwarna, tabung 3 di isi 1 mL larutan sukrosa tak
berwarna, dan tabung 4 di isi dengan 1 mL larutan glukosa tak berwarna. Kemudian
pada masing-masing tabung ditambahkan 1 mL larutan Fehling dan dihasilkan larutan
berwarna biru. Kemudian dikocok dan dipanaskan diatas penangas air selama 3-4
menit. Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldosa pada cuplikan
terpisah ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat.

Pada tabung 1 yang berisi amilum setelah ditambah fehling dan dipanaskan
dihasilkan larutan berwarna biru kehijauan. Hal ini disebabkan karena amilum
mempunyai hemiasetal pada satu ujung dari tiap molekulnya, tetapi ujung ini hanya
sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak mengarah pada reaksi yang diamati
sehingga amilum tidak dapat mereduksi larutan Fehling.
Pada tabung 2 yang berisi laktosa setelah ditambah fehling dan dipanaskan
dihasilkan larutan berwarna jingga dan terdapat endapan berwarna merah bata. Hal ini
disebabkan karena laktosa mempunyai karbon anomerik yang merupakan bagian dari
suatu gugus hemiasetal. Laktosa merupakan gula pereduksi, mengalami mutarotasi,
dan merupakan suatu glikosida dengan kerangka 1,4’-β-glikosida. Laktosa dan
glukosa berada dalam kesetimbangan pada larutan dengan aldehide rantai terbuka
sehingga dapat mereduksi larutan Fehling menjadi merah bata.
Pada tabung 3 yang berisi sukrosa setelah ditambah fehling dan dipanaskan
dihasilkan larutan berwarna coklat. Hal ini dikarenakan sukrosa terhidrolisis menjadi
glukosa dan fruktosa. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki
gugus hemiasetal, oleh karena itu, sukrosa di dalam air tidak berada dalam
kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida atau keto. Sukrosa tidak menunjukkan
mutarotasi dan bukanlah gula pereduksi. Monomer glukosa akan mereduksi fehing
tetapi hanya dapat mereduksi sebagian sehingga sukrosa hanya berwarna coklat tetapi
tidak terbentuk endapan merah bata.
Pada tabung 4 yang berisi glukosa setelah ditambah Fehling dan dipanaskan
dihasilkan larutan berwarna jingga dan terbentuk endapan merah bata (++). Hal ini
dikarenakan glukosa mempunyai karbon anomerik yang merupakan bagian dari suatu
gugus hemiasetal. Glukosa berada dalam kesetimbangan pada larutan dengan aldehide
rantai terbuka. Sehingga dapat mereduksi larutan Fehling menjadi merah bata.
Glukosa merupakan gula pereduksi.

6. Uji Benedict
Pada percobaan keenam, uji benedict bertujuan mengetahui adanya gula
pereduksi. Reaksi ini spesifik untuk karbohidrat yang mempunyai gugus karbonil
bebas. Pereaksi benedict mengandung atom Cu yang terikat sebagai kompleks dan
dapat mengoksidasi gula pereduksi. Pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid
kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Uji dinyatakan
positif jika setelah pemanasan terbentuk endapan merah bata.

Reaksi yang terjadi :

O O
+ 2 Cu2+ (sitrat) + Cu2O
C C
R H R OH
endapan
merah bata

Langkah pertama, menyiapkan 4 tabung reaksi. Tabung reaksi 1, dimasukkan


amilum tidak berwarna, kemudian ditambahkan 5 tetes benedict diperoleh hasil warna
biru. Selanjutnya dipanaskan selama 2 menit diperoleh larutan berwarna biru. Hal ini
disebabkan karena amilum mempunyai bentuk hemiasetal dengan karbon anomerik
pada salah satu ujung dari tiap molekulnya, tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari
keseluruhan. Sehingga amilum tidak dapat mereduksi larutan benedict dan amilum
tidak tergolong gula pereduksi.

