H3O+
1 sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa
H3O+
Selulosa → 3000 glukosa
Klasifikasi Karbohidrat
1) Monokasarida
Monosakarida umumnya sebagai hemiasetal siklik dan bukan dalam bentuk aldehida atau
keton rantai terbuka. Kerangka hemiasetal terbentuk dari reaksi antara gugus karbonil dengan
gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon kiral ketiga atau keempat. Suatu hemiasetal
dengan cincin beratom lima disebut furanosa dan cincin beratom rnam disebut piranosa. Siklinasi
ini menyebabkan terbentuknya satu atom karbon kiral baru dan dihasilkan dua hemiasetal yang
merupakan pasangan diastereoisomer yang disebut anomer alfa dan beta. ( Parlan,2003 )
Kebanyakan sifat kimia monosakarida menyerupai sifat-sifat kimia alkohol atau
aldehid/keton. Gugus hidroksil monosakarida dapat membentuk ester dan eter melalui beberapa
reaksi. Gugus karbonil monosakarida bila direduksi dengan natrium borohidrida membentuk
alditol, dan bila dioksida oleh air brom membentuk asam aldonat. Oksidasi monosakarida oleh
asam nitrat hangat membentuk asam aldarat, dan bila direaksikan dengan alkohol dengan katalis
asam membentuk glikosida. Monosakarida dapat mengalami perpanjangan rantai dengan sintesis
Kiliani-Fischer, dan perpendekan rantai dengan degradasi Wohl. ( Parlan,2003 )
Berdasarkan gugus fungsi utamanya, monosakarida dapat juga diklasifikasikan sebagai
aldosa dan ketosa. Akhiran –osa digunakan untuk menyatakan golongan karbohidrat, sedangkan
awalan aldo- dan keto- digunakan untuk menyatakan gugus fungsi (golongan senyawa), yaitu
aldehid dan keton. Jumlah atom karbon pada monosakarida dinyatakan dengan tri-, ter-, pent-,
heks-, dan seterusnya sebagai nama dasar. Jika awalan, nama dasar, dan akhiran disusun maka
suatu monosakarida dapat diketahui kelompoknya. Contohnya, glukosa adalah suatu aldoheksosa
( suatu gula yang termasuk golongan aldehid dengan enam atom karbon ), fruktosa adalah
ketoheksosa (suatu gula yang termasuk golongan keton dengan enam atom karbon, dan ribose
adalah suaru aldopentosa (5atom C). ( Parlan,2003 )
CHO CHO
Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun oleh monosakarida yang tergabung melalui
ikatan glikosida antara atom karbon anomerik dari satu unit dan sebuah gugus hidroksil unit yang
lain. Kedua gula yang membentuk disakarida mungkin sama, seperti dalam maltose dan
selobiosa, atau berbeda seperti dalam sukrosa. Ikatan glikosidik mungkin α ( pada maltose) atau
β ( pada selobiosa dan laktosa ) dan dapat melibatkan gugus hidroksil pada molekul gula kedua.
(Parlan,2003)
a. Maltosa
Maltosa merupakan hasil hidrolisis dari pati (amilum), yang apabila 1 mol maltosa
dihidrolisis lebih lanjut akan dihasilkan satu mol α-D-glukosa dan satu mol β-D-glukosa. Maltosa
menunjukkan hasil yang positif bila direaksikan dengan pereaksi Tollens atau Fehling, karena
adanya unit hemiasetal yang berada setimbang dengan bentuk aldehid. (Matsjeh, 1994)
b. Selobiosa
Selobiosa didapatkan dari hasil hidrolisis selulosa, yang apabila dihidrolisis lebih lanjut hanya
didapat satu macam gula yaitu β-D-glukosa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa struktur
selobiosa hanya terdiri dari β-D-glukosa dan merupakan isomer dari maltose.Struktur selobiosa
sama seperti pada struktur maltose, pada selobiosa gugus –O- juga sebagai penghubung antara C1
dari glukosa yang satu dengan C4 dari glukosa yang lain. Tidak seperti maltose, selobiosa
dihidrolisis oleh β-glukosidase dan bukan oleh α-glukosidase. Oleh karena itu, ikatan glikosida
pada selobiosa adalah β. (Matsjeh, 1994)
c. Laktosa
Laktosa adalah gula utama yang terdapat pada susu ibu dan susu sapi. Apabila laktosa
dihidrolisis akan dihasilkan 50% β-D-glukosa dan 50% α-D-glukosa, hal ini menunjukkan bahwa
kedua gula tersebut merupakan molekul penyusun laktosa. (Matsjeh, 1994)
d. Sukrosa
Sukrosa dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber tenaga digunakan sebagai pemanis
minuman dan makanan yang lebih dikenal dengan gula pasir. Gula ini berasal dari perasan tebu.
Sukrosa apabila dihidrolisis akan menghasilkan α-D-glukosa 50% dan β-D-fruktosa 50%. Hal ini
menunjukan bahwa sukrosa terdiri dari gabungan antara molekul α-D-glukosa dan β-D-fruktosa.
(Matsjeh, 1994)
Sukrosa tidak mempunyai gugus hemiasetal, sehingga ada unit yang dapat setimbang
dengan aldehida. Oleh karena itu, sukrosa tidak dapat mengadakan murotasi dan negative
terhadap tes Tollens, Fehling, atau benedict dan disebut sebagai gula non-pereduksi. Sukrosa
dihidrolisis oleh α-glukosidase ini menunjukkan konfigurasi α pada daerah glukosida. Glukosa
juga dihidrolisis oleh sukrosa yaitu enzim yang menghidrolisis β-fruktofuranosida. (Matsjeh,
1994)
3) Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat yang tersusun oleh lebih dari sepuluh monosakarida yang
terikat denhgan ikatan glikosida. Polisakarida bukan merupakan gula pereduksi dan tidak
mengalami murotasi karena tidak mempunyai gugus hidroksil anomerik bebas (kecuali
penghujung rantai). Ikatan glikosidik yang ada dalam polisakarida mungkin α (pada amilosa)
atau β (pada selulosa). (Parlan,2003). Berikut beberapa polisakarida yang sering dijumpai :
a. Selulosa
Selulosa tersusun atas satuan-satuan D-glukosa yang tergabung dengan ikatan 1,4’-β-
glikosida seperti pada selobiosa. Selulosa bukan gula pereduksi dan tidak mengalami
murotasi, karena dalam satu molekul hanya ada satu hemiasetal pada ujung rantai paling
kanan yang merupakan bagian yang sangat kecil dari molekul selulosa. (Parlan,2003)
b. Pati
Pati merupakan polimer glukosa, tetapi unit-unit monosakaridanya terikat dengan ikatan 1,4’-
α-glikosida seperti pada maltose. Pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi, yaitu fraksi yang
larut dalam air dingin yang disebut amilopektin, dan fraksi yang tidak larut dalam air dingin
yang disebut amilosa. Pati yang terdiri dari sekitar 20% berat amilosa yang tersusun oleh
beberapa ratus molekul glukosa yang terikat bersama oleh ikatan 1,4’-α-glikosida.
