Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

PEMBUATAN ETANOL
(PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI JEWAWUT (Setariaitalica)
DENGAN PROSES HIDROLISIS ENZIMATIS DAN FERMENTASI
OLEH Saccharomyces cerevisiae)

Dosen Pengampu : Dr. Eng. Vita Paramita, S.T., M.M., M.Eng

Asisten Laboratorium : Anisa Rizqi Ramadhani

Disusun Oleh:

Kelompok A1

Susi Lestari (40040119650001)

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA


KIMIA INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan yang berjudul “LAPORAN
PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI MATERI PEMBUATAN ETANOL”.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya
laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Demikian,


semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 29 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1. Alkohol...............................................................................................................3
2.2. Etanol.................................................................................................................4
2.3. Molase................................................................................................................5
2.4. Fermentasi.........................................................................................................5
2.5. Saccharomyces cerevisiae..................................................................................8
2.6. Densitas............................................................................................................11
2.7. Viskositas..........................................................................................................12
BAB III METODOLOGI.......................................................................................................13
3.1. Alat dan bahan.................................................................................................13
3.2. Cara kerja.........................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................21
4.1. Pembahasan jurnal...........................................................................................21
4.2. Perbandingan kelompok...................................................................................22
KESIMPULAN....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
LAMPIRAN........................................................................................................................26

ii
DAFTAR TABEL
Y

Tabel 2.1. Sifat Fisik Etanol...............................................................................................9

iii
DAFTAR GAMBAR
YGambar 2.1. Kurva pertumbuhan bakteri...........................................................................

iv
ABSTRAK

Produksi bioetanol sebagai biofuel pengganti bahan bakar fosil dari biji
jewawut (Setaria italica) melalui proses hidrolisis enzimatis dan fermentasi
menggunakan Saccharomyces cerevisiae telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat produksi bioetanol berdasarkan variasi konsentrasi
nutrien yang ditambahkan dan variasi waktu fermentasi. Proses hidrolisis secara
enzimatis melalui fase likuifaksi dengan fase -amilase dan sakarifikasi dengan
gluko-amilase. Proses fermentasi dengan Spirulina sp. sebagai sumber nutrisi.
Hasil hidrolisis difermentasi dengan Spirulina sp. ditambah dengan variasi 0,5%;
1,05 dan 1,5% (w / v), kemudian dengan variasi waktu fermentasi 5, 7 dan 9 hari.
Konsentrasi bioetanol tertinggi yang diperoleh pada penambahan Spirulina sp.
pada 1,0% (w / v) selama 7 hari. Hasil konsentrasi yang diperoleh dari metode
densitas adalah 88% dan dari metode kromatografi gas adalah 93,096%.

Kata kunci: bioetanol, biji jewawut (Setaria italica), Spirulina sp., Fermentasi

v
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hingga saat ini dari bahan bakar fosil dan merupakan bahan bakar
ini tidak dapat diperbaharui. Akibatnya, timbul permasalahan yang berupa
krisis energi. Sehingga perlu upaya yang serius, salah satunya adalah
dengan membuat sumber energi yang berbahan dasar dari tumbuhan
karena bahan bakar nabati dapat terus diperbarui. Salah satu yang
termasuk jenis bahan bakar minyak dari nabati yaitu bioetanol. Senyawa
etanol dapat dijadikan sebagai bahan bakar karena memiliki densitas
energi dan angka oktan dari etanol pun tinggi sehingga dapat
meningkatkan efisiensi. Hasil pembakaran dari etanol adalah gas karbon
dioksida (CO2) yang dapat digunakan kembali oleh tumbuhan dalam
proses fotosintesis.
Etil alkohol atau yang biasa disebut dengan etanol merupakan
salah satu jenis alkohol yang sering digunakan sehari-hari. Penggunaannya
dapat diaplikasikan dalam bidang industri dan bidang farmasi. Selain itu
etanol juga dapat dijadikan sebagai bahan bakar kendaraan. Senyawa
etanol yang diproduksi dari hasil fermentasi monosakarida yaitu glukosa
(gula) menjadi etanol dengan menggunakan ragi/yeast disebut bioetanol.
Kemudian proses pemisahan bioetanol selanjutnya dengan destilasi. Kadar
bioetanol yang didapat mencapai 95% yang mana disebut dengan keadaan
azeotrop. Jika ingin meningkatkan kadar tersebut dibutuhkan pemurnian
lanjut yang dapat memisahkan campuran azeotrop antara bioetanol dengan
air.
Bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya ialah pada mesin terjadi pengapian dini
dan mencegah ketukan pada silinder karena memiliki angka oktan yang
tinggi, dapat mengurangi emisi gas CO dan hidrokarbon lainnya
dikarenakan kadar oksigen yang cukup tinggi. Bioetanol jika dicampur
dengan bahan bakar yang umum digunakan dapat menekan energi

1
pembakaran agar lebih rendah dan mengurangi waktu pembakaran, dan
secara kimia bioetanol dapat larut dalam bensin.

1.2. Rumusan Masalah


 Bagaimana mahasiswa dapat membuat etanol dari molase dengan
cara fermentasi saccharomyces cerevisiae?

