PEMBUATAN ETANOL
(PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI JEWAWUT (Setariaitalica)
DENGAN PROSES HIDROLISIS ENZIMATIS DAN FERMENTASI
OLEH Saccharomyces cerevisiae)
Disusun Oleh:
Kelompok A1
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya
laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1. Alkohol...............................................................................................................3
2.2. Etanol.................................................................................................................4
2.3. Molase................................................................................................................5
2.4. Fermentasi.........................................................................................................5
2.5. Saccharomyces cerevisiae..................................................................................8
2.6. Densitas............................................................................................................11
2.7. Viskositas..........................................................................................................12
BAB III METODOLOGI.......................................................................................................13
3.1. Alat dan bahan.................................................................................................13
3.2. Cara kerja.........................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................21
4.1. Pembahasan jurnal...........................................................................................21
4.2. Perbandingan kelompok...................................................................................22
KESIMPULAN....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
LAMPIRAN........................................................................................................................26
ii
DAFTAR TABEL
Y
iii
DAFTAR GAMBAR
YGambar 2.1. Kurva pertumbuhan bakteri...........................................................................
iv
ABSTRAK
Produksi bioetanol sebagai biofuel pengganti bahan bakar fosil dari biji
jewawut (Setaria italica) melalui proses hidrolisis enzimatis dan fermentasi
menggunakan Saccharomyces cerevisiae telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat produksi bioetanol berdasarkan variasi konsentrasi
nutrien yang ditambahkan dan variasi waktu fermentasi. Proses hidrolisis secara
enzimatis melalui fase likuifaksi dengan fase -amilase dan sakarifikasi dengan
gluko-amilase. Proses fermentasi dengan Spirulina sp. sebagai sumber nutrisi.
Hasil hidrolisis difermentasi dengan Spirulina sp. ditambah dengan variasi 0,5%;
1,05 dan 1,5% (w / v), kemudian dengan variasi waktu fermentasi 5, 7 dan 9 hari.
Konsentrasi bioetanol tertinggi yang diperoleh pada penambahan Spirulina sp.
pada 1,0% (w / v) selama 7 hari. Hasil konsentrasi yang diperoleh dari metode
densitas adalah 88% dan dari metode kromatografi gas adalah 93,096%.
Kata kunci: bioetanol, biji jewawut (Setaria italica), Spirulina sp., Fermentasi
v
BAB I PENDAHULUAN
1
pembakaran agar lebih rendah dan mengurangi waktu pembakaran, dan
secara kimia bioetanol dapat larut dalam bensin.
1.3. Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat membuat etanol dari molase dengan cara
fermentasi saccharomyces cerevisiae
1.1.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian alkohol
Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi alkohol
Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan alkohol
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian etanol
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian molase
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian fermentasi
Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan etanol
Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam fermentasi
Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang memppengaruhi
fermentasi
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian saccharomyces cerevisiae
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian densitas
Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung densitas
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian viskositas
Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung viskositas
Mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja praktikum
2
Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi
praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan hasil praktikum
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alkohol
2.1.1. Pengertian alkohol
Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsional –OH
yang terikat pada rantai karbon alifatik. Dalam molekul alkohol,
Gugus fungsi –OH berikatan secara kovalen dengan atom
karbon.Alkohol yang memiliki satu gugus –OH disebut dengan
monoalkohol, sedangkan yang memiliki lebih dari satu gugus –OH
disebut dengan polialkohol. Alkanol merupakan monoalkohol turunan
alkana. Rumus umum dari alkohol aalah CnH2n+1 OH atau ditulis
ROH, satu atom H dari alkana diganti oleh gugus OH (Simatupang,
2015).
2.1.2. Klasifikasi Alkohol
Menurut Juliana (2016) alkohol dibagi kedalam beberapa
kelompok tergantung pada bagaimana posisi gugus -OH dalam rantai
atom-atom karbonnya :
Alkohol Primer, pada alkohol primer(1°), atom karbon yang
membawa gugus -OH hanya terikat pada satu gugus alkil.
Alkohol sekunder Pada alkohol sekunder (2°), atom karbon yang
mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil,
kedua gugus alkil ini bisa sama atau berbeda.
Alkohol tersier Pada alkohol tersier (3°), atom karbon yang
mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan tiga gugus alkil,
yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau
berbeda.
2.1.3. Kegunaan alkohol
Pada umumnya alkohol digunakan sebagai senyawa pelarut, dan
sebagai bahan minuman beralkohol. Adapun Beberapa senyawa yang
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah: Metanol
merupakan jenis alkohol yang banyak digunakan sebagai pelarut getah
4
dan resin. Alkohol dapat dibuat menjadi senyawa lain seperti senyawa
ester. Di industri, metanol digunakan sebagai bahan baku pembuatan
formaldehid, sebagai cairan antibeku, dan pelarut, seperti vernish.