Reaksi yang terjadi :

CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H
OH H OH H
* O O O
H OH H OH
n
+ Cu2+(sitrat)
amilum
Tabung reaksi 2, dimasukan laktosa tidak berwarna, kemudian ditambahkan 5
tetes benedict diperoleh hasil berwarna jingga +. Selanjutnya dipanaskan selama 2
menit terbentuk endapan merah bata, menunjukkan bahwa laktosa pereaksi benedict
dapat di reduksi oleh gugus aldosa. Hal ini disebabkan karena laktosa mengandung
suatu gugus hemiasetal dengan karbon anomerik bebas, sehingga di dalam air gugus
ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka. Akibatnya
laktosa dapat mereduksi pereaksi benedict membentuk endapan merah bata Cu2O dan
tergolong gula pereduksi.

Reaksi yang terjadi :

Laktosa merupakan disakarida dari monosakarida glukosa dan galaktosa. Glukosa


dapat bereaksi dengan benedict.

CH2OH
CH2OH

O
OH

OH + 2 Cu2+ (sitrat)
OH
OH
COOH + Cu2O

OH endapan
OH merah
bata
OH
OH
asam-D-glukonat
D-glukopiranosa

Tabung reaksi 3, dimasukan sukrosa tidak berwarna, kemudian ditambahkan 5


tetes benedict diperoleh hasil hijau +. Selanjutnya dipanaskan selama 2 menit
diperoleh larutan berwarna hijau kecoklatan . Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa
tidak dapat mereduksi pereaksi benendict. Sukrosa mengandung dua monosakarida
yaitu fruktosa dan glukosa yang terikat melalui ikatan glicosidik sedemikian rupa
sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Selain itu,
sukrosa mempunyai bentuk hemiasetal dengan karbon anomerik pada salah satu ujung
dari tiap molekulnya, tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan. Sukrosa
menghasilkan uji negatif terhadap pereaksi benedict.

Reaksi yang terjadi :


HO
HO
OH

O O OH
HO

HO OH

OH
sucrose
+ Cu2+(sitrat)

Tabung reaksi 4, dimasukkan glukosa tidak berwarna, kemudian ditambahkan


5 tetes benedict diperoleh hasil jinga +. Selanjutnya dipanaskan selama 2 menit
terbentuk endapan merah bata, menunjukkan bahwa glukosa pereaksi benedict dapat
di reduksi oleh gugus aldosa. Hal ini disebabkan karena glukosa mengandung suatu
gugus hemiasetal dengan karbon anomerik bebas, sehingga didalam air gugus ini
berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehide rantai terbuka. Akibatnya
glukosa dapat mereduksi pereaksi benedict membentuk endapan merah bata Cu2O dan
glukosa tergolong gula pereduksi.
Reaksi yang terjadi :
CH2OH
CH2OH

