Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH JENIS RAGI, MASSA RAGI DAN WAKTU FERMENTASI


PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH BIJI DURIAN

Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah


Teknik Penulisan Ilmiah

NEISYA ENJELINA
062040412312

PRODI D4 TEKNIK ENERGI JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadiran Allah SWT, karena atas
segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas laporan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Laporan karya tulis ilmiah
yang berjudul “ Pengaruh Jenis Ragi, Massa Ragi dan Waktu Fermentasi Pada
Pembuatan Bioetanol Dari Biji Durian”. Ini kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah teknik penulisan ilmiah. Tentunya tak lupa kami sampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu terelesaikannya tugas ini, maka dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dan memberikan arahan, bimbingan serta dukungan kepada kami dalam
menulis dan menyelesaikan tugas laporan karya ilmiah ini, yaitu :
1) Bapak Ir. Jaksen, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Teknik Penulisan
Ilmiah di Politeknik Negeri Sriwijaya
2) Teman-teman kelas 7 EGD dan 5 EGM yang memberikan masukan dalam
menyelesaikan laporan karya ilmiah ini.
Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan
karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Meskipun kami telah
mengerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi kami masih merasakan
adanya kekurangan-kekurangan dalam penyusunan tugas laporan karya tulis ilmiah
ini. Untuk itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
selangkah lebih maju. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Palembang, September 2023

Neisya Enjelina
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Permasalahan ................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................2

1.4 Manfaat ...............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bioetanol....................................................................................3

2.2 Durian .............................................................................................................3

2.3 Jenis-jenis Ragi .............................................................................................4

2.4 Hidrolisis.......................................................................................................4

2.5 Katalis Asam Klorida .....................................................................................6

2.6 Fermentasi ......................................................................................................6


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjalanan dalam pencarian energi alternative yang mendukung
keberlangsungan lingkungan masih dalam progres yang nyata dan banyak para
periset dan peneliti yang masih berusaha mendalami hal ini. Dewasa ini, untuk
memproduksi energi kebanyakan bersumber dari bahan bakar fosil dan turunannya
yang tidak bisa diperbarukan. Hal ini sudah menjadi fakta yang populer bahwa
bahan bakar fosil sudah lama memberikan dampak-dampak buruk kepada
lingkungan. Gas rumah kaca (GRK), sebagai contohnya, telah mempengaruhi
lingkungan secara global, dimana ini diakibatkan oleh gas buang berbasis karbon
(CO dan CO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil tersebut. Dalam
skala yang besar, gas-gas buang tersebut akan memenuhi atmosfer dan menghalangi
suhu bumi. Kejadian ini mengarahkan kepada pemanasan global, dan ini akan
mengacaukan keseimbangan alami ekosistem di dunia. Dalam perspektif kebutuhan
energi, peningkatan kebutuhan energi yang makin tajam diakibatkan oleh
perkembangan dari sektor industri dan perkembangan teknologi yang pesat,
sehingga kebutuhan keseharian sosial semakin energi intensif . Biofuel, atau bahan
bakar hayati, dewasa ini, sering dianggap sebagai salah satu solusi alternatif yang
menjanjikan. Bahan bakar ini berasal dari sumber-sumber yang terbarukan,
contohnya hasil pertanian, perkebunan dan berbagai jenis minyak yang bersifat
nabati. (Aditiya & Theofany, 2021)
Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
sumber daya alam yang melimpah seperti buah durian. Durian memiliki rasa dan
bau yang khas dan hanya dapat dikonsumsi bagian salut atau daging buahnya saja,
sedangkan untuk kulit dan biji durian umumnya dibuang karena dianggap tidak
bermanfaat dan menjadi limbah. Didalam biji durian terkandung sari pati yang
tinggi sebesar 80% (amilopektin) dan 20 % (amilosa). Karena bijinya mengandung
sari pati yang tinggi sehingga mampu untuk dikembangkan dan dimanfaatkan
sebagai bahan baku bioetanol.