Etanol merupakan jenis alkohol yang sudah dikenal dan digunakan
sejak zaman dahulu, baik sebagai pelarut obatobatan (tingtur),
kosmetikam maupun sebagi bahan minuman, seperti bir, anggur, dan
whiskey. Etanol dapat dibuat melalui teknik fermentasi, yaitu proses
perubahan senyawa golongan polisakarida, seperti pati dihancurkan
menjadi bentuk yang lebih sederhana dengan bantuan enzim (ragi).
Etanol merupakan jenis alkohol yang sering digunakan sebagai bahan
bakar, untuk membuat senyawa organik lain, dan dapat dikonversi
menjadi etanal atau asetaldehid untuk digunakan sebagi bahan pelarut.
Etilen Glikol merupakan jenis alkohol yang banyak dimanfaatkan
sebagai bahan antibeku pada radiator mobil. Gliserol merupakan jenis
alkohol yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pelembab pada
tembakau dan kembang gula (Simatupang, 2015).
2.2. Etanol
Etanol atau disebut juga etil-alkohol (C2H5OH), bentuknya berupa
cairan tak berwarna dan mempunyai bau khas yang menusuk hidung, dan
mudah menguap ,larut dalam air dan eter. Berikut sifat fisik etanol.
Properties Nilai
Massa molekul relatif 46,07
Titik beku -114,1C
Titik didih normal 78,32 C
Densitas 0,7893 g/mol
Kelarutan dalam air Sangat larut
Kalor penguapan 78,32C 200,6 kal/g
Viskositas pada suhu kamar 1,17 Cp
5
(hidrolisis), fermentasi, destilasi dan pemurnian. Pada tahap hidrolisis
terjadi pengubahan pati menjadi glukosa yang melibatkan starter enzim
atau asam. Tahap fermentasi merupakan konversi glukosa, menjadi etanol.
Sedangkan tahap destilasi dan pemurnian dilakukan untuk meningakatkan
kadar etanol yang dihasilkan (Zely, 2014).
Manfaat Etanol antara lain :
Sebagai bahan pelarut organik
Sebagai sintesa bahan kimia dalam produksi industry kimia
Sebagai bahan campuran dalam industry minuman
Sebagai bahan campuran untuk bahan bakar kendaraan (gasohol).
2.3. Molase
Molase merupakan hasil samping yang berasal dari pembuatan gula
tebu (Saccharum officinarum L). Molase berupa cairan kental dan
diperoleh dari tahap pemisahan Kristal gula. Molase tidak dapat lagi
dibentuk menjadi sukrosa namun masih mengandung gula dengan kadar
tinggi 50-60%, asam amino dan mineral. Tingginya kandungan gula dalam
molase sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku bioethanol.
Molase masih mengandung kadar gula yang cukup untuk dapat
menghasilkan etanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molase
berkisar antara 5,5-6,5. Molase yang masih mengandung kada gula sekitar
10-18% telah memberikan hasil yang memuaskan dalam pembuatan etanol
(Juwita, 2012).
2.4. Fermentasi
2.4.1. Pengertian fermentasi
Fermentasi dapat didefenisikan sebagai proses pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan
oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi adalah
karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberapa
jenis bakteri tertentu. Selama proses fermentasi, selain dihasilkan
enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil
6
metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein
(Mahendra, 2016).
2.4.2. Macam-macam fermentasi
Berdasarkan kebutuhan oksigen, menurut Muin (2015) fermentasi
dapat dibedakan menjadi dua, diantaranya :
Fermentasi aerob, fermentasi yang prosesnya memerlukan
oksigen karena dengan adanya oksigen maka mikroba dapat
mencerna glukosa menghasilkan air, CO2 dan sejumlah energi.
Fermentasi anaerob adalah fermentasi yang tidak membutuhkan
adanya oksigen karena beberapa mikroba dapat mencerna bahan
energi tanpa adanya oksigen. Sehingga hanya sebagian dari bahan
energi yang dipecah. Mikroorganisme yang melakukan fermentasi
ini adalah yeast, beberapa jenis kapang dan bakteri.
Fermentasi alkohol
Fermentasi yang terpenting ialah fermentasi alkohol yang
dilakukan oleh berbagai spesies Saccharomyces terhadap gula
menurut persamaan berikut:
C6 H12 O6 2 C2 H5 OH + 2 CO2 + 28 k kal
Fermentasi Asam Cuka Fermentasi asam cuka merupakan satu
contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob.
Fermentasi ini biasa dilakukan oleh bakteri asam cuka
(Acetobacter) dengan substrat etanol. Dari proses fermentasi
asam cuka, energi yang dihasilkan lima kali lebih besar daripada
energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol. Secara umum
reaksi kimia yang terfasilitasi oleh bakteri ini adalah:
C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O
7
Pada fermentasi asam laktat ini, dari satu molekul glukosa
dihasilkan ATP sebanyak 2 molekul. Secara sederhana,
fermentasi asam laktat berlangsung sebagai berikut:
C6H12O6 2 C2H5OCOOH + Energi.