O
OH

OH + 2 Cu2+ (sitrat)
OH
OH
COOH + Cu2O

OH endapan
OH merah
bata
OH
OH

D-glukopiranosa asam-D-glukonat
7. Hidrolisis Sukrosa
Pada percobaan ketujuh, Hidrolisis sukrosa bertujuan menghidrolisis sukrosa.
Langkah pertama, membuat larutan sukrosa dengan melarutkan 0,5 mL sukrosa
kedalam 6 mL air. Selanjutnya, dibagi kedalam 3 tabung reaksi dengan masing-
masing berisi 1 mL larutan sukrosa.
Tabung reaksi 1 ditambahkan 1 mL larutan HCl 3M tak berwarna, kemudian
dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit, tidak terjadi perubahan apapun.
Selanjutnya, didinginkan pada suhu kamar. HCl berfungsi menghidrolisis sukrosa.
Selanjutnya, ditambah 1,5 mL larutan NaOH tak berwarna. Kemudian larutan ini
dibagi kedalam 2 tabung. Pada tabung reaksi 1A ditambah 5 mL benedict,
menghasilkan larutan berwarna biru kemudian dipanaskan dalam penangas air,
Benedict di sini digunakan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam hal ini
sebagai indikator bahwa sukrosa sudah terhidrolisis atau tidak. Setelah pemanasan
larutan berwarna biru, terbentuk endapan merah bata. Pada tabung reaksi 1B ditambah
2 mL reagen seliwanoff, larutan tidak berwarna. Selanjutnya, dipanaskan dalam
penangas air. Reagen seliwanoff ini digunakan untuk membuktikan adanya ketosa
(fruktosa). Dalam hal ini sebagai indikator bahwa sukrosa sudah terhidrolisis atau
tidak. Sukrosa terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Setelah dipanaskan larutan
berwarna jingga. Hal ini menunjukkan bahwa hasil hidrolisis sukrosa adalah suatu
karbohidrat dengan sifat gula pereduksi dalam bentuk monosakarida karena penyusun
sukrosa adalah glukosa dan fruktosa, yang memenuhi sifat tersebut adalah glukosa.
Dalam percobaan ini juga terbukti bahwa larutan mengandung gugus ketosa yaitu
fruktosa. Dapat disimpulkan bahwa sukrosa terhidrolisis total.
Tabung reaksi 2, larutan sukrosa ditambahkan 1 mL air tak berwarna.
Kemudian dipanaskan ke dalam penangas air selma 10 menit, tidak terjadi perubahn
larutan tetap tidak berwarna dan didinginkan pada suhu kamar. Selanjutnya,
ditambahkan 1,5 mL larutan NaOH tak berwarna. Kemudian ditambahkan 1,5 mL air
lagi. Lalu larutan dibagi ke dalam 2 tabung. Pada tabung 2A ditambah dengan 5 mL
pereaksi benedict berwarna biru. Dihasilkan larutan berwarna biru kemudian
dipanaskan ke dalam penangas air, dihasilkan larutan berwarna biru ++ . Pada tabung
2B ditambah 5 mL larutan seliwanoff tak berwarna. Dihasilkan larutan berwarna tidak
berwarna, kemudian dipanaskan kedalam penangas air. Dihasilkan larutan berwarna
tidak berwarna. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sukrosa terhidrolisis sebagian
yakni saat ditambahkan benedict terbentuk larutan biru ++ dan tidak ada perubahan
warna saat uji dengan seliwanoff.
Tabung reaksi 3, larutan Sukrosa ditambahkan 1 mL air tak berwarna dan
dibiarkan pada suhu kamar. Kemudian ditambahkan 1,5 mL air. Lalu dibagi ke dalam
2 tabung reaksi. Pada tabung reaksi 3Aditambahkan 5 mL pereaksi benedict berwarna
biru. Dihasilkan larutan berwarna biru. Kemudian dipanaskan ke dalam penangas air
selama 5 menit. Dihasilkan larutan berwarna biru muda. Pada tabung 3B ditambahkan
5 mL larutan seliwanoff tak berwarna. Dihasilkan larutan berwarna tidak berwarna.
Kemudian dipanaskan ke dalam penangas air .Dihasilkan larutan berwarna jingga. Hal
ini menunjukkan bahwa sukrosa terhidrolisi sebagian.

Reaksi yang terjadi :


CH2OH

CH2OH H
CH2OH O
O
O H CH2OH H
O OH
OH OH
OH H2O
O OH OH H
OH CH2OH CH2OH
OH -
OH 5OH OH + OH

Tes seliwanoff

CH2OH

O
HO
OH
H3O+ C O
OH OH H2
O C
OH -3H2O H

OH HO O O
HO
C O
H2
O C 2
H + O CH2OH
OH

CH2OH CH2OH
Tes benedict
OH OH
CH2OH
OH
CHO
OH
O
OH
2 Cu2+ COO-
OH
OH
OH 5OH- + Cu2O + 3H2O
OH OH OH
H2O
OH
8. Hidrolisis Pati