1
Berdasarkan potensi tersebut peneliti berharap pemanfaatan limbah biji
durian sebagai upaya untuk mengurangi jumlah limbah, juga dapat menambah nilai
ekonomis dari biji durian dan diharapkan mampu berperan sebagai salah satu
alternatif pembuatan bahan bakar fosil. (Maharani et al., 2021)
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jenis ragi terhadap proses pembuatan bioetanol
dari limbah biji durian?
2. Bagaimana Pengaruh massa ragi terhadap proses pembuatan bioetanol
dari limbah biji durian?
3. Bagaimna pengaruh lama waktu fermentasi terhadap proses pembuatan
bioetanol dari limbah biji durian?
1.2 Tujuan Penulisan
1. Menentukan pengaruh jenis ragi terhadap proses pembuatan bioetanol
dari limbah biji durian
2. Menentukan Pengaruh massa ragi terhadap proses pembuatan bioetanol
dari limbah biji durian
3. Menentukan pengaruh lama waktu fermentasi terhadap proses
pembuatan bioetanol dari limbah biji durian
1.3 Manfaat Penulisan
1. Dapat menentukan pengaruh jenis ragi terhadap proses pembuatan
bioetanol dari limbah biji durian
2. Dapat menentukan Pengaruh massa ragi terhadap proses pembuatan
bioetanol dari limbah biji durian
3. Dapat menentukan pengaruh lama waktu fermentasi terhadap proses
pembuatan bioetanol dari limbah biji durian

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bioetanol


Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari tumbuh –tumbuhan
(biomassa) seperti tebu, biji – bijian, umbi – umbian, jagung, dan lain – lain.
Ethanol mengalami perubahan jika pati dan amilum direaksikan membentuk gula
sederhana (glukosa dan fruktosa) proses hidrolisis, setelah itu etanol mengalami
proses fermentasi alkohol yang mengubah glukosa menjadi etanol dengan
menambahkan mikroorganisme yeast atau ragi). (Maharani et al., 2021)
2.2 Durian
Durian (Durio zibethinus) merupakan tanaman buah berupa pohon Sebutan
durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -
an sehingga menjadi durian . Biji durian (pongge) memiliki kandungan pati yang
cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pengganti bahan makanan dan
dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol. Alkohol (khususnya etanol) dapat dibuat
dari berbagai bahan hasil pertanian. Secara umum bahan-bahan tersebut dapat
dibagi dalam tiga golongan yaitu:
1) Bahan yang mengandung turunan gula (molases, gula tebu, gula bit, sari buah
anggur, dan sari buah lainnya)
2) Bahan-bahan yang mengandung pati biji-bijian, kentang, dan tapioka), dan
3) Bahan yang mengandung selulosa (kayu, dan beberapa limbah pertanian
lainnya).
Selain dari ketiga jenis bahan tersebut diatas etanol juga dapat dibuat dari
bahan bukan dari hasil pertanian tetapi dari bahan yang merupakan hasil proses lain.
Sebagai contohnya adalah etilen. Bahan-bahan yang mengandung monosakarida
langsung dapat difermentasi, akan tetapi disakarida, pati maupun karbohidrat
kompleks harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi komponen yang sederhana
yaitu monosakarida. Bahan-bahan tersebut diatas harus mengalami perlakuan
pendahuluan sebelum masuk kedalam proses fermentasi agar proses tersebut
berjalan dengan optimal. Disakarida (seperti gula pasir) harus dihidrolisis menjadi
glukosa dan fruktosa. Terbentuknya glukosa dan monosakarida yang lain

3
menunjukkan bahwa proses pendahuluan telah berakhir dan bahan selanjutnya telah
siap difermentasi. Secara kimiawi reaksi dalam proses fermentasi berjalan cukup
panjang, karena terjadi suatu deret reaksi yang masing-masing dipengaruhi oleh
enzim khusus. (Nasrun et al., 2017)
2.3 Jenis-jenis Ragi
Ragi adalah zat yang dapat menyebabkan terjadinya proses fermentasi. Ragi
umumnya terdiri dari beberapa jenis salah satunya Saccharomyces cereviseae.
1. Ragi Saccharomyces cereviseae merupakan jenis khamir yang banyak
digunakan untuk memproduksi minuman beralkohol seperti anggur, bir, dan
juga banyak digunakan dalam fermentasi adonan dalam pembuatan roti dan
fermentasi dalam pembuatan tape. Khamir yang dipilih haruslah tumbuh
dengan baik yang mempunyai toleransi yang tinggi terhadap alkohol, dan
mampu menghasilkan alkohol dengan jumlah yang banyak. Ragi
Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk meningkatkan hasil yang diperoleh
dari produksi bioethanol dari gula karena dalam proses tersebut tidak
membutuhkan sinar matahari dalam proses pertumbuhannya dan dapat
langsung digunakan untuk fermentasi bioetanol karena tidak diperlukan
persiapan inokulum secara khusus.
2. Ragi tape merupakan ragi yang banyak digunakan sebagai bahan dalam
pembuatan tape. Proses fermentasi pada tape berasal dari karbohidrat seperti
umbi-umbian, beras ketan, beras putih, dan lainnya yang terfermentasi dengan
ragi menghasilkan cairan tape yang mengandung alkohol, berwarna putih dan
jika dilihat akan tampak berlendir, serta memiliki rasa keasaman yang manis.
Ragi tape sangat banyak digunakan dalam fermentasi untuk memperoleh
bioethanol, dan biasanya berbentuk seperti bulat pipih, berwarna putih dengan
tekstur halus.
3. Ragi roti instan adalah ragi instan yang digunakan sebagai bahan pengembang
untuk fermentasi.(Maharani et al., 2021)
2.4 Hidrolisis
Proses hidrolisis dengan cara enzimatis banyak digunakan karena akan
mengurangi dampak lingkungan dibandingkan dengan penambahan dengan
menggunakan katalis asam pada proses fermentasi dapat menghasilkan bioetanol

