Anda di halaman 1dari 63

PEMBUATAN BIOETANOL BERBAHAN AIR LIMBAH CUCIAN BERAS

(AIR LERI) DENGAN METODE FERMENTASI

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


guna memperoleh gelar Diploma Tiga (D-3)
pada Politeknik Negeri Ujung Pandang

WULANDARI 331 18 511

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK KIMIA MINERAL


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan salam serta shalawat kepada

Rasulullah SAW dan para pembela beliau hingga kini.

Tugas akhir ini merupakan salah satu tahapan dari apa yang telah kami

lakukan serta merupakan salah satu manfaat dari sekian banyak manfaat yang dapat

diberikan oleh Sang Pencipta dengan segala rahasia ciptaan-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam proses awal hingga detik ini, banyak sekali

pihak yang terlibat dan berperan serta dalam mewujudkan selesainya tugas akhir

ini. Terkhusus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta kami (Bapak Legiman dan Ibu

Endang Soekapti) atas segala do’a dan usahanya hingga saat ini. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Muhammmad Anshar, M.Si., Ph.D. selaku direktur Politeknik

Negeri Ujung Pandang.

2. Bapak Drs. Herman Bangngalino, M.T. selaku ketua jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3. Bapak Ir. Barlian HS., M.T selaku Ketua Program Studi PDD Bone.

4. Ibu Vilia Darma Paramita, STP., M.Sc., PhD. Selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabaran dalam memberikan

bimbingan serta arahan kepada penulis.

5. Ibu Dr. Nurbaeti, S.Ag., M.Pd.I, selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, tenaga serta pikiran dan memberikan bimbingan serta arahan kepada

penulis.

iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENERIMAAN ...............................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... v

SURAT PERNYATAAN .....................................................Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3

1.3 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5

2.1 Definisi Bioetanol ..................................................................................................... 5

2.2 Pembuatan Bioetanol ................................................................................................ 6

2.3 Distilasi ................................................................................................................... 10

2.4 Saccharomyces cerevisiae ...................................................................................... 11

2.5 Definisi Air Cucian Beras ....................................................................................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 16

3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................................. 16

3.2 Alat dan Bahan........................................................................................................ 16

3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................................ 17

3.4 Metode Analisa ..................................................................................................... 18

3.5 Variasi ................................................................................................................... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 21

v
4.1 Perubahan pH Terhadap Konsentrasi Saccharomyces cerevisiae ........................... 21

4.2 Pengaruh Kadar Gula terhadap Kadar Bioetanol .................................................... 22

4.3 Analisa Kadar Etanol Menggunakan Gas Chromatography (GC) ........................ 24

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 26

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 26

5.2 Saran ....................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27

LAMPIRAN...................................................................................................................... 31

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari polisakarida

menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dibuat dari berbagai bahan hasil

pertanian. Bioetanol menjadi salah satu sumber energi alternatif yang memiliki

beberapa kelebihan, seperti sifat etanol yang dapat diperbarui dan ramah

lingkungan karena memiliki emisi CO2 yang rendah, selain itu etanol dapat

digunakan sebagai bahan campuran bensin (gasolin) yang kemudian dinamakan

gasohol serta dapat pula digunakan secara langsung sebagai bahan bakar. Produksi

bioetanol sebagian besar berasal dari gula yang bersumber dari bahan pangan.

Namun pemanfaatan bahan pangan sebagai sumber bahan baku untuk produksi

bioetanol, apabila dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan krisis

pangan dunia yang dapat menimbulkan persaingan pada sektor pangan dan energi.

Untuk mengatasi persaingan tersebut, maka dilakukan suatu upaya dalam

memproduksi bioetanol. Salah satunya dengan menggunakan bahan baku murah

dan melimpah, misalnya dengan menggunakan air limbah cucian beras.

Air cucian beras atau sering disebut air leri merupakan air yang diperoleh

dalam proses pencucian beras. Air cucian beras tergolong mudah didapatkan karena

sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan beras sebagai makanan pokok

yang mengandung karbohidrat tinggi berupa pati 30%, lemak, protein glutein,

selulosa, hemiselulosa, gula dan vitamin yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan

energi. Selama ini air cucian beras belum banyak dimanfaatkan dan biasanya hanya

dibuang begitu saja. Namun sebenarnya air cucian tersebut masih mengandung

1
karbohidrat, protein dan vitamin B serta kandungan amilum dalam air cucian beras

dapat diproses untuk menghasilkan etanol (Moehyi, 1992).

Indonesia dalam memproduksi bioetanol menggunakan cara sederhana yaitu

dengan metode fermentasi. Fermentasi merupakan proses penguraian senyawa

organik menjadi senyawa sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga

menghasilkan energi. Proses fermentasi pada umumnya menggunakan

Saccharomyces cerevisiae sebagai mikroba. Saccharomyces cerevisiae

membutuhkan nutrisi tertentu sebagai sumber energinya. Nutrisi tersebut adalah

unsur Karbon (C), Nitrogen (N), Fosfor (P) dan mineral-mineral (Arsyad, 2007).

Saccharomyces cerevisiae merupakan jenis mikroba yang mempunyai

pertumbuhan sempurna pada suhu 25-33°C, pH antara 4-5 dan lama fermentasi

antara 2-10 hari (Judoamidjojo, 1992).

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Eni dkk., 2015), semakin lama waktu

fermentasi maka semakin banyak jumlah etanol yang dihasilkan. Sedangkan

semakin tinggi konsentrasi ragi (Saccharomyces cerevisiae), maka semakin tinggi

pula kadar bioetanol yang dihasilkan. Kadar bioetanol yang dihasilkan dari

penelitian Eni dkk dengan variasi konsentrasi ragi 1, 2 dan 3% dan variasi waktu

fermentasi 2, 4 dan 6 hari adalah sebesar 11,177%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktavia dkk (2017), memiliki kadar

bioetanol yang cukup tinggi sebesar 43-77% dengan variasi jumlah ragi 25, 35 dan

45 gram dan variasi waktu fermentasi 3, 6, 9 dan 12 hari. Sedangkan hasil penelitian

dari Visca et al (2020), menghasilkan kadar etanol tertinggi sebesar 19,387%

2
dengan variasi konsentrasi ragi 0,5; 1,5 dan 3% dan variasi waktu fermentasi 3, 4,

5, 6 dan 7 hari.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini kami menggunakan

limbah air cucian beras dengan metode fermentasi sebagai salah satu alternatif

dalam pembuatan bioetanol dengan menentukan pengaruh konsentrasi

Saccharomyce cerevisiae dan waktu fermentasi terhadap kadar glukosa dan

bioetanol.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi Saccharomyces cerevisiae terhadap kadar

bioetanol pada proses fermentasi air cucian beras?