Hidrolisis pati bertujuan untuk menghidrolisis pati. Percobaan hidrolisis pati


melibatkan air sebagai pereduksi, sehingga untuk mengetahui pati sudah terhidrolisis
atau tidak dilakukan dengan tes iodin dan benedict. Tes Iodin digunakan untuk
mengetahui apakah Pati sudah terhidrolisis dengan ditandai larutan tidak berwarna
dan apabila belum terhidrolisis akan menunjukkan warna ungu kehitaman. Tes
Benedict digunakan untuk menguji glukosa hasil hidrolisis pati dengan ditunjukkan
adanya endapan merah bata pada sampel.
Persamaan reaksinya
Pada percobaan ini langkah pertama yaitu menyiapkan 3 tabung reaksi. Pada
tabung 1, dimasukkan 2 ml larutan pati (tidak berwarna) kedalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan 2 ml larutan HCl (tidak berwarna). Fungsi penambahan
larutan HCl untuk menghidrolisis pati dengan mengubah senyawanya menjadi lebih
sederhana atau memutuskan ikatan glikosidanya menjadi unit-unit terkecilnya. Pati
dapat terhidrolisis sempurna melalui pemanasan dengan penambahan larutan asam
sehingga dapat menghasilkan monosakarida penyusunnya, dimana penyusun pati
adalah glukosa. Sampel dipanaskan untuk mempercepat terjadinya reaksi hidrolisis.
Lalu sampel didinginkan dan ditambahkan 3 mL larutan NaOH untuk menetralkan
sisa asam pada sampel. Setelah itu larutan sampel dibagi menjadi 2 (tabung 1A dan
1B). Tabung 1A diuji dengan larutan I2 , sampel ditambahkan 1 tetes larutan I2
menjadi tetap tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa pati terhidrolisis sempurna.

I2
Pati tidak terjadi reaksi

Pada tabung 1B diuji dengan larutan benedict, sampel ditambahkan 5 ml


larutan benedict menjadi berwarna biru dan terdapat endapan merah. Dari pengujian
kedua sampel menunjukkan bahwa pati terhidrolisis sempurna melalui uji iodin
larutan tetap tidak berwarna dan uji benedict larutan berwarna biru dan terdapat
endapan merah.
Persamaan reaksinya
CH2OH CH2OH
CH2OH
O OH
OH
H2O Cu2+
CHO COO- + Cu2O
OH OH OH OH
OH OH OH OH OH OH
Pada tabung 2, dimasukkan 2 ml larutan pati (tidak berwarna) kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan 2 ml air. kemudian dipanaskan diatas penangas air untuk
mempercepat terjadinya reaksi hidrolisis. Lalu sampel didinginkan dan ditambahkan 3
ml air. Fungsi penambahan air untuk menghidrolisis pati dengan air sebagai
pereduksi.
CH2OH CH2OH CH2OH
O O
O H CH2OH H
O
OH OH
OH OH
O
O O H2O O
OH OH OH CH2OH
+
H , OH- OH
Amilum OH +
CH2OH CH2OH
OH
O O O

OH OH

OH
Laktosa
OH OH

Setelah itu larutan sampel dibagi menjadi 2 (tabung 2A dan 2B). Tabung 2A
diuji dengan larutan I2 , sampel ditambahkan 1 tetes larutan I2 menjadi berwarna ungu
kehitaman++. Hal ini menunjukkan masih terdapat pati dalam sampel.

CH2OH CH2OH

H O H H O H
H H
O OH H O OH H O + n I2

H OH H OH

CH2OH CH2OH
I I
H O H H O H
H H + 2 H2O
O OH H O OH H O

n
H OH H OH

Pada tabung 2B diuji dengan larutan benedict, sampel ditambahkan 5 ml


larutan benedict menjadi berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa amilum tidak
terhidrolisis menjadi glukosa. Dari kedua pengujian tersebut pada tabung 2A dan 2B
tidak mengalami hidrolisis.

Pada tabung 3, dimasukkan 2 ml larutan pati (tidak berwarna) kedalam tabung


reaksi dan ditambahkan 2 ml air. Kemudian ditambahkan 3 ml air. Fungsi
penambahan air untuk menghidrolisis pati dengan air sebagai pereduksi.
CH2OH CH2OH CH2OH
O O
O H CH2OH H
O
OH OH
OH OH
O
O O H2O O
OH OH OH CH2OH
H+, OH- OH
Amilum OH +
CH2OH CH2OH
OH
O O O

OH OH

OH
Laktosa
OH OH

Setelah itu larutan sampel dibagi menjadi 2 (tabung 3A dan 3B). Tabung 3A
diuji dengan larutan I2 , sampel ditambahkan 1 tetes larutan I2 menjadi berwarna ungu
kehitaman. Hal ini menunjukkan masih terdapat pati dalam sampel.