4
Proses konversi yang terjadi antara karbohidrat menjadi gula sederhana disebut
hidrolisis. Hidrolisis merupakan reaksi yang terjadi antara suatu zat dengan air
(H2O) sehingga senyawa tersebut akan terurai. Proses reaksi hidrolisis
berlangsung lama sehingga perlu menambahkan suatu katalis untuk mempercepat
terjadinya suatu reaksi berupa katalis asam klorida (HCl) atau asam sulfat
(H2SO4). (Maharani et al., 2021)
Hidrolisis Asam adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu
senyawa pecah terurai. Proses hidrolisa merupakan tahap penting dalam
pembuatan bioetanol, karena proses hidrolisa ini menentukan jumlah glukosa yang
dihasilkan untuk kemudian dilakukan fermentasi menjadi bioetanol. Prinsip
hidrolisa pati adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa
atau monosakarida yaitu glukosa (C6H12O6 ). Hidrolisa dengan air murni
berlangsung lambat dan hasil reaksi tidak komplit, maka perlu ditambahkan katalis
untuk memperbesar kereaktifan air sehingga mempercepat reaksi dan
meningkatkan selektivitas. Katalisator ini bisa berupa asam maupun enzim.
Katalisator asam yang biasa digunakan adalah asam klorida, asam nitrat, dan asam
sulfat. Pada Industri umumnya mengunakan asam klorida sebagai katalisator.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi pada proses hidrolisis
adalah sebagai berikut:
1. Katalisator Hampir semua reaksi hidrolisis memerlukan katalisator umtuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim
atau asam sebagai katalisator, karena kerjanya lebih cepat, pada proses
hidrolisa pati biasanya digunakan asam klorida. (Agra dalam Bahri et al., 2019)
2. Waktu reaksi Untuk hidrolisis pada temperatur yang rendah biasanya
dibutuhkan waktu yang lama. Dengan waktu yang lama maka hidrolisis akan
semakin rata dan luas kontak permukaan antara partikel dengan cairan semakin
tinggi, tetapi apabila waktu terlalu lama maka dapat mengakibatkan sebagian
glukosa yang terbentuk mengalami pengurangan, waktu optimum untuk
menghidrolisis pati menjadi gula berkisar 2 jam. (Groggins dalam Bahri et al.,
2019)
3. Suhu Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan
Arrhenius. Makin tinggi suhu, makin cepat jalannya reaksi. Untuk mencapai

5
konversi tertentu diperlukan waktu sekitar 2 jam untuk menghidrolisa pati kulit
pisang kepok pada suhu 100°C. Tetapi kalau suhunya dinaikkan sampai suhu
135°C, konversi yang sebesar itu dapat dicapai dalam 40 menit. (Agra dalam
Bahri et al., 2019)
4. Pengadukan Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-
baiknya, maka perlu adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat
dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat pengocok. Apabila prosesnya
berupa proses alir (kontinyu), maka pencampuran dilakukan dengan cara
mengatur aliran di dalam reaktor supaya berbentuk olakan. (Agra dalam Bahri
et al., 2019)
5. pH (derajat keasaman) pH merupakan faktor yang mempengaruhi proses
hidrolisis sehingga dapat dihasilkan hidrolisis yang sesuai dengan yang
diinginkan. pH yang baik untuk proses hidrolisis dengan asam adalah .
(Tjokroadikoesoemo dalam Bahri et al., 2019)
2.5 Katalis Asam Klorida
Asam Klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat
berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini
bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium (H3O + ). Asam Klorida
diproduksi dalam bentuk larutan 38% HCl (pekat). Konsentrasi yang lebih besar
dari pada 40% dimungkinkan secara kimiawi, namun laju penguapan sangatlah
tinggi, sehingga penyimpanan dan penanganannya harus dilakukan dalam suhu
rendah. Konsentrasi HCl yang paling optimal untuk pengantaran produk adalah
30% sampai 34%. Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida
merupakan asam monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga
merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan
dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak
reaktif dan tidak beracun. Asam Klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil
untuk disimpan dan terus mempertahankan konsentrasinya.(Bahri et al., 2019)
2.6 Fermentasi
Kata fermentasi dengan Bahasa Latin “fervere” yang artinya merebus.
Fermentasi merupakan reaksi biokatalis yang biasa digunakan untuk mengonversi
bahan baku substrat oleh enzim dengan bantuan mikroba menghasilkan produk