1.3. Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
 Mahasiswa dapat membuat etanol dari molase dengan cara
fermentasi saccharomyces cerevisiae
1.1.2. Tujuan Khusus
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian alkohol
 Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi alkohol
 Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan alkohol
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian etanol
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian molase
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian fermentasi
 Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan etanol
 Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam fermentasi
 Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang memppengaruhi
fermentasi
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian saccharomyces cerevisiae
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian densitas
 Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung densitas
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian viskositas
 Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung viskositas
 Mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum
 Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja praktikum

2
 Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi
praktikum
 Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan hasil praktikum

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alkohol
2.1.1. Pengertian alkohol
Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsional –OH
yang terikat pada rantai karbon alifatik. Dalam molekul alkohol,
Gugus fungsi –OH berikatan secara kovalen dengan atom
karbon.Alkohol yang memiliki satu gugus –OH disebut dengan
monoalkohol, sedangkan yang memiliki lebih dari satu gugus –OH
disebut dengan polialkohol. Alkanol merupakan monoalkohol turunan
alkana. Rumus umum dari alkohol aalah CnH2n+1 OH atau ditulis
ROH, satu atom H dari alkana diganti oleh gugus OH (Simatupang,
2015).
2.1.2. Klasifikasi Alkohol
Menurut Juliana (2016) alkohol dibagi kedalam beberapa
kelompok tergantung pada bagaimana posisi gugus -OH dalam rantai
atom-atom karbonnya :
 Alkohol Primer, pada alkohol primer(1°), atom karbon yang
membawa gugus -OH hanya terikat pada satu gugus alkil.
 Alkohol sekunder Pada alkohol sekunder (2°), atom karbon yang
mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil,
kedua gugus alkil ini bisa sama atau berbeda.
 Alkohol tersier Pada alkohol tersier (3°), atom karbon yang
mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan tiga gugus alkil,
yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau
berbeda.
2.1.3. Kegunaan alkohol
Pada umumnya alkohol digunakan sebagai senyawa pelarut, dan
sebagai bahan minuman beralkohol. Adapun Beberapa senyawa yang
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah: Metanol
merupakan jenis alkohol yang banyak digunakan sebagai pelarut getah

4
dan resin. Alkohol dapat dibuat menjadi senyawa lain seperti senyawa
ester. Di industri, metanol digunakan sebagai bahan baku pembuatan
formaldehid, sebagai cairan antibeku, dan pelarut, seperti vernish.
Etanol merupakan jenis alkohol yang sudah dikenal dan digunakan
sejak zaman dahulu, baik sebagai pelarut obatobatan (tingtur),
kosmetikam maupun sebagi bahan minuman, seperti bir, anggur, dan
whiskey. Etanol dapat dibuat melalui teknik fermentasi, yaitu proses
perubahan senyawa golongan polisakarida, seperti pati dihancurkan
menjadi bentuk yang lebih sederhana dengan bantuan enzim (ragi).
Etanol merupakan jenis alkohol yang sering digunakan sebagai bahan
bakar, untuk membuat senyawa organik lain, dan dapat dikonversi
menjadi etanal atau asetaldehid untuk digunakan sebagi bahan pelarut.
Etilen Glikol merupakan jenis alkohol yang banyak dimanfaatkan
sebagai bahan antibeku pada radiator mobil. Gliserol merupakan jenis
alkohol yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pelembab pada
tembakau dan kembang gula (Simatupang, 2015).

2.2. Etanol
Etanol atau disebut juga etil-alkohol (C2H5OH), bentuknya berupa
cairan tak berwarna dan mempunyai bau khas yang menusuk hidung, dan
mudah menguap ,larut dalam air dan eter. Berikut sifat fisik etanol.

Tabel 2.1. Sifat Fisik Etanol

Properties Nilai
Massa molekul relatif 46,07
Titik beku -114,1C
Titik didih normal 78,32 C
Densitas 0,7893 g/mol
Kelarutan dalam air Sangat larut
Kalor penguapan 78,32C 200,6 kal/g
Viskositas pada suhu kamar 1,17 Cp

Secara umum teknologi produksi bioetanol berbahan dasar pati


mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: persiapan bahan baku

5
(hidrolisis), fermentasi, destilasi dan pemurnian. Pada tahap hidrolisis
terjadi pengubahan pati menjadi glukosa yang melibatkan starter enzim
atau asam. Tahap fermentasi merupakan konversi glukosa, menjadi etanol.
Sedangkan tahap destilasi dan pemurnian dilakukan untuk meningakatkan
kadar etanol yang dihasilkan (Zely, 2014).
Manfaat Etanol antara lain :
 Sebagai bahan pelarut organik
 Sebagai sintesa bahan kimia dalam produksi industry kimia
 Sebagai bahan campuran dalam industry minuman
 Sebagai bahan campuran untuk bahan bakar kendaraan (gasohol).

2.3. Molase
Molase merupakan hasil samping yang berasal dari pembuatan gula
tebu (Saccharum officinarum L). Molase berupa cairan kental dan
diperoleh dari tahap pemisahan Kristal gula. Molase tidak dapat lagi
dibentuk menjadi sukrosa namun masih mengandung gula dengan kadar
tinggi 50-60%, asam amino dan mineral. Tingginya kandungan gula dalam
molase sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku bioethanol.
Molase masih mengandung kadar gula yang cukup untuk dapat
menghasilkan etanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molase
berkisar antara 5,5-6,5. Molase yang masih mengandung kada gula sekitar
10-18% telah memberikan hasil yang memuaskan dalam pembuatan etanol
(Juwita, 2012).