2. Bagaimana pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar bioetanol?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan limbah air cucian beras dari salah satu jenis

beras yaitu beras putih. Variasi konsentrasi Saccharomyces cerevisiae yang

digunakan adalah 2, 3, 4 dan 5%. Sedangkan variabel waktu fermentasi yang

divariasikan adalah 5, 6, 7 dan 8 hari. Untuk penentuan kadar glukosa digunakan

metode Luff Schoorl dan kadar bioetanol dengan Gas Chromatography.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menentukan konsentrasi Saccharomyces cerevisiae yang optimum untuk

menghasilkan produk bioetanol yang optimal.

2. Menentukan waktu fermentasi yang maksimum dari variasi waktu fermentasi

untuk menghasilkan produk bioetanol yang maksimal.

3
1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk memanfaaatkan limbah buangan air cucian beras dan mendapatkan

bioetanol.

2. Mengurangi dampak lingkungan limbah air cucian beras.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bioetanol

Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari polisakarida

menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dibuat dari berbagai bahan hasil

pertanian. Bioetanol adalah etanol yang berasal dari biomassa, seperti pati, selulosa

dan gula sederhana. Penggunaan bioetanol salah satu diantaranya sebagai substitusi

bahan bakar, sehingga dimungkinkan dapat menjadi solusi masalah kekurangan

energi pada saat ini. Bahkan penggunaan bioetanol selain dapat mengurangi tingkat

polusi, juga dapat menghemat bahan bakar fosil yang jumlahnya terbatas, tidak

dapat diperbarui dan tidak ramah lingkungan.

Etanol atau etil alcohol (C2H5OH) merupakan cairan yang tidak berwarna,

bersifat biodegradable, mudah terurai dan menyebabkan sedikit polusi lingkungan

jika tumpah.

a. Sifat-sifat etanol, yaitu:

1) Sifat Fisik

- Nama : Etanol

- Rumus molekul : CH3CH2OH

- Berat molekul : 46,1 g/gmol

- Densitas : 0,79 g/cm3

- Titik didih : 78°C

- Titik nyala : 13°C

- Titik leleh : -114°C

- Wujud : cair tidak berwarna

5
- Tekanan uap : 57,26 Pa pada 19,6°C

- Kelarutan dalam air : 1000 g/L pada 20°C

(Sumber : *Safety Data Sheet (sigmaaldrich.com) )

2) Sifat Kimia

- Pelarut yang baik untuk senyawa organik.

- Mudah menguap.

- Mudah terbakar.

(Sumber : Novitasari, 2012)

b. Kegunaan etanol (Shintawaty, 2010), yaitu:

1) Sebagai bahan dasar untuk pembuatan pereaksi-pereaksi kimia lainnya,

seperti asetaldehia, ethyl asetat, asam asetat dan lain-lain.

2) Sebagai pelarut, terutama dalam industri farmasi, disinfektan, plastik dan

sebagainya.

3) Bahan bakar.

4) Sebagai bahan baku pembuatan spiritus (etanol dicampur metanol dan

diberi zat pewarna).

5) Sebagai bahan pembuatan minuman keras.

6) Sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik dan parfum.

2.2 Pembuatan Bioetanol

Proses pembuatan etanol secara industri tergantung pada bahan bakunya.

Bahan yang mengandung gula biasanya sedikit, bahkan tidak memerlukan

pengolahan terlebih dahulu. Namun bahan-bahan yang mengandung pati atau

6
selulosa harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi gula, kemudian dilakukan

fermentasi menjadi etanol. Dalam proses konversi karbohidrat menjadi gula

(glukosa) larut dalam air, dilakukan penambahan air dan enzim kemudian dilakukan

proses peragian atau fermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan yeast

atau ragi (Eni dkk., 2015).

1. Hidrolisis

Hidrolisis merupakan proses pemecahan suatu senyawa dengan air. Ada 4 jenis

hidrolisis (Adlin, 2019), yaitu:

a. Hidrolisis tanpa katalis

Hidrolisis tanpa katalis merupakan proses hidrolisis yang dilakukan pada suhu

yang lebih tinggi pada kondisi normal tanpa adanya zat lain.

b. Hidrolisis asam

Penambahan asam akan mempercepat proses hidrolisis untuk memecahkan

senyawa dari berbagai bahan baku seperti gula, ester dan amida. Pada umumnya

asam yang digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl).

c. Hidrolisis basa

Penambahan basa juga akan mempercepat proses hidrolisis.

d. Hidrolisis enzim

Adanya enzim pada proses hidrolisis akan menurunkan energi aktivasi sehingga

akan mempercepat proses pemecahan polimer menjadi monomer-monomer.

7
2. Fermentasi

Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik dengan bantuan

mikroba baik secara aerob maupun anaerob, sehingga dapat menghasilkan senyawa

berupa alkohol, gas dan asam organik. Dalam proses fermentasi tersebut, bahan

baku energi yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah glukosa.

Persamaan reaksi kimia dari fermentasi (Adlin, 2019) sebagai berikut:

C6H12O6 (gula) 2C2H5OH (alkohol) + 2CO2 (karbondioksida)

Reaksi ini merupakan dasar dari pembuatan tape, brem, anggur minuman

lain-lain (Fessenden and Fessenden, 1982). Pada proses ini glukosa difermentasikan

dengan enzim zimase dan enzim invertase yang dihasilkan oleh Saccharomyces

cerevisiae. Fungsi enzim zimase yaitu untuk memecah polisakarida (pati) yang

masih terdapat dalam proses hidrolisis untuk diubah menjadi monosakarida

(glukosa). Sedangkan enzim invertase selanjutnya mengubah monosakarida

menjadi alkohol dengan proses fermentasi. Pada awal fermentasi masih diperlukan

oksigen untuk pertumbuhan dan perkembangan Sacharomyces cerevisiae, tetapi

pada saat proses tidak dibutuhkan lagi sebab kondisi proses yang diperlukan adalah

anaerob.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi (Arlianti, 2018) yaitu:

a) Jenis mikoroba yang digunakan

Pemilihan mikroba untuk proses fermentasi harus diperhatikan. Mikroba

yang baik adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan cepat dan menghasilkan

enzim-enzim essensial untuk proses fermentasi.

8
b) pH (Derajat Keasaman)

pH yang optimum (4,0-4,5) dapat dilakukan dengan menambahkan asam,

misalnya asam sitrat, tartarat atau malat dan bisa juga dengan menambah basa,

misalnya KOH. Selama fermentasi, pH akan menurun dari pH semula.

Penurunan pH disebabkan oleh sebagian alkohol yang diubah menjadi asam-

asam organik (Adlin, 2019).

c) Suhu

Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae

adalah 25-30°C dan temperatur maksimal adalah 35-47°C (Arlianti, 2018).

d) Oksigen

Ketersediaan oksigen bergantung pada jenis mikroba yang digunakan.

Terdapat dua proses yang digunakan mikroba dalam memperoleh ketersediaan

oksigen, yaitu proses aerob dan anaerob. Proses aerob yaitu proses dimana

mikroorganisme sangat membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya dan akan

mati jika tidak ada oksigen. Contoh mikroorganisme yang tumbuh dan

berkembang dengan proses aerob adalah Nitrobacter, Nitrosomonas,

Acetobacter, Nitrosococcus, Hydrogemonas, Nocardiaasteroides dan

Thiobacillus thiooxidans. Sedangkan proses anaerob yaitu proses dimana

mikroorganisme tidak membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. Contoh

mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang dengan proses anaerob adalah

Streptococcus, Aerobacter aerogenes, Escherichia coli dan Lactobacillus

(Zaenuddin, 2021).

9
e) Nutrisi

Mikroorganisme memerlukan nutrisi yang baik agar dapat memperoleh

hasil fermentasi yang baik. Nutrisi utama adalah Nitrogen (N) yang diperoleh

dari penambahan NH3, garam ammonium, pepton, asam amino dan urea

(Arlianti, 2018).

2.3 Distilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan larutan

berdasarkan perbedaan titik didih. Titik didih etanol murni adalah 78°C. Proses

distilasi akan meningkatkan kandungan etanol hingga 95% (Arlianti, 2018). Berikut

beberapa jenis distilasi antara lain:

a. Distilasi Sederhana

Distilasi sederhana atau distilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia

untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik

didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan distilasi biasa ini

untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran

akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing (Walangare, 2013).

b. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat)

Distilasi fraksionasi merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan

yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30°C

atau lebih (Inggit, 2014).

10
c. Distilasi Azeotrop

Distilasi azeotrop merupakan proses pemisahan azeotrop yang biasanya

dalam proses menggunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop

tersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi (Ahmad, 2002).

2.4 Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae atau yang dikenal dengan khamir adalah ragi atau

yeast sel tunggal eukariotik berbentuk bulat dengan ukuran 5-10 µm yang memiliki

kemampuan mengubah glukosa menjadi etanol. Saccharomyces cerevisiae

mempunyai pertumbuhan sempurna pada suhu 25-33°C, pH antara 4,5 dan lama

peragian antara 2-10 hari (Shintawaty, 2010). Pertumbuhan Saccharomyces

dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur Karbon (C), Nitrogen (N),

Fosfor (P) dan mineral-mineral seperti Magnesium (Mg) dan Klor (Cl).

Saccharomyces cerevisiae dapat memfermentasikan berbagai karbohidrat

dan mengubah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida sehingga banyak

digunakan dalam industri pembuatan bir, roti atau anggur (Shintawaty, 2010).

Menurut Tamam (2011), Saccharomyces cerevisiae memiliki manfaat atau

peran dalam fermentasi, biasanya produk utamanya adalah etanol. Mikroba ini

digunakan dalam bidang fermentasi tradisional seperti tempe, tape, tuak, bahan-

bahan kimia, produk pharmaceutical agrikultur, biofuel dan industri enzim.

11
Secara umum, pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae dapat dilihat pada

kurva berikut

Gambar 2.1 Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme (Ali, 2016)

Saccharomyces cerevisiae mengalami 4 fase pertumbuhan yaitu fase

adaptasi, fase log, fase stasioner dan fase kematian (Ali, 2016; Azizah, 2012). Fase

adaptasi digambarkan dengan garis kurva dari keadaan nol kemudian sedikit ada

kenaikan. Dalam fase adaptasi, Saccharomyces cerevisiae beradaptasi dengan

media tumbuh dan belum ada pertumbuhan. Fase log digambarkan dengan garis

kurva yang mulai menunjukkan adanya peningkatan. Pada fase ini, Saccharomyces

cerevisiae telah beradaptasi dan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat

sehingga terjadi pemecahan gula menjadi etanol. Pada fase ini pula dihasilkan

etanol yang tinggi. Fase stasioner digambarkan dengan garis kurva mendatar yang

menunjukkan jumlah Saccharomyces cerevisiae mulai menurun sebab difase ini

selain menghasilkan etanol, juga menghasilkan senyawa lain seperti asam organik.

12
Fase kematian digambarkan dengan penurunan garis kurva. Pada fase ini,

Saccharomyces cerevisiae mengalami kematian dalam jumlah banyak (Azizah,

2012).

Saccharomyces cerevisiae tidak akan menjalankan fungsinya apabila

faktor-faktor yang berpengaruh pada pertumbuhannya tidak terpenuhi. Adapun

faktor-faktor tersebut sebagai berikut (Shintawaty, 2010):

a. Suhu

Saccharomyces cerevisiae mempunyai suhu optimal untuk pertumbuhannya.

Sebagian besar Saccharomyces cerevisiae tumbuh baik pada kisaran suhu 25-

33°C.

b. Nutrisi (Zat gizi)

Saccharomyces cerevisiae memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan

dan perkembangbiakannya, yaitu unsur Karbon (C) dan Nitrogen (N).

c. pH

Selama proses fermentasi, pH pertumbuhan berpengaruh pada laju pertumbuhan

mikroorganisme. Nilai pH yang optimum untuk pertumbuhan Saccharomyces

cerevisiae adalah 4,5.

2.5 Definisi Air Cucian Beras

Air cucian beras merupakan air yang diperoleh dalam proses pencucian beras.

Pencucian beras menyebabkan sebagian kandungan buah beras larut dalam air

tersebut. Air cucian beras tergolong mudah didapatkan karena sebagian besar

masyarakat Indonesia menggunakan beras sebagai makanan pokok yang

mengandung karbohidrat tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi. Selama ini air

13
cucian beras belum banyak dimanfaatkan dan biasanya hanya dibuang begitu saja.

Sebenarnya didalam air cucian beras masih mengandung senyawa organik seperti

karbohidrat dan vitamin seperti thiamin (Fatimah, 2008).

Saat ini mulai berkembang penelitian tentang pemanfaatan air cucian beras

sebagai bahan baku penelitian, seperti pemanfaatan air cucian beras sebagai bahan

baku pembuatan nata de coco, sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Bahkan

saat ini air cucian beras telah dimanfaatkan juga sebagai sumber isolat untuk

memperoleh Bakteri Asam Laktat (BAL). Oleh karena itu, saat ini air cucian beras

sudah mulai dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang lebih bermanfaat

(Chethana et al, 2011; Hidayatullah, 2012; Istiqomah, 2012; Kalsum et al, 2011).

a. Komponen Air Cucian Beras

Limbah air cucian beras yang banyak terdapat di seluruh rumah penduduk

Indonesia memiliki komponen nutrisi yang berlimpah, diantaranya karbohidrat

berupa pati 85%, lemak, protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula dan vitamin

yang tinggi. Air cucian beras mengandung vitamin seperti niacin, riboflavin,

piridoksin dan thiamin serta mineral seperti Ca, Mg dan Fe (Wardiah, 2014).

Menurut Bahar (2016), air cucian beras mengandung banyak nutrisi yang

terlarut didalamnya yaitu 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90% vitamin B6, 50%

Mangan (Mn), 50% Fosfor (P) dan 60% zat besi. Kandungan air cucian beras putih

adalah Nitrogen (N) 0,015%, Fosfor (P) 16,306%, Kalium (K) 0,02%, Kalsium (Ca)

2,944%, Magnesium (Mg) 14,252%, Sulfur (S) 0,027%, Besi (Fe) 0,0427% dan B1

0,043% (Wulandari dkk., 2011).

14
Komponen beberapa unsur kimia air limbah cucian beras secara umum dapat

dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.1 Kandungan Air Cucian Beras

Komposisi Persentase (%)


Karbohidrat 30
Protein 7
Zinc 11
Vitamin B1 70
Vitamin B3 90
Vitamin B6 50
Mangan (Mn) 50
Fosfor (P) 17
Zat Besi (Fe) 8
Nitrogen (N) 0,015
Magnesium (Mg) 14,525
Kalium (K) 2
Kalsium (Ca) 10
Sumber : Eni dkk., (2015)

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan bulan April 2021 sampai Agustus 2021 di

Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat

- GC (Gas Chromatography)

- Seperangkat alat destilasi

- Seperangkat alat titrasi

- Botol Fermentor

- Gelas kimia 500 ml

- Erlenmeyer 250 ml

- Pipet ukur

- Bola Hisap

- Labu takar 50 ml

b. Bahan

- Air cucian beras

- Ragi (Saccharomyces cerevisiae)

- Aquades

- Na2S2O3

- Larutan Luff Schoorl

16
- KI

- H2SO4 4 N

- Kanji

- K2Cr2O7

- HCl

- Aluminium Foil

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Penyiapan Bahan Baku

Air cucian beras sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 ml

kemudian ditambahkan gula sebanyak 1% (5 gram) sebagai sumber energi

mikroba. Setelah itu diukur pH awalnya menggunakan pH meter dan

didapatkan hasil dengan range pH 6,6-6,9. Kemudian diatur pHnya menjadi

pH 4-4,5 dengan menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4 4 N).

b. Fermentasi

1) Sampel yang telah diatur pHnya kemudian dipanaskan pada suhu 100°C

selama 15 menit.

2) Sampel didinginkan pada suhu 25-30°C agar mikroba dapat hidup dan

ditutup menggunakan aluminium foil agar tidak terkontaminasi.

3) Sampel ditambahkan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dengan variasi

konsentrasi 2, 3, 4 dan 5%.

4) Sampel dipipet sebanyak 30 ml untuk dianalisa kadar gula awalnya.

17
5) Sampel dimasukkan ke dalam botol fermentasi dan ditutup rapat,

kemudian difermentasi selama 5, 6, 7 dan 8 hari.

6) Hasil fermentasi lalu didestilasi pada suhu 80°C.

7) Proses destilasi menghasilkan destilat. Destilat (etanol) dianalisa kadar

gula dan pH akhirnya. Lalu dianalisa kadar etanol menggunakan Gas

Chromatography.

3.4 Metode Analisa

a. Analisis Kadar Gula (Metode Luff Schoorl)

1) Sampel dipipet 30 mL ke dalam labu takar 50 mL, kemudian dihimpitkan

dengan aquadest hingga tanda batas lalu dipipet 25 mL ke dalam

erlenmeyer 250 mL.

2) Ditambahkan 25 mL larutan Luff Schoorl dan 15 mL aquadest ke dalam

sampel.

3) Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil, kemudian dipanaskan

menggunakan hot plate selama 10 menit.

4) Setelah dingin ditambahkan 2 gram KI dan 25 mL H2SO4 ke dalam sampel.

5) Dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N dan digunakan indikator

kanji hingga berubah warna menjadi warna kuning. Dicatat volume peniter

yang digunakan.

6) Dilakukan hal yang sama untuk blanko menggunakan aquades.

b. Menentukan Kenormalan Larutan Na2S2O3

1) Ditimbang 0,5 gram K2Cr2O7, kemudian dilarutkan ke dalam labu takar

100 mL hingga mencapai tanda batas.

18
2) Dipipet 25 mL ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 25 mL

aquadest, 2 gram KI dan larutan HCl ke dalam erlenmeyer.

3) Dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N menggunakan kanji

sebagai indikator hingga berubah warna menjadi hijau bening. Dicatat

volume peniter yang digunakan.

c. Analisis Kromatografi Gas (GC)

1) Analisa Kualitatif dengan menggunakan metode retensi relative

Peralatan Gas Chromatography (GC) dihidupkan. Sebanyak 1 µL etanol

standar diinjeksikan pada kromatograf sehingga diperoleh kromatogram

(rekaman hasil analisis) yang memuat data waktu retensi (RT) untuk etanol

standar tersebut. Selanjutnya 1 µL masing-masing etanol sampel juga

diinjeksikan pada kromatograf lalu diuapkan ke fase gas. Gas pembawa inert

juga mengalir melalui kromatograf. Gas tersebut tidak boleh bereaksi dengan

komponen campuran apa pun. Gas pembawa tersebut termasuk argon, helium

dan hidrogen. Sampel dan gas pembawa dipanaskan dan memasuki tabung

panjang yang biasanya digulung untuk menjaga ukuran kromatografi. Tabung

panjang memungkinkan pemisahan komponen yang lebih baik. Terdapat

detektor diujung tabung yang mencatat jumlah sampel. Sinyal dari detektor

digunakan untuk menghasilkan grafik dan kromatogram sehingga diperoleh

data waktu retensi untuk sampel. Jika nilainya sama, berarti sampel dan standar

merupakan senyawa yang secara kualitatif sama.

19
2) Analisa kuantitatif

Kromatogram yang berisi data dan waktu retensi dan area (luas puncak) etanol

standar. Selanjutnya 1 µL masing-masing etanol sampel (produk bioetanol)

juga diinjeksikan sehingga diperoleh data waktu retensi dan area masing-

masing sampel. Dengan membandingkan area masing-masing etanol sampel

terhadap area etanol standar maka kemurnian etanol produk dapat ditentukan.

Rumus yang digunakan:


𝐴
Cx = 𝐴 𝑥 × 𝐶𝑠𝑡𝑑
𝑠𝑡𝑑

Keterangan:

Ax = Area sampel

Astd = Area standar

Cx = Konsentrasi sampel (bioetanol)

Cstd = Konsentrasi standar

3.5 Variasi

Penambahan ragi (Saccharomyces cerevisiae) divariasikan dengan variasi

konsentrasi 2, 3, 4 dan 5 %. Sedangkan waktu fermentasi divariasikan dengan

variasi waktu 5, 6, 7 dan 8 hari.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini menggunakan air cucian beras sebagai bahan baku

pembuatan bioetanol. Sampel air cucian beras sebanyak 500 mL ditambahkan 1%

gula (5 gram). Lalu diukur pH awalnya menggunakan alat pH meter dan didapatkan

hasil dengan range pH 6,6-6,9 yang merupakan pH netral. Berdasarkan pH tersebut,

maka dilakukan proses peningkatan derajat keasaman dengan menurunkan pH

menjadi 4,5. Menurut Hendrawan (2017), Saccharomyces cerevisiae akan tumbuh

secara optimum pada pH 4,5. Setelah itu sampel dipanaskan pada suhu 100°C

selama 15 menit. Sampel lalu didinginkan pada suhu 25-30°C dan ditutup

menggunakan aluminium foil agar tidak terkontaminasi. Setelah dingin, sampel

ditambahkan inokulum dengan variasi 2,3,4 dan 5 %. Lalu dipipet terlebih dahulu

sebanyak 30 mL untuk dianalisa kadar gula awalnya. Setelah itu sampel

dimasukkan ke dalam botol fermentasi dan difermentasi dengan variasi waktu 5, 6,

7 dan 8 hari. Hasil fermentasi kemudian didistilasi pada suhu 80°C. Etanol yang

dihasilkan dari proses distilasi, dianalisa ph akhir, kadar gula akhir dan kadar etanol

menggunakan Gas Chromatography.

4.1 Perubahan pH Terhadap Konsentrasi Saccharomyces cerevisiae

Menurut Hendrawan (2017), pH awal sampel sebelum fermentasi mengalami

kenaikan. Hal ini disebabkan belum adanya penambahan mikroba dan belum

memasuki proses fermentasi. pH awal sampel berada di pH 4,5 dimana

pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae akan optimum.

21
Perubahan pH setelah fermentasi dapat dilihat pada kurva dibawah:

4.9
4.8
4.7
4.6
4.5 Hari ke-5
pH

4.4
4.3 Hari ke-6
4.2 Hari ke-7
4.1
Hari ke-8
4
3.9
2 3 4 5
Konsentrasi mikroorganisme (%)

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara konsentrasi mikroorganisme dengan pH

Kurva di atas menunjukkan semakin besar konsentrasi mikroorganisme maka

semakin menurun pH yang didapat. Penurunan pH disebabkan oleh adanya

senyawa lain yang dihasilkan dalam proses fermentasi selain etanol. Menurut

Palmqvist (1998), proses fermentasi tidak hanya menghasilkan etanol, tetapi juga

menghasilkan senyawa-senyawa lain seperti asam asetat dan asam formiat.

Penelitian ini berkaitan dengan kurva pertumbuhan dari Saccharomyces

cerevisiae itu sendiri. Berdasarkan kurva hasil penelitian diatas, pH sampel pada

hari ke-7 dan ke-8 dengan masing-masing konsentrasi Saccharomyces cerevisiae

2% termasuk dalam fase log (fase eksponensial), dimana dalam fase tersebut

Saccharomyces cerevisiae telah beradaptasi dan mengalami pertumbuhan sehingga

terjadi pemecahan gula menjadi etanol (Azizah, 2012).

4.2 Pengaruh Kadar Gula terhadap Kadar Bioetanol

Sampel lalu dipipet 30 ml untuk dianalisa kadar gula awalnya sebelum

dimasukkan ke dalam botol fermentasi. Analisa kadar gula awal dilakukan dengan

22
metode kuantitatif yaitu metode Luff Schoorl. Setelah melalui proses fermentasi

maka bioetanol yang diperoleh dianalisa kadar gula akhirnya dengan metode

kuantitatif yaitu metode Luff Schoorl.

Berdasarkan hasil kadar gula awal dan akhir, maka dibuat persen penurunan

gula untuk mengetahui berapa banyak gula yang dikonsumsi oleh Saccharomyces

cerevisiae. Hasil persen penurunan gula dapat dilihat dari grafik berikut:

100
90
80
Penurunan gula (%)

70
60
Hari ke-5
50
Hari ke-6
40
30 Hari ke-7
20 Hari ke-8
10
0
2 3 4 5
Konsentrasi mikroorganisme (%)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara konsentrasi mokroorganisme dengan persen penurunan gula

Hasil kurva diatas menunjukkan bahwa semakin banyak gula yang di

konsumsi Saccharomyces cerevisiae maka semakin tinggi etanol yang dihasilkan.

Gula merupakan faktor penting bagi Saccharomyces cerevisiae sebagai sumber

energi untuk melakukan metabolisme yang akan berpengaruh terhadap etanol yang

dihasilkan. Menurut Widyanti (2016), semakin banyak gula yang dimanfaatkan

oleh Saccharomyces cerevisiae maka semakin tinggi kadar etanol yang dihasilkan.

Berdasarkan kurva diatas, terjadi peningkatan persen penurunan gula yaitu pada

hari ke-5 dengan konsentrasi 5% sebesar 91,89%.

23
4.3 Analisa Kadar Etanol Menggunakan Gas Chromatography (GC)

Analisa Kromatografi gas merupakan salah satu analisa yang digunakan

untuk mengetahui kadar bioetanol yang dihasilkan setelah distilasi. Hasil analisa

kadar etanol menggunakan GC dapat dilihat pada grafik berikut:

16,000
14,000
Kadar etanol (%)

12,000
10,000
8,000
6,000 Hari ke-5
4,000 Hari ke-7
2,000
Hari ke-8
0
2
3
4
5
Konsentrasi mikroorganisme (%)

Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara waktu fermentasi terhadap kadar etanol

Waktu fermentasi dan konsentrasi Saccharomyces cerevisiae

mempengaruhi kadar bioetanol yang dihasilkan. Semakin besar konsentrasi

Saccharomyces cerevisiae maka semakin besar pula kadar bioetanol yang

dihasilkan. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak pula kadar

bioetanol yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh semakin lama waktu maka

mikroba yang tumbuh semakin banyak sehingga jumlah glukosa yang diuraikan

menjadi etanol semakin besar (Adlin 2019; Kusniawati,2015; Visca et al, 2020).

Kadar gula yang dikonsumsi mikroba serta penurunan pH juga

mempengaruhi kadar bioetanol yang dihasilkan. Semakin besar kadar gula maka

semakin besar pula kadar bioetanol yang dihasilkan. Meisela (2016) mengatakan

bahwa peningkatan kadar etanol dikarenakan sel Saccharomyces cerevisiae

24
merombak gula menjadi etanol sehingga kadar etanol mengalami peningkatan. Jika

kadar gula meningkat, maka kadar etanol yang dihasilkan akan meningkat pula.

Sedangkan semakin rendah pH maka rendah pula kadar etanol yang dihasilkan.

Pada penelitian ini, hasil kadar etanol yang dihasilkan tergolong kecil.

Kadar etanol yang kecil diakibatkan oleh jumlah kadar gula yang hanya sedikit dan

variasi konsentrasi Saccharomyces cerevisiae yang rendah, sehingga mikroba

tersebut belum cukup banyak tumbuh dan berkembang selama proses fermentasi.

Kadar etanol tertinggi yaitu sebesar 15,37% pada waktu fermentasi 5 hari dan pada

konsentrasi Saccharomyces cerevisiae 3%.

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian Pembuatan Bioetanol Berbahan Limbah Air

Cucian Beras (Air Leri) dengan Metode Fermentasi maka dapat disimpulkan:

1. Konsentrasi Saccharomyces cerevisiae yang maksimal adalah 3% dengan

jumlah etanol sebesar 15%.

2. Waktu fermentasi yang maksimal adalah 5 hari dengan jumlah etanol sebesar

15%.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan metode preparasi dan pengambilan sampel yang seragam yaitu

mempersiapkan jenis beras yang digunakan dan tempat pengambilan sampel

harus sama.

2. Perlu dilakukan variasi waktu fermentasi etanol yang panjang dan dalam skala

besar agar diperoleh hasil yang baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Adlin, Ansari, Irman dkk. 2019. Pengaruh Konsentrat Asam Klorida, Komposisi
Yeast dan Waktu Fermentasi Dalam Pembuatan Bioetanol dari Air
Leri. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia, Vol. 3, No. 2.

Ahmad, A.M., 2002. Teknologi Penyimpanan Pangan. Institut Pertanian Bogor.


PRESS, Bogor.

Ali, Salman. 2016. Bacterial Growth. Jurnal Education, (Online), (Bacterial


growth (slideshare.net), diakses 29 September 2021).

Arlianti, Lily. 2018. Bioetanol Sebagai Sumber Green Energy Altrenatif yang
Potensial di Indonesia. Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik, Vol. 5,
No. 1.

Arsyad, Sari Husna. 2007. “Produksi Bioetanol dari Batang Sorgum Secara
Fermentasi dengan Menggunakan Saccharomyces cerevisiae”.
Laporan Tugas Akhir. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang
Jurusan Teknik Kimia.

Azizah, N. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol, pH dan


Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol Dari Whey Dengan
Substitusi Kuli Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 1(2): 72-77.

Bahar, A. E. 2016. Pengaruh Pemberian Limbah Air Cucian Beras Terhadap


Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomoeareptans L). Artikel Ilmiah
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pasir
Pangaraian, Riau.
Chethana et al. 2011. Bioethanol Production from Rice Water Waste: a Low Cost
Motor Fuel. Article Pharmacologyonline 3: 125-134.
Eni, R dkk. 2015. Pembuatan Bioetanol Dari Air Limbah Cucian Beras
Menggunakan Metode Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi. Jurnal
Teknik Kimia, Vol. 1, No. 21.

27
Fatimah, Siti Nur. 2008. Efektivitas Air Kelapa dan Leri terhadap Pertumbuhan
Tanaman Hias Bromelia (Neoregelia carolinae) pada Media yang
Berbeda. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah: Surakarta.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1992, Kimia Organik, Jilid 2, Edisi ke-3, 353,
Erlangga, Jakarta.

Hendrawan, Yusuf dkk. 2017. Pengaruh pH dan Suhu Fermentasi terhadap


Produksi Etanol Hasil Hidrolisis Jerami Padi. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem, Vol. 5, No. 1.

Hidayatullah, Rahmad. 2012. Pemanfaatan Limbah Air Cucian Beras sebagai


Substrat Pembuatan Nata de Leri dengan Penambahan Kadar Gula Pasir
dan Starter Berbeda. Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Ilmu Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Inggit, Putri. 2014. Destilasi Fraksionasi. (Online), ((DOC) Destilasi Fraksionasi |


Putri Inggit - Academia.edu, diakses 16 Februari 2021)

Istianah, Nur. 2011. Bioetanol Dari Air Cucian Beras


(http://bermanfaatlah.blogspot.com/2011/12/bioetanol-dari-air-
cucian-beras) diakses tanggal 14 September 2021.

Istiqomah. 2012. Efektivitas Pemberian Air Cucian Beras Coklat terhadap


Produktivitas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.) pada
Lahan Rawa Lebak. Jurnal Ziraa’ah 33(1): 99-108.

Judoamidjojo, M. Aziz, Abdul dan Guambira Sa’id, E. 1990. Teknologi


Fermentasi, PAU ˗ Bioteknologi IPB. Bogor.

Kalsum, Ummu, Siti Fatimah dan Catur Wasonowati. 2011. Efektivitas Pemberian
Air Leri terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus). Jurnal Agrovigor 4(2): 86-92.

28
Kusniawati, Euis. 2015. Pengaruh Konsentrasi H2SO4 Pada Perlakuan Awal dan
Waktu Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan. Jurnal
Teknik Patra Akademika, Vol. 6, No. 2.

Meisela, E. 2016. Produksi Bioetanol Dari Air Kelapa Kental dengan Penambahan
Tween80tm sebagai Penurun Tegangan Permukaan. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Riau: Pekanbaru.

Novitasari, Daty, Candra dkk. 2012. Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu (Bagasse)
Untuk Produksi Bioetanol Melalui Proses Sakarifikasi dan Fermentasi
Serentak. Jurnal PELITA, Vol. VIII, No. 2.

Moehyi, Sjahmien. 1992. Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bhratara : Jakarta.

Oktavia, Tri, Hervina dkk. 2015. Pemanfaatan Limbah Air Cucian Beras Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Padat Secara Fermentasi oleh
Saccharomyces cerevisiae. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan,
Universitas Diponegoro: Semarang.

Palmqvist, E. 1998. Fermentations of Lignocellulose Hydrolysate : inhibations and


Detoxification. Doctoral Thesis. Lund Unversity.

Shintawaty, Adelin, Herda. 2010. “Produksi Bioetanol Dari Rumput Laut


Eucheuma Cottonii Secara Fermentasi”. Laporan Tugas Akhir.
Makassar: Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Visca et al. 2020. Optimasi Dosis Enzim Glukoamilase dan Waktu Fermentasi
dalam Produksi Bioetanol dari Air Cucian Beras. Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan, Vol. 7, No. 3.

Walangare. K.B.A dkk. 2013, “Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air
Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik”,
Jurusan Teknik Elektro-FT. UNSRAT, Manado. e-Jurnal Teknik Elektro
dan Komputer 2013 : 1-3.

29
Wardiah dkk. 2014. Potensi Limbah Air Cucian Beras Sebagai Pupuk Organik Cair
Pada Pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapa L.). Jurnal Biologi Edukasi,
Vol. 6, No. 1 (12): 34-38.
Widyanti, Emmanuela M dkk. 2016. Proses Pembuatan Etanol Dari Gula
Menggunakan Saccharomyces cerevisiae Amobil. Jurnal METANA
12(2): 31-38.
Wulandari, Muhartini dan Trisnowati. 2011. Pengaruh Air Cucian Beras Merah
dan Beras Putih Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca
sativa L). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Zaenuddin. 2021. Pengertian Bakteri Aerob dan Bakteri Anaerob Serta
Perbedaannya, (Online), (Pengertian Bakteri Aerob & Anaerob Serta
Perbedaannya (artikelsiana.com), diakses 18 September 2021).

30
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. DIAGRAM ALIR


Air Cucian Beras 500 ml

Ditambahkan 1% gula (5 gram)

Atur pH

Dipanaskan pada suhu


100°C selama 15 menit

Didinginkan, suhu 25-30°C

Masukkan inokulum Dipipet 30 ml


untuk dianalisa
(2, 3, 4, 5%)
kadar gula awal

Fermentasi

(5, 6, 7, 8 hari)

Distilasi, suhu 80°C

Etanol

Analisa:
1. Kadar etanol GC
2. pH awal dan pH akhir
3. Kadar gula
sebelum/sesudah

31
LAMPIRAN 2. PERHITUNGAN
A. Kenormalan Larutan Tiosulfat
Kenormalan Larutan Natrium Tioslfat
Berat K2Cr2O 7 = 5,0131 gr = 5013,1 mg
Volume peniter = 27,2 ml
Bst. K2Cr2O7 = 49 g/eq
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 K2Cr2O7
N = 𝑓𝑝 ×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 ×𝑏𝑠𝑡 K2Cr2O7

5013,1
= 100
×27,2 × 49
25

= 0,9403 N
1. Perc. Pertama (Hari ke-5 / 3%)
a. Kadar Gula Awal
(𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) × Konsentrasi Tio
ml Tio = 0,1 𝑁

(16,2−15,9) × 0,9403
= 0,1 𝑁

= 2,8209 ml

2,8209 ml = ….. mg
2 ml = 4,8 ml
2,8209 × Δ = x mg
= (4,8 + x mg)

2,8209 × 2,4 = 4,8 + x mg


6,77016 = 4,8 + x mg
x mg = 4,8 + 6,77016
x mg = 11,57 mg

32
b. Kadar Gula Akhir

(𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) × Konsentrasi Tio


ml Tio = 0,1 𝑁

(16,2−16,0) × 0,9403
= 0,1 𝑁

= 1,8806 ml
1,8806 ml = ….. mg
1 ml = 2,4 ml
1,8806 × Δ = x mg
= (2,4 + x mg)

1,8806 × 2,2 = 2,4 + x mg


4,13732 = 2,4 + x mg
x mg = 2,4 + 4,13732
x mg = 6,53 mg

c. Persen Penurunan Gula

𝐺𝑢𝑙𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑚𝑔) − 𝐺𝑢𝑙𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟(𝑚𝑔)


× 100%
𝐺𝑢𝑙𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑚𝑔)

11,57016−6,53732
= × 100%
6,53732

= 43,49%

Perhitungan untuk hari berikutnya dilakukan hal yang sama pada perhitungan
diatas.

33
Persen penurunan gula dapat dilihat pada tabel berikut:

Kadar
gula Kadar gula Penurunan
Sampel
awal akhir (mg) gula (%)
(mg)
Hari Konsentrasi
ke- (%)
2 80,62 26,30 67,37
3 11,57 6,53 43,49
5
4 80,62 21,45 73,39
5 80,62 6,53 91,89
2 63,30 6,53 89,67
3 31,15 26,30 15,56
6
4 75,19 36,75 51,11
5 58,06 36,75 36,69
2 109,23 21,45 80,36
3 83,25 51,89 37,67
7
4 68,54 16,60 75,77
5 36,75 11,57 68,52
2 36,75 4,46 87,84
3 123,04 83,25 32,33
8
4 96,01 36,75 61,71
5 109,23 96,01 12,10

34
2. pH Awal dan pH Akhir

Hari ke- konsentrasi (%) ph awal ph akhir

2 4,51 4,57

3 4,52 4,56
5
4 4,53 4,54

5 4,53 4,52

2 4,51 4,67

3 4,51 4,58
6
4 4,52 4,48

5 4,52 4,45

2 4,51 4,79

3 4,52 4,74
7
4 4,52 4,63

5 4,52 4,60

2 4,52 4,80

3 4,52 4,65
8
4 4,52 4,43

5 4,52 4,24

35
pH Akhir
4.9
4.8
4.7
4.6
4.5 Hari ke-5
pH

4.4
4.3 Hari ke-6
4.2 Hari ke-7
4.1
4 Hari ke-8
3.9
2 3 4 5
Konsentrasi mikroorganisme (%)

3. Kadar Etanol Menggunakan Kromatografi Gas

Berikut adalah tabel standarisasi Etanol

Standar Conc. Area

1 1.000 573694

2 3.000 1116399

3 5.000 1377715

36
Berikut adalah tabel kadar etanol menggunakan kromatografi gas
Ret.
Sampel Area Conc.
Time
Hari Konsentrasi
ke- (%)

2 4.862 3202746 13.421

3 4.870 3610715 15.371


5
4 4.880 2150212 8.390

5 4.875 729664 1.600

2 4.875 2499020 10.057

7 3 4.879 2067200 7.993

4 4.882 2190380 8.582


5 4.882 1875272 7.076
2 4.875 408836 0.066
3 4.862 3561974 15.138
8
4 4.876 2103823 8.168
5 4.863 765872 1.773

37
Berikut gambar hasil analisa bioetanol menggunakan alat Gas Kromatografi

DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY


Analysis Date & Time : 9/10/2021 1:54:51 PM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Pertama, 5 hari (2%)

Chromatogram
Intensity
500000

250000

0 1 2 3 4 5 6
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.862 3202746 459263 13.421 % RT4.850
Total 3202746 459263

38
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 11:37:29 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Kedua, 5 hari (3%)

Chromatogram
Intensity

500000

250000

0 1 2 3 4 5 6
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.870 3610715 532960 15.371 % RT4.850
Total 3610715 532960

39
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 10:22:35 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Ketiga, 5 hari (4%)

Chromatogram
Intensity
300000

200000

100000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.880 2150212 277959 8.390 % RT4.850
Total 2150212 277959

40
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 10:30:39 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Keempat, 5 hari (5%)

Chromatogram
Intensity
150000

100000

50000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.875 729664 133349 1.600 % RT4.850
Total 729664 133349

41
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 11:13:04 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Kelima, 6 hari (2%)

Chromatogram
Intensity

100000

50000

0 1 2 3 4 5 6
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.875 812200 108354 1.994 % S RT4.850
Total 812200 108354

42
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 10:41:13 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Keenam, 6 hari (3%)
Chromatogram
Intensity
75000

50000

25000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.877 554049 71533 0.760 % RT4.850
Total 554049 71533

43
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 11:22:13 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Ketujuh, 6 Hari (4%)
Chromatogram
Intensity

100000

50000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.875 783982 104755 1.859 % RT4.850
Total 783982 104755

44
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 1:37:51 PM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Kedelapan, 6 hari (5%)

Chromatogram
Intensity
400000

300000

200000

100000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.868 2634442 386015 10.704 % RT4.850
Total 2634442 386015

45
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 11:48:34 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Kesembilan, 7 hari (2%)
Chromatogram
Intensity
400000

300000

200000

100000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.875 2499020 378145 10.057 % RT4.850
Total 2499020 378145

46
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 9:43:21 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Kesepuluh, 7 hari (3%)

Chromatogram
Intensity

300000

200000

100000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.879 2067200 352871 7.993 % RT4.850
Total 2067200 352871

47
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 10:14:23 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Kesebelas, 7 hari (4%)

Chromatogram
Intensity

200000

100000

0 1 2 3 4 5 6
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.882 2190380 234164 8.582 % RT4.850
Total 2190380 234164

48
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 9:56:33 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Keduabelas, 7 hari (5%)
Chromatogram
Intensity
300000

200000

100000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.882 1875272 270519 7.076 % RT4.850
Total 1875272 270519

49
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 10:50:08 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Ketigabelas, 8 hari (2%)

Chromatogram
Intensity

50000

25000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.875 408836 50415 0.066 % RT4.850
Total 408836 50415

50
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 2:03:16 PM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Keempatbelas, 8 Hari (3%)
Chromatogram
Intensity
500000

250000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.862 3561974 480668 15.138 % RT4.850
Total 3561974 480668

51
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 11:04:59 AM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Kelimabelas, 8 Hari (4%)
Chromatogram
Intensity

300000

200000

100000

0 1 2 3 4 5 6
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.876 2103823 306851 8.168 % RT4.850
Total 2103823 306851

52
DATA REPORT GAS CHROMATOGRAPHY
Analysis Date & Time : 9/10/2021 2:11:26 PM
User Name : Admin
Sample Name : Percobaan Keenambelas, 8 hari (5%)

Chromatogram
Intensity
100000

75000

50000

25000

0 1 2 3 4 5
min

Peak Table - Channel 1


Peak# Ret.Time Area Height Conc. Units Mark Name
1 4.863 765872 88972 1.773 % RT4.850
Total 765872 88972

53
LAMPIRAN 3. DOKUMENTASI

Penyaringan sampel Mengukur dan mengatur pH sampel

Proses sterilisasi Proses fermentasi

Titrasi (analisa gula awal) Menimbang KI

54
Titrasi (analisa gula akhir) Proses distilasi cairan Beer

Hasil titrasi (gula awal dan akhir) Menimbang glukosa

Menimbang Na2S2O3 Hasil destilat (etanol)

55

Anda mungkin juga menyukai