(Parlan,2003)
Reaksi-reaksi Pengenalan terhadap Karbohidrat
Dalam mengidentifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan berbagai tes kualitatif,
yaitu melalui tes Molish, tes Seliwanoff, tes Barfoed, tes Benedict, tes Tollens, tes
Fehling, hidrolisis sukrosa, dan hidrolisis pati. Berikut adalah penjelasan dari berbagai
tes tersebut :
1. Tes Molisch
Tes Molish uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molish
dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molish, seorang ahli botani dari Australia. Uji ini
didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di
permukaan lapisan asam dan lapisan sampel (Adisendjaja, 2014).
Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menghasilkan furfural.
Sedangkan golongan heksosa dihidrolisis oleh asam sulfat pekat menjadi hidroksi-metil
furfural. Pereaksi molisch terdiri atas alfa-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan
furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. (Poedjiadi & Supriyanti, 2009)
H OH
H O H3O+ O
HO HO
HO H -3H2O
H OH O
H OH
+
OH OH
OH
OH OH
5-(hidroksimetil)furfural alfa-naftol
senyawa berwarna ungu
Pereaksi Molisch dibuat dengan melarutkan 12,5 gram alfa-naftol ke dalam alkohol 95%
sampai volumenya tepat 250 mL. (sumber : http://www.edubio.info/2014/04/uji-
molisch.html. diakses tanggal 9 April 2017)
2. Tes Seliwanof
Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk membedakan gula (karbohidrat)
yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehida,
sedangkan gula ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari uji ini adalah bahwa ketosa
lebih cepat terdehidrasi dibandingkan aldosa saat dipanaskan. HCl dalam reagen
seliwanof akan mendehidrasi gula menjadi furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol
membentuk senyawa berwarna merah ceri. (Anwar, 1994)
Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna merah ceri,
sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak
muncul warna merah pada larutan. Namun apabila pemanasan tidak sesuai dengan
prosedur (lebih dari 5 menit), gula aldosa kadang akan menghasilkan warna merah muda.
Sedangkan sukrosa (gabungan antara fruktosa dan glukosa) akan menghasilkan warna
merah ceri karena adanya fruktosa di dalamnya.
OH OH 3H2O
2 O
OH
CH2OH
Pereaksi Barfoed dibuat dengan melarutkan 13,3 gram kristal tembaga asetat dalam
200 mL air, saring bila perlu. Kemudian tambahkan 1,9 mL asam asetat glasial. (sumber
: http://www.edubio.info/2014/04/uji-barfoed.html diakses tanggal 9 April 2017)
4. Tes Benedict
Uji benedict atau tes benedict digunakan untuk menunjukkan adanya gula
(karbohidrat) pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan
monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata.
Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen benedict karena
keduanya mengandung gugus aldosan dan ketosa. Hasil positif ditunjukkan dengan
adanya endapan merah bata.
Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict akan terjadi perubahan
warna dari biru hijau kuning kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk
endapan merah bata Cu2O apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi.
seperti halnya pereaksi Fehling, dalam reaksi ini karbohidrat pereduksi akan teroksidasi
menjadi asam onat, sedangkan pereaksi Benedict ion Cu2+ akan tereduksi membentuk
endapan Cu2O. Jadi, uji ini terjadi proses oksidasi dan reduksi. (Sumardjo, Darmin.200)
O O
CH2OH CH2OH
O OH
+ Cu2O
OH OH + 2Cu2+ (sitrat) OH COOH
endapan merah bata
OH OH
OH OH
a. Alat :
b. Bahan:
1. Larutan sukrosa 2% 27 tetes
2. Larutan glukosa 2% 30 tetes
3. Larutan amilum 2% 30 tetes
4. Pereaksi molish 15 tetes
5. Reagen seliwanoff 16mL
6. Reagen barfoed 15mL
7. Larutan AgNO3 1mL
8. Larutan NaOH 7mL
9. Larutan amoniak 20 tetes
10. Reagen fehling 12mL
11. Reagen benedict 31mL
12. Larutan HCl 3M 3mL
13. Aquades 15mL
1. Tes Molish
didiamkan 2 menit
diencerkan dengan 5 mL air
Warna ungu
2. Tes Seliwanoff
Perubahan warna
3. Tes Barfoed
ditambahkan 5 mL pereaksi
dipanaskan dalam penangas air
terbentuk endapan merah bata selama 2
menit
terdapat monosakarida
terdapat disakarida
4. Tes Tollens
Pembuatan reagen tollens
1 mL larutan AgNO3
2-5 tetes sukrosa 2-5 tetes amilum 2-5 tetes laktosa 2-5 tetes glukosa
Cermin perak
5. Tes Fehling
6. Tes Benedict
0,5 mL sukrosa
Hidrolisis Sukrosa
dilarutkan dalam 6 mL air
Larutan sukrosa
A B A B A B
7. Hidrolisis Pati
A B A B A B
(ada OH
CH2OH
OH
gumpalan OH
OH
OH + Fruktosa
coklat Glukosa
H+
CH2OH
-ditambah
Pentosa - 3H2O
H2O : larutan
berwarna
ungu muda O
O
Furfural
*
-Amilum +
pereaksi O
molish: O
campuran Furfural +
OH
tidak
homogen
(ada 2
gumpalan H3O+
coklat α- naftol H2O
kehitaman)
- HO
OH
O
ditambahkan
H2SO4 pekat:
2 lapisan [O] , H3O+
- H+ , - 2e
keruh dan Cincin ungu
ungu
-ditambah
+
H2O : larutan OH
HO O
berwarna
ungu
kecoklatan
OH
Larutan berwarna ungu
*
CHO
H C OH
HO C H
H C OH
H C OH
H+
CH2OH
Heksosa - 3H2O
HO
C O
H2
O C
H
5-Hidroksi metil furfural
HO
C O
H2
O C +
H
5-Hidroksi metil furfural
OH
2
H3O+
α-
naftol H2O
HO OH
C O
H2
OH
Cincin ungu
[O] , H3O+
- H+ , - 2e
+
HO OH
C O
H2
OH
Larutan berwarna ungu
H+ , 0,5 O2
- Glukosa +
reagen
seliwanoff: 3 H2O
larutan tak OH
berwarna
- setelah
dipanaskan: 2
larutan
Resorsinol OH
berwarna
jingga muda
HO O O
-t1= 10 menit
-t2= 41 menit
O
-t3= 52 menit CH2OH
- Laktosa + OH
OH OH
reagen OH
Glukosa
barfoed:
larutan CH2OH
berwarna biru O
C
OH H
Cu(CH3COO)2
-Setelah OH
CH3COOH
OH
dipanaskan:
CH2OH
larutan
berwarna biru OH
COO-
OH
OH + Cu2O
endapan
merah bata
OH OH
OH
OH OH
+ 2 Cu2+ + 2 H2O
4. Uji Tollens -AgNO3 : -AgNO3 + Uji tollens digunakan untuk Laktosa dan
larutan tak NaOH : mengidentifikasi adanya gugus glukosa
1 mL larutan AgNO3 berwarna larutan keruh aldehid. dapat
dan terdapat membentuk
-NaOH : larutan Monosakarida dan disakarida
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi tiak berwarna
endapan
apabila diuji tollens akan
cermin
ditambahkan 1 mL larutan NaOH perak ketika
-Penambahan terbentuk cermin perak.
