Anda di halaman 1dari 6

I.

Judul Percobaan : Entropi Sistem


II. Hari/ tanggal : Rabu/ 21 November 2018
III. Tujuan : Mempelajari perubahan entropi sistem pada beberapa
reaksi
IV. Tinjauan Pustaka
Entropi dapat didefinisikan sebagai bentuk ketidakteraturan perilaku
partikel dalam sistem terhadap lingkungan entropi, di dasarkan pada
perubahan setiap keadaan yang dialami partikel dari keadaan awal hingga
keadaan akhir. Entropi juga merupakan suatu fungsi keadaan dan
dilambangkan S dan perubahan entropi dilambangkan ∆𝑆. Entropi juga dapat
didefinisikan sebagai ukuran untuk menyatakan ketidakteraturan sistem.
Jika entropi sistem meningkat komponen sistem menjadi semakin tidak
teratur, random dan energi sistem lebih terdistribusi pada range lebih besar
𝑆 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 > 𝑆 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟, entropi juga merupakan fungsi keadaan yaitu hanya
tergantung pada keadaan awal dan akhir tidak pada bagaimana proses
terjadinya (Atkins, 1994).
∆𝑺 𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 = 𝑺 𝒇𝒊𝒏𝒂𝒍 − 𝑺 𝒊𝒏𝒊𝒕𝒊𝒂𝒍
Jika entropi meningkat, maka ∆𝑆 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 akan positif, sebaliknya jika
entropi turun, maka ∆𝑆 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 akan negatif. Dalam susunan partikel setiap
zat, zat padat memiliki keteraturan partikel yang tinggi. Kemudian
selanjutnya zat cair dan kemudian gas. Hal ini dikarenakan pada zat padat
partikel tersusun rapat dan teratur satu sama lain karena gaya tarik antar
molekulnya sangat besar, sehingga partikel tidak dapat bergerak bebas, zat
cair gaya tarik molekulnya lebih kecil dari pada zat padat sehingga molekul
dapat bergerak bebas dan tidak teratur dan pada gas gaya tarik antar
molekulnya kecil sekali sehingga jarak partikelnya sangat jauh, satu sama lain
dan semakin tidak teratur. Ketika di dalam suatu sistem, maka susunan
partikel perlu diketahui bagaimana keteraturan sistem tersebut. Hal ini salah
satunya dipengaruhi wujud zat. Beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan entropi suatu sistem yaitu:
1. Perubahan temperatur
Entropi meningkat seiring dengan kenaikan temperatur. Kenaikan
temperatur tersebut menunjukkan kenaikan energi kinetik rata-rata
partikel.
2. Keadaan fisik dan perubahan fasa
Bila suatu reaksi kimia terjadi perubahan dari kadaan teratur menjadi
kurang teratur dikatakan perubahan entropinya (∆𝑆) positif. Namun,
bila pada suatu reaksi kimia terjadi perubahan dari keadaan kurang
teratur menjadi teratur dikatan perubahan entropinya (∆𝑆) negatif.
3. Pelarutan solid atau liquid
Entropi solid atau liquid terlarut biasanya lebih besar dari solid
murni, tetapi jenis solut dan solven serta bagaimana proses
pelarutannya mempengaruhi entropi secara keseluruhan.
4. Pelarutan gas
Gas begitu tidak teratur dan akan menjadi lebih teratur saat
dilarutkan dalam liquid atau solid. Entropi larutan gas dalam liquid
atau solid selalu lebih kecil dibanding gas murni. Saat O2 (S (g) =
205,0 J/mol.K) dilarutkan dalam air, entropi turun drastis (S (aq) =
11,09 J/mol.K).
5. Ukuran atom dan kompleksitas molekul
Perbedaan entropi zat dengan fasa sama tergantung pada ukuran
atom dan kompleksitas molekul (Chang, 2004).
A. Entropi dan Hukum Pertama Termodinamika
Perubahan entropi (∆𝑆) dapat dinyaakan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Salah sau kesimpulan dari hukum pertama yakni bahwa suatu
sistem yang melakukan suatu siklus yang melibatkan perpindahan
sejumlah panas
𝑑𝑄
∅ ≤0
𝑇
Di mana dQ adalah elemen dari jumlah panas yang dipindahkan ke
sistem pada temperatur absolut T. Jika semua proses dalam siklus dapat
kembali, maka dQ = dQR dan kesamaan dalam persamaan sebelumnya
benar yaitu
𝑑𝑄𝑅
∅ =0
𝑇
Sifat yang terbentuk dinamakan entropi yang untuk perubahan tak
terhingga dari keadaan, kemudian dapat di definisikan sebagai:
2
𝑑𝑄𝑅
𝑆2 − 𝑆1 = ∫ =0
1 𝑇
Proses- proses transisi yang berlangsung pada suhu dan tekanan
tetap seperti perubahan wujud (penyubliman, penguapan dan pelelehan)
atau perubahan betuk kristal pada umumnya berlangsung secara reversibel.
Persamaannya sebagai berikut:
𝑄𝑟𝑒𝑣
∆𝑆 = (Atkins, 1994)
𝑇

B. Entropi dan Hukum Kedua Termodinamika


1. Sistem alami cenderung ke arah tidak teratur, random, distribusi
partikel kurang teratur.
2. Beberapa sistem cenderung lebi tidak teratur (es meleleh) tetapi ada
juga yang lebih teratur (air membeku) secara spontan.
3. Dengan meninjau sistem dan lingkungan terlihat semua proses yang
berlangsung dalam arah spontan akan meningkatkan entropi total alam
semsta (sistem dan lingkungan). Ini yang disebut dengan hukum kedua
termodinamika.
4. Hukum ini tidak memberikan batasan perubahan entropi sistem atau
lingkungan, tetapi untuk perubahan spontan entropi, total sistem dan
lingkungan harus positif (Atkins, 1994)

∆𝑆 𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = ∆𝑆 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝑆 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 + ∆𝑆 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 > 0

Namun, pada kenyataannya proses spontan slalu bersifat irreversibel


dan untuk memperoleh S alam semesta = 0 yang berarti proses tersebut reversibel
sejati adalah tidak bisa tercapai atau diperoleh.