6
yang diinginkan. Mikroba terdiri dari bakteri, jamur (mold) dan khamir (yeast).
Proses fermentasi yang terjadi mengubah glukosa menjadi etanol (alkohol) dengan
menambahkan Saccharomyces cerevisiae yaitu ragi tape dan ragi instan. Alkohol
yang dihasilkan dari proses fermentasi yaitu alkohol yang mengandung kadar 8-
10% volume. Etanol yang diperoleh dari prosesfermentasi perlu ditingkatkan lagi
kualitasnya dengan memfilter kembali dari zat-zat yang tidak dibutuhkan. Alkohol
yang diperoleh dari proses fermentasi masih mengandung gas-gas yang dihasilkan
dari perubahan glukosa menjadi etanol atau bioetanol dan membuang aldehid yang
ada. Gas yang dihasilkan pada saat mengalami proses fermentasi umumnya 35%
volume, maka untuk mendapatkan etanol atau bioetanol yang berkualitas
sempurna, etanol atau bioetanol harus dihilangkan dari gas tersebut. Kadar etanol
yang diperoleh dari proses fermentasi yang mencapai 8-10% belum maksimal,
sehingga untuk memperoleh etanol yang memiliki kadar alkohol 95% dibutuhkan
proses lainnya, yaitu proses destilasi.(Maharani et al., 2021)
Variabel yang berpengaruh pada proses fermentasi adalah bahan baku, suhu,
pH, konsentrasi ragi, waktu fermentasi, nutrisi ragi, dan volume starter.
1. Bahan Baku Pada umumnya bahan baku yang mengandung senyawa organik
terutama glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses
fermentasi bioetanol (Prescott and Dunn, 1959). Pada penelitian kali digunakan
biji durian sebagai bahan baku. (Bahri et al., 2019)
2. Suhu berpengaruh terhadap proses fermentasi melalui dua hal secara langsung
mempengaruhi aktivitas enzim khamir dan secara langsung mempengaruhi
hasil alkohol karena adanya penguapan, seperti proses biologis (enzimatik)
yang lain, kecepatan fermentasi akan bertambah sesuai dengan suhu yang
optimum umumnya 27 – 32 . (Bahri et al., 2019)
3. pH Pada umumnya pH untuk fermentasi dibutuhkan keasaman 3,4 – 4, ini
didasari lingkungan hidup dari starter yang dapat tumbuh dan melakukan
metabolisme pada pH tersebut. (Prihandana dalam Bahri et al., 2019)
4. Konsentrasi Ragi Konsentrasi ragi yang diberikan pada larutan yang akan
difermentasikan optimalnya adalah 2 – 4% dari volume larutan (Dyah, 2011).
Jika konsentrasi ragi yang diberikan kurang dari kadar optimal yang disarankan
akan menurunkan kecepatan fermentasi karena sedikitnya massa yang akan

7
menguraikan glukosa menjadi etanol, sedangkan maka akan dibutuhkan
substrat yang lebih banyak karena substrat yang ada tidak cukup, karena itu
menurunkan kecepatan fermentasi.
5. Waktu Fermentasi Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika
waktunya terlalu cepat Saccharomyces cereviseae masih dalam masa
pertumbuhan sehingga alkohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika
terlalu lama Saccharomyces cereviseae akan mati maka alkohol yang
dihasilkan tidak maksimal. (Prescott dalam Bahri et al., 2019)
6. Nutrisi Ragi Ragi memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan ragi selama proses fermentasi berlangsung, misalnya :
Unsur C : ada pada karbohidrat
Unsur N : dengan penambahan pupuk yang mengandung nitrogen, ZA, Urea
Unsur P : penambahan pupuk fosfat dari NPK, TSP, DSP, dan lain-lain.
7. Volume Starter Penambahan volume starter yang sesuai pada proses fermentasi
adalah 5% dari volume fermentasi. (Prescott dalam Bahri et al., 2019)

Anda mungkin juga menyukai