ditambahkan larutan amonia encer tetes demi -NH4OH : direaksikn
NH4OH :
larutan tiak 2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → dengan
tetes larutan tak
Endapan melarut (reagen tollens) berwarna Ag2O(s)↓ + 2NaNO3(aq) + H2O(l) tollens
berwarna dan
sehingga
-Sukrosa : endapan larut
2Ag2O(s) + NH4OH(aq) ) → mengandun
larutan tak + - g gugus
-Sukrosa + 2Ag(NH3)2 (aq) + 3HO
berwarna aldehid
2-5 tetes 2-5 tetes 2-5 tetes 2-5 tetes tollens :
sukrosa amilum laktosa glukosa -Amilum : larutan * Reaksi sukrosa dengan (aldosa)
larutan tak sedikit reagen Tollens
HO
berwarna kekuningan HO
dipanaskan: O
terbentuk OH
OH
cermin perak
OH
H2 O
OH
Glukosa
- Glukosa +
tollens :
CH2OH
larutan OH O
sedikit C
OH H
Ag(NH3)2+
kekuningan OH
OH
OH-
-Setelah
dipanaskan:
terbentuk CH2OH
OH
OH
OH + Ag
cermin perak
* Reaksi laktosa dengan
reagen Tollens
CH2OH CH2OH
OH
O O O
OH OH
OH
Laktosa
OH OH
H2 O
CH2OH CH2OH
OH O
O O OH
OH OH C H
OH OH
Ag(NH3)2+
OH-
CH2OH CH2OH
OH
O O OH
OH OH COO-
OH OH
+ Ag cermin perak
5. Tes Fehling -Amilum : -Amilum + Tes fehling digunakan untuk Laktosa dan
larutan tak fehling : mengidentifikasi adanya gugus glukosa
berwarna larutan aldehid (adanya gula mengandun
2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes berwarna biru pereduksi). g gula
amilum laktosa sukrosa glukosa -Laktosa :
pereduksi,
larutan tak -Setelah
gugus
berwarna dipanaskan:
ditambahkan 2-3 tetes larutan fehling aldehid
larutan
dikocok -Sukrosa :
berwarna biru + 2Cu + 5OH (aldosa)
2+ -
+ Cu2O +
-Glukosa + Asam D-glukonat
fehling :
3H2O
larutan
berwarna
biru.
Setelah
dipanaskan
larutan
berwarna
jingga
terdapat
endapan
merah bata
(++)
6. Tes Benedict -Amilum : -Amilum + Tes benedict digunakan untuk Laktosa dan
larutan tak benedict : mengidentifikasi adanya gula glukosa
berwarna larutan pereduksi karena pereaksi mengandun
berwarna biru benedict dapat mengoksidasi g gula
5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes -Laktosa :
-Setelah gula pereduksi. Mengetahui pereduksi,
amilum laktosa sukrosa glukos larutan tak
dipanaskan: gugus aldehid pada karbohidrat yang
a berwarna
larutan (aldosa) dengan adanya ditandai
-Sukrosa : berwarna biru endapan merah mata. terbentukny
dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutan tak a endapan
-Laktosa +
berwarna merah bata,
ditambahkan 5 tetes larutan benedict benedict :
ketika
dikocok -Glukosa : larutan + 2Cu2+ (nitrat) direaksikan
berwarna
dipanaskan diatas penangas air selama larutan tak dengan
jingga +
2 menit berwarna larutan
Setelah + Cu2O
Endapan merah bata -Benedict Endapan merah bata benedict.
dipanaskan:
:larutan terdapat
berwarna biru endapan
merah bata
-Sukrosa + + 2Cu2+
benedict : (Sitrat)
larutan
berwarna
hijau +
-Setelah
dipanaskan:
larutan + Cu2O
berwarna
hijau
kecoklatan
- Glukosa + Sukrosa + Cu2+(sitrat)
benedict :
Amilum + Cu2+ (sitrat)
larutan
berwarna
jingga +
Setelah
dipanaskan:
terdapat
merah bata
7. Hidrolisis Sukrosa -Sukrosa : - Sukrosa + Hidrolisis sempurna terjadi jika Pada
larutan tak H2O : larutan ada penambahan asam atau perlakuan
berwarna. tak berwarna basa. tabung 1,
1. 0,5 mL
terjadi
ditambahkan 5 mL -aquades: tak Hidrolisis terjadi jika
dilarutkan dalam 6 mL air hidrolisis
seliwanoff berwarna mengalami proses pemanasan.
total karena
2. Larutan
dipanaskan
sukrosa 1a terbentuk
Hidrolisis Sukrosa
dalam penangas air endapan
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi
selama 5 menit CH2OH merah
O H CH2OH H
sukrosa O
OH OH dengan uji
O
OH CH2OH benedict
Larutan 1 Larutan 2 Larutan 3 OH OH
CH2OH
dan 1b
O larutan
OH
jingga
H2O
OH OH dengan uji
+ seliwanoff.