2.4. Fermentasi
2.4.1. Pengertian fermentasi
Fermentasi dapat didefenisikan sebagai proses pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan
oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi adalah
karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberapa
jenis bakteri tertentu. Selama proses fermentasi, selain dihasilkan
enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil

6
metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein
(Mahendra, 2016).
2.4.2. Macam-macam fermentasi
Berdasarkan kebutuhan oksigen, menurut Muin (2015) fermentasi
dapat dibedakan menjadi dua, diantaranya :
 Fermentasi aerob, fermentasi yang prosesnya memerlukan
oksigen karena dengan adanya oksigen maka mikroba dapat
mencerna glukosa menghasilkan air, CO2 dan sejumlah energi.
 Fermentasi anaerob adalah fermentasi yang tidak membutuhkan
adanya oksigen karena beberapa mikroba dapat mencerna bahan
energi tanpa adanya oksigen. Sehingga hanya sebagian dari bahan
energi yang dipecah. Mikroorganisme yang melakukan fermentasi
ini adalah yeast, beberapa jenis kapang dan bakteri.

Berdasarkan senyawa atau jenis zat yang dihasilkan, meurut Fitri


(2012) fermentasi dibedakan menjadi :

 Fermentasi alkohol
Fermentasi yang terpenting ialah fermentasi alkohol yang
dilakukan oleh berbagai spesies Saccharomyces terhadap gula
menurut persamaan berikut:
C6 H12 O6  2 C2 H5 OH + 2 CO2 + 28 k kal
 Fermentasi Asam Cuka Fermentasi asam cuka merupakan satu
contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob.
Fermentasi ini biasa dilakukan oleh bakteri asam cuka
(Acetobacter) dengan substrat etanol. Dari proses fermentasi
asam cuka, energi yang dihasilkan lima kali lebih besar daripada
energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol. Secara umum
reaksi kimia yang terfasilitasi oleh bakteri ini adalah:
C2H5OH + O2  CH3COOH + H2O

 Fermentasi Asam Laktat

7
Pada fermentasi asam laktat ini, dari satu molekul glukosa
dihasilkan ATP sebanyak 2 molekul. Secara sederhana,
fermentasi asam laktat berlangsung sebagai berikut:
C6H12O6  2 C2H5OCOOH + Energi.
 Fermentasi Asam Sitrat
Produksi asam sitrat dapat dilakukan melalui permukaan
(surface fermentation) maupun fermentasi terendam (submerged
fermentation) Reaksi pembentukan asam sitrat adalah:
C6H10O5 + H2O  C12H22O11
C12H22O11 + H2O  C6H12O6 + C6H12O5
C6H12O6 + O2  C6H8O7 + 2H2O
 Fermentasi Glutamat
Pembuatan Monosodium glutamat dapat dilakukan dengan
proses fermentasi menggunakan mikroba Micrococus
glutamicus atau Corynebacterium glutamicus, dan substratnya
yaitu molasses.
C2H12O6 + O2 + NH3  Asam Glutamat + CO2 + H2O
2.4.3. Faktor yang mempengaruhi fermentasi
Menurut Subrimobdi (2016) faktor yang mempengaruhi fermentasi:
 Kadar gula, bahan dengan konsentrasi gula tinggi mempunyai
efek negatif pada yeast, baik pada pertumbuhan maupun aktivitas
fermentasinya. Kadar glukosa yang baik berkisar 10 - 18%.
Apabila terlalu pekat, aktivitas enzim akan terhambat sehingga
waktu fermentasi menjadi lambat.
 Derajat Keasaman, saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh baik
pada range 3 - 6, namun apabila pH lebih kecil dari 3 maka proses
fermentasi akan berkurang kecepatannya pH yang paling
optimum pada 4,3 - 4,7.
 Temperatur, suhu fermentasi secara langsung dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Untuk pertumbuhan

8
mikroba cocok pada suhu kamar sekitar 25 – 27 oC.
Saccharomyces cerevisiae mempunyai temperature maksimal
sekitar 40 - 50 oC dengan temperatur minimum 0 oC. Jika suhu
tidak diperhatikan, secara tidak langsung akan mempengaruhi
etanol yang dihasilkan. Kecepatan fermentasi akan bertambah
sesuai dengan suhu yang optimum umumnya 27 – 32 oC. Pada 27
oC etanol hilang menguap 0,83%, pada 32 oC sebesar 1,66%.
 Nutrisi, nutrisi diperlukan sebagai tambahan makanan bagi
pertumbuhan yeast. Nutrisi yang diperlukan misalnya garam
ammonium(NH 4 CL), (NH2)2CO atau urea, NH4H2PO4 atau
NPK, dan garam phosphate (pupuk TSP). Menurut penelitian
yang dilakukan Chairul dan Sivia, (2013) pemberian nutrisi urea
0,4 g/l dan NPK 0,5 g/l.
 Aerasi, oksigen diperlukan untuk pertumbuhan yeast tapi tidak
diperlukan dalam proses etanol, karena proses fermentasi alkohol
bersifat anaerob. Jika udara terlalu banyak maka mikroba hanya
bekerja untuk memperbanyak jumlah sel sehingga produksi etanol
sedikit.
 Waktu, waktu diperlukan mikroba untuk mengubah gula menjadi
etanol. Lamanya waktu yang dibutuhkan tentunya berbeda-beda
karena dipengaruhi banyak hal. Faktor tersebut adalak kandungan
gula, jumlah mikroba yang diberikan, nutrisi dan lain – lain.

