MAHASISWA
JUDUL PROGRAM :
BIDANG KEGIATAN :
Diusulkan oleh :
1. Judul Kegiatan :
2. Bidang Kegiatan :
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap :
b. NIM :
c. Jurusan :
d. Universitas :
e. Alamat Rumah & No.Hp :
f. Alamat Email :
4. Anggota Pelaksana Kegiatan :
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIDN :
c. Alamat Rumah & No.Hp :
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemenristekdikti :
b. Sumber Lain :
7. Jangka Waktu Pelaksana :
( ) ( Bambang P ,M.Farm.,Apt )
NIK. NIK.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.6 Luaran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leri
Air cucian beras mengandung banyak nutrisi yang terlarut didalamnya
diantaranya adalah 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50%
mangan, 50% fosfor, 60% zat besi (Nurhasanah, 2011 dalam Bahar, 2016).
Mengandung Ca 2,944%, Mg 14,252%, S 0,027%, Fe 0,0427% dan B1 0,043%
Wulandari et.al (2011). Sedangkan menurut hasil penelitian Wulandari et.al
(2011), hasil analisis kandungan air cucian beras putih adalah N 0,015%, P
16,306%, K 0,02%, Ca 2,944%, Mg 14,252%, S 0,027%, Fe 0,0427% dan B1
0,043%. Air cucian beras putih memiliki kandungan unsur hara nitrogen, fosfor,
magnesium, dan sulfur yang lebih tinggi dibanding air cucian beras merah.
Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit ari. Saat
mencuci beras biasanya air cucian pertama akan berwarna keruh. Warna keruh
tersebut menunjukkan bahwa lapisan terluar dari beras ikut terkikis. Selama
pencucian beras, sekitar 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90% vitamin B6, 50%
mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat dan asam lemak
esensial terlarut oleh air (Alip, 2010 dalam Rahmadsyah, 2016).
2.2 Nata
Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang
ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa. Menurut Pambayun (2002)
bakteri Acetobacter xylinum dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam
media yang sudah diperkaya karbon (C) dan nitrogen (N) melalui proses yang
terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasikan enzim
ekstraseluler yang dapat menyusun zat gula (dalam hal ini glukosa) menjadi
ribuan rantai (homopolimer) atau selulosa. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh
dalam media tersebut, akan dihasilkan lembar benang – benang selulosa yang
akhirnya nampak padat putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Jenis nata yang beredar di masyarakat adalah nata de coco, yaitu nata yang
terbuat dari air kelapa. Tetapi ada bahan baku lain untuk membuat nata, misalnya
dari sari buah – buahan, air leri (air cucian beras). Menurut Res (2009 ) seiring
perkembangan teknologi, bahan membuat nata semakin beragam, dapat dibuat
dari ampas tahu, buah semu jambu mete, lidah buaya atau kulit nanas. Komponen
yang berperan membentuk nata dari bahan baku tersebut adalah gula, asam
organik dan mineral yang diubah menjadi selulosa sintetik oleh Acetobacter
xylinum.
Nata sangat baik apabila diolah menjadi makanan atau minuman penyegar,
karena nata mengandung serat pangan (dietary fiber). Seperti halnya selulosa
alami, nata sangat berperan dalam proses pencernaan makanan yang terjadi di
usus halus dan penyerapan air di usus besar, sehingga sangat bermanfaat dalam
pencernaan makanan dan secara tidak langsung sangat baik bagi kesehatan. Selain
selulosa, tentu saja nata juga mengandung protein terutama yang berasal dari
bakteri Acetobacter xylinum yang terperangkap di antara susunan benang-benang
selulosa.
Ada beberapa jenis nata yang telah dikembangkan di Indonesia :
A. Nata de coco
Nata yang dibuat dari air kelapa. Air kelapa merupakan salah satu
limbah industri pertanian.Sangat disayangkan apabila limbah industri yang
berlimpah ini dibuang begitu saja. Hal ini dikarenakan pada air kelapa
masih terd apat nutrisi yang tersisa yaitu gula dan mineral. Air kelapa
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan produk nata de coco, sehingga
meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis. Pengolahan air kelapa
menjadi nata de coco memanfaatkan peran mikroba.