CH2OH CH2OH

H O H H O H
H H
O OH H O OH H O + n I2

H OH H OH

CH2OH CH2OH
I I
H O H H O H
H H + 2 H2O
O OH H O OH H O

n
H OH H OH

Pada tabung 3B diuji dengan larutan benedict, sampel ditambahkan 5 ml


larutan benedict menjadi berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa amilum tidak
terhidrolisis menjadi glukosa. Dari kedua pengujian tersebut pada tabung 3A dan 3B
tidak mengalami hidrolisis.

X. DISKUSI
Pada percobaan ke tiga, Uji Barfoed pada laktosa tidak terbentuk endapan merah bata.
Secara teori laktosa dengan pereaksi Barfoed terbentuk endapan merah selama 10 menit
karena laktosa termasuk jenis karbohidrat disakarida. Hal ini dikarenakan penangas air
belum mencapai suhu maksimum untuk bereaksi sehingga endapan merah bata yang
terbentuk mebutuhkan waktu yang lambat.
Pada percobaan ketujuh hidrolisis sukrosa. Terjadi kesalahan sesuai teori seharusnya
pada tabung 3 tidak terhidrolisis, karena tidak ada penambahan asam atau proses
pemanasan diawal sehingga hidrolisis tidak terjadi. Sedangkan pada percobaan kami
tabung 3b terjadi perubahan warna menjadi jingga (terhidrolisis sebagian)
ketidaksesuaian dengan teori disebabkan karena adanya proses pemanasan pada tabung
3b setalah ditambahkan seliwanoff, pemasanan cukuplah lama sehingga terjadi warna
jingga, alasan lain karena kurangnya teliti dalam melalukan percobaan sehingga
memungkinkan kontaminasi dengan zat lain.
XI. KESIMPULAN
1. Pada percobaan pertama, bertujuan menguji karbohidrat secara umum. Dapat
disimpulkan bahwa amilum,glukosa, dan sukrosa merupakan karbohidrat berdasarkan
terbentuknya warna larutan atau senyawa kompleks ungu dengan reagen Molish
2. Pada percobaan kedua, uji seliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat yang mengandung golongan ketosa. Pada percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa amilum mengandung gugus keton pada karbohidrat (ketosa), laktosa dan
glukosa tidak mengandung gula ketosa karena mengalami perubahan warna melebihi
10 menit.
3. Pada percobaan ketiga, Tes Barfoed bertujuan untuk menguji monosakarida dan
disaskarida, glukosa merupakan monosakarida yang ditandai dengan terbentuknya
endapan merah bata yang lebih cepat, tetapi pada laktosa tidak terbentuk endapan
merah bata dimana secara teori merupakan disakarida, sedangkan amilum tidak
terbentuk endapan merah bata karena merupakan polisakarida
4. Pada percobaan keempat, uji Tollens bertujuan menguji gugus aldehid dalam
karbohidrat (Aldosa) dapat disimpulkan bahwa, Suatu sampel mengandung gugus
aldehid (merupakan jenis aldosa) dapat di identifikasi dengan mereaksikan sampel
menggunakan pengoksidasi lemah seperti reagen Tollens. Pada tabung
pertama(sukrosa) dan kedua(amilum) hasil menunjukkan negatif, karena tidak
terbentuk cermin perak, yang berarti bahwa sukrosa dan amilum tidak mengandung
gugus aldehid dan bukan merupakan suatu aldosa. Pada tabung ketiga(glukosa) dan ke-
empat(laktosa), terbentuk cermin perak yang berarti bahwa glukosa dan laktosa
mengandung gugus aldehid dan merupakan suatu aldosa
5. Pada percobaan kelima, uji Fehling ini bertujuan untuk menguji adanya gugus
pereduksi yaitu aldose & ketosa (gugus karbonil) pada karbohidrat dengan
menggunakan pereaksi fehling. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laktosa
dan glukosa mengandung gula pereduksi, gugus aldehid (aldosa) yang ditandai
terbentuknya endapan merah bata, ketika direaksikan dengan lartan fehling, sedangkan
amilum dan sukrosa tidak terbentuk endapan merah bata.
6. Pada percobaan keenam, bertujuan mengidentifikasi gula pereduksi. Dapat