2.5. Saccharomyces cerevisiae


Ragi/khamir merupakan mikroba bersel tunggal yang berukuran 5-20
mikron. Khamir sejati tergolong eukariot yang secara morfologi hanya
membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat
telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dalam ragi terdapat banyak jenis
khamir, tetapi hanya satu spesies yang dikenal dapat mengkonversi gula
menjadi etanolyang sangat tinggi yaitu Saccaromyces cereviceae. Jenis ini
menghasilkan enzim zimase dan invertase. Fungsi enzim invertase adalah

9
untuk memecah sukrosa ataupun polisakarida (pati) yang belum
terhidrolisis untuk diubah menjadi monosakarida (glukosa). Sedangkan
enzim zimase selanjutnya mengubah monosakarida menjadi etanol dengan
proses fermentasi. Saccharomyces cerevisiae berkembang biak dengan
membelah diri melalui "budding cell". Reproduksinya dapat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi
pertumbuhan sel . Taksonomi Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai
berikut :
Super Kingdom : Eukaryota
Phylum : Fungi
Subphylum : Ascomycota
Class : Saccharomycetes
Order : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak dalam gula
sederhana seperti glukosa, maupun gula kompleks disakarida yaitu
sukrosa. Khamir ini merupakan mikroba yang umum digunakan dalam
fermentasi yang banyak terdapat dalam ragi pasar. Khamir mempunyai
keadaan lingkungan tempat hidup yang spesifik. Kisaran suhu optimal
untuk kebanyakan khamir sama dengan kapang, yaitu pada 25-300C.
Khamir lebih menyukai tumbuh pada keadaan asam, yaitu pada pH 4-5,
dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada medium alkali, kecuali jika telah
beradaptasi. Khamir tumbuh dengan 21 baik pada kondisi aerobik, tetapi
yang bersifat fermentatif dapat tumbuh secara anaerobik meskipun lambat.
Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme fakultatif anaerob yang
dapat menggunakan baik sistem aerob maupun anaerob untuk memperoleh
energi dari pemecahan glukosa. Saccharomyces cerevisiae dapat
menghasilkan alkohol dalam jumlah yang besar (Zely, 2014).

10
Gambar 2.1. Kurva pertumbuhan bakteri
Dalam perkembangannya, menurut Ronald (2016) yeast dalam proses
fermentasi akan mengalami beberapa fase diantaranya :
 Fase Adaptasi
Fase adaptasi ini merupakan fase untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Lamanya fase ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu medium dan lingkungan pertumbuhan, jika
medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium
sebelumnya maka mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi.
 Fase Pertumbuhan
Awal Setelah mengalami fase adaptasi, mikroba mulai membelah
dengan kecepatan yang rendah karena baru mulai menyesuaikan
diri.
 Fase Pertumbuhan Logaritmik
Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan
mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH
yaitu berkisar antara 5-6 dan kandungan nutrien, juga kondisi
lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini

11
mikroba membutuhkan energi lebih banyak daripada fase lainnya.
Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan.
 Fase Pertumbuh Lambat
Pada fase ini pertumbuhan populasi mikroba diperlambat karena
beberapa sebab yaitu zat-zat nutrisi didalam medium sudah sangat
berkurang. Adanya hasil-hasil metabolisme yang mungkin beracun
atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Pada fase ini
jumlah populasi masih naik karena jumlah sel yang tumbuh masih
lebih banyak dari pada jumlah sel yang mati.
 Fase Pertumbuhan Tetap (Statis)
Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang
tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase
ini menjadi lebih kecilkecil karena sel tetap Membelah meskipun
zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel
kemungkinan mempunyai komposisi berbeda dengan sel yang
tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan
terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi dan bahan-
bahan kimia.
 Fase Menuju Kematian Dan Fase Kematian
Pada fase ini sebagian mikroba mulai mengalami kematian karena
beberapa sebab yaitu : (1). Nutrien didalam medium sudah habis.
(2). Energi cadangan didalam sel habis. Kecepatan kematian
tergantung dari kondisi nutrien, lungkungan dan jenis mikroba
(Ronald, 2014).

2.6. Densitas
Densitas () adalah massa atau berat sampel yang terdapat dalam satu
satuan volume. Densitas sering disebut sebagai massa jenis atau berat jenis
atau biasa juga disebut dengan kerapatan bahan. Secara matematis di
rumuskan seperti berikut :

m
=
v
12
Dimana :
 = kerapatan benda (gr/cm )
m = massa benda ( gr )
v = volume benda ( cm3 ) (Bahtiar, 2016).