B. Nata de cacao
Cairan pulp kakao dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
pembuatan nata Pratiwi, 2006)
C. Nata de cassava
Nata de cassava merupakan produk hasil fermentasi bahan baku
singkong dengan memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum yang
menghasilkan bahan berupa jely, berserat tinggi, kenyal, berwarna putih
dan rasanya nikmat seperti nata de coco. Nata de cassava memiliki kualitas
yang mampu menyamai nata de coco, sehingga mampu menjadi substitusi
dan sekaligus sebagai pesaing produk nata de coco. Kini, nata de cassava
kian popular sebagai bahan baku minuman kemasan siap saji dan aneka
produk jajanan seperti es campur, cocktail, manisan nata, puding dan lain-
lain. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan
industri nata de cassava, karena memiliki sumber bahan baku singkong
yang cukup melimpah. Bahan baku dapat diperoleh dengan memanfaatkan
limbah cair industri pengolahan singkong seperti industri tapioca
(Misgiyarta).
D. Nata de pina
Nata de pina merupakan nata yang dibuat dari buah atau limbah
nanas yang berupa kulit, empulur dan mata nanas serta buah nanas masak
optimum. Bahan diblender dengan tambahan air. Air digunakan sebagi
media untuk nata dengan penambahan sumber nitrogen dan karbon
(Iskandar dkk, 2010).
E. Nata de banana
Nata de banana merupakan nata yang dibuat dari kulit pisang.
Limbah kulit pisang cukup baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata
de Banana. Dalam kulit pisang terdapat berbagai nutrisi yang bisa
dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Banana. Nutrisi yang terkandung
dalam kulit pisang antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang
beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung
pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu
meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum)
(Evi Rossi, 2008).
F. Nata de aren
Nira sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula merah merupakan
bahan yang mudah mengalami fermentasi dan peningkatan kadar
keasaman yang berdampak menurunkan mutu gula merah atau
menyebabkan nira tidak dapat lagi dibuat menjadi gula merah. Sebaliknya
pada pembuatan nata dibutuhkan nira yang tingkat keasamannya tinggi.
Saat ini nata yang banyak diproduksi dari air buah kelapa maupun nira
kelapa. Secara fisik, nira aren tidak jauh berbeda dengan nira air kelapa
sehingga ada peluang untuk menghasilkan nira aren menjadi produk
fermentasi nata yang bernilai ekonomi (hartadi dan Palennari, 2010).
G. Nata de soya
Whey tahu (limbah cair tahu) dapat digunakan sebagai media pada
pembuatan nata, karena masih mengandung sumber nitrogen yang dapat
digunakan untuk pertumbuhan bakteri A. xylinum (Nugraheni, 2008).
METODE PENELITIAN
Beras putih di rendam dengan air selama 10 menit, lalu cuci dengan air
1 liter dan dilakukan pencucian sebanyak 3 kali
Kemudian air leri sebanyak 1 liter di tambahkan gula pasir 100 gram
dan ammonia sulfat 5 gram lalu di panaskan sampai mendidih
Kemudian dinginkan pada suhu kamar dan tambahkan asam cuka 7,5
ml sampai pH 3- 4
Beras putih di rendam selama 10 menit,lalu di cuci dengan air 5 liter dan
dilakukan pencucian sebanyak 3 kali
Kemudian air leri sebanyak 5 liter di tambahkan gula pasir 500 gram dan
ammonia sulfat 25 gram lalu di panaskan sampai mendidih
Kemudian di tambahkan asam cuka 35,7 ml sampai pH 3 - 4
Kemudian loyang di isi dengan volume 1,2 liter di tutup dengan koran dan
di tali