Fermentasi Asam Sitrat
Produksi asam sitrat dapat dilakukan melalui permukaan
(surface fermentation) maupun fermentasi terendam (submerged
fermentation) Reaksi pembentukan asam sitrat adalah:
C6H10O5 + H2O C12H22O11
C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O5
C6H12O6 + O2 C6H8O7 + 2H2O
Fermentasi Glutamat
Pembuatan Monosodium glutamat dapat dilakukan dengan
proses fermentasi menggunakan mikroba Micrococus
glutamicus atau Corynebacterium glutamicus, dan substratnya
yaitu molasses.
C2H12O6 + O2 + NH3 Asam Glutamat + CO2 + H2O
2.4.3. Faktor yang mempengaruhi fermentasi
Menurut Subrimobdi (2016) faktor yang mempengaruhi fermentasi:
Kadar gula, bahan dengan konsentrasi gula tinggi mempunyai
efek negatif pada yeast, baik pada pertumbuhan maupun aktivitas
fermentasinya. Kadar glukosa yang baik berkisar 10 - 18%.
Apabila terlalu pekat, aktivitas enzim akan terhambat sehingga
waktu fermentasi menjadi lambat.
Derajat Keasaman, saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh baik
pada range 3 - 6, namun apabila pH lebih kecil dari 3 maka proses
fermentasi akan berkurang kecepatannya pH yang paling
optimum pada 4,3 - 4,7.
Temperatur, suhu fermentasi secara langsung dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Untuk pertumbuhan
8
mikroba cocok pada suhu kamar sekitar 25 – 27 oC.
Saccharomyces cerevisiae mempunyai temperature maksimal
sekitar 40 - 50 oC dengan temperatur minimum 0 oC. Jika suhu
tidak diperhatikan, secara tidak langsung akan mempengaruhi
etanol yang dihasilkan. Kecepatan fermentasi akan bertambah
sesuai dengan suhu yang optimum umumnya 27 – 32 oC. Pada 27
oC etanol hilang menguap 0,83%, pada 32 oC sebesar 1,66%.
Nutrisi, nutrisi diperlukan sebagai tambahan makanan bagi
pertumbuhan yeast. Nutrisi yang diperlukan misalnya garam
ammonium(NH 4 CL), (NH2)2CO atau urea, NH4H2PO4 atau
NPK, dan garam phosphate (pupuk TSP). Menurut penelitian
yang dilakukan Chairul dan Sivia, (2013) pemberian nutrisi urea
0,4 g/l dan NPK 0,5 g/l.
Aerasi, oksigen diperlukan untuk pertumbuhan yeast tapi tidak
diperlukan dalam proses etanol, karena proses fermentasi alkohol
bersifat anaerob. Jika udara terlalu banyak maka mikroba hanya
bekerja untuk memperbanyak jumlah sel sehingga produksi etanol
sedikit.
Waktu, waktu diperlukan mikroba untuk mengubah gula menjadi
etanol. Lamanya waktu yang dibutuhkan tentunya berbeda-beda
karena dipengaruhi banyak hal. Faktor tersebut adalak kandungan
gula, jumlah mikroba yang diberikan, nutrisi dan lain – lain.
9
untuk memecah sukrosa ataupun polisakarida (pati) yang belum
terhidrolisis untuk diubah menjadi monosakarida (glukosa). Sedangkan
enzim zimase selanjutnya mengubah monosakarida menjadi etanol dengan
proses fermentasi. Saccharomyces cerevisiae berkembang biak dengan
membelah diri melalui "budding cell". Reproduksinya dapat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi
pertumbuhan sel . Taksonomi Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai
berikut :
Super Kingdom : Eukaryota
Phylum : Fungi
Subphylum : Ascomycota
Class : Saccharomycetes
Order : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak dalam gula
sederhana seperti glukosa, maupun gula kompleks disakarida yaitu
sukrosa. Khamir ini merupakan mikroba yang umum digunakan dalam
fermentasi yang banyak terdapat dalam ragi pasar. Khamir mempunyai
keadaan lingkungan tempat hidup yang spesifik. Kisaran suhu optimal
untuk kebanyakan khamir sama dengan kapang, yaitu pada 25-300C.
Khamir lebih menyukai tumbuh pada keadaan asam, yaitu pada pH 4-5,
dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada medium alkali, kecuali jika telah
beradaptasi. Khamir tumbuh dengan 21 baik pada kondisi aerobik, tetapi
yang bersifat fermentatif dapat tumbuh secara anaerobik meskipun lambat.
Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme fakultatif anaerob yang
dapat menggunakan baik sistem aerob maupun anaerob untuk memperoleh
energi dari pemecahan glukosa. Saccharomyces cerevisiae dapat
menghasilkan alkohol dalam jumlah yang besar (Zely, 2014).
10
Gambar 2.1. Kurva pertumbuhan bakteri
Dalam perkembangannya, menurut Ronald (2016) yeast dalam proses
fermentasi akan mengalami beberapa fase diantaranya :
Fase Adaptasi
Fase adaptasi ini merupakan fase untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Lamanya fase ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu medium dan lingkungan pertumbuhan, jika
medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium
sebelumnya maka mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi.
Fase Pertumbuhan
Awal Setelah mengalami fase adaptasi, mikroba mulai membelah
dengan