2.7. Viskositas
Viskositas dapat di definisi kan sebagai ukuran yang menyatakan
kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan
yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Viskositas
menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Suatu jenis larutan yang
mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya larutan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi. Kekentalan yang dimilki setiap zat berbeda-beda, hal ini
bergantung pada konsentrasi dari zat terlarut dalam cair atau fluida
tersebut. Rumus viskositas adalah sebagai berikut (Salam, 2017).

k =C × t

Dimana µk adalah viskositas kinematik (cSt), C adalah konstanta Ostwald


(0,4994 cSt/s) dan t adalah waktu (t).
2.8. Jewawut
Jewawut adalah sejenis serelia berbiji kecil dengan kandungan gizi
yang setara pada tanaman pangan penting, contohnya yaitu padi, jagung,
gandum dan tanaman biji-bijian yang lain. Kandungan karbohidrat dari
jenis millet ini sebesar 84,2% dan jumlah kandungan ini hampir setara
dengan beras yaitu sebesar 87,7% dalam 100 g. Jewawut dapat dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dikarenakan kandungan
karbohidratnya yang tinggi sehingga bahan bakar ramah lingkungan dapat
diproduksi (Putra, 2017).

13
BAB III METODOLOGI

3.1. Alat dan bahan


3.2.1. Alat

No. Nama Alat Gambar fungsi


1 Neraca Analitik Menimbang
bahan

2 Spatula untuk mengambil


objek

3 Hot plate Untuk


memanaskan
campuran/sampel

4 Tiang statif dan Untuk penyangga


klem

5 Labu Erlenmeyer Wadah larutan

6 Corong kaca Untuk


memindahkan
larutan

14
7 Gelas Ukur Mengukur
volume larutan

8 Pipet volume Mengambil


larutan

9 Pipet tetes Mengambil


larutan

10 Rangkaian alat Untuk destilasi


destilasi

11 Auto clave mensterilisasi


bahan, alat,
intrumen atau
media
12 Aquarium Untuk wadah

13 Pompa aerator Untuk


mengalirkan

15
14 Jaring plankton penyaring
net 25 mikron

15 Thermometer Pengukur suhu

16 Oven Memanaskan

17 Lemari pendingin Menyimpan


bahan

18 Blender Menghaluskan
bahan

19 Inkubator untuk
menumbuhkan
mikroorganisme

20 Panci Untuk wadah


pemanasan

16
21 Gas menentukan
Chromatogaphy komposisi
(GC) Tipe 17A campuran zat
2010 Merek kimia (sampel)
Shimadzu
22 Spektrofotometer untuk mengukur
Vis 7220 G absorbansi
Merek Rayleigh

3.2.2. Bahan

No. Nama Bahan Fungsi


1 biji jewawut Sampel yang diuji
(Setaria italica)
2 kultur murni Sampe yang di uji
mikroalga
Spirulina sp.
3 NaHCO3 Bahan uji
4 K2HPO4 Bahan uji
5 NaNO3 Bahan uji
6 MgSO4 Bahan uji
7 K2SO4 Bahan uji
8 NaCl Bahan uji
9 CaCl2 Bahan uji
10 FeSO4 Bahan uji
11 EDTA Bahan uji
12 H2SO4 pekat Bahan uji
13 HCl 0,1 N Pengatur pH
14 NaOH 0,1 N Pengatur pH
15 Na2CO3 Bahan uji
16 KNaC4H4O6 Bahan uji
17 Na2SO4 Bahan uji
18 CuSO4 Bahan uji
19 pereaksi Bahan uji
arsenomolibdat
20 glukosa anhidrat Bahan uji
21 KI Bahan uji

17
22 I2 Bahan uji
23 aquades Pelarut universal
24 Saccharomyces Untuk fermentasi
cerevisiae
25 Potato dextrose Bahan uji
agar
26 alumunium foil Untuk membugkus sambungan
rangkaian dan penutup untunk
fermentasi
27 pH universal Untuk mengukur pH
28 kertas saring Untung penyaringan
29 Tisu Memberihkan kotoran
30 Gluko-amilase Untuk proses sakarifikasi
31 Etanol 95% Bahan uji

3.2. Cara kerja


Proses Hidrolisis

Tepung jewawut sebanyak 900 gram dimasukkan ke dalam panci, lalu


ditambahkan dengan akuades sebanyak 4500 mL dan diatur pH
campuran antara 4-5 menggunakan larutan HCl 0,1 N atau NaOH 0,1
N.

bubur tepung jewawut ditambahkan -amilase sebanyak 3 mL dan diaduk


hingga rata. Dipanaskan dengan hot plate pada kisaran suhu 80-90 sambil
diaduk selama 1 jam
selama 1 jam.

18
Analisa Kuantitatif Kadar Gula Pereduksi Metode Nelson-Somogyi
Sampel hasil liquifikasi dan sakarifikasi diambil sebanyak 1 mL dan
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
hasil liquifikasi didinginkan hingga suhu 55, dilanjutkan proses sakarifikasi
ditambahkan 3 mL gluko-amilase dan dipanaskan pada kisaran suhu 50-60
sambil diaduk selama 1 jam. Lalu didinginkan hingga mencapai suhu 34 untuk
dilanjutkan1 ketabung
Disiapkan proses yang
fermentasi.
berisi akuades sebagai blanko. Masing-masing
tabung
ditambahkan 1 mL pereaksi Nelson dan dipanaskan semua tabung pada
penangas air yang mendidih selama 20 menit.