disimpulkan bahwa glukosa dan laktosa merupakan karbohidrat yang mengandung gula
pereduksi ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata dengan reagen Benedict.
7. Pada percobaan ketujuh, bertujuan menghidrolisis sukrosa. Dapat disimpulkan bahwa
sukrosa dapat terhidrolisis sempurna pada tabung 1 (adanya penambahan asam dan
proses pemanasan) ditunjukkan dengan warna jingga dengan uji iodin. Endapan merah
bata dengan pereaksi benedict. Pada tabung,2,3 terhidrolisis sebagian, pada tabung 3
tidak sesuai teori, seharusnya tidak terhidrolisis.
8. Pada percobaan kedelapan, Hidrolisis Pati bertujuan untuk menghidrolisis pati dengan
pengujian Iodin dan Benedict. Tabung 1 terhidrolisis sempurna karena pada uji iodin
larutan tidak berwarna dan uji benedict terbentuk endapan merah bata. Tabung 2 dan 3
tidak terhidrolisis karena pada uji iodin larutan berwarna ungu kehitaman dan uji
benedict larutan berwarna biru.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskakan senyawa penyusun reagen-reagen yang digunakan dalam uji pengenalan
karbohidrat!
Jawab :
a) Reagen Molisch : alfa-naftol dan etanol 96%
b) Reagen Seliwanoff : HCl dan resorsinol
c) Reagen Barfoed : Tembaga asetat
d) Reagen Benedict: Larutan A (Na. Sitrat dan Na2CO3) + Larutan B (CuSO4.5H2O)
e) Reagen Fehling :Fehling A (CuSO4) + Fehling B (NaOH dan kalium natrium
tartrat).
f) Reagen Tollens : AgNO3 , NaOH dan NH4OH
g) Larutan Iodin : Iodin (I2)
2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang diuji !
Jawab :
a) Uji Molisch
Prinsip reaksi ini digunakan untuk membuktikan karbohidrat secara umum.
Terbentuk senyawa kompleks dari pereaksi Molisch (alfa-naftol dengan hidroksi
metil furfural)
b) Uji Seliwanof
Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat yang mengandung golongan
ketosa. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan
menghasikan warna merah pada larutannya.
c) Uji Barfoed
Untuk membedakan karbohidrat monosakarida dan disakarida. Prinsip reaksi
dari pengujian ini ialah terjadinya reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam Cu2O
yang berupa endapan berwarna merah. Reagen Barfoed tereduksi oleh adanya
gula pereduksi monosakarida.
d) Uji Tollens
Prinsip pada uji Tollens adalah reaksi reduksi. Sampel mereduksi reagen
Tollens, ion Ag2+ dari reagen Tollens direduksi menjadi logam perak Ag yang
akan membentuk cermin perak pada dasar tabung reaksi.
e) Uji Fehling
Untuk menguji adanya gugus pereduksi yaitu aldose dan ketosa (gugus
karbonil) pada karbohidrat dengan menggunakan pereaksi fehling.
Prinsip reaksi dari pengujian ini ialah terjadinya reaksi reduksi ion Cu2+
menjadi ion Cu+ dalam suasana basa akan diendapkan menjadi Cu2O.
Terbentuknya endapan merah dari Cu2O merupakan hasil sampingan dari reaksi
pembentukan asam karboksilat. Fehling B berfungsi untuk mencegah Cu2+
mengendap dalam suasana alkalis.
f) Uji Benedict
Untuk mengetahui adanya gula pereduksi. Preaksi Beneduct yang mengandung
Cu yang terikat sebagai kompleks dapat mengoksidasi gula pereduksi dengan
adanya endapan merah bata
g) Hidrolisis Sukrosa
Untuk menghidrolisis Sukrosa. Terjadi reaksi hidrolisis sukrosa pada suasana
asam dan pemanasan. Hasil hidrolisis sukrosa adalah penyusun monosakarida
dari sukrosa yaitu glukosa dan fruktosa
h) Hidrolisis Pati
Untuk menghidrolisis Pati. Tes iodin digunakan untuk menguji adanya amilum
(pati) dalam suatu larutan. Prinsip dasar reaksi ini adalah pembentukan kompleks
dari I2 dan amilum yang akan memberikan warna ungu kehitaman. Jika terjadi
hidrolisis sempurna pada amilum, maka tes iodin akan memberikan hasil negatif
(tetap tidak berwarna).