-
5OH OH
Pada
perlakuan
tabung 2,
terhidrolisis
H
-Larutan -Larutan CH2OH
O sebagian
Larutan 1 sukrosa: larutan sukrosa + OH adanya
tak berwarna HCl 3M : H warna biru
ditambahkan 1
CH2OH
Tabung 1b
-ditambahkan
HO O O
seliwanoff:
larutan tidak
berwarna,
O CH2OH
-dipanaskan:
larutan
berwarna
jingga
Tes benedict
Larutan 2 CH2OH
berwarna 5OH-
A B - benedict:
OH
biru NaOH: OH
benedict seliwanoff
larutan tak
dipanaskan dalam dipanaskan dalam - seliwanoff: berwarna OH
COO-
penangas air selama 5 penangas air selama 5 larutan tak OH
Endapan Warna
Tabung 2a
-ditambahkan
benedict:
larutan
berwarna biru
-dipanaskan:
larutan
berwarna biru
++
Tabung 2b
-ditambahkan
seliwanoff:
larutan tidak
berwarna
-dipanaskan:
larutan tidak
berwarna
-Larutan -Larutan
sukrosa: larutan sukrosa +
Larutan 3 tak berwarna H2O : larutan
tak berwarna
ditambahkan 1 mL air - aquades: tak
berwarna -
dibiarkan pada suhu ruang
ditambahkan
ditambah 1,5 mL air - benedict:
H2O : larutan
larutan berwarna
tak berwarna
biru
Tabung 3a
- seliwanoff:
larutan tak -ditambahkan
berwarna benedict:
A B
larutan
ditambahkan 5 mL ditambahditambahkan 1 mL berwarna
benedict air biru,
dipanaskan dalam dibiarkan pada suhu ruan dipanaskan:
penangas air selama 5 ditambah 1,5 mL air larutan
kan 5 mL seliwanoff berwarna biru
menit
dipanaskan dalam penangas Tabung 3b
air selama 5 menit
-ditambahkan
Endapan Warna seliwanoff:
larutan tidak
berwarna
dipanaskan:
larutan
berwarna
jingga
8. Hidrolisis Pati -Amilum -larutan Pati Hidrolisis pati digunakan untuk Dapat
:larutan tak + HCl : melakukan hidrolisis pati dan disimpulkan
berwarna larutan tak menguji hidrolisis tersebut. bahawa
2 mL larutan pati berwarna hidrolisis
-HCl 3M: Hidrolisis sempurna terjadi jika
pati dapat
ditambahkan 2 larutan tak -Setelah ada penambahan bahan asam
terjadi
mL HCl 3M berwarna dipanaskan atau basa.
karena
dipanaskan diatas -NaOH: larutan
larutan tak CH2OH penambaha
penangas air berwarna
tak berwarna O n asam dan
H2O
didinginkan -ditambahkan basa serta
-Iodin : larutan
ditambah 3 mL NaOH 3M: OH
pemanasan.
berwarna coklat OH
larutan NaOH 3M larutan tak
tua OH OH Tabung 1
berwarna
mengalami
-Benedict : hidrolisis
A B -tabung A CH2OH
larutan berwarna sempurna,
ditambahkan OH
Tes iodin ditambahkan biru
Iodin: larutan CHO
Cu2+
tabung 2
5 mL tak berwarna OH dan 3 tidak
pereaksi OH OH terhidrolisis
benedict -Tabung B .
ditambahkan CH2OH
Warna Endapan benedict: OH
larutan COO- + Cu2O
berwarna biru
OH
dan endapan OH OH
merah
CH2OH
-Amilum larutan Pati + O
CH2OH
O
2 mL larutan pati :larutan tak H2O : larutan OH OH
O
berwarna tak berwarna O O
ditambahkan 2 mL air OH OH
berwarna
ditambahkan 3 mL air berwarna coklat CH2OH
O H CH2OH H
O
tua -ditambahkan OH OH
O
H2O: larutan OH CH2OH
-Benedict : OH OH
tak berwarna CH2OH CH2OH
larutan berwarna OH
O O O
A B biru -tabung A OH OH
ditambahkan OH
Tes iodin ditambahkan Iodin: larutan + OH
Laktosa
OH
5 mL berwarna
pereaksi ungu
benedict kehitaman
(++)
Warna Endapan
arna
-tabung B
ditambahkan
benedict:
larutan
berwarna biru
CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H
O OH H O OH H O
ruang O
H
OH H O
H
OH H O
berwarna
ditambahkan 3 mL air -ditambahkan n
H OH
-Benedict : -Tabung A
larutan berwarna ditambahkan
A B biru Iodin: larutan
berwarna
Tes iodin ditambahkan ungu
5 mL kehitaman
pereaksi (+)
benedict
-Tabung B
Warna Endapan ditambahkan
benedict:
larutan
berwarna biru
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Uji Molish
Pada percobaan pertama, uji molish bertujuan membuktikan adanya karbohidrat
secara umum. Reagen molish digunkan sebagai pereaksi, didasarkan pada reaksi
antara α-naftol dengan furfural/hidroksimetil. Furfural tersebut yang digunakan untuk
mengidentifikasi karbohidrat secara umum yang ditunjukkan dengan warna ungu.
Reaksi yang terjadi :
Uji Molish
HO
C6H12O6 H 2O C O
H2
O C
H
5-hidroksi metil furfural
CHO
H C OH
H C OH
H C OH
H+ O
CH2OH O
Pentosa - 3H2O Furfural
OH
HO
OH
O
2
O
H3O+
O [O] , H3O+
Furfural + α- naftol H2O Cincin ungu - H+ , - 2e
+
OH
HO O
OH
Larutan berwarna ungu
CHO
H C OH
HO C H
H C OH
H C OH HO
H+ O
C
CH2OH H2
Heksosa - 3H2O O C
H
5-Hidroksi metil furfural
OH
HO 2
O
H3O+
C
H2
O C
H + α- naftol H2O
5-Hidroksi metil furfural
HO +
OH HO OH
C O C
H2 H2 O
[O] , H3O+
OH OH
Cincin ungu - H+ , - 2e Larutan berwarna ungu
CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H H2SO4
OH H OH H
* O O O
H OH H OH
n n
amilum glucose
OH
CH2OH
H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H
H OH
OH
HO O +
OH
C + 2 HO O
H2 C
O H
OH
CH2OH
H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H
H OH
OH
HO O OH
+
C + 2 HO O
H2 C
O H
OH
CH2OH
H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H
H OH
OH
HO O +
OH
C + 2 HO O
H2 C
O H
2. Uji seliwanoff
Uji seliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat yang
mengandung golongan ketosa. Pereaksi seliwanoff mengandung resorsinol dalam HCl
6 M. Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksil furfural. HCl dalam
reagen seliwanof akan mendehidrasi gula menjadi furfural yang akan bereaksi dengan
resorsinol membentuk senyawa berwarna merah ceri.
Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna merah
ceri, sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan
tidak muncul warna merah pada larutan. Warna yang terjadi disebabkan terjadinya
reaksi kondensasi resorsinol dengan furfural atau hidroksimetil furfural.