Setelah tabung dingin, ditambahkan 1 mL pereaksi Arsenomolibdat dan


dikocok hingga endapan yang ada larut kembali. Setelah endapan larut
sempurna, tambahkan 7 mL akuades dan homogenkan kembali. Diukur
konsentrasi gula.

Proses Fermentasi

Sampel hasil proses sakarifikasi disaringdan dimasukkan ke dalam 3 wadah


fermentasi yang berbeda.

Tambahkan nutrisi Spirulina sp. yang telah dikultivasi sebanyak 0,5%; 1,0%
dan 1,5% dengan perbandingan berat dari Spirulina sp. per volume hasil
proses fermentasi sambil diaduk.

Tambahkan mikroba Saccharomyces cerevisiae sebanyak 2 ose pada setiap


wadah fermentasi dan ditutup rapat wadah fermentasi dengan menggunakan
kapas dan alumunium foil. Fermentasi dilakukan dengan variasi waktu selama
5, 7 dan 9 hari pada suhu optimum 36.

Proses Destilasi

Seperangkat alat destilasi disiapkan, kemudian dimasukkan hasil dari proses


fermentasi ke dalam labu destilasi.

Destilasi yang digunakan adalah destilasi bertingkat dengan mengatur suhu


destilasi sebesar 78 selama 3 jam hingga bioetanol terpisah.

19
Analisis Kadar Bioetanol

Metode Berat Jenis

Piknometer kosong didinginkan dalam lemari pendingin hingga suhu tera 15


lalu ditimbang berat piknometer kosong.

Piknometer diisi akuades, didinginkan pada suhu 15 lalu ditimbang berat


piknometer dan akuades.

Dilanjutkan kembali untuk mengganti akuades dengan hasil destilasi. Setelah


itu dilakukan perlakuan yang sama.

Berat jenis yang terukur dikonversikan pada table konversi berat jenis etanol
pada suhu 15.

Metode Kromatografi Gas

Pengujian kadar bioetanol dilakukan dengan menggunakan metode


kromatografi gas yang menggunakan instrumentGas Chromatograpy (GC)
di Laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.

20
BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan jurnal


Tahapan yang dilakukan pada penelitian jurnal adalah dimulai
dengan kultivasi mikroalga sebagai penutrisi. Mikroalga Spirulina sp.
dipanen pada hari ke 72 saat fase stasioner. Hal ini agar mikroalga yang
diperoleh dalam jumlah maksimal karena belum adanya kematian dan fase
pertumbuhan telah selesi. Hasil mikroalga lalu dikultivasi pada medium
zorruk saat hari ke 79. Setelah itu dilakukan beberapa analisis hasil.

Pertama, analisis kada gula pereduksi hasil penelitian. Tahap awal


dari analisis ini adalah tepung jewawut dilakukan proses sakarifikasi dan
liquifikasi. Kemudian diukur hasil kadar gula pereduksinya. Sampel awal
yang digunakan adalah tepung jewawut hasil hidrolisis dengan kadar
110.140 ppm atau setara dengan 11,0140%. Sampel setelah dilakukan
sakarifikasi menghasilkan kadar 7,63% lebih banyak yaitu 847.110 ppm
atau setara dengan 84,7110%. Sedangkan sampel dengan proses liquifikasi
yang awalnya memiliki kadar 110.140 ppm atau setara dengan 11,0140%.
Setelah diliquifikasi kadarnya naik sebesar 4,56% lebih banyak yaitu
menjadi 502.610 atau setara dengan 50,2610%. Sehingga dari penjelasan
dapat disimpulkan bahwa kadar gula pereduksi yang melalui proses
sakarifikasi lebih besar 34,45% daripada sampel yang melalui proses
liquifikasi.

Kedua, analisis hasil pembuatan etanol yang dilakukan dengan


metode berat jenis dan kromatografi. Pada bagian ini digunakan parameter
pembeda waktu fermentasi dan penambahan nutrisi. Hasil terbaik dari
metode berat jenis adalah pada parameter pembanding waktu fermentasi
selama 7 hari dan penambahan nutrisi sebesar 1,0%. Hasil terbaik ini
diperoleh karena waktu fermentasi selama 7 hari merupakan waktu paling
efektif karena bakteri memasuki fase stasioner sehingga jumlahnya
terbesar. Sedangkan hasil terkecil diperoleh pada parameter waktu

21
fermentasi 5 hari dengan penambahan konsentrasi sebesar 0,5%. Hal ini
terjadi karena pada hari ke 5 masih banyak bakteri yang belum membelah.