3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2% , selebihnya merupakan siklis.
Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi Tollens dan Fehling
!
Jawab :

Glukosa dapat teroksidasi dengan pereaksi Tollens yaitu membentuk cermin


perak dan dengan Fehling membentuk endapan merah bata karena glukosa
terhidrolisis dengan adanya pemanasan sahingga rantai siklik dari glukosa (struktur
Haworth) yang tidak mengandung gugus aldosa terurai (desiklikisasi) menjadi
struktur Fischer (rantai terbuka) yang mengandung gugus aldosa. Oleh karena itu,
glukosa menghasilkan uji positif terhadap reagen Tollens dan Fehling.
4. Jelaskan beberapa fakta berikut :
a. Sukrosa bersifat bukan pereduksi dengan tes Benedict, sedangkan pada kondisi
tersebut laktosa menunjukkan sebagai gula pereduksi.
Jawab :
Sukrosa terhidrolisis menjadi glukosa + fruktosa

Sedangkan laktosa terhidrolisis menjadi glukosa + galaktosa

Sukrosa tersusun oleh monosakarida glukosa dan fruktosa kedua atom karbon
anomeriknya saling terikat dalam ikatan glikosida, sehingga pada setiap unit
monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat
bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tidak
memiliki gugus pereduksi dan tak dapat mereduksi pereaksi benedict.
b. Monosakarida bereaksi dengan pereaksi Barfoed lebih cepat dibandingkan
dengan disakarida pereduksi.
Jawab :
Monosakarida bereaksi cepat dengan pereaksi barfoed karena senyawanya
lebih sederhana, selain itu jumlah atom C pada monosakarida lebih sedikit
dibandingkan dengan disakarida dan polisakarida. Sehingga monosakarida
langsung bereaksi dengan Barfoed tanpa mengalami hidrolisis, sedangkan
disakarida dihidrolisis terlebih dahulu menjadi 2 monosakarida lalu bereaksi
dengan Barfoed
DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja, Y. (2014). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Anwar, C. (1994). Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Fika Puspita. Laporan Uji Kualitatif Karbohodrat.
https://www.academia.edu/10130369/Laporan_Uji_Kualitatif_Karbohidrat_Kimdas_
2_ diakses tanggal 9 April 2017.
Hard, H. (2003). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Jeanne Isbeanny LFH. Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Karbohidrat.


https://www.academia.edu/8147045/Praktikum_uji_kualitatif_karbohidrat. diakses
tanggal 9 April 2017.
Matsjeh, Sabirin, dkk. 1994. Kimia Organik II. Yogyakarta : FMIPA UGM.
Parlan, dkk. 2003. Kimia Organik II. Malang : UM Press.
Panji. Uji Barfoed. http://www.edubio.info/2014/04/uji-barfoed.html. diakses tanggal 9 April
2017.
Panji. Uji Seliwanoff. http://www.edubio.info/2014/04/uji-seliwanoff.html. diakses tanggal 9
April 2017.
Panji. Uji Benedict. http://www.edubio.info/2014/04/uji-benedict.html. diakses tanggal 9
April 2017.
Panji. Uji Molisch. http://www.edubio.info/2014/04/uji-molisch.html. diakses tanggal 9 April
2017.
Panji. Karbohidrat. http://www.edubio.info/2015/06/pengertian-dan-klasifikasi-
karbohidrat.html. diakses tanggal 9 April 2017.
Poedjiadi, A., & Supriyanti, T. (2009). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Sumardjo, D. (2008). Pengatar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Progam Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN FOTO