O OH
O
OH O
CH2OH O
O OH
OH [H+] C C
O
OH OH -3H2O O
H H
OH OH
OH OH
OH OH
OH
OH O
O
O
O
C C + 2
H O H OH
Amilum
CH2OH
CH2OH
O CH2OH OH
O
OH O
OH
OH
+
OH OH OH CH2OH
OH OH
OH n OH
OH
Glukosa
CH2OH
O
O
O
OH [H+] C C
-3H2O O
H H
OH OH
OH
OH
OH O
O
O
O
C C + 2
H O H OH
3. Uji Barfoed
CH2OH CH2OH
O O
OH OH + 2Cu2+ + 2H2O
O O
O
OH OH
Amilum
OH OH + 2Cu2+ + 2H2O
OH
OH OH
Laktosa
4. Uji tollens
dan larutan NH4OH 2% tetes demi tetes hingga endapan tepat larut dan larutan
menjadi tidak berwarna. Pada percobaan yang dilakukan oleh praktikan, jumlah
tetesan NH4OH yang diperlukan sebanyak 82 tetes hingga larutan menjadi tidak
berwarna. Berdasarkan reaksi yang terjadi:
Beberapa sampel yang diuji antara lain adalah sukrosa, amilum, laktosa dan glukosa.
Pada tabung pertama yang sudah dicuci bersih dan di oven, dimasukkan reagen
Tollens sebanyak 5 tetes kemudian ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa. Larutan
sukrosa tidak berwarna, ketika ditambahkan dengan reagen Tollens larutan tetap
menjadi tidak berwarna. Kemudian tabung reaksi diletakkan pada raknya, ditunggu
dan diamati beberapa saat. Tabung kedua, dimasukkan 5 tetes reagen Tollens,
ditambahkan 5 tetes amilum. Amilum sebelumnya larutan tidak berwarna, ketika
ditambahkan dengan reagen Tollens, tidak membentuk perubahan, selanjutnya tabung
2 diletakkan pada rak tabung reaksi. Tabung ketiga, dimasukkan reagen Tollens
sebanyak 5 tetes, kemudian ditambahkan dengan 5 tetes larutan laktosa, laktosa
sebelumnya tidak berwarna, ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
reagen tollens, larutan berubah menjadi berwarna abu-abu kehitaman, kemudian
tabung 3 diletakkan pada rak tabung reaksi. Ke dalam tabung yang terakhir,
dimasukkan 5 tetes reagen Tollens, ditambahkan 5 tetes larutan laktosa. Sebelumnya,
larutan laktosa tidak berwarna, ketika ditambahkan dengan reagen Tollens, larutan
berubah menjadi berwarna abu-abu kehitaman. setelah itu ke-empat tabung reaksi
ditunggu kira-kira 5-10 menit. Cermin perak akan terbentuk pada sampel yang positif
mengandung gugus aldehid (aldosa) sebagai bukti hasil reaksi dari gugus aldehid yang
bereaksi dengan reagen Tollens yang bersifat sebagai pengoksidasi ringan, ion perak
dalam reagen Tollens direduksi menjadi logam perak. Pada tabung ke 3 dan 4, yang
berisi laktosa dan glukosa, sudah nampak mulai terbentuk cermin perak, sedangkan
pada tabung pertama yang berisi sukrosa warna larutan menjadi hitam, tabung kedua
yang berisi amilum, warna larutan berubah menjadi kecokelatan. Setelah kira-kira 5-
10 menit, ke empat tabung ini dipanaskan menggunakan penangas air. Pada saat
pemanasan, suhu juga harus dijaga sekitar 35-500C. Jika lebih dari itu, bisa
menyebabkan reagen Tollens meledak. Setelah pemanasan kira-kira 10 menit, pada
tabung ketiga dan ke-empat mulai nampak terbentuk cermin perak. Sedangkan pada
tabung pertama dan kedua, tidak terbentuk cermin perak. Berdasarkan reaksi yang
terjadi antara reagen tollens dengan sukrosa pada tabung pertama:
O O OH
HO
HO OH
OH
Sukrosa
+ 2Ag(NH3)2OH (aq)
Tidak terbentuknya cermin perak pada tabung pertama yang berisi sampel sukrosa
mengindikasikan bahwa sukrosa bukan merupakan jenis aldosa, dan tidak
mengandung gugus aldehid. Hal ini sesuai dengan teori bahwasanya, sukrosa
merupakan suatu disakarida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak
memiliki gugus hemiasetal; oleh karena itu, sukrosa didalam air tidak berada dalam
kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida atau keto. Sukrosa tidak menunjukkan
mutarotasi dan bukanlah gula pereduksi ( (Fessenden & Fessenden, 1986)
Berdasarkan reaksi yang terjadi pada tabung kedua yang berisi amilum:
+ 2Ag(NH3)2OH (aq
Tidak terbentuknya cermin perak pada tabung reaksi kedua yang berisi amilum
mengindikasikan bahwa amilum bukan termasuk jenis aldosa, dan tidak mengandung
gugus aldehid. Hal ini sesuai dengan teori bahwasanya, amilum merupakan jenis
polisakarida.
OH H2 O
Laktosa
OH OH OH OH
Ag(NH3)2+
OH-
CH2OH CH2OH
OH
O O OH
OH OH COO-
OH OH
+ Ag cermin perak
Pada tabung ketiga yang berisi sampel laktosa, pada akhir pemanasan, terbentuk
cermin perak dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan teori bahwasanya laktosa
merupakan suatu jenis karbohidrat disakarida yang akan mengalami hidrolisis dengan
pemanasan yang dilakukan. Suatu disakarida (laktosa) apabila mengalami hidrolisis
akan menjadi karbohidrat yang lebih sederhana yakni glukosa dan galaktosa karena
glukosa merupakan jenis monosakarida dengan gula pereduksi aldosa, maka gugus
aldehid yang ada didalamnya, ketika direaksikan dengan reagen Tollens ion Ag2+
tereduksi menjadi logam Ag yang akan membentuk cermin perak pada bagian dasar
tabung reaksi.
O OH
OH O
OH C COO-
Ag(NH3)2+
OH H OH
OH OH
H2 O OH OH
Glukosa
OH
OH
OH- OH + Ag
cermin perak
Pada tabung ke-empat yang berisi sampel glukosa, pada akhir pemanasan, terbentuk
cermin perak dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan teori bahwasanya glukosa
merupakan suatu jenis karbohidrat monosakarida yang mempunyai gugus aldehid
didalamnya, yang disebut dengan aldosa. Monosakarida yang mengandung gugus
aldehida dirujuk sebagai aldosa (aldehid plus –osa). Glukosa, galaktosa, ribosa dan
deoksiribosa semuanya adalah aldosa (Fessenden & Fessenden, 1986)
5. Uji fehling
Uji Fehling ini bertujuan untuk menguji adanya gugus pereduksi yaitu aldose
& ketosa (gugus karbonil) pada karbohidrat dengan menggunakan pereaksi fehling.