Sedangkan dengan metode kedua yaitu metode kromatografi


digunakan parameter yang sama yaitu waktu fermentasi dan penambahan
nutrisi. Hasil terbaik dari metode kromatografi adalah pada parameter
pembanding waktu fermentasi 7 hari dengan penambahan nutrisi 1,0% dan
1,5%. Hal ini karena pada waktu fermentasi 7 hri bakteri dalam fase
stasioner jadi jumlahnya merupakan jumlah terbanyak. Sedangkan hasil
terkecil diperoleh pada 2 parameter pembanding waktu fermentasi yaitu
pertama pada 9 hari waktu fermentasi dan penambahan nutrisi 0,5%, 1,0%
dan 1,5%. Kedua pada waktu fermentasi 9 hari dengan penambahan nutrisi
0,5%, 1,0% dan 1,5%. Hal ini terjadi karena saat hari ke 5 masih banyak
bakteri yang belum membelah. Sedangkan pada hari ke 9 adanya senyawa
penghambat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae seperti asam asetat
menyebabkan kerja bakteri kurang optimal bahkan mengalami kematian.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada analisa menggunakan metode berat
jenis dan kromatografi jika dihubungkan dengan teori sudah sesuai.
Kesesuaian ini terjadi karena hasil yang diperoleh pada penelitian
menunjukkan hasil bioetanol tertinggi saat saat sampel difermentasi
selama 7 hari. Sehingga waktu dalam proses fermentasi mempengaruhi
peningkatan kadar bioetanol hasil. Hasil dengan waktu fermentasi 7 hari
merupakan hasil tertinggi dan terjadi pada fase pertumbuhan tetap. Pada
fase ini terbentuk bakteri terbanyak karena fase pertumbuhan telah selesai
dan fase kematian belum dimulai.

Ketiga, analisis volume air dalam destilat masing-masing larutan


fermentasi. Parameter pembedanya adalah penambahan nutrisi. Volume air
dalam destilat hasil fermentasi dengan waktu pembeda 7 hari dengan
penambahan nutrisi 1,5% adalah 1,2093 ml dari 16 ml destilat. Sedangkan
volume air dalam destilat hasil fermentasi 7 hari dengan penambahan
nutrisi 1,0% adalah 0,9320 ml dari 13,5 ml.

22
4.2. Perbandingan kelompok
Pada jurnal kelompok 5A yang berjudul “Pembuatan Etanol dari Buah
Salak (Salacca zalacca) Melalui Proses Fermentasi”, dari jurnal ini menjelaskan
tentang Etanol atau etil alcohol (lebih dikenal dengan alkohol, dengan rumus
kimia (C2H5OH) adalah cairan tak berwarna dengan karakteristik antara lain
mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsinogenik dan Salak
sebagai tanaman hortikultura, mudah mengalami kerusakan karena faktor
mekanis, fisis, fisiologis dan mikrobiologis. Hal ini disebabkan karena salak
mempunyai kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 78 % dan kandungan
karbohidrat sebesar 20,9%, dan juga dalam metodologi menjelaskan dengan kata
kata yang mudah di pahami sehingga kita mudah mengerti dengan cara cara
kerjanya, hasil dari penelitian ini adalah Kadar etanol pada daging buah segar
tanpa penanganan 11,3%, kadar etanol tertinggi pada daging buah 4 hari setelah
pemetikan 7,6%, dan daging buah 7 hari setelah pemetikan adalah 3,4%. Dari
struktur jurnal kelompok 5A review sudah lengkap, tetapi masih ada kekurangan
yang di dapat, contohnya di bagian metodologi tidak menyebutkan secara khusus
apa saja alat dan bahan yang di gunakan di penelitian ini.

23
KESIMPULAN

Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsional –OH yang


terikat pada rantai karbon alifatik. alkohol dibagi kedalam beberapa kelompok
antara lain alkohol primer, alkohol skunder, dan alkohol tersier. Pada umumnya
alkohol digunakan sebagai senyawa pelarut, dan sebagai bahan minuman
beralkohol. Etanol atau disebut juga etil-alkohol (C2H5OH), bentuknya berupa
cairan tak berwarna dan mempunyai bau khas yang menusuk hidung, dan mudah
menguap ,larut dalam air dan eter. Molase merupakan hasil samping yang berasal
dari pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum L). Fermentasi dapat
didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara
anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Berdasarkan senyawa atau jenis zat
yang dihasilkan fermentasi dikelompokan fermentasi alkohol, fermentasi asam
cuka, fermentasi asam laktat. Faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain
kadar gula, derajat keasaman, temperatur, nutrisi, aerasi, waktu. Ragi/khamir
merupakan mikroba bersel tunggal yang berukuran 5-20 mikron. yeast dalam
proses fermentasi akan mengalami beberapa fase diantaranya fase adaptasi, fase
pertumbuhan, fase pertumbuhan logaritmik, fase pertumbuhan tetap, fase menuju
kematian dan fase kematian. Densitas (r) adalah massa atau berat sampel yang
terdapat dalam satu satuan volume. Viskositas dapat di definisi kan sebagai
ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Hasil bioetanol yang
didapatkan sesuai dengan teori bahwa waktu dalam proses fermentasi dapat
mempengaruhi peningkatan kadar bioetanol yang dihasilkan. proses fermentasi
menghasilkan kadar bioetanol maksimal sebesar 88% dari hasil analisa berat jenis
dan sebesar 93,096% dari hasil analisa kromatografi gas. Dari hasil yang telah
didapatkan, bahwa variasi penambahan dari ganggang Spirulina sp. dapat
mempengaruhi peningkatan kadar bioethanol yang dihasilkan. Dari konsentrasi
nutrisi yang ditambahkan yaitu 0,5%; 1,0% dan 1,5% didapatkan bahwa
konsentrasi nutrisi yang menghasilkan bioetanol dengan kadar yang maksimal
adalah 1,0%.