Berdasarkan hukum kedua termodinamika tersebut serta hukum


konservasi energi, entropi juga dapat digunakan sebagai kriteria kespontanan
proses. Arah proses pada reaksi dapat diramalkan sebagai berikut:

1. Jika ∆𝑆 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 + ∆𝑆 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 > 0 proses akan berlangsung


2. Jika ∆𝑆 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 + ∆𝑆 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 < 0 proses tidak akan berlangsung
3. Jika ∆𝑆 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 + ∆𝑆 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0 proses berlangsung setimbang
(Liapril, 2012)
C. Hubungan Entropi dengan Suhu
Pada mulanya, untuk perubahan entropi dirumuskan sebagai 𝑑𝑆 =
𝑑𝑄
untuk perubahan yang kecil maka:
𝑇

𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙
𝑑𝑆 = 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑡𝑒𝑔𝑟𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛
𝑇
𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙
∫ 𝑑𝑆 = ∫
𝑇
𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙 𝑛. 𝐶𝑑. 𝑇
∆𝑆 = ∫ = ∫
𝑇 𝑇
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑇1 𝑘𝑒 𝑇2
𝑇2
𝑛. 𝐶𝑑. 𝑇 𝑇2
∆𝑆 = ∫ = 𝑛. 𝐶𝑝. ln
𝑇1 𝑇 𝑇1
𝑻𝟐
∆𝑺 = 𝒏. 𝑪𝒑. 𝐥𝐧
𝑻𝟏

Dari rumusan ini, maka terlihat ∆𝑆 bergantung pada suhu C


(kapasitas kalor) bergantung proses yang terjadi apakah pada tekanan
tetap, C yang digunakan adalah Cp. Jika volume tetap, C yang digunakan
adalah Cv.

D. Perubahan Entropi dan Perubahan Entalpi


Jika reaksi kimia berlangsung dalam sistem dengan perubahan entalpi
∆𝐻, kalor yang memasuki lingkungan pada tekanan tetap adalah 𝑞 =
−∆𝐻, sehingga perubahan entropi adalah:
𝑞𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙
∆𝑆 =
𝑇
∆𝐻
∆𝑆 =
𝑇
∆𝐻 = −∆𝑆 × 𝑇

Untuk proses eksotermik, ∆𝐻 bernilai negatif karena sistem


melepaskan kalor (𝑇2 > 𝑇1), sehingga ∆𝑆 akan bernilai positif.
Sedangkan untuk proses endotermik, ∆𝐻 bernilai positif karena sistem
menyerap kalor, sehingga ∆𝑆 akan bernilai negatif (𝑇2 < 𝑇1) (Chang,
2004)

E. Reaksi Eksotermik dan Endotermik


Reaksi eksotermik merupakan reaksi yang melepaskan kalor atau
menghasilkan energi. Entalpi sistem berkurang (hasil reaksi memiliki
entalpi yang lebih rendah dari zat semula)
Reaksi endotermik adalah reaksi yang menyerap kalor atau
memerlukan energi. Entalpi sistem bertambah (hasil reaksi memiliki
entalpi yang lebih tinggi dari zat semula) (Haliday, 1990).
F. Entropi pada Reaksi Kimia
Berbeda dengan besaran-besaran termodinamika yang telah dibahas
sebelumnya, seperti energi dalam dan entalpi, entropi, mutlak suatu zat
yang dapat ditentukan. Data entropi untuk suatu zat atau unsur yang
terdapat dalam tabel tersebut. perubahan entropi suatu reaksi kimia dapat
ditentukan. Misalnya untuk reaksi yang digambarkan secara umum:
𝛼𝐴 + 𝛽𝐵 → 𝛾𝐶 + 𝛿𝐷
Perubahan entropinya ditentukan oleh persamaan:
∆𝑆 0 = 𝑆 0 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 𝑆 0 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
= (𝛾𝑆 0 𝐶 + 𝛿𝑆 0 𝐷) − (𝛼𝑆 0 𝐴 + 𝛽𝑆 0 𝐵)
(Reynolds, 1996)
G. Proses-Proses Yang Dapat Menyebabkan Peningkatan Entropi
1. Padatan meleleh menjadi cair
2. Padatan atau cairan membentuk gas
3. Padatan atau caira bercampur dengan pelarut untuk membentuk
larutan nonelektrolit.
4. Reaksi kimia menghaslkan suatu kenaikan jumlah molekul-
molekul gas.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Chang, R. 2002. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Haliday, R. 1990. Fisika. Jakarta. Erlangga.

Liapril, J. 2012. Entropi Sistem. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 15


November 2018.

Reynolds, W.C & Parkins, H.C. 1996. Trmodinamika Teknik (edisi kedua). Jakarta:
Erlangga.

Tjahjani, S, dkk. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Surabaya: FMIPA-
UNESA.

Anda mungkin juga menyukai