Pereaksi Fehling terbuat dari 2 larutan yaitu Fehling A (CuSO4 dalam air) dan
Fehling B (larutan garam KNartrat dan NaOH dalam air). Dalam pereaksi ini ion Cu 2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi Cu2O.
Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi
pembentukan asam karboksilat. Fehling B berfungsi mencegah Cu2+ mengendap
dalam suasana alkalis.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
Pada tabung 1 yang berisi amilum setelah ditambah fehling dan dipanaskan
dihasilkan larutan berwarna biru kehijauan. Hal ini disebabkan karena amilum
mempunyai hemiasetal pada satu ujung dari tiap molekulnya, tetapi ujung ini hanya
sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak mengarah pada reaksi yang diamati
sehingga amilum tidak dapat mereduksi larutan Fehling.
Pada tabung 2 yang berisi laktosa setelah ditambah fehling dan dipanaskan
dihasilkan larutan berwarna jingga dan terdapat endapan berwarna merah bata. Hal ini
disebabkan karena laktosa mempunyai karbon anomerik yang merupakan bagian dari
suatu gugus hemiasetal. Laktosa merupakan gula pereduksi, mengalami mutarotasi,
dan merupakan suatu glikosida dengan kerangka 1,4’-β-glikosida. Laktosa dan
glukosa berada dalam kesetimbangan pada larutan dengan aldehide rantai terbuka
sehingga dapat mereduksi larutan Fehling menjadi merah bata.
Pada tabung 3 yang berisi sukrosa setelah ditambah fehling dan dipanaskan
dihasilkan larutan berwarna coklat. Hal ini dikarenakan sukrosa terhidrolisis menjadi
glukosa dan fruktosa. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki
gugus hemiasetal, oleh karena itu, sukrosa di dalam air tidak berada dalam
kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida atau keto. Sukrosa tidak menunjukkan
mutarotasi dan bukanlah gula pereduksi. Monomer glukosa akan mereduksi fehing
tetapi hanya dapat mereduksi sebagian sehingga sukrosa hanya berwarna coklat tetapi
tidak terbentuk endapan merah bata.
Pada tabung 4 yang berisi glukosa setelah ditambah Fehling dan dipanaskan
dihasilkan larutan berwarna jingga dan terbentuk endapan merah bata (++). Hal ini
dikarenakan glukosa mempunyai karbon anomerik yang merupakan bagian dari suatu
gugus hemiasetal. Glukosa berada dalam kesetimbangan pada larutan dengan aldehide
rantai terbuka. Sehingga dapat mereduksi larutan Fehling menjadi merah bata.
Glukosa merupakan gula pereduksi.
6. Uji Benedict
Pada percobaan keenam, uji benedict bertujuan mengetahui adanya gula
pereduksi. Reaksi ini spesifik untuk karbohidrat yang mempunyai gugus karbonil
bebas. Pereaksi benedict mengandung atom Cu yang terikat sebagai kompleks dan
dapat mengoksidasi gula pereduksi. Pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid
kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Uji dinyatakan
positif jika setelah pemanasan terbentuk endapan merah bata.
O O
+ 2 Cu2+ (sitrat) + Cu2O
C C
R H R OH
endapan
merah bata
CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H
OH H OH H
* O O O
H OH H OH
n
+ Cu2+(sitrat)
amilum
Tabung reaksi 2, dimasukan laktosa tidak berwarna, kemudian ditambahkan 5
tetes benedict diperoleh hasil berwarna jingga +. Selanjutnya dipanaskan selama 2
menit terbentuk endapan merah bata, menunjukkan bahwa laktosa pereaksi benedict
dapat di reduksi oleh gugus aldosa. Hal ini disebabkan karena laktosa mengandung
suatu gugus hemiasetal dengan karbon anomerik bebas, sehingga di dalam air gugus
ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka. Akibatnya
laktosa dapat mereduksi pereaksi benedict membentuk endapan merah bata Cu2O dan
tergolong gula pereduksi.
CH2OH
CH2OH
O
OH
OH + 2 Cu2+ (sitrat)
OH
OH
COOH + Cu2O
OH endapan
OH merah
bata
OH
OH
asam-D-glukonat
D-glukopiranosa
O O OH
HO
HO OH
OH
sucrose
+ Cu2+(sitrat)
O
OH
OH + 2 Cu2+ (sitrat)
OH
OH
COOH + Cu2O
OH endapan
OH merah
bata
OH
OH
D-glukopiranosa asam-D-glukonat
7. Hidrolisis Sukrosa
Pada percobaan ketujuh, Hidrolisis sukrosa bertujuan menghidrolisis sukrosa.
Langkah pertama, membuat larutan sukrosa dengan melarutkan 0,5 mL sukrosa
kedalam 6 mL air. Selanjutnya, dibagi kedalam 3 tabung reaksi dengan masing-
masing berisi 1 mL larutan sukrosa.
Tabung reaksi 1 ditambahkan 1 mL larutan HCl 3M tak berwarna, kemudian
dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit, tidak terjadi perubahan apapun.
Selanjutnya, didinginkan pada suhu kamar. HCl berfungsi menghidrolisis sukrosa.
Selanjutnya, ditambah 1,5 mL larutan NaOH tak berwarna. Kemudian larutan ini
dibagi kedalam 2 tabung. Pada tabung reaksi 1A ditambah 5 mL benedict,
menghasilkan larutan berwarna biru kemudian dipanaskan dalam penangas air,
Benedict di sini digunakan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam hal ini
sebagai indikator bahwa sukrosa sudah terhidrolisis atau tidak. Setelah pemanasan
larutan berwarna biru, terbentuk endapan merah bata. Pada tabung reaksi 1B ditambah
2 mL reagen seliwanoff, larutan tidak berwarna. Selanjutnya, dipanaskan dalam
penangas air. Reagen seliwanoff ini digunakan untuk membuktikan adanya ketosa
(fruktosa). Dalam hal ini sebagai indikator bahwa sukrosa sudah terhidrolisis atau
tidak. Sukrosa terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Setelah dipanaskan larutan
berwarna jingga. Hal ini menunjukkan bahwa hasil hidrolisis sukrosa adalah suatu
karbohidrat dengan sifat gula pereduksi dalam bentuk monosakarida karena penyusun
sukrosa adalah glukosa dan fruktosa, yang memenuhi sifat tersebut adalah glukosa.
Dalam percobaan ini juga terbukti bahwa larutan mengandung gugus ketosa yaitu
fruktosa. Dapat disimpulkan bahwa sukrosa terhidrolisis total.
Tabung reaksi 2, larutan sukrosa ditambahkan 1 mL air tak berwarna.