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Bahtiar. (2016). Pengaruh Komposisi Variasi terhadap Densitas dan


Kekerasan Pada Manufaktur Keramik Lantai. Undergraduate (S1) thesis,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Fitri, Nurul. (2012). Pemanfataan Alat Fermentasi Sederhana dalam


Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Siswa Kelas IX SMP Negeri 6
Satap Malangke Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi
Selatan. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

Juliana. (2016). ALAT PENDETEKSI KADAR ALKOHOL MENGGUNAKAN


SENSOR MQ3 BERBASIS ARDUINO UNO. Undergraduated thesis,
Universitas Sumatera Utara.

Juwita, R. (2012). STUDI PRODUKSI ALKOHOL DARI TETES TEBU


(Saccharum officinarum L) SELAMA PROSES FERMENTASI. Skripsi
Jurusan Teknologi Pertanian: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Mahendra, Y. A. (2016). PENGARUH JENIS MIKROORGANISME DAN


LAMA FERMENTASI TERHADAP RESIDU PROTEIN PRODUK
FERMENTASI HASIL SAMPING UDANG. FAKULTAS PERTANIAN,
UNIVERSITAS LAMPUNG.

Muhammad, R., Sumpono., & Candra, I Nyoman. (2014). PENGARUH


VARIASI KONSENTRASI BEKATUL PADA PROSES PRODUKSI
ETANOL MENGGUNAKAN SINGKONG KARET (MANIHOT
GLAZIOVII) DENGAN METODE FERMENTASI
MENGGUNAKAN. Undergraduated thesis, Universitas Bengkulu.

Muin, R., Hakim, I., & Febriyansyah, A. (2015). Pengaruh waktu fermentasi dan
konsentrasi enzim terhadap kadar bioetanol dalam proses fermentasi nasi
aking sebagai substrat organik. Jurnal Teknik Kimia, 21(3), 59-69.

26
Putra, I. W. A. P., Kartika, R., & Panggabean, A. S. (2017). Pembuatan Bioetanol
Dari Biji Jewawut (Setaria italica) Dengan Proses Hidrolisis Enzimatis
Dan Fermentasi Oleh Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Kimia
Mulawarman, 14(2), 77-83.

Salam, Rezky. (2017). uji keapatan, viskositas dan tegangan permukaan pada tinta


print dengan bahan dasar arang sabut kelapa. Undergraduate (S1) thesis,
UIN Alauddin Makassar.

Simatupang, G. H., Sompie, S. R., & Tulung, N. M. (2015). Rancang Bangun Alat
Pendeteksi Kadar Alkohol Melalui Ekhalasi Menggunakan Sensor
TGS2620 Berbasis Mikrokontroler Arduino UNO. Jurnal Teknik Elektro
dan Komputer, 4(7), 15-24.

Subrimobdi, W. B., & Caroko, N. (2016). STUDI EKSPERIMENTAL


PENGARUH PENGGUNAAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE
TERHADAP TINGKAT PRODUKSI BIOETANOL DENGAN
BAHANBAKU NIRA SIWALAN. PROSIDING SNAST.

Zely, Feki Desfran and Sumpono, Sumpono and Candra, I Nyoman (2014)
PENGARUH WAKTU DAN KADAR Saccharomyces cerevisiae
TERHADAP PRODUKSI ETANOL DARI SERABUT KELAPA PADA
PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SIMULTAN DENGAN
ENZIM SELULASE. Undergraduated thesis, Universitas Bengkulu

27
LAMPIRAN

1. Pengertian Etanol

http://repository.unib.ac.id/8615/1/I%2CII%2CIII%2CI-14-fek-
FK.pdf

28
2. Pengrtian molase

https://core.ac.uk/download/pdf/25487002.pdf

3. Pengertian alkohol

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/10590-21095-1-SM.pdf

29
4. Klasifikasi alkohol

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18282/1324
11037.pdf?sequence=1&isAllowed=y

5. Pengertian fermentasi

http://digilib.unila.ac.id/22089/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf

30
6. Jenis-jenis fermentasi

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/120-Article%20Text-447-1-10-
20191222.pdf

7. Faktor yang mempengaruhi fermentasi

31
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4540/K.
%20NASKAH%20PUBLIKASI%20LAMPIRAN.pdf?
sequence=12&isAllowed=y

8. Pengertian densitas

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6201/1/BAHTIAR.pdf

9. Pengertian viskositas

32
http://repositori.uinalauddin.ac.id/9991/1/REZKY
%20SALAM.pdf

10. Fase pertumbuhan bakteri saccharomyces cerevisiae

http://repository.unib.ac.id/8620/2/I%2CII%2CIII%2CI-14-ron-
FK.pdf

11. Jenis-jenis fermentasi

33
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/14361/1/Nurul
%20Fitri_20403108055.pdf

34
Makalah Praktikum Bioteknologi Materi Pembuatan Etanol dengan judul
“LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI MATERI PEMBUATAN
ETANOL” telah diperiksa dan disetujui,

Semarang, 17 Maret 2020

Mengetahui, Praktikan I Praktikan II Praktikan III

Asisten Laboratorium

Anisa Rizqi Ramadhani Muhammad Ainul Susi Lestari Fairuz Nadhifah


Yaqin NIM. NIM.
NIM. 40040117640021
NIM. 40040119650001 40040119650080
40040119650108

35

Anda mungkin juga menyukai