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Alat yang dibutuhkan Bahan yang dibutuhkan

1. UJI MOLISH

Larutan sampel Ditambahkan reagen Ditamabakan H2SO4 Didiamkan 2 menit


dimasukkan pada molish pada masing pekat, terdapat 2 dan ditambakan 5 Ml
tabung (sukrosa, masing tabung, terdapat lapisan aquades (sukrosa =
glukosa,amilum) gumpalan coklat ungu tua), (glukosa =
kehitaman ungu muda), (amilum
= ungu kecoklatan)
2. UJI SELIWANOFF

Larutan sampel dimasukkan pada tabung Ditambahkan reagen seliwanoff pada


(amilum, laktosa, dan glukosa) masing masing tabung

3. UJI BARFOED

5 mL Pereaksi Barfoed 5 mL Barfoed + 5 tetes Glukosa,


Amilum dan Laktosa

Pemanasan sampel (Glukosa, Amilum dan Terbentuk endapan merah bata pada
Laktosa) Glukosa

4. UJI TOLLENS

Sebelum dipanaskan Setelah dipanaskan Cermin yang terbentuk


terbentk cermin perak pada sampel glukosa dan
pada sampel glukosa dan laktosa
laktosa

5. UJI FEHLING

Reagen fehling berwarna biru tua, 1 mL cuplikan ((amilum, glukosa,laktosa, dan


(campuran dari larutan Fehling A yang sukrosa ), ditambahkan reagen Fehling pada
berwarna biru dan Fehling B yang masing masing tabung dan dipanaskan

tidak berwarna).
6. UJI BENEDICT

5 tetes Larutan benedict Dimasukkan 5 tetes sampel Setelah dipanasan, diperoleh


dimasukkan pada 4 tabung (amilum, glukosa,laktosa, dan endapan merah bata pada
reaksi sukrosa)ke 4 tabung yang tabung glukosa dan laktosa.
berbeda Biru muda pada amilum dan
hijau pada sukrosa

7. HIDROLISIS SUKROSA

Larutan sukrosa dimasukkan dalam Tb 1 ditambah 1 mL HCl 3M


3 tabung Tb 2,3 ditambahkan 1 mL air
Tb 1,2 dipanaskan Tb 1,2 ditambahkan Tb 1 dipisah jadi 2 Tb 2 dipisah jadi
selama 10 menit NaOH, Kemudian Tb (1a, ditambah 2 (2a, ditambah
2 ditambahkan air benedict, 1b benedict, 2b
ditambah seliwanoff) ditambah
seliwanoff)

Setelah dipanaskan (1a, terdapat endapan Setelah dipanaskan (2a, biru ++ , 2b


merah bata, 1b perubahan warna menjadi larutan tidak berwarna )
jingga jernih )
Tb 3 setalah Tb 3 , dibagi Tb 3b Setelah dipanaskan.
ditambah air menjadi 2. ditambahkan Tb 3a berwarna biru , 3b
didiamkan pada 3a ditambahkan reagen berwarna jingga jernih
suhu kamar, reagen benedict seliwanoff
ditambahkan air
lagi

8. HIDROLISIS PATI

Tabung 1 (Larutan Pati + HCl + Larutan sampel dibagi menjadi 2


air + NaOH) tabung untuk diuji dengan Iodin
dan Benedict
Tabung 2 (larutan Pati + air)
Tabung 3 (Larutan Pati + air)

Hasil Uji Iodin dan Benedict pada Hasil Uji Iodin dan Benedict pada
tabung 1 A dan 1 B tabung 2 A dan 2 B

Hasil Uji Iodin dan Benedict pada


tabung 3 A dan 3 B

Anda mungkin juga menyukai