Kemudian dipanaskan ke dalam penangas air selma 10 menit, tidak terjadi perubahn
larutan tetap tidak berwarna dan didinginkan pada suhu kamar. Selanjutnya,
ditambahkan 1,5 mL larutan NaOH tak berwarna. Kemudian ditambahkan 1,5 mL air
lagi. Lalu larutan dibagi ke dalam 2 tabung. Pada tabung 2A ditambah dengan 5 mL
pereaksi benedict berwarna biru. Dihasilkan larutan berwarna biru kemudian
dipanaskan ke dalam penangas air, dihasilkan larutan berwarna biru ++ . Pada tabung
2B ditambah 5 mL larutan seliwanoff tak berwarna. Dihasilkan larutan berwarna tidak
berwarna, kemudian dipanaskan kedalam penangas air. Dihasilkan larutan berwarna
tidak berwarna. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sukrosa terhidrolisis sebagian
yakni saat ditambahkan benedict terbentuk larutan biru ++ dan tidak ada perubahan
warna saat uji dengan seliwanoff.
Tabung reaksi 3, larutan Sukrosa ditambahkan 1 mL air tak berwarna dan
dibiarkan pada suhu kamar. Kemudian ditambahkan 1,5 mL air. Lalu dibagi ke dalam
2 tabung reaksi. Pada tabung reaksi 3Aditambahkan 5 mL pereaksi benedict berwarna
biru. Dihasilkan larutan berwarna biru. Kemudian dipanaskan ke dalam penangas air
selama 5 menit. Dihasilkan larutan berwarna biru muda. Pada tabung 3B ditambahkan
5 mL larutan seliwanoff tak berwarna. Dihasilkan larutan berwarna tidak berwarna.
Kemudian dipanaskan ke dalam penangas air .Dihasilkan larutan berwarna jingga. Hal
ini menunjukkan bahwa sukrosa terhidrolisi sebagian.
CH2OH H
CH2OH O
O
O H CH2OH H
O OH
OH OH
OH H2O
O OH OH H
OH CH2OH CH2OH
OH -
OH 5OH OH + OH
Tes seliwanoff
CH2OH
O
HO
OH
H3O+ C O
OH OH H2
O C
OH -3H2O H
OH HO O O
HO
C O
H2
O C 2
H + O CH2OH
OH
CH2OH CH2OH
Tes benedict
OH OH
CH2OH
OH
CHO
OH
O
OH
2 Cu2+ COO-
OH
OH
OH 5OH- + Cu2O + 3H2O
OH OH OH
H2O
OH
8. Hidrolisis Pati
I2
Pati tidak terjadi reaksi
OH OH
OH
Laktosa
OH OH
Setelah itu larutan sampel dibagi menjadi 2 (tabung 2A dan 2B). Tabung 2A
diuji dengan larutan I2 , sampel ditambahkan 1 tetes larutan I2 menjadi berwarna ungu
kehitaman++. Hal ini menunjukkan masih terdapat pati dalam sampel.
CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H
O OH H O OH H O + n I2
H OH H OH
CH2OH CH2OH
I I
H O H H O H
H H + 2 H2O
O OH H O OH H O
n
H OH H OH
OH OH
OH
Laktosa
OH OH
Setelah itu larutan sampel dibagi menjadi 2 (tabung 3A dan 3B). Tabung 3A
diuji dengan larutan I2 , sampel ditambahkan 1 tetes larutan I2 menjadi berwarna ungu
kehitaman. Hal ini menunjukkan masih terdapat pati dalam sampel.
CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H
O OH H O OH H O + n I2
H OH H OH
CH2OH CH2OH
I I
H O H H O H
H H + 2 H2O
O OH H O OH H O
n
H OH H OH
X. DISKUSI
Pada percobaan ke tiga, Uji Barfoed pada laktosa tidak terbentuk endapan merah bata.
Secara teori laktosa dengan pereaksi Barfoed terbentuk endapan merah selama 10 menit
karena laktosa termasuk jenis karbohidrat disakarida. Hal ini dikarenakan penangas air
belum mencapai suhu maksimum untuk bereaksi sehingga endapan merah bata yang
terbentuk mebutuhkan waktu yang lambat.
Pada percobaan ketujuh hidrolisis sukrosa. Terjadi kesalahan sesuai teori seharusnya
pada tabung 3 tidak terhidrolisis, karena tidak ada penambahan asam atau proses
pemanasan diawal sehingga hidrolisis tidak terjadi. Sedangkan pada percobaan kami
tabung 3b terjadi perubahan warna menjadi jingga (terhidrolisis sebagian)
ketidaksesuaian dengan teori disebabkan karena adanya proses pemanasan pada tabung
3b setalah ditambahkan seliwanoff, pemasanan cukuplah lama sehingga terjadi warna
jingga, alasan lain karena kurangnya teliti dalam melalukan percobaan sehingga
memungkinkan kontaminasi dengan zat lain.
XI. KESIMPULAN
1. Pada percobaan pertama, bertujuan menguji karbohidrat secara umum. Dapat
disimpulkan bahwa amilum,glukosa, dan sukrosa merupakan karbohidrat berdasarkan
terbentuknya warna larutan atau senyawa kompleks ungu dengan reagen Molish
2. Pada percobaan kedua, uji seliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat yang mengandung golongan ketosa. Pada percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa amilum mengandung gugus keton pada karbohidrat (ketosa), laktosa dan
glukosa tidak mengandung gula ketosa karena mengalami perubahan warna melebihi
10 menit.
3. Pada percobaan ketiga, Tes Barfoed bertujuan untuk menguji monosakarida dan
disaskarida, glukosa merupakan monosakarida yang ditandai dengan terbentuknya
endapan merah bata yang lebih cepat, tetapi pada laktosa tidak terbentuk endapan
merah bata dimana secara teori merupakan disakarida, sedangkan amilum tidak
terbentuk endapan merah bata karena merupakan polisakarida
4. Pada percobaan keempat, uji Tollens bertujuan menguji gugus aldehid dalam
karbohidrat (Aldosa) dapat disimpulkan bahwa, Suatu sampel mengandung gugus
aldehid (merupakan jenis aldosa) dapat di identifikasi dengan mereaksikan sampel
menggunakan pengoksidasi lemah seperti reagen Tollens. Pada tabung
pertama(sukrosa) dan kedua(amilum) hasil menunjukkan negatif, karena tidak
terbentuk cermin perak, yang berarti bahwa sukrosa dan amilum tidak mengandung
gugus aldehid dan bukan merupakan suatu aldosa. Pada tabung ketiga(glukosa) dan ke-
empat(laktosa), terbentuk cermin perak yang berarti bahwa glukosa dan laktosa
mengandung gugus aldehid dan merupakan suatu aldosa
5. Pada percobaan kelima, uji Fehling ini bertujuan untuk menguji adanya gugus
pereduksi yaitu aldose & ketosa (gugus karbonil) pada karbohidrat dengan
menggunakan pereaksi fehling. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laktosa
dan glukosa mengandung gula pereduksi, gugus aldehid (aldosa) yang ditandai
terbentuknya endapan merah bata, ketika direaksikan dengan lartan fehling, sedangkan
amilum dan sukrosa tidak terbentuk endapan merah bata.
