IPA TERPADU
KELOMPOK 3
MASITHAH ABD. MAJID I2E017016
MIRATUN NISYAH I2E017018
YULI ANDRIANI I2E017032
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga tugas mata kuliah Pendidikan IPA Terpadu ini dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas perkuliahan bagi
mahasiswa yang mengambil mata kuliah IPA Terpadu tahun ajaran 2017.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas Pendidikan IPA Terpadu ini
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan selanjutnya. Mohon
maaf atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 3
2
DAFTAR PUSTAKA
Halaman Judul
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.....................................................................................................Latar
Belakang........................................................................................... 4
1.2.....................................................................................................Tujuan
.......................................................................................................... 5
1.3.....................................................................................................Rumus
an Masalah....................................................................................... 5
BAB II. KAJIAN TEORI
2.1.....................................................................................................
Fermentasi .......................................................................................6
2.2..................................................................................................... Tape
..........................................................................................................9
2.3..................................................................................................... Ketan
.......................................................................................................... 14
2.4..................................................................................................... Wortel
..........................................................................................................15
BAB III. METODELOGI PERCOBAAN
3.1....................................................................................................Waktu
dan Tempat......................................................................................18
3.2....................................................................................................Alat
dan Bahan........................................................................................18
3.3....................................................................................................Prosed
ur Kerja...........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
3
4
BAB I. PENDAHULUAN
5
Tape ketan pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam hal variasi
pengolahan. Oleh karena itu untuk mendapatkan nilai tambah secara ekonomi
dan peningkatan nilai gizi terhadap produk tape ketan perlu dilakukan upaya
diversifikasi dalam pengolahan tape ketan. Salah satu alternatif diversifikasi
pengolahan tape ketan ini adalah membuat tape ketan ini dengan menambahkan
pewarna alami yaitu dari Wortel (Daucus carota). Rahmi (2010) menyebutkan
bahwa wortel merupakan tanaman hortikultura yang terkenal sebagai sayuran
sumber vitamin A karena kandungan -karotennya yang tinggi. Selain itu, wortel
juga mengandung protein dan zat gizi lainnya yang diperlukan tubuh serta
mengandung zat warna alami yaitu karotenoid yang merupakan kelompok
pigmen yang berwarna kuning, oranye dan merah oranye. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk membuat olahan tape ketan dengan penambahan ekstrak
wortel guna meningkatkan nilai gizi tape ketan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1 Untuk memenuhi tugas perkuliahan
2 Sebagai media pembelajaran IPA di sekolah
3 Sebagai sarana pembinaan kesiswaan terutama untuk pengembangan
kreatifitas dalam mengolah makanan.
6
BAB II. KAJIAN TEORI
2.1 Fermentasi
7
b) Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang
dihasilkan di laboratorium. Pembuatan makanan dengan cara fermentasi di
Indonesia pada umumnya tidak menggunakan kultur murni sebagai contoh
misalnya ragi pasar mengandung beberapa ragi diantaranya Saccharomyces
cereviseae yang dicampur dengan tepung beras dan dikeringkan. Kultur
murni biasa digunakan dalam fermentasi misalnya untuk pembuatan anggur,
bir, keju, sosis, dan lain-lainnya.
c) Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan
selama fermentasi. Setiap mikroorganisme memiliki suhu maksimal, suhu
minimal dan suhu optima pertumbuhan. Suhu pertumbuhan optimal adalah
suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.
Suhu fermentasi yang optimum untuk pertumbuhan Saccharomyces adalah
300 C.
d) Alkohol
Mikroorganisme yang terkandung dalam ragi tidak tahan terhadap
alkohol dalam kepekatan (kadar) tertentu, kebanyakan mikroba tidak tahan
pada konsentrasi alkohol 12 15 %.
e) Oksigen
Oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin
untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu, ragi
yang menghasilkan alkohol dari gula lebih baik dalam kondisi anaerobik.
Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk
pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk proses fermentasi.
Misalnya Saccharomyces sp yang melakukan fermentasi terhadap gula jauh
lebih cepat pada keadaan anaerobik, akan tetapi mengalami pertumbuhan
lebik baik pada keadaan aerobik sehingga jumlahnya bertambah banyak.
8
f) Substrat dan Nutrien
Mikroorganisme memerlukan substrat dan nutrien yang berfungsi
untuk menyediakan :
9
Fermentasi gula oleh ragi dapat menghasilkan etil alkohol dan
karbonoksida menjadi dasar dari pembuatan tape. Reaksi Fermentasi
Gula oleh Saccharomyces cereviseae yaitu :
2.2 Tape
10
menjadi gula kemudian berlanjut menjadi alkohol melalui proses biologi
dan kimia (biokimia) berikut:
Hidrolisis Fermentasi
Hidrolisis
( C6 H 10 O5 n + n H 2 On
C
( 6 H 12 O6 )
( C6 H 10 O5 Ragi 2 C2 H 5 OH + 2 C O2
1. Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan
air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis pati
merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian
penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa
dan glukosa (Purba, 2009). Reaksi hidrolisis dapat terjadi pada semua
ikatan yang menghubungkan monomer yang satu dengan yang lainnya
sehingga diperoleh produk berupa glukosa. Proses hidrolisis pati menjadi
sirup glukosa dapat menggunakan katalis enzim, asam atau gabungan
keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar
dengan hidrolisis secara asam. Hidrolisis secara asam memutus rantai
pati secara acak, sedangkan hidrolisis secara enzimatis memutus rantai
11
pati secara spesifik pada percabangan tertentu. Hidrolisis secara
enzimatis lebih menguntungkan dibandingkan hidrolisis asam, karena
prosesnya lebih spesifik, kondisi prosesnya dapat dikontrol, biaya
pemurnian lebih murah, dan kerusakan warna dapat diminimalkan
(Virlandi, 2008). Secara garis besar, tahap hidrolisis pati adalah
gelatinisasi, liquifikasi dan sakarifikasi.
Menurut Purba (2009) proses hidrolisis enzimatik dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran partikel, Suhu, pH, waktu
hidrolisis, perbandingan cairan terhadap bahan baku (volume substrat),
dan pengadukan. Enzim yang dapat digunakan adalah -amilase, -
amilase, amiloglukosidase, glukosa isomerase, pullulanase, dan
isoamilase. Enzim yang biasa digunakan untuk proses pembuatan sirup
glukosa secara sinergis adalah enzim -amylase dan enzim glukoamilase.
Enzim -amylase akan memotong ikatan amilosa dengan cepat pada pati
kental yang telah mengalami gelatinisasi. Kemudian enzim glukoamilase
akan menguraikan pati secara sempurna menjadi glukosa pada tahap
sakarifikasi. Secara umum proses hidrolisis terdiri dari beberapa tahap,
yaitu :
a. Gelatinisasi
Gelatinisasi, yaitu memecah pati yang berbentuk granular menjadi
suspensi yang viscous. Gelatinisasi, yaitu memecah pati yang
berbentuk granular menjadi suspensi yang viscous. Granular pati
dibuat membengkak akibat peningkatan volume oleh air dan tidak
dapat kembali lagi ke kondisi semula. Perubahan inilah yang disebut
gelatinisasi. Suhu pada saat granular pecah disebut suhu gelatiniasi
yang dapat dilakukan dengan adanya panas.
b. Liquifikasi
Tahap liquifikasi secara enzimatik merupakan proses hidrolisa pati
menjadi dekstrin oleh enzim pada suhu diatas suhu gelatinisasi dan pH
optimum aktivitas enzim, selama waktu yang telah ditentukan untuk
12
setiap jenis enzim. Proses liquifikasi selesai ditandai dengan
parameter dimana larutan menjadi lebih encer seperti sup.
c. Sakarifikasi
Tahap sakarifikasi adalah tahap pemecahan gula kompleks menjadi
gula sederhana dengan penambahan enzim glukoamilase. Pada tahap
ini dekstrin diubah menjadi glukosa. Untuk memurnikan sirup glukosa
yang dihasilkan dapat dengan proses absorbsi oleh arang aktif.
13
2.1.3 Alkohol (Etanol)
14
Etanol yang nama lainnya aethanolum, etil alcohol, adalah cairan
bening, tidak berwarna, mudah mengalir, mudah menguap, mudah terbakar,
higroskopik dengan karakteristik bau spiritus dan rasa membakar, mudah
terbakardengan api biru tanpa asap. Campur dengan air, kloroform, eter,
gliserol, danhampir semua pelarut organik lainnya. Penyimpanan pada suhu
8 -15 C, jauh dariapi dalam wadah kedap udara dan dilindungi dari cahaya.
Bahan ini dapatmemabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan
rumus EtOH. Rumusmolekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris
C2H6O (Mardoni,Tjandrawati, 2007).
Ketan putih merupakan salah satu varietas padi yang termasuk dalam
famili Graminae. Butir beras sebagian besar terdiri dari zat pati (sekitar 80-
85%) yang terdapat dalam endosperma yang tersusun oleh granula-granula
pati yang berukuran 3-10 milimikron. Beras ketan juga mengandung
vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral dan air. Komposisi kimiawi
Beras Ketan Putih terdiri dari Karbohidrat 79,4 % ; Protein 6,7 % ; Lemak
0,7 % ; Ca 0,012 % ; Fe 0,008 % ; P 0,148 % ; Vit B 0,0002 % dan Air 12
%.
Dari komposisi kimiawinya diketahui bahwa karbohidrat penyusun
utama beras ketan adalah pati. ketan (sticky rice) baik yang putih maupun
merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa
di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin,
sehingga jika ditanak sangat lekat.
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Beras Ketan Putih dalam 100 gram Bahan
Komponen Jumlah
Kalori (Kal) 362,00
Protein (gr) 6,70
Lemak (gr) 0,70
Karbohidrat (gr) 79,40
Kalsium (mg) 12,00
Besi (mg) 0,80
15
Vitamin B1 (mg) 0,16
Air (gr) 12,00
Direktorat Gizi, 1981
Kandungan karbohidrat beras ketan sangat tinggi dibanding protein,
lemak dan vitamin. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam
menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan
lain-lain. Zat makanan utama yang terkandung dalam beras ketan adalah
pati. Pati merupakan homopolimer glukosa dan ikatan glikosida.
2.4 Wortel
16
kurang gizi. Beta karoten di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A,
zat gizi yang sangat penting untuk fungsi retina (Khomsan et all, 2007).
Dalam setiap 100 gram wortel mengandung 12.000 S I vitamin A (Berlian
dan Rahayu, 1995). Berikut ini adalah kandungan gizi dan kalori umbi
wortel segar pada tabel 2.2
Menurut Muchtadi (2000), sayuran yang tergolong memiliki kadar
serat pangan tinggi, baik serat pangan larut maupun serat pangan tidak larut
adalah wortel. Serat pangan larut lebih efektif dalam mereduksi plasma
kolesterol yaitu low density lipoprotein (LDL), serta meningkatkan kadar
high density lipoprotein (HDL). Serat pangan larut juga dapat membantu
mengurangi terjadinya obesitas, penyakit jantung dan mencegah penyakit
divertikulosis. Serat pangan tidak larutsangat penting peranannya dalam
pencegahan disfungsi alat pencernaan seperti konstipasi (susah buang air
besar), ambeien, kanker usus besar dan infeksi usus buntu.
Tabel 2.2. Komposisi Zat Gizi Wortel tiap 100 gram Bahan
Komponene Zat Gizi Satuan Jumlah
Energi kcal 41
Protein g 0,93
Laemak g 0,24
Karbohidarat g 9,58
Serat g 2,8
Abu g 0,97
Gula total g 4,74
Pati g 1,43
Air g 88,29
Minreal
Kalsium mg 33
Besi mg 0,30
Magnesium mg 12
Fosfor mg 35
Kalium mg 320
Natrium mg 69
Seng mg 0,24
Tembaga mg 0,045
Mangan mg 0,143
Flour mcg 3,2
Selenium mcg 0,1
Vitamin
17
Vitamin C, total asam askorbat mg 5,9
Thiamin mg 0,066
Riboflavin mg 0,058
Niacin mg 0,983
Pantothenic acid mg 0,273
Vitamin B-6 mg 0,138
Folate mg 19
Kolin mg 8,8
Aktivitas Vitamin A, IU IU 16706
Aktivitas Vitamin A Mcg-RAE 835
Vitamin E(alphatocopherol) mg 0,66
Tocopherol, beta mg 0,01
Vitamin K (phylloquinono) mg 13,2
Lainnya mcg
Karoten, beta mcg 8285
Karoten, alpha mcg 3477
Lycopone mcg 1
Lutein+zeaxanthin mcg 256
Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference (2007)
18
BAB III. METODELOGI PERCOBAAN
19
proses pengukusan. Perendaman dapat menyebabkan hidrasi pada
granula pati sehingga pati dapat tergelatinisasi dengan baik jika
dipanaskan, jumlah air yang terserap 30 %.
f. Pengukusan kembali
Proses pengukusan ketan kembali selama 25 menit agar
mendapatkan ketan yang tanak yang matang dengan sempurna dan
mensterilkan bahan baku sehingga dapat mengontrol tahap fermentasi
lebih baik. Beras yang masak atau tanak dapat diperoleh dari
pengukusan selama 30-60 menit dihitung saat uap air mulai terpenetrasi
ke dalam bahan.
20
Proses penghamparan ketan pada tampah bertujuan untuk
mendinginkan ketan yang telah masak sebelum masuk pada proses
peragian, penghamparan dengan tampah didinginkan suhu 30C, setelah
ketan mulai dingin taburkan ragi, ragi diberikan setelah bahan yang
dikukus dingin ragi terlebih dahulu dihaluskan untuk memudahkan
inokulasi.
h. Pencampuran Ragi
Proses peragian bergantung dengan cara pencampuran beras ketan
dengan ragi. Apabila tidak baik maka akan mempercepat proses
fermentasi dan menyebabkan tape menjadi pengar, bila terlalu sedikit
dapat menyebabkan tape yang terbentuk tidak manis dan terasa keras.
i. Pembungkusan
Pembungkusan pada tape ketan ini dengan menggunakan gelas
cup agar praktis, higienis dan aman tidak mempengaruhi cita rasa pada
tape ketan.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Saktiyono, Lutfi. 2006. IPA terpadu SMP dan MTs. ESIS. Jakarta
Berlian, N. dan Rahayu, E. 1995. Jenis Dan Prospek Bisnis Bambu. Jakarta:
Penebar Swadaya. Jakarta
Cahyono, B. 2002. Wortel Teknik Budi Daya Analisis Usah Tani. Kanisius.
Yogyakarta
Harris, R.S dan E. Karmas, 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan
Pangan. Penerjemah S. Achmadi. ITB-Press, Bandung
23
Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran, Sumber Serat dan Antioksidan, Mencegah
Penyakit Degeneratif. FATETA. Bogor
Purba, Elida. 2009. Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi
Jalar (Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan
Acid Fungal Amilase dan Glukoamilase. Universitas Lampung. Lampung
Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Kanisius. Yogyakarta
Sulistyo, Lucius Bekti D.P dan Sigiarti Yun. 2006. Solusi Sukses Belajar
Biologi. Grasindo. Jakarta
Sunanto, H. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas.
Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Suojala T. 2000. Pre- and postharvest development of carrot yield and quality.
Helsinki : Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas
Helsinki.
Suriasih, Ketut. 2001. Pengaruh Subtitusi Starter Yoghurt dengan Cairan Tape
Ketan Terhadap Karakteristik Yoghurt yang Dihasilkan. Vol. 1. No.1.
Virlandia, F. 2008. Pembuatan Sirup Glukosa dari Pati Ubi Jalar (Impomonea
batatas) Dengan metode Enzimatis.
Winarno, F. G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
24