Anda di halaman 1dari 43

MID SEMESTER

FILSAFAT PENDIDIKAN IPA


SEMESTER I PASCASARJANA S2 PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS MATARAM

NAMA : MIRATUN NISYAH


NIM : I2E017018
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Mukhlis, M.Si

1. Pendidikan IPA sebagai ilmu merupakan kebenaran ilmiah, yang berlaku


sampai ada bukti baru yang menentang atau menggugurkannya. Pendidikan
IPA sebagai ilmu pengetahuan lahir dari suatu rangkaian aktivitas akal manusia
yang disusun secara sistematis. Semua yang dinamakan ilmu pengetahuan
selalu memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu. Sifat dan ciri ilmu tersebut
adalah memiliki objek, menggunakan metode, sistematis, universal, objektif,
analitis, dan verifikatif.

a. Uraikan syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu tersebut diatas tentang


IPA sehingga dapat dikatakan sebagai ilmu.

b. Uraikan syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu tersebut diatas tentang


kajian anda (Biologi, Fisika, Kimia) sehingga dapat dikatakan sebagai
ilmu.

Jawaban:

1. a. Ledoux (2002) mendefinisikan ilmu pengetahuan alam sebagai disiplin


ilmu yang hanya berhubungan dengan kejadian alam (yaitu variabel-variabel
bebas dan terikatnya adalah alam) dengan menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan penggunaan metode ilmiah umumnya dianggap sebagai ciri khas
namun tidak khusus Ilmu alam, sehingga yang membedakan IPA dengan IPS
adalah fokus kajiannya pada kejadian alam.
1. Objek IPA
Menurut Suryana (2010) setiap ilmu memiliki objek yaitu suatu
objek yang dipelajari ilmu. Menurut Bchel (1992) tujuan dari ilmu alam
adalah untuk menemukan hukum yang menguasai dunia. Fokusnya
terletak pada alam dan bukan pada dunia sosial, meski diferensiasinya
tidak selalu sederhana. Ada tiga area inti ilmu alam secara historis yaitu:
kimia, biologi dan fisika..
Sedangkan menurut Anol Bhattacherjee (2012) bahwa ilmu alam
adalah ilmu tentang benda atau fenomena alami, seperti cahaya, benda,
materi, bumi, benda langit, atau tubuh manusia. Ilmu alam dapat
digolongkan lebih jauh ke dalam ilmu fisika, ilmu bumi, ilmu hayati, dan
lain-lain. Ilmu fisika terdiri dari disiplin ilmu seperti fisika (ilmu benda
fisik), kimia (ilmu materi), dan astronomi (ilmu benda angkasa). Ilmu bumi
terdiri dari disiplin ilmu seperti geologi (ilmu bumi). Ilmu hayati meliputi
disiplin ilmu seperti biologi (ilmu tubuh manusia) dan botani (ilmu
tumbuhan) ".
Berdasarkan uraian diatas objek ilmu pengetahuan alam adalah
segala benda atau fenomena alam seperti cahaya, energi, manusia, materi,
bumi, hewan, tumbuhan, bintang, dan lain-lain yang dikelompokan
kedalam ilmu fisika, kimia, biologi, astronomi dan geologi.
2. Menggunakan metode
Menurut Suryana (2010) metode adalah cara memperoleh dan
menyusun pengetahuan. Dalam kamus Oxford didefinisikan bahwa
metode ilmiah adalah metode yang mencirikan "ilmu alam sejak abad ke-
17, secara sistematis terdiri dari observasi, pengukuran, dan percobaan.
Menurut Bchel (1992) metode ilmu pengetahuan alam mungkin metode
penyelidikan ilmiah yang paling populer. Alasan untuk ini adalah sifat yang
lebih seragam dari ilmu alam dan countabiliti yang memungkinkan para
ilmuwan untuk menerapkan matematika. Sementara fisika atau kimia
bergantung pada perluasan yang besar pada pengaturan eksperimental
terkontrol, pengaturan semacam itu tidak bisa diciptakan begitu mudah
untuk sebagian besar penyelidikan di bidang ekonomi atau sosiologi.
Alysah (2013 ) menyatakan metode ilmiah sangat penting dalam
ilmu pengetahuan alam. Langkah pertama dalam metode ilmiah adalah
observasi, dilanjutkan dengan hipotesis, eksperimen, kesimpulan, dan
terakhir pengulangan. Ilmu alam tidak menentukan kebenaran dari
korespondensi atau sudut pandang yang koheren, sebenarnya ilmu alam
lebih banyak didasarkan pada pandangan pragmatis. Metode Ilmiah, jika
berhasil dan berguna maka itu adalah kebenaran. Oleh karena itu adalah
mungkin untuk mencapai kebenaran melalui teori-teori dalam ilmu alam.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa ilmu pengtahuan
alam adalah sekumpulan pengetahuan tentang fenomena alam yang
diperoleh melalui metode ilmiah yang diawali dengan observasi,
dilanjutkan dengan hipotesis, eksperimen, kesimpulan, dan terakhir
pengulangan. Hasil dari metode ilmiah dalam penelitian fenomena alam
jika berhasil akan menjadi ilmu yang akan berguna sehingga mungkin
untuk mencapai kebenaran melalui teori-teori dalam ilmu alam.
3. Sistematis
Menurut Bradford lmu pengetahuan adalah pendekatan yang
sistematis dan logis untuk menemukan bagaimana segala sesuatu di alam
semesta bekerja. Ini juga kumpulan pengetahuan yang terkumpul melalui
penemuan tentang semua hal di alam semesta. Stephen, Osler dan Spencer
dalam Physical Science menyatakan Ilmu fisika merupakan studi
sistematis dunia anorganik, berbeda dengan studi dunia organik, yang
merupakan wilayah ilmu biologi. Ilmu fisika biasanya dianggap terdiri dari
empat area yang luas: astronomi, fisika, kimia, dan ilmu bumi, yang dibagi
menjadi bidang dan subbidang.. Fisika modern didirikan pada pertengahan
abad ke-19 sebagai sintesis beberapa sains lama-yaitu, mekanika, optik,
akustik, listrik, magnet, panas, dan sifat fisik materi. Sintesis ini sebagian
besar didasarkan pada pengakuan bahwa kekuatan yang berbeda dari sifat
terkait dan, pada kenyataannya, dapat saling bertentangan karena bentuk
energi.
Sedangkan Wikipedia mendefiniskan sistematis adalah segala
usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut obyeknya. Selanjutnya kamus Oxford mendefinisikan
sistematis yaitu berkaitan dengan atau terdiri dari sebuah sistem,
dipresentasikan atau dirumuskan sebagai satu kesatuan gagasan atau prinsip
yang koheren.
Berdasrkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan
yang lain saling berkaitan, saling berkaitan, saling menjelaskan, sehingga
seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. IPA merupakan ilmu yang
sistematis karena ada keterpaduan dari objek-objek kajiannya misalnya
dalam fenomena fotosintesis terdapat kajian foton, reaksi kimia dan klorofil
daun tempat terjadinya fotosintesis.
4. Universal
Pierre C Hohenberg menyatakan kebenaran ilmiah dimaksudkan
untuk diterapkan di mana mana dan tidak terikat pada individu atau individu
kelompok individu. Tidak ada "Ilmu Pengetahuan Jerman", "Ilmu Yahudi",
"Ilmu Afrika". Dengan demikian, hasil penemuan baru akan menggantikan
dan membatalkan hasil penemuan sebelumnya, tapi ini hanya bisa terjadi
jika konsisten dengan elemen ditetapkan ilmu sebelumnya. Setiap
inkonsistensi harus dianggap sebagai percobaan/eksperimen ilmu
pengetahuan yang belum selesai. Anonimitas, universalitas dan konsistensi
Ilmu kontras dengan produk lain dari usaha manusia, seperti seni, hukum,
agama dan bahkan teknologi.
Kamus Oxford mendefinisikan universal adalah Berkaitan
dengan atau dilakukan oleh semua orang atau benda di dunia atau dalam
kelompok tertentu; berlaku untuk semua kasus. Sedangkan Stankov (2009)
dalam The Universal Law of Nature menyatakan ilmu pengetahuan
konvensional belum menemukan satu hukum pun tentang alam, yang
dengannya semua fenomena alam dapat dinilai tanpa kecuali. Hukum
semacam itu harus didefinisikan sebagai universal. Berdasarkan fakta ilmiah
dan fakta ilmiah yang jelas, sudut pandang metodologi sains, kriteria
teoretis formal, yang harus dipenuhi oleh hukum kodrat untuk memperoleh
status hukum universal.
Sedangkan menurut Wikipedia hukum sains, hukum ilmiah, atau
prinsip ilmiah adalah pernyataan yang menggambarkan atau memprediksi
berbagai fenomena sebagaimana adanya di alam. Menurut persatuan tesis
sains, semua hukum ilmiah bersifat universal..
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebenaran
yang disajikan dalam ilmu pengetahuan harus berlaku secara umum.
Misalnya, kaidah dalam biologi tentang reproduksi generatif merupakan
cara reproduksi organisme yang harus didahului dengan peleburan dua sel
(gamet jantan dan betina). Ini berlaku pada semua jenis organisme.
Sedangkan dalam fisika, hukum-hukum atau kaidah yang berlaku universal
atau umum. Misalnya, hukum gravitasi newton.
5. Objektif
Menurut Daston dan Peter (2010) objektivitas sering dikaitkan
dengan pengukuran ilmiah, karena keakuratan suatu pengukuran dapat diuji
independen dari ilmuwan yang pertama kali melaporkannya. Oleh karena
itu, hal itu berkaitan erat dengan tujuan uji kemampuan dan kemampuan
reproduksibilitas. Agar benar dianggap objektif, hasil pengukuran harus
dikomunikasikan dari orang ke orang, dan kemudian ditunjukkan untuk
pihak ketiga, sebagai kemajuan dalam memahami dunia objektif.
Pengetahuan yang bisa dibuktikan semacam itu biasanya akan memberikan
kekuatan prediksi atau konstruksi teknologi yang dapat ditunjukkan.
Selanjutnya Wikipedia mendefinisikan objektivitas atau objektif
dalam keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat alamiah
(empiris) sebuah objek yang sedang diteliti/ dipelajari dengan suatu cara di
mana tidak tergantung pada fasilitas apapun dari subjek yang
menyelidikinya. Keobjektifan pada dasarnya tidak berpihak, di mana
sesuatu secara ideal dapat diterima oleh semua pihak, karena pernyataan
yang diberikan terhadapnya bukan merupakan hasil dari asumsi (kira-kira),
prasangka, ataupun nilai-nilai yang dianut oleh subjek tertentu.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan ilmu bersifat objektif adalah
sesuai dengan kenyataan dari objeknya dan dapat dibuktikan dengan
pengamatan dan pengamalan empirik. Adapun objek studi IPA adalah
benda-benda dan fenomena-fenomena alam yang pengamatan dan
pengukurannya dapat diuji secara empiris atau ilmiah.
6. Analitis
Menurut Tieszen (2011) bahwa Ilmu pengetahuan, seperti yang
kita pahami sekarang, tidak selalu ada. Ada analisis mendalam tentang asal
mula ilmu pengetahuan alam modern, terutama dari sisi beberapa filsuf
kontinental. Yang perlu kita lakukan adalah mempertimbangkan beberapa
fitur umum yang terlibat dalam pemahaman kita tentang dunia
berdasarkan ilmu alam. Dalam bahasan tentang ilmu alam adalah sebagai
ilmu bidang fisika, matematika, kimia, ilmu komputer, dan sejenisnya.
Perbedaan terkadang ditarik antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan manusia. Ada ciri-ciri ilmu alam yang tidak selalu hadir
dalam ilmu lain seperti ilmu sosial.
Dalam kamus Oxford analisis didefinisikan sebagai berhubungan
dengan analisis atau analisis; terutama: memisahkan sesuatu menjadi
komponen atau elemen penyusun. Menurut Anol Bhattacherjee (2012)
Ilmu alam adalah ilmu tentang benda atau fenomena alami, seperti
cahaya, benda, materi, bumi, benda langit, atau tubuh manusia. Ilmu alam
dapat digolongkan lebih jauh ke dalam ilmu fisika, ilmu bumi, ilmu hayati,
dan lain-lain. Ilmu fisika terdiri dari disiplin ilmu seperti fisika (ilmu
benda fisik), kimia (ilmu materi), dan astronomi (ilmu benda angkasa).
Ilmu bumi terdiri dari disiplin ilmu seperti geologi (ilmu bumi). Ilmu
hayati meliputi disiplin ilmu seperti biologi (ilmu tubuh manusia) dan
botani (ilmu tumbuhan) ".
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan alam merupakan ilmu yang yang kajian terbagi-bagi menjadi
bagian yang lebih rinci guna memahami berbagai hubungan, sifat, serta
peranan dari bagian-bagian tersebut. Sebagai contoh jika ingin
mempelajari struktur dan fungsi tumbuhan , maka Anda akan mempelajari
bagian-bagian yang lebih rinci, yaitu akar, batang, daun, dan sebagainya.
7.Verifikatif
Menurut Nicholas Alcin seorang ilmuwan mencoba
menggambarkan fenomena alam melalui metode ilmiah. Metode ini
didasarkan pada observasi dan hipotesis. Setelah bereksperimen yang
berulang dan diverifikasi , ilmuwan bisa merumuskan hukum dan akhirnya
menjadi teori. Sedangkan dalam kamus Oxford verifikasi didefinisikan
sebagai proses membangun kebenaran, akurasi, atau keabsahan sesuatu
Menurut Wikipedia hukum ilmiah meringkas dan menjelaskan
kumpulan fakta yang ditentukan oleh percobaan, dan diuji berdasarkan
kemampuan mereka untuk memprediksi hasil percobaan di masa depan.
Hukum mencerminkan pengetahuan ilmiah bahwa percobaan telah berulang
kali diverifikasi (dan tidak pernah dipalsukan). Akurasi mereka tidak
berubah ketika teori baru berhasil, namun lingkup penerapannya, karena
persamaan (jika ada) yang mewakili hukum tidak berubah.
Berdasrkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keabsahan ilmu
pengetahuan diperoleh melaui percobaan yang berulang dan diakurasi
hingga dirumuskan hukum yang diverifikasi terus hingga menghasilkan
teori yang diterima kebenarannya.

b. Kamus Oxford mendefinisikan fisika adalah cabang sains yang


berhubungan dengan sifaf-sifat materi dan energi. Materi pelajaran fisika
meliputi mekanika, panas, cahaya dan radiasi lainnya, suara, listrik, magnet,
dan struktur atom. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan fisika
merupakan kumpulan pengetahuan yang mempelajari sifat dan gejala pada
benda-benda di alam, sehingga fisika memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri
ilmu. Adapun syarat dan ciri-ciri tersebut adalah:
1. Objek ilmu fisika
Menurut Microsoft Encarta "Fisika adalah ilmu pengetahuan
utama, berhubungan dengan konstituen fundamental alam semesta,
kekuatan yang mereka lakukan satu sama lain, dan hasil yang dihasilkan
oleh kekuatan-kekuatan ini. Terkadang dalam fisika modern pendekatan
yang lebih canggih yang menggabungkan unsur-unsur dari ketiga
wilayah yang tercantum di atas; Ini berhubungan dengan hukum simetri
dan konservasi, seperti yang berkaitan dengan energi, momentum,
muatan, dan paritas. Artinya, fisika adalah cabang sains, yang
berhubungan dengan sifat materi dan amunisi dan hubungan di antara
keduanya. Ini juga mencoba menjelaskan dunia material dan fenomena
alam semesta. Ruang lingkup fisika sangat luas berkaitan dengan tidak
hanya partikel atom yang paling dalam, tapi juga memperhatikan
fenomena alam seperti galaksi, Bima Sakti, gerhana matahari dan lunar
dan lain-lain.
Menurut Wikipedia cabang fisika terbagi menjadi dua yaitu fisika
klasik dan fisika moderen. Fisika klasik mangacu pada gaya gaya
tradisonal yang diakui dan dikembangkan sebelum abad ke 20. Fisika
moderen mengacu pada konsep fisika yang diakui dan dikembangkan
pada awal abad ke 20. Fisika klasik terdiri dari 1) mekanika yang
mempelajari gaya yang bekerja pada benda apakah saat diam atau
bergerak, 2) Akustik yang mempelajari produksi dan perambatan
gelombang bunyi, 3) Optik yang mempelajari produksi, sifat dan karakter
cahaya, cahaya dalam pengelihatan, pemantulan dan pembiasan cahaya
pada cermin dan lensa. 4) termodinamika yang mempelajari hubungan
antara panas/kalor dengan bentuk lain dari energi, 5) elektromagnetik
yang mempelajari karakter arus listrik dan magnetik dan hubungan
keduanya, muatan listrik yang diam, pergerakan muatan, dan kutub
magnet yang diam.
Berdasarkan uraian diatas fisika merupan ilmu yang memiliki
objek kajian diantaranya adalah: Fisika modern terdiri dari 1) Fisika atom
dan nuklir yang mempelajari komponen, struktur dan tingkah laku inti
atom. 2) fisika kuantum mempelajari fenomena diskrit atom dan tingkat
subatominya fokusnya pada unit energi tak terlihat yang disebut kuanta
yang dijelaskan oleh teori kuantum. 3) Fisika relativitas mempelajari
tentang fenomena yang terjadi dalam bentuk referensi yang sedan
gbergerak sehubungan dengan sebuah pengamat. 4) Fisika zat padat
mempelajari sifat bahan padat termaksuk listrik pada kristal
semikonduktor dan logam. 5) Fisika materi yang mempelajari sifat sifat
kekentalan bahan (padatan, cairan, dan intermedit antara cair padat dan
gas). 6) Fisika plasma mempelajari keadaan materi, plasma.7) Fisika
suhu rendah mempelajari produksi dan pemiliharaan suhu sampai
mendekati nol mutlak dan berbagai fenomena yang terjadi saja pada sehu
seperti itu.
2. Menggunakan metode
Andersen dalam The Basics of Physics menyatakan fisika
menggunakan metode ilmiah untuk membantu mengungkap prinsip-
prinsip dasar yang mengatur cahaya dan materi, dan untuk menemukan
implikasi dari hukum-hukum tersebut. Ini mengasumsikan bahwa ada
peraturan dimana fungsi alam semesta, dan hukum tersebut setidaknya
dapat dipahami sebagian oleh manusia. Hal ini umumnya dipercaya
hukum-hukum tersebut dapat digunakan untuk memprediksi segala
sesuatu tentang masa depan alam semesta jika informasi lengkap tersedia
mengenai keadaan terang dan materi sekarang. Materi umumnya
dianggap sesuatu yang memiliki massa dan volume. Banyak konsep yang
terpisahkan dalam studi fisika klasik melibatkan teori dan hukum yang
menjelaskan materi dan geraknya. Hukum konservasi massa, misalnya,
menyatakan bahwa massa tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Percobaan dan perhitungan lebih lanjut dalam fisika diperlukan dengan
memperhatikan hukum-hukum, untuk merumuskan hipotesis untuk
mencoba menjelaskan fenomena alam.
Pippard dalam Concept fundamental to the attitudes and methods
of physical science menyebutkan ada tujuh sikap dasar dan metode
dalam fisika yaitu: 1) Medan (Field) yang terdiri dari hukum gravitasi
Nweton dan hukum Coulomb kedua hukum ini berkaitan dengan gaya,
vektor, dn gradient. 2) Conservation laws and extremal principles yang
terdiri dari momentum, pusat massa dan keduanya berhubungan dengan
momentum sudut, energi dan lain-lain. 3) Dasar konsistituen matri
(Fundamental consitituents of matter). 4) Kederhanaan dan kompleksitas
(Simplicity and complexity). 5) Simetri (Symmetry). 6) Entropi dan
kelainan (Entropy and diosrder). 7) Kekacauan (Chaos)
Pippard menyatakan fisika seperti ilmu alam yang lainya yang
menggambarkan fenomena alam yang umumyan berhubungan dengan
sifat materi, energi atau pergerakan benda, sehingga ilmuwan fisika
memiliki dua peran yang pertama harus mengungkapkan konsistuen yang
paling mendasar dan hukum yang yang mengaturnya, dan yang kedua
harus dapat menemukan metode untuk menjelaskan ciri khas yang
timubul dari fenomena alam tersebut. Misal, umumnya fisikawan
sekarang berpendapat bahwa partikel dapat dijelaskan dengan metode
mekanika kuantum yang juga dapat menjelaskan secara rinci perilaku
semua material.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan fisika merupakan
kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan ilmiah
untuk membuktikan kebenaran suatu teori, atau untuk menciptakan teori
baru. Dalam membuktikan kebenaran teori atau menciptkan teori baru
dalam fisika, fisikawan harus menggunakan konsep dasar metode dalam
fisika diantaranya medan, hukum konservasi, dasar konsistituen materi,
kederhanaan dan kompleksitas, simetri, entropi dan kelainan, dan
kekacauan. Seperti yang dilakukan oleh Heinrich Hertz ilmuwan fisika
yang pertama kali menguji hipotesa Maxwell ini dengan kumparan
Ruhmkorf pada percobaan tersebut Hertz berhasil mengukur kecepatan
perambatan gelombang elektromagnetik ini seperti yang diramalkan oleh
Maxwell, yakni 3 x 108 m/s.
3. Sistematis
Stephen, Osler dan Spencer dalam Physical Science menyatakan
Ilmu fisika merupakan studi sistematis dunia anorganik, berbeda dengan
studi dunia organik, yang merupakan wilayah ilmu biologi. Ilmu fisika
biasanya dianggap terdiri dari empat area yang luas: astronomi, fisika,
kimia, dan ilmu bumi, yang dibagi menjadi bidang dan subbidang.
Fisika modern didirikan pada pertengahan abad ke-19 sebagai sintesis
beberapa sains lama-yaitu, mekanika, optik, akustik, listrik, magnet,
panas, dan sifat fisik materi. Sintesis ini sebagian besar didasarkan pada
pengakuan bahwa kekuatan yang berbeda dari sifat terkait dan, pada
kenyataannya, dapat saling bertentangan karena bentuk energi.
Batas antara fisika dan kimia agak berubah-ubah yang
dikembangkan pada abad ke-20, fisika berkaitan dengan struktur dan
perilaku atom dan komponennya, sementara kimia berhubungan dengan
sifat dan reaksi molekul. Yang terakhir ini bergantung pada energi,
terutama panas, dan juga pada atom; Oleh karena itu, ada kaitan kuat
antara fisika dan kimia. Ahli kimia cenderung lebih tertarik pada sifat
spesifik dari unsur dan senyawa yang berbeda, sedangkan fisikawan
memperhatikan sifat umum yang dimiliki oleh semua materi. Astronomi
adalah ilmu seluruh alam semesta di luar Bumi; Ini termasuk sifat fisik
bumi, seperti massa dan rotasinya, sejauh mereka berinteraksi dengan
tubuh lain di tata surya. Sampai abad ke-18, para astronom terutama
terkait dengan Matahari, Bulan, planet, dan komet. Selama berabad-abad
berikutnya, studi tentang bintang, galaksi, nebula, dan media antar
bintang menjadi semakin penting. Mekanika langit, ilmu tentang gerak
planet dan benda padat lainnya di dalam tata surya, merupakan ujian
pertama bagi hukum gerak Newton dan dengan demikian membantu
menetapkan prinsip-prinsip dasar fisika klasik (yaitu, abad ke-20).
Astrofisika, studi tentang sifat fisik benda langit, muncul pada abad ke-
19 dan berhubungan erat dengan penentuan komposisi kimia dari benda-
benda tersebut. Pada abad 20 fisika dan astronomi menjadi lebih dekat
terkait melalui teori kosmologis, terutama yang didasarkan pada teori
relativitas.
Berdasarkan uraian diatas ilmu fisika merupakan ilmu yang
bersifat sistematis karena objek kajiannya tersusun dalam suatu sistem,
tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling
berkaitan, saling menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh. Contohnya dalam fisika, jika kita akan mempelajari
tentang gaya, maka materi yang akan kita pelajari perlu mendapat
dukungan materi lain, misalnya tentang medan, vektor, massa,
percepatan, gravitasi.
4. Universal
Stankov (2009) dalam The Universal Law of Nature menyatakan
dalam sains, beberapa hukum alam yang diketahui, seperti hukum
gravitasi Newton, disebut berlaku universal, misalnya. "Hukum gravitasi
universal". Istilah ini menyiratkan bahwa hukum khusus ini berlaku bagi
seluruh alam semesta secara independen dari ruang dan waktu, walaupun
dimensi fisik ini mengalami perubahan relativistik seperti yang dinilai
dalam teori relativitas (misalnya dengan transformasi Lorentz ').
Hal yang sama berlaku untuk semua hukum fisika yang dikenal
dalam fisika modern, termasuk tiga hukum mekanika Newton, hukum
Kepler mengenai rotasi planet, berbagai hukum-hukum tentang perilaku
gas, cairan, dan pengungkit, hukum pertama termodinamika tentang
konservasi energi, hukum kedua termodinamika pada entropi tumbuh,
hukum radiasi beragam, banyak hukum elektrostatika, elektrodinamika,
listrik, dan magnetisme, (dirangkum dalam empat persamaan
elektromagnetisme Maxwell), hukum teori gelombang, hukum terkenal
Einstein tentang kesetaraan massa dan energi, persamaan gelombang
Schrdinger dari mekanika kuantum, dan seterusnya. Buku teks fisika
modern berisi lebih dari seratus hukum yang berbeda, semuanya
dianggap bersifat universal.
Baerdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan teori fisika saat ini
tampaknya mematuhi banyak hukum yang bersifat universal
sebagaimana yang telah disebutkan diatas karena mereka teteap berada
di tempat dan waktu di alam semesta, dan beroperasi secara simultan dan
dalam harmoni yang sempurna satu sama lain, sehingga pikiran manusia
memandang alam sebagai keseluruhan yang terurut.
5. Objektif
Stankov (2009) menyatakan bahwa semua pengukuran dalam
sains fisika didasarkan pada matematika, misalnya. sebagai berbagai unit
SI-System, yang didefinisikan sebagai hubungan numerik dalam
matematika, dan hanya kemudian diturunkan sebagai hasil matematis
dari pengukuran eksperimental. Sehingga jika hukum tidak disajikan
sebagai persamaan matematis, tidak ada kemungkinan untuk
membuktikan validitas universal secara obyektif dalam kondisi
eksperimental.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan fisika merupakan ilmu
bersifat objektif adalah sesuai dengan kenyataan dari objeknya dan dapat
dibuktikan dengan pengamatan dan pengamalan empirik. Adapun objek
studi fisika fenomena-fenomena alam yang pengamatan dan
pengukurannya dapat diuji secara empiris atau ilmiah.
6. Analitis
Masson menyatakan bahwa fisika telah menjadi ilmu analisis
sejak era Laplace, Lagrange dan Hamilton dalam artian hasilnya
dinyatakan dengan menggunakan kalkulus dan persamaan diferensial.
Struktur fisika juga memungkinkannya menjadi ilmu analitik dengan
perpanjangan komponen kontinu dan kompleks, semua untuk tujuan
memahami lebih banyak struktur fisika yang dalam.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fisika merupakan
illmu analisis hal ini dibuktikan bahwa untuk menyelasaikan beberapa
soal sitem gerak dinamika yang rumit dengan menggunakan persamaan
persamaan yang disediakan seperti persamaan Lagrange.
Soal : Pandanglah sebuah partikel bermassa m yang bergerak akibat
pengaruh gaya sentral pada sebuah bidang. Rumuskan persamaan gerak
partikel tersebut.
Misalkan koordinat polar (r,) digunakan sebagai koordinat rampatan.
Koordinat Cartesian (r,) dapat dihubungkan melalui :

x = r cos y = r sin

Energi kinetik partikel dapat ditulis :

( ) (
T = 12 mv2 = 12 m x&2 + y&2 = 12 m r&2 + r&2q2 )
Energi potensial oleh gaya sentral
k k
V=- =-
(x )
1/ 2
2
+y 2 r

Persamaan Lagrange untuk sistem ini:

k
(
L = T - V = 12 m r&2 + r&2 q2 + ) r

Dari persamaan Lagrange:

d T T V
=
dt qk q k qk

d L L
& - =0
dt
qk k
q

Substitusi q1 = r dan q2 = , diperoleh:

d L L
&- =0
dt r r

d L L
&- =0
dt q q

Dari kedua persamaan di atas diperoleh:

L
= mr&
r&
d L
&= mr& &
dt r
L k
= mrq&2 - 2
r& r

k
&2 - mrq&2 = - 2
mr&
r

Untuk partikel yang bergerak dalam medan konservatif :



V(r) k
F(r) = - =- -
r r r2

Jadi :
mr&
&2
= mrq&2 + Fr

Dari persamaan Lagrange :


L
L
& = mr 2q& =0
q q

d L & 2&
&
&= 2mrr&q + mr q
dt q

2mrr&q&+ mr 2&
q&= 0

atau :
d dJ
dt
( )
mr 2 q& =
dt
=0

Hal ini berarti bahwa J merupakan momentum sudut yang

nilainya konstan. Integrasi persamaan di atas menghasilkan =


J = mr 2q&
konstan. Berdasarkan persamaan di atas dapat dikatakan bahwa dalam
medan konservatif momentum sudut J, merupakan tetapan gerak.

7. Verifikatif
Menurut Stankov (2009) bahwa ilmu empiris, yang dilakukan
sebagai penelitian eksperimental, tampaknya mengkonfirmasi validitas
universal dari hukum fisika ini tanpa pengecualian. Untuk tujuan ini,
semua hukum fisika disajikan sebagai persamaan matematis. Hukum
Alam, yang diekspresikan tanpa alat matematika, tidak terpikirkan dalam
konteks sains masa kini. Setiap hukum alam yang benar harus
diverifikasi secara empiris dengan pengukuran yang tepat, sebelum
memperoleh status hukum fisik universal.
Berdasarkan uraian diatas hukum-hukum dan teori-teori fisika
yang digunakan hingga saat ini diperoleh melalui penelitian yang
berulang dan dicerivikasi terus menerus hingga diperoleh kebenaran.
Misalnya teori tentang Hukum Newton 1 Bunyi: "Jika resultan gaya yang
bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-mula
diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan
akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap". Rumus Hukum
Newton 1 (I):

Contoh Hukum Newton 1 dalam Kehidupan Sehari-hari

Saat mobil bergerak cepat di rem mendapak penumpang akan


serasa terdorong kedepan

Mobil yang anda naiki setelah direm mendadak, lalu mobil tiba-
tiba bergerak kedepan, maka anda akan terdorong ke belakang

Koin yang diatas kertas yang diletakkan di meja akan tetap, jika
kertas ditarik cepat.

2. Struktur ilmu (komponen ilmu) antara lain: 1. Fakta, 2. Konsep, 3.


Proposisi, 4. Teori, 5. Postulat, 6. Prinsip, 7. Hukum, 8. Asumsi.

a. Jelaskan dan berikan contoh pada bidang anda (Biologi, Kimia,


Fisika) yang menerapkan komponen ilmu diatas untuk
menjelaskan/mendeskripsikan fenomena kajian anda (Biologi, Kimia,
Fisika).

b. Tuliskan judul tulisan anda, Jelaskan dan berikan contoh pada judul
tulisan anda yang menerapkan komponene ilmu diatas untuk
menjelaskan/mendeskripsikan fenomena kajian dalam judul yang nada
tulis atau anda ajukan.

Jawaban
2. Menurut Kridalaksan (1993 ) dalam Salim (2015) didefinisikan bahwa
struktur adalah perangkat unsur yang diantaranya ada hubungan yang bersifat
ekstrinsik, unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
bersifat intuitif.. Jadi, Struktur ilmu pengetahuan adalah suatu kumpulan
pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan
atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan
penjelasan termaksud,(The Liang Gie. 2000 dalam Salim 2015).

Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagian yang penting


dipelajari mengingat ilmu merupakan suatu bangunan yang tersusun, bersistem
dan kompleks. Melalui ilmu kita dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol
setiap gejala-gejala alam yang terjadi. Tujuan akhir dari disiplin keilmuan yaitu
mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten.
Adapun komponen-komponene ilmu adalah:

1. Fakta
NRC (1998) dalam the role of theory in advancing 21st Biology
menyatakan bahwa fakta dalam sains adalah sebuah pengamatan yang telah
berulang kali dikonfirmasi. Kemudian menurut NAS (National Academy of
Sciences) (1998) dalam fakta dapat dibentuk menjadi undang-undang atau
"generalisasi deskriptif tentang bagaimana beberapa aspek dunia alam
berperilaku dalam keadaan yang dinyatakan. Sedangkan dalam Nasional
Center For Sciences Education menuliskan fakta dalam sains adalah sebuah
pengamatan yang telah berulang kali dikonfirmasi dan untuk semua tujuan
praktis diterima sebagai "benar." Kebenaran dalam sains, bagaimanapun, tidak
akan pernah final dan apa yang diterima sebagai fakta hari ini dapat
dimodifikasi atau bahkan dibuang besok.
Menurut Nikels 1998 fakta adalah observasi empiris yang telah
dikonfirmasi atau, paling tidak, disetujui (atau kesimpulan jika mengacu pada
fakta" disimpulkan "). Fakta ilmiah, bahkan yang tampaknya merupakan
pengamatan sederhana, tertanam atau berakar pada teori yang dimiliki
pengamat. Sedangkan menurut Suryana (2010) fakta adalah keadaan
sebenarnya (empirik) yang diwujudkan dalam jalinan dua konsep atau lebih.
Berdasarkan uraian diatad dapat disimpulkan bahwa fakta adalah
sejumlah data yang terkumpul atau dihasilkan dalam suatu proses kegiatan
misalnya penelitian, yang menunjukkan keadaan yang sebenarnya sesuai
dengan proses yang berlangsung.
Contoh fakta dalam bidang fisika: Memakai baju berwarna hitam pada
siang hari akan tersa lebih panas jika dibandingkan dengan memakai baju
berwana putih.
2. Konsep
Sebac (2004) mendefinisikan Konsep adalah abstraksi verbal yang
diambil daripengamatan sejumlah kasus tertentu. Konsep ilmiah adalah teori
ilmiah atau hukum yang menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu peristiwa
alam atau proses terjadi. Konsep ilmiah meliputi rumus matematika yang
menjelaskan atau secara konsisten menggambarkan fenomena alam.
Menurut Andersen bahwa konsep dalam fisika tidak dapat dibuktikan,
hanya dapat didukung atau disangkal melalui pengamatan dan eksperimen.
Sedangkan dalam kamu Oxford konsep didefinisikan sebagai ide abstak.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah ide yang
diekspresikan dengan simbol atau kata. Konsep menunjukkan pengertian
tentang suatu objek, disebut juga sebagai pembawa arti. Konsep dalam fisika
dipakai untuk mendeskripsikan objek yang diamati, baik materi atau energi.
Konsep dibagi dua, yaitu simbol dan definisi.
Contoh konsep dalam fisika adalah: Konsep teori relativitas

Teori relativitas khusus Einstein-tingkah laku benda yang


terlokalisasi dalam kerangka acuan inersia, umumnya hanya berlaku
pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya.

Transforasi Lorentz-persamaan transformasi yang digunakan untuk


menghitung perubahan koordinat benda pada kasus relativitas khusus.

Teori relativitas umum Einstein-Teori yang lebih luas, dengan


memasukkan graviti sebagai fenomena geometris dalam sistem
koordinat ruang dan waktu yang melengkung, juga dimasukkan
kerangka acuan non inersia (misalnya, percepatan).

Prinsip relativitas fundamental.

3. Proposisi
McGrath (2012) menuliskan logika proposisi adalah satuan
kemungkinan logis yang mengandung atau mengemukakan sesuatu
adanya. Beberapa filsuf telah mencoba untuk membantah bahwa proposisi
adalah sebuah pernyataan karena sebuah proposisi bersifat mental atau
abstrak, sementara sebuah pernyataan bersifat linguistik, dan bahwa alam
mental dan linguistik tidaklah sama. Namun apa yang benar adalah bahwa
proposisi dapat diungkapkan atau ditunjukkan oleh pernyataan linguistik
dengan tingkat akurasi tertentu; dan proposisi pasti lebih berkaitan dengan
pernyataan dari pada pertanyaan atau perintah. Sebuah proposisi belum
tentu benar; Bisa salah, tidak mungkin atau tidak berarti.
Wikipedia menyebutkan dalam ilmu fisika dan ilmu lainnya,
karya teoretis dikatakan berasal dari prinsip pertama, atau ab initio, jika
dimulai secara langsung pada tingkat sains mapan dan tidak membuat
asumsi seperti model empiris dan parameter yang pas, dalam fisika prinsip
pertama adalah proposisi, asumsi dasar, dasar, terbukti sendiri, atau asumsi
yang tidak dapat disimpulkan dari proposisi atau asumsi lainnya. Dalam
fisika, sebuah perhitungan dikatakan dari prinsip pertama, atau ab initio,
jika dimulai secara langsung pada tingkat hukum fisika yang mapan dan
tidak membuat asumsi seperti model empiris dan parameter pas. contoh,
perhitungan struktur elektronik dengan menggunakan persamaan
Schrdinger dalam seperangkat perkiraan yang tidak memasukkan model
ke data eksperimental adalah pendekatan ab initio.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proposisi
merupakan pernyataan yang dapat bernilai benar atau salah akan tetapi
proposisi yagn sudah mempunyai jangkauan cukup luas dan telah
didukung oleh data empiris dinamakan hukum (scientific law).

Contoh proposisi dalam fisika: Proposisi dalam mekanika klasik

Proposisi 1
Satu-satunya cara untuk membandingkan jumlah q dari dua bagian materi
adalah dengan membandingkan jumlah gerak mereka dengan kecepatan
tunggal.
Proposisi 2
Hukum mekanika pertama: Melalui semua perubahan Alam korporeal,
jumlah keseluruhan materi tetap sama tidak meningkat maupun berkurang.
Proposisi 3
Hukum mekanika kedua: Setiap perubahan materi memiliki sebab
eksternal. (Setiap benda yang tidak bergerak tetap beristirahat, dan setiap
benda bergerak terus bergerak ke arah yang sama dengan kecepatan yang
sama, kecuali penyebab eksternal memaksanya berubah.)
Proposisi 4
Hukum mekanika ketiga: Dalam semua komunikasi gerak, tindakan dan
reaksi selalu sama satu sama lain
4. Teori
NRC (1998) dalam the role of theory in advancing 21st Biology
mendefiniskan teori sebagai penjelasan / mekanisme yang baik dari
beberapa aspek dunia alami yang dapat menggabungkan fakta, hukum,
kesimpulan, dan hipotesis yang diuji. Sedangkan menurut McComas
(2003) teori menjelaskan bagaimana hukum bekerja. Teori ilmiah adalah
penjelasan yang didasarkan pada garis bukti, memungkinkan prediksi yang
valid, dan telah diuji secara ilmiah dengan berbagai cara.
NAS (1998) dalam menyatakan teori merupakan penjelasan yang
baik tentang beberapa aspek dunia alami yang dapat menggabungkan
fakta, hukum, kesimpulan, dan hipotesis yang diuji. Selanjutnya menurut
Nasional Center For Science Education teori dalam sains didefinisikan
sebagai model komprehensif bagaimana proses tertentu atau bagian dari
alam semesta bekerja. Sebuah teori mungkin mengandung atau dibangun
berdasarkan definisi, fakta, hukum dan hipotesis yang telah diuji.
University of California Berkley , mendefinisikan sebuah teori
sebagai penjelasan luas dan alami untuk berbagai fenomena. Teori ringkas,
koheren, sistematis, prediktif, dan berlaku luas, sering mengintegrasikan
dan menggeneralisasi banyak hipotesis.Setiap teori ilmiah harus
didasarkan pada pemeriksaan fakta yang cermat dan rasional. Fakta dan
teori adalah dua hal yang berbeda. Dalam metode ilmiah, ada perbedaan
yang jelas antara fakta, yang dapat diamati dan / atau diukur, dan teori,
yang merupakan penjelasan para ilmuwan dan interpretasi fakta.
Dari uraian diatas disimpulkaan bahwa teori adalah sebuah
penjelasan terpadu dan menyeluruh tentang banyak fakta dan sebuah
penjelasan mampu menghasilkan hipotesis tambahan dan prediksi yang
dapat diuji tentang cara alam terlihat dan bekerja. Teori ilmiah merupakan
upaya terbaik kita untuk memahami dan menjelaskan berbagai macam
fenomena alam.
Contoh teori dalam fisika: Teori Gelombang Elektromagnetik.
Teori gelombang elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James
Clerk Maxwell (18311879). Hipotesis yang dikemukakan oleh Maxwell,
mengacu pada tiga aturan dasar listrik-magnet berikut ini.
1. Muatan medan listrik dapat menghasilkan medan listrik
disekitarnya, yang besarnya diperlihatkan oleh hukum Coulumb.
2. Arus listrik atau muatan yang mengalir dapat menghasilkan
medan magnet disekitarnya yang besar dan arahnya ditunjukkan
oleh hukum Bio-Savart atau hukum Ampere.
3. Perubahan medan magnetik dapat menimbulkan GGL induksi
yang dapat menghasilkan medan listrik dengan aturan yang
diberikan oleh hukum induksi Faraday.
Berdasarkan aturan tersebut, Maxwell mengemukakan sebuah
hipotesis sebagai berikut: Karena perubahan medan magnet dapat
menimbulkan medan listrik, maka perubahan medan listrik pun akan dapat
menimbulkan perubahan medan magnet. Hipotesis tersebut digunakan
untuk menerangkan terjadinya gelombang elektromagnet. Menurut
Maxwell, ketika terdapat perubahan medan listrik (E), akan terjadi
perubahan medan magnetik (B). Perubahan medan magnetik ini akan
menimbulkan kembali perubahan medan listrik dan seterusnya. Maxwell
menemukan bahwa perubahan medan listrik dan perubahan medan
magnetik ini menghasilkan gelombang medan listrik dan gelombang
medan magnetik yang dapat merambat di ruang hampa. Gelombang medan
listrik (E) dan medan magnetik (B) inilah yang kemudian dikenal dengan
nama gelombang elektromagnetik.
5. Postulat
Dalam Terminologi Physics didefinisikan bahwa postulat adalah
asumsi (biasanya mendasar) yang penulis buat untuk membahas topik
secara koheren. Contoh postulat dalam mekanika kuantum (yang
mendefinisikan bagaimana fungsi gelombang harus ditafsirkan), atau
dalam mekanika klasik adanya Lagrangian (yang mendefinisikan titik awal
mekanika teoritis). Kamus oxford mendefinisikan postulat sebagai saran
atau anggap eksistensi, fakta, atau kebenaran (sesuatu) sebagai dasar
penalaran, diskusi, atau kepercayaan.
Menurut Richard (2015) dalam Science Encyclopedia bahwa
postulat adalah asumsi, yaitu proposisi atau pernyataan, yang dianggap
benar tanpa bukti. Postulat adalah proposisi dasar yang digunakan untuk
membuktikan pernyataan lain yang dikenal sebagai teorema. Begitu
sebuah teorema telah terbukti, itu bisa digunakan sebagai bukti teorema
lain.
Berdasarkan uraian ditas dapaat disimpulkan postulat adalah
asumsi atau patokan pola pikir itu adalah suatu keterangan yang benar,
yang kebenarannya itu dapat diterima tanpa harus diuji atau dibuktikan
lebih lanjut, digunakan untuk menurunkan keterangan lain sebagai
landasan awal untuk menarik suatu kesimpulan.
Contoh dalam fisika: Postulat- postulat mekanika kuantum. tidak
diturunkan dari teori fisika sebelumnya tetapi semata-mata berdasarkan
data-data eksperimen.
Postulat 1 : Representasi keadaan kuantum
Keadaan sistem fisis mikroskopik (sistem kuantum) diwakili oleh fungsi
gelombang (r , t) yang mengandung informasi yang lengkap
tentang sistem kuantum tersebut.
Postulat 2 : Besaran fisika dan Operator
Setiap besaran fisika (observabel dinamis) O diwakili oleh operator
Hermitean O
Postulat 3 : Nilai harap operator
Pengukuran besaran fisika O yang diwakili oleh operator Hemitean O
pada keadaan ( r , t) memungkinkan penentuan nilai eigen an
operator tersebut secara pasti. Persamaan nilai eigen untuk operator O
adalah
O n ( r , t =O n n (r , t)

Postulat 4 : Sifat probalisitik hasil ukur

Untuk sistem fisis yang berada pada keadaan yang diwakili oleh fungsi
gelombang dengan bentuk umum ( r , t ) = Ci i (r ,t ) maka
i

pengukuran observabel O akan menyebabkan alihan (loncatan) keadaan


dari (r,t) i (r ,t )
2
dengan peluang i |c i| =c i c i dan dihasilkan nilai eigen On .

Postulat 5 : Evolusi sistem kuantum


Keadaan kuantum ( r , t ) berevolusi terhadap waktu menurut
persamaan
Schroedinger
( r , t )
i= =H ( r , t ) .
t

6. Prinsip
F. Woodbridge menyatakan bahwa prinsip, dalam fisika, lebih
mirip menuntun gagasan dari pada apapun. Prinsip memberitahu fisikawan
bagaimana dunia bekerja pada umumnya. Prinsip-prinsip cenderung tidak
menjadi peraturan khusus yang bisa Anda tuliskan dalam istilah
matematika. Sebagai gantinya, mereka lebih menyukai teori panduan yang
memungkinkan ilmuwan membuat prediksi tentang fenomena baru dan
mengembangkan hukum baru yang secara jelas menjelaskan fenomena
tersebut. Sedangkan Kamus Oxford mendefinisikan prinsip sebagai
teorema ilmiah umum atau hukum yang memiliki banyak aplikasi khusus
dibidang yang luas.
Dalam terminology physics disebutkan juga prinsip adalah fakta
yang kurang lebih universal (biasanya mendasar). Hipotesis adalah
asumsi teoritis yang dibuat untuk mengembangkan teori (biasanya
alternatif). Seseorang dapat mengubah sebuah prinsip atau hipotesis
menjadi sebuah postulat, namun bukan sebuah postulat menjadi sebuah
prinsip.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum
mempunyai cakupan yang luas, maka prinsip mempunyai cakupan yang
terbatas. Prinsip dan hukum memiliki kemiripan, hanya pernyataan sebuah
prinsip kurang umum, sedangkan pernyataan yang dikategorikan ke dalam
hukum memiliki cakupan yang luas
Contoh prinsip dalam fisika adalah hukum kedua termodinamika
(disipasi universal), asas relativitas (independensi kerangka referensi), atau
hubungan ketidakpastian Heisenberg.
7. Hukum
NCR (1998) dalam The Role of Theory in Advancing 21st Century
Biology mendefiniskan hukum sebagai generalisasi deskriptif tentang
bagaimana beberapa aspek dunia alam berperilaku dalam keadaan yang
dinyatakan. Hukum meliputi ramalan yang dibuat tentang fenomena
alam.
Nasional Center For Science Education menyatakan hukum dalam
sains adalah adalah pernyataan yang menggambarkan perilaku tertentu.
Hukum berasal dari pengamatan atau eksperimen berulang dan sering
dideskripsikan sebuah hubungan antara dua atau lebih variabel. Sebuah
hukum menyatakan hal yang sama Hasil atau fenomena selalu diamati
dalam kondisi yang sama, dan Oleh karena itu dapat digunakan untuk
membuat prediksi. Karena hukum perlu universal dan harus mudah
dipahami di seluruh bahasa dan budaya, mereka sering dinyatakan sebagai
rumus matematika atau persamaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkanbahwa hukum adalah
generalisasi ilmiah berdasarkan pada pengamatan empiris atau kesimpulan
yang diambil dari, atau hipotesis yang ditegaskan oleh eksperimen ilmiah.
Contoh hukum dalam fisika: Hukum Biot-Savart. Bunyi hukum
Biot-Savart Gaya akan dihasilkan oleh arus listrik yang mengalir pada
suattu penghantar yang berada diantara medan magnetik.

8. Asumsi
Menurut Kitty Ferguson ada lima asumsi dasar dalam sains,
pertama; alam semesta itu rasional bisa ditentukan oleh sistem logika,
kedua; alam semesta dapat diakses, kita memiliki sarana untuk
berinteraksi dengan alam semesta, ketiga; alam semesta adalah kontingen -
hubungan sebab dan akibat beroperasi dalam parameter, keempat; alam
semesta itu objektif - ada yang independen dan acuh tak acuh untuk
merasakan persepsi, kelima; alam semesta bersatu,tidak ada yang bisa
"dipisahkan" dari alam semesta. Sebagai contoh, sains empiris berfokus
pada asumsi kedua - tetapi ketika sains beralih ke subyek di luar indra
(seperti fisika teoritis), asumsi pertama terkadang digunakan. Kamus
Oxford mendefinisikan asumsi sebagai Suatu hal yang diterima sebagai
benar atau pasti akan terjadi, tanpa bukti. James R menyatakan Secara
proporsional, (sifat sains adalah untuk) menentukan bahwa hal-hal yang
tidak ada bukti adanya mitos.
Berdasarkan uraian ditas dapat disimpulkan bahwa asumsi adalah
sesuatu yang diterima benar atau pasti akan terjadi tanpa bukti, sedangkan
asumsi yang digunakan dalam sains harus memenuhi syarat dengan
menganggap alam adalah sesuatu yang rasional, objektif, dapat diakses,
empiris dan terpadu.
Contoh asumsi dalam fisika adalah dalam analisis secara
mekanistik, terdapat empat komponen analisis utama yaitu zat, gerak,
ruang, dan waktu. Newton berasumsi bahwa keempat komponen ini
bersifat absolut. Berbeda dengan Einsten, Einsten berasumsi bahwa
keempat komponen tersebut bersifat relatif. Hal ini dikarenakan tidak
mungkin mengukur gerak secara absolut. Bahkan zat itu sendiri tidak
bersifat mutlak, hanya bentuk lain dari energi.

2. b. Judul tulisan saya berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Sains


Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Literasi Sains Siswa SMP Pada Materi Tekanan Zat. Komponen-
komponen ilmu dalam judul diatas terdiri dari fakta, konsep, propossis,
teori, postulat, prinsip, hukum dan asumsi. Adapun contoh komponen
ilimu dalam judul tersebut adalah:
1. Fakta:
Kehidupan manusia saat ini dipengaruhi oleh sains dan teknologi.
Sains sebagai ilmu dan teknologi sebagai implementasi dari ilmu akan
terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Hasil penilaian PISA menunjukkan bahwa kemampuan literasi
sains peserta didik Indonesia masih di bawah rata-rata dan berada
pada tahapan terendah skala pengukuran PISA.
Selama ini, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru di
sekolah masih didominasi oleh pandangan bahwa belajar merupakan
kegiatan menghafal fakta-fakta. Akibatnya, kelas masih sangat
berfokus pada guru (teacher centered) sebagai sumber utama
informasi atau pengetahuan.
2. Konsep:
Tekanan Zat
Model Pembalajaran Sains Teknologi Masyarakat
Literasi Sains
Berpikir Kritis
3. Proposisi:
Literasi sains penting untuk dikuasai oleh peserta didik
dalam kaitannya dengan cara peserta didik itu dapat memahami
lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain
yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung
pada teknologi dan kemajuan, serta perkembangan ilmu
pengetahuan
Penerapan paradigma konstruktivisme dalam proses
pembelajaran dipandang sebagai strategi yang efektif untuk
pembelajaran sains di sekolah. Teori Konstruktivisme ini
menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi (bentukan)
sendiri. Pengetahuan dikonstruksi dari dalam individu dan dalam
hubungannya dengan dunia nyata.
Model STM menyajikan kejadian-kejadian atau masalah
yang ditemui di masyarakat yang harus dipecahkan oleh siswa.
Pengalaman menyelesaikan berbagai masalah yang dilakukan oleh
siswa akan membangun dan mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa.
4. Teori:
Literasi sains menurut OECD (2003) merupakan kemampuan
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan
menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.
Fisika adalah bangun pengetahuan yang menggambarkan usaha,
temuan, wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari umat
manusia (Wartono, 2003).
Glaser dalam Alec Fischer, 2009 mendefinisikan berpikir kritis
sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang
masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman seseorang, (2) pengetahuan tentang metode-metode
pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan (3) semacam suatu
keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir
kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau
pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan
kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan terjemahan dari


bahasa Inggris science technology society (STS), yaitu, suatu usaha
untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari
dunia nyata. STM dalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh
aspek pendidikan, yaitu tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi,
strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan/kinerja guru (Iskandar,
1997).

5. Postulat:

Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat menjadi


alternatif pilihan dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendekatan STM
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyadari hubungan antara
sains yang dipelajari dengan apa yang ditemui dalam kehidupan sehari-
hari yang mempunyai komponen sains dan teknologi masyarakat. Oleh
karena hubungan tersebut, diharapkan siswa dapat merasakan manfaat
belajar dan merasakan betapa dekat apa yang ia pelajari dengan apa yang
ia temui dalam kehidupan. Pada aplikasi di kehidupan sehari-hari siswa
terlatih untuk lebih berpikir kritis dan bertindak sesuai dengan ilmu yang
diperoleh.

Model STM menyajikan kejadian-kejadian atau masalah yang


ditemui di masyarakat yang harus dipecahkan oleh siswa. Pengalaman
menyelesaikan berbagai masalah yang dilakukan oleh siswa akan
membangun dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Sehingga, pada akhirnya siswa dapat mengambil keputusan serta
memberikan solusi atas masalah kontekstual yang diberikan kepadanya.
Sejalan dengan hal tersebut, kemampuan literasi sains siswa pun akan
terbangun dengan sendirinya dan akan berkembang selama proses
pembelajaran berlangsung. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan
literasi sains mereka dengan mengaitkan materi pelajaran dengan konteks
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

6. Prinsip:
Menurut Yager (dalam Arnie, 2004) program STM pada umumnya
memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki
kepentingan dan dampak.

2. Penggunaan sumber daya setempat untuk mencari informasi


yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.

3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi


yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari.

4. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.

5. Suatu pandangan bahwa isi dari sains bukan hanya konsep-


konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam tes.

6. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains


dan teknologi.

7. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara


dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah
diidentifikasi.

8. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak dimasa


depan.
Menurut PISA 2006 (Bybee, 2008) literasi sains dapat dicirikan
sebagai terdiri dari empat aspek yang akan diperoleh yaitu: 1).
Menyadari situasi kehidupan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ini adalah konteks untuk unit penilaian barang-barang; 2)
memahami dunia alam, termaksuk teknologi, atas dasar pengetahuan
ilmiah yang meliputi pengetahuan alam dan pengetahuan tentang ilmu
itu sendiri; 3) kompetensi mencakup mengidentifikasi pertanyaan
ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah
sebagai dasar argumen mengambil kesimpulan dan keputusan; 4)
mendapatkan pengetahuan teknik dan sains.
7. Hukum: Metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan
bagaimana pengaruh model STM terhadap kemamupan berpikir kritis
dan literasi sains siswa adalah: Mementukan masalah dan kerangka
berpikir, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan menarik
kesimpulan.

8. Asumsi:
Hipotesis Pertama:
H0: Model pembelajaran sains teknologi masyarakat tidak
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada
materi tekanan zat.
H1: Model pembelajaran sains teknologi masyarakat berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada materi tekanan
zat.
Hipotesis Kedua:
H0: Model pembelajaran sains teknologi masyarakat tidak
berpengaruh terhadap literasi sains siswa SMP pada materi tekanan
zat.
H1: Model pembelajaran sains teknologi masyarakat berpengaruh
terhadap literasi sains siswa SMP pada materi tekanan zat.

3. Uraikan perbedaan enam kebenaran dalam ilmu yaitu kebenaran koherensi,


korespondensi, performatif, pragmatif, proposisi dan kebenaran paradigmatik.

Aristoteles mendefinisikan kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa


yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan
salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan
sebagaimana adanya. Poedjawiyatna (1987) yang mengatakan bahwa
persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran.
Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi
pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Dalam teori kebenaran maka
ada tipologi teori kebenaran yang sudah di bahas oleh para ahli filsuf, berikut
adalah tipologi teori-teori kebenaran

1. Kebenaran koherensi

Young (2011) menyatakan bahwa teori kebenaran koherensi


menyatakan bahwa kebenaran proposisi (benar) terdiri dari koherensinya
dengan beberapa proposisi tertentu. Teori kebenaran koherensi memiliki
beberapa versi yang berbeda dalam dua isu utama. Perbedaan versi
memberikan penjelasan yang berbeda tentang hubungan koherensi.
Penjelasan yang berbeda memberikan juga memberikan nilai yang beragam
pada kumpulan proposisi dengan proposisi kebenaran koheren.

Sedangkan menurut Dimech (2013) Teori kebenaran koheren


mengatakan bahwa kondisi yang diperlukan dan cukup untuk kebenaran
sesuatu adalah koherensi benda itu, apapun artinya ini. Umumnya,
koherensi adalah properti yang dimiliki pembawa kebenaran sehubungan
dengan pembawa kebenaran lainnya. Ini hanya dalam konteks serangkaian
hal seperti kepercayaan, kalimat, dan sebagainya, masuk akal untuk
membicarakan hal-hal yang koheren. Ini adalah standar untuk berbicara
tentang koheren dan juga satu pembawa kebenaran tunggal yang
berkoordinasi dengan beberapa kelompok. Dapat diterima untuk
mengatakan bahwa satu proposisi adalah koheren, namun harus selalu
diingat bahwa ini hanya mungkin karena hubungannya dengan proposisi
lain.

Oxford refferens menyebutkan bahwa kebenaran koherensi adalah


sebuah proposisi yang terdiri dari anggapan beberapa proposisi lain yang
sesuai: isi yang konsisten, koheren, dan mungkin dikaruniai dengan
kebajikan lain, asalkan tidak didefinisikan dalam kebenaran. Teori ini
memiliki dua kekuatan: (i) kita menguji keyakinan akan kebenaran
berdasarkan keyakinan lain, termasuk kepercayaan perceptual, dan (ii) kita
tidak dapat melangkah keluar dari sistem keyakinan terbaik kita sendiri,
untuk melihat bagaimana baik itu dilakukan dalam hal korespondensi
dengan dunia. Bagi banyak pemikir, titik lemah teori koherensi murni
adalah bahwa mereka gagal memasukkan rasa yang tepat mengenai
bagaimana sistem kepercayaan aktual dipertahankan oleh orang-orang
dengan pengalaman persepsi, yang ditakdirkan oleh lingkungan mereka.
Bagi seorang teoretikus koherensi murni, pengalaman hanya relevan sebagai
sumber keyakinan persepsi, yang menggantikan mereka sebagai bagian dari
koheren atau tengara yang tidak koheren. Hal ini tampaknya tidak membuat
keadilan bagi perasaan kita bahwa pengalaman memainkan peran khusus
dalam mengendalikan sistem kepercayaan kita, namun para koherentis telah
mengajukan klaim dengan berbagai cara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebenaran koherensi


adalah suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat kejadian,
atau informasi) akan dianggap benar apabila memiliki hubungan dengan
gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga benar dan dapat
dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan logika.
Sederhannya, pernyataan itu dianggap benar jika sesuai (koheren/konsisten)
dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contoh:

Proposisi 1: Semua manusia pasti mati

Proposisi 2: Jokowi manusia

Kesimpulan: Jokowi pasti mati.

b. Kebenaran korespondensi

David (2015) menyatakan bahwa dalam teori korespondensi,


kebenaran atau kepalsuan pernyataan fakta ditentukan oleh hubungannya
dengan bagian dunia yang dijelaskan oleh pernyataan tersebut. Thomas
Gale (2006) menuliskan bahwa istilah teori kebenaran korespondensi telah
beredar di kalangan penulis filosofis modern sebagian besar melalui
pengaruh Bertrand Russell, yang menetapkan pandangan (yang dia sendiri
adopsi) bahwa "kebenaran terdiri dari beberapa bentuk korespondensi
antara keyakinan dan fakta" terhadap teori idealis mutlak bahwa
"kebenaran terdiri dari koherensi," yaitu semakin yakin bahwa
kepercayaan kita bergantung pada sistem, semakin nyata mereka.

Oxford Reference menyebutkan bahwa Aristoteles mengatakan


bahwa sebuah pernyataan adalah benar jika dikatakan tentang apa itu, dan
dari apa yang bukan itu bukan (Metafisika , iv 1011). Tapi teori
korespondensi bukan sekadar pandangan bahwa kebenaran terdiri dari
korespondensi dengan fakta, namun pandangan bahwa secara teoritis
menarik untuk mewujudkan hal ini. Klaim Aristoteles sendiri merupakan
ungkapan yang tidak berbahaya, yang biasa terjadi pada semua pandangan
tentang kebenaran. Sebuah teori korespondensi adalah khas dalam
memegang bahwa pengertian korespondensi dan fakta dapat cukup
dikembangkan untuk membuat keputusan menjadi teori kebenaran yang
menarik. Penentang bertanggung jawab bahwa ini tidak demikian,
terutama karena kita tidak memiliki akses terhadap fakta secara
independen dari pernyataan dan keyakinan yang kita pegang. Kita tidak
bisa melihat dari atas bahu kita sendiri untuk membandingkan keyakinan
kita dengan kenyataan yang ditangkap dengan cara lain daripada
keyakinan tersebut, atau mungkin kepercayaan lebih lanjut. Oleh karena
itu, kita tidak memperbaiki 'fakta' sebagai sesuatu seperti struktur yang
mungkin atau mungkin tidak sesuai dengan keyakinan kita.

Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebenaran


korespondensi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas objektif.
Kebenaran korespondensi itu berhubungan erat dengan kebenaran dan
kepastian indrawi. Sesuatu dianggap benar apabila yang diungkapkan
(pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta (kesan, ide-ide) di
lapangan.
Contoh: The statement "The opera Aida had its first performance in
Cairo" is true just in case the opera Aida had its first performance in Cairo,
and false otherwise. "Snow is white" is true just in case snow is white.

3. Kebenaran Performatif

Thomson Gale (2016) menuliskan bahwa analisis performansial


Strawson tentang "benar" dikandung sebagai suplemen terhadap
redundansi tegas F. P. Ramsey, atau teori kebenaran "Tanpa Kebenaran,".
Ramsey mengklaim bahwa untuk mengatakan bahwa sebuah proposisi
adalah benar berarti tidak lebih dari untuk menyatakan proposisi itu
sendiri. "Memang benar bahwa Caesar dibunuh" berarti tidak lebih dari
"Caesar dibunuh." "Adalah salah bahwa Caesar dibunuh" berarti tidak
lebih dari "Caesar tidak dibunuh." Menurut pandangan ini, "benar" tidak
memiliki makna asertif yang independen, dan gagasan tradisional tentang
kebenaran sebagai milik atau hubungan adalah sesat. Ramsey
menyarankan bahwa "benar" digunakan untuk tujuan penekanan atau
gaya, atau untuk menunjukkan posisi sebuah pernyataan dalam sebuah
argumen.

Cavanaugh menyatakan performativitas adalah kekuatan bahasa


untuk mempengaruhi perubahan di dunia: bahasa tidak hanya
menggambarkan dunia tapi berfungsi juga sebagai bentuk tindakan sosial.
Konsep bahasa performatif pertama kali dijelaskan oleh filsuf John L.
Austin yang mengemukakan bahwa ada perbedaan antara bahasa
konstruktif, yang menggambarkan dunia dan dapat dievaluasi sebagai
bahasa yang benar atau salah, dan performatif, yang melakukan sesuatu di
dunia. Bagi Austin, bahasa performatif termasuk tindakan berbicara
seperti menjanjikan, bersumpah, bertaruh, dan melakukan upacara
pernikahan. Misalnya, ucapannya, "I do" keadaan pembicara yang tepat
dengan niat yang benar mengubah ucapan itu dari tidak menikah untuk
menikah. Austin mengajukan sejumlah kondisi kebahagiaan yang harus
dipenuhi agar ujaran semacam itu berfungsi secara performatif.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori
performatif adalah statment dapat mempengaruhi kondisi sosial dalam
masyarakat sehinnga biasanya kebenaran performatif diputuskan oleh
otoritas otoritas tertentu. Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala
harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi
rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin
masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa
kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib,
adat yang stabil dan sebagainya.

Contoh kebenaran performatif : Ketua RT memutuskan bahwa hari


minggu pada minggu pertama tiap bulan akan menjadi agenda rutin untuk
para warga melaksanakan kerja bakti, sebagian masyarakat
menyetujuinya, namun juga sebagian masyarakat ada yang tidak setuju
dengan keputusan tersebut.

d. Kebenaran pragmatis

Menurut Cline (2017) Teori Kebenaran Pragmatik, merupakan


produk Pragmatisme, sebuah filosofi Amerika yang dikembangkan pada
awal dan pertengahan abad ke-20. Pragmatis mengidentifikasi sifat
kebenaran dengan prinsip tindakan. Sederhananya; Kebenaran tidak ada di
alam pemikiran abstrak yang terlepas dari hubungan sosial atau tindakan;
Sebaliknya, kebenaran adalah fungsi dari proses keterlibatan yang aktif
dengan dunia dan verifikasi. Meskipun paling erat kaitannya dengan karya
William James dan John Dewey, deskripsi paling awal dari Teori
Kebenaran Pragmatik dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Pragmatis
Charles S. Pierce, yang menurutnya "tidak ada perbedaan makna yang
begitu baik seperti pada terdiri dari apa pun kecuali kemungkinan
perbedaan praktik.

Macmillan (1969) menyatakan kebenaran pragmatis adalah


pandangan yang berpendapat bahwa kebenaran diverifikasi atau
dikonfirmasi oleh hasil dari meletakkan keyakinan atau konsep seseorang
ke dalam praktik. Keyakinan dan konsep yang "berfungsi" paling baik saat
diuji di dunia nyata adalah yang paling benar. Teori ini sangat erat
kaitannya dengan sebuah triumfalisme ilmiah, sebuah pandangan bahwa
sains adalah penengah kebenaran tertinggi.

Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori


kebenaran pragmatis) berbeda dengan teori koherensi dan korespondensi.
Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif, sedangkan
pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara
menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaanny serta kegunaanya.

Contoh: a person cannot know whether the proposition Joe can


do a 6 minute mile is true or not until the proposition is put into practice
and tested. The proposition above becomes true only when it is verified,
and not before. Misalnya, seseorang tidak dapat mengetahui apakah
proposisi "Joe bisa melakukan 6 menit mil" adalah benar atau tidak sampai
proposisi dipraktikkan dan diuji. Proposisi di atas menjadi benar hanya
jika diverifikasi, dan bukan sebelumnya.

e. Kebenaran Proposisi

Menurut McGrath (2012) Istilah 'proposisi' memiliki penggunaan


luas dalam filsafat kontemporer. Hal ini digunakan untuk merujuk pada
beberapa atau semua hal berikut: pembawa utama nilai kebenaran, objek
kepercayaan dan "sikap proposisional" lainnya (yaitu, apa yang diyakini,
diragukan, dll. ), rujukan dari itu-klausa, dan makna kalimat.

McGrath (2012) Refleksi pada peran proposisi mengarahkan


banyak propositionalists untuk jawaban yang agak dramatis terhadap
pertanyaan tentang sifat dan status proposisi. Berikut adalah satu baris
argumen standar, yang versinya dapat ditemukan di Bealer (1998), Schiffer
(2003). (Lihat juga Cartwright (1962) dan Soames (1999).) Proposisi
bahwa ada bebatuan, yang kita nyatakan <ada bebatuan>, tidak berarti
adanya makhluk yang memiliki atau mampu memiliki keadaan mental. Ini
mengandung hal ini tidak secara masuk akal atau secara umum masuk
akal. Artinya, adalah mungkin dalam arti luas bahwa ada batu yang benar
tanpa adanya keadaan mental. Tapi sekarang, jika proposisi ini mungkin
benar tanpa adanya keadaan mental, maka mungkin ada tanpa adanya
semua keadaan mental, dan juga independen pikiran. Ini adalah argumen
mudah untuk kebebasan berpikir setidaknya beberapa proposisi.

Nazir (1988) mengatakan bahwa proposisi yang sudah mempunyai


jangkauan cukup luas dan telah didukung oleh data empiris dinamakan
dalil (scientific law). Dengan perkataan lain, dalil adalah singkatan dari
suatu pengetahuan tentang hubungan sifat-sifat tertentu, yang bentuknya
lebih umum jika dibandingkan dengan penemuan-penemuan empiris pada
mana dalil tersebut didasarkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dismpulkan bahwa proposisi


merupakan statment yang menyatakan tentang hubungan antara dua atau
beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi yang sudah
mempunyai jangkauan cukup luas dan telah didukung oleh data empiris
dinamakan dalil (scientific law).

Contoh kebenaran proposisi : 1 + 2 = 3, Presiden RI tahun 2005


adalah SBY.

f. Paradigmatik

Noeng (2000) menyatakan bahwa kebenaran struktural


berkembang dari kebenaran korespondensi. Konsep paradigmatik,
menurutnya dikembangkan dari banyak ahli, antara lain Thomas Kuhn.
Horgan (2012) menuliskan bahwa Thomas Khun mengeluarkan buku
yang berjudul The Structure of Scientific Revolutions yang merupakan
risalah paling berpengaruh tentang bagaimana proses ilmu pengetahuan
dilakukan atau tidak. Struktur Revolusi Ilmiah merupakan kunci konsep
paradigma. Paradigma, pra-Kuhn, mengacu hanya pada contoh yang
melayani tujuan pendidikan; amo, amas, amat, misalnya, adalah sebuah
paradigma untuk mengajarkan konjugasi dalam bahasa Latin. Kuhn
menggunakan istilah tersebut untuk merujuk pada kumpulan prosedur
atau gagasan yang menginstruksikan ilmuwan, secara implisit, apa yang
harus dipercaya dan bagaimana cara kerjanya. Kebanyakan ilmuwan
tidak pernah mempertanyakan paradigma tersebut. Mereka memecahkan
"teka-teki," masalah yang solusinya memperkuat dan memperluas ruang
lingkup paradigma daripada menantangnya. Kuhn menyebut ini
"membersihkan," atau "ilmu pengetahuan normal." Selalu ada anomali,
fenomena bahwa paradigma itu tidak dapat diperhitungkan atau bahkan
bertentangan dengannya. Anomali sering diabaikan, tapi jika
menumpuknya bisa memicu revolusi (juga disebut pergeseran paradigma,
meski awalnya bukan oleh Kuhn), di mana para ilmuwan meninggalkan
paradigma lama untuk yang baru.

Bird (2011) menuliskan bahwa Ilmu pengetahuan yang matang,


menurut Kuhn, mengalami fase bolak dari sains dan revolusi normal.
Dalam sains normal teori-teori kunci, instrumen, nilai dan asumsi
metafisik yang membentuk matriks disiplin dijaga tetap, memungkinkan
pemecahan solusi puzzle kumulatif, sedangkan dalam revolusi ilmiah,
matriks pendisiplinan mengalami revisi, untuk memungkinkan solusi dari
Teka-teki anomali yang lebih serius yang mengganggu periode
sebelumnya dari sains normal. Bagian terpenting dari tesis Kuhn dalam
The Structure of Scientific Revolutions berfokus pada satu komponen
spesifik dari matriks disipliner. Inilah konsensus tentang contoh teladan
penelitian ilmiah. Contoh-contoh sains yang baik ini adalah apa yang
Kuhn sebut ketika dia menggunakan istilah 'paradigma' dalam pengertian
yang lebih sempit. Dia mengutip analisis gerak Aristoteles, perhitungan
Ptolemy terhadap posisi perkebunan, penerapan keseimbangan Lavoisier,
dan matematisasi Maxitud dari medan elektromagnetik sebagai
paradigma. Pengertian paradigma dalam kamus Oxford adalah contoh
atau pola khas dari sesuatu; sebuah pola atau model.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu teori


dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau
perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau
mendukung paradigma tersebut.
Contoh kebenaran paradigma adalah ada pembiasaan sinar
karena gravitasi bumi. Setahun pada umumnya 365 hari, kecuali pada
tahun kabisat. Ini bukan sekedar perhitungan hari dalam setahunnya,
melainkan terkait pada rotasi bumi, dan lainnya (pembicaraan bidang
astronomi).

Daftar Pustaka

Alchin, Nicholas. 2014. Theory of Knowledge Third Edition. Online.

Arnie, F. 2004. Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. PT Remaja Rosda Karya.


Bandung.

Bhattacherjee, Anol. 2012. Social Science Research: Principles, Methods, and


Practices. USA: University of South Florida.

Bird, Alexander. 2011. Thomas Kuhn. Encyclopedia of Philosophy.


https://plato.stanford.edu/entries/thomas-kuhn/.

Bradford, Alina. 2017. What Is Science. https://www.livescience.com/20896-


science-scientific-method.html.

Bchel, W. 1992, Naturwissenschaften, in: Seiffert, H. & Radnitzky, G.,


Handlexikon zur Wissenschaftstheorie, Ehrenwirth, Mnchen.

Bybee. 2008. Scientific Literacy, Environmental Issues.Springer Science Business


Media, J Sci Educ Technol (2008) 17:56658.

Cavanaugh, R. Jilian. 2015. Perfomativity. Oxford Bibiliographies.


http://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-
9780199766567/obo-9780199766567-0114.xml
Cline, Austin. 2017. Pragmatic Theory of Truth.
https://www.thoughtco.com/pragmatic-theory-of-truth-250550

Daston, L ,. Galison, P. 2010. Objectivity. USA: Cambidge.

David, Marian. 2015. The Correspondence Theory of Truth. Stanford


Encyclopedia of Philosophy. https://plato.stanford.edu/entries/truth-
correspondence/

Dimech, K. Dominic. 2013. A New Approach to the Coherence Theory of


Truth.https://philpapers.org/rec/DIMANA.
Ferguson, Kitty. 2004. The Fire in Equations Science, Religion and The Search
for God. UK: Templo Press.
Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga.

Hohenberg, P. C., 2010, Science, Religion and the Teaching of Evolution

Horgan, John. 2012. What Thomas Kuhn Really Thought about Scientific "Truth".
Scientific American. https://blogs.scientificamerican.com/cross-check/what-
thomas-kuhn-really-thought-about-scientific-truth/.

Ledoux, S. F. 2002, Defining Natural Sciences, in: Behaviorology Today, vol. 5,


no. 1

Macmillan, 1969. Pragmatic Theory of Truth. Encyclopedia of Philosophy, Vol.6.

Masson, Paul. Analytic Physics. Independent Physicist.USA: San Fransisco.


http://analyticphysics.com/

Mattew McGrath. 2012. Propositions. Stanford Encyclopedia of Phylosophy,


https://plato.stanford.edu/entries/propositions/

Muhadjir, Noeng. 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Jogja: Rake Sarasin.

Narguizian, Paul. 2010. Laws, Theories and Hypotheses: Revealing Science


through Words.USA:Los Angeles Caalifornia State University.
Poedjawijatna.1987. Tahu dan Pengetahuan: Pengantar ke Ilmu dan Filsafat.
Jakarta: Bina Aksara
Nasional Center For Sciences Education :Definitions of Fact, Theory, and Law in
Scientific Work https://ncse.com/library-resource/definitions-fact-theory-
law-scientific-work.
National Academy of Sciences, The Role of Theory in Advancing 21st Century
Biology: Catalyzing Transformative Research

Nazir. (1998). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Nikiel, Martin. 1998. The Nature Of Modern Science & Scientific Knowledge.
Anthropology Program. USA:Illinois State University.

OECD. (2003). The PISA 2003 Assessment Framework: Mathematics, Reading,


Science, and Problem Solving Knowledges and Skills. OECD
Publishing.http://dx.doi.org/10.1787/9789264190511-en

Osler, J.M, Brush G.S, Spencer, J. 2017. Physical Science. Encyclopedia


Britannica. https://www.britannica.com/science/physical-science

Oxford Dictionary Online

Pippard, B,A. 2017. Principles of Physical science. Encyclopedia Britannica.


https://www.britannica.com/science/principles-of-physical-science.

Richard,Gunstone. Science Encyclopedia.2015. USA:Springer.

Salim, Amir. 2015. Struktur Ilmu Pengetahuan.


https://amirsalim1979.wordpress.com/2015/06/16/struktur-ilmu-
pengetahuan/

Sebac. 2004. Definition of Science: Chapter2.

Stankov, G. The Universal Law. Vol.II: The General Theory of Physics and
Cosmology, 1999, Stankovs Universal Law Press, Internet Publishing 2000.

Suryana. 2010. Metodelogi Penelitian. Bandung: Universitas Pendidkan


Indonesia.

Tieszen, Richard. 2011. Analytic And Continental Philosophy, Science,


And Global . Philosophy Comparative Philosophy Volume 2, No. 2

Thompson, Gale. 2006. Performative Theory of Truth. Encyclopedia of


Philosophy. http://www.encyclopedia.com/humanities/encyclopedias-
almanacs-transcripts-and-maps/performative-theory-truth.

Walji. Alyshah. 2013. Scientific method and the natural


science.http://alyshahtokjournal.blogspot.co.id/2013/04/scientific-
method.html.

Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jurusan pendidkan Fisika FPMIPA


Universitas Negeri Malang.

Wikipedia
Young, O.James. 2013. The Coherence Theory of Truth. Stanford Encyclopedia of
Philosophy. https://plato.stanford.edu/entries/truth-coherence/

https://courses.lumenlearning.com/boundless-physics/chapter/the-basics-of-
physics/.

https://physics.stackexchange.com/questions/60639/the-meaning-of-postulate-in-
physics
https://physics.stackexchange.com/questions/35660/is-there-a-difference-
between-a-postulate-and-a-principle-in-physics
http://theory.cs.berkeley.edu/

Anda mungkin juga menyukai