6. Pada percobaan keenam, bertujuan mengidentifikasi gula pereduksi. Dapat
disimpulkan bahwa glukosa dan laktosa merupakan karbohidrat yang mengandung gula
pereduksi ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata dengan reagen Benedict.
7. Pada percobaan ketujuh, bertujuan menghidrolisis sukrosa. Dapat disimpulkan bahwa
sukrosa dapat terhidrolisis sempurna pada tabung 1 (adanya penambahan asam dan
proses pemanasan) ditunjukkan dengan warna jingga dengan uji iodin. Endapan merah
bata dengan pereaksi benedict. Pada tabung,2,3 terhidrolisis sebagian, pada tabung 3
tidak sesuai teori, seharusnya tidak terhidrolisis.
8. Pada percobaan kedelapan, Hidrolisis Pati bertujuan untuk menghidrolisis pati dengan
pengujian Iodin dan Benedict. Tabung 1 terhidrolisis sempurna karena pada uji iodin
larutan tidak berwarna dan uji benedict terbentuk endapan merah bata. Tabung 2 dan 3
tidak terhidrolisis karena pada uji iodin larutan berwarna ungu kehitaman dan uji
benedict larutan berwarna biru.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskakan senyawa penyusun reagen-reagen yang digunakan dalam uji pengenalan
karbohidrat!
Jawab :
a) Reagen Molisch : alfa-naftol dan etanol 96%
b) Reagen Seliwanoff : HCl dan resorsinol
c) Reagen Barfoed : Tembaga asetat
d) Reagen Benedict: Larutan A (Na. Sitrat dan Na2CO3) + Larutan B (CuSO4.5H2O)
e) Reagen Fehling :Fehling A (CuSO4) + Fehling B (NaOH dan kalium natrium
tartrat).
f) Reagen Tollens : AgNO3 , NaOH dan NH4OH
g) Larutan Iodin : Iodin (I2)
2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang diuji !
Jawab :
a) Uji Molisch
Prinsip reaksi ini digunakan untuk membuktikan karbohidrat secara umum.
Terbentuk senyawa kompleks dari pereaksi Molisch (alfa-naftol dengan hidroksi
metil furfural)
b) Uji Seliwanof
Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat yang mengandung golongan
ketosa. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan
menghasikan warna merah pada larutannya.
c) Uji Barfoed
Untuk membedakan karbohidrat monosakarida dan disakarida. Prinsip reaksi
dari pengujian ini ialah terjadinya reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam Cu2O
yang berupa endapan berwarna merah. Reagen Barfoed tereduksi oleh adanya
gula pereduksi monosakarida.
d) Uji Tollens
Prinsip pada uji Tollens adalah reaksi reduksi. Sampel mereduksi reagen
Tollens, ion Ag2+ dari reagen Tollens direduksi menjadi logam perak Ag yang
akan membentuk cermin perak pada dasar tabung reaksi.
e) Uji Fehling
Untuk menguji adanya gugus pereduksi yaitu aldose dan ketosa (gugus
karbonil) pada karbohidrat dengan menggunakan pereaksi fehling.
Prinsip reaksi dari pengujian ini ialah terjadinya reaksi reduksi ion Cu2+
menjadi ion Cu+ dalam suasana basa akan diendapkan menjadi Cu2O.
Terbentuknya endapan merah dari Cu2O merupakan hasil sampingan dari reaksi
pembentukan asam karboksilat. Fehling B berfungsi untuk mencegah Cu2+
mengendap dalam suasana alkalis.
f) Uji Benedict
Untuk mengetahui adanya gula pereduksi. Preaksi Beneduct yang mengandung
Cu yang terikat sebagai kompleks dapat mengoksidasi gula pereduksi dengan
adanya endapan merah bata
g) Hidrolisis Sukrosa
Untuk menghidrolisis Sukrosa. Terjadi reaksi hidrolisis sukrosa pada suasana
asam dan pemanasan. Hasil hidrolisis sukrosa adalah penyusun monosakarida
dari sukrosa yaitu glukosa dan fruktosa
h) Hidrolisis Pati
Untuk menghidrolisis Pati. Tes iodin digunakan untuk menguji adanya amilum
(pati) dalam suatu larutan. Prinsip dasar reaksi ini adalah pembentukan kompleks
dari I2 dan amilum yang akan memberikan warna ungu kehitaman. Jika terjadi
hidrolisis sempurna pada amilum, maka tes iodin akan memberikan hasil negatif
(tetap tidak berwarna).
3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2% , selebihnya merupakan siklis.
Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi Tollens dan Fehling
!
Jawab :
Sukrosa tersusun oleh monosakarida glukosa dan fruktosa kedua atom karbon
anomeriknya saling terikat dalam ikatan glikosida, sehingga pada setiap unit
monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat
bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tidak
memiliki gugus pereduksi dan tak dapat mereduksi pereaksi benedict.
b. Monosakarida bereaksi dengan pereaksi Barfoed lebih cepat dibandingkan
dengan disakarida pereduksi.
Jawab :
Monosakarida bereaksi cepat dengan pereaksi barfoed karena senyawanya
lebih sederhana, selain itu jumlah atom C pada monosakarida lebih sedikit
dibandingkan dengan disakarida dan polisakarida. Sehingga monosakarida
langsung bereaksi dengan Barfoed tanpa mengalami hidrolisis, sedangkan
disakarida dihidrolisis terlebih dahulu menjadi 2 monosakarida lalu bereaksi
dengan Barfoed
DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja, Y. (2014). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Anwar, C. (1994). Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Fika Puspita. Laporan Uji Kualitatif Karbohodrat.
https://www.academia.edu/10130369/Laporan_Uji_Kualitatif_Karbohidrat_Kimdas_
2_ diakses tanggal 9 April 2017.
Hard, H. (2003). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
1. UJI MOLISH
3. UJI BARFOED
Pemanasan sampel (Glukosa, Amilum dan Terbentuk endapan merah bata pada
Laktosa) Glukosa
4. UJI TOLLENS
5. UJI FEHLING
tidak berwarna).
6. UJI BENEDICT
7. HIDROLISIS SUKROSA
8. HIDROLISIS PATI
Hasil Uji Iodin dan Benedict pada Hasil Uji Iodin dan Benedict pada
tabung 1 A dan 1 B tabung 2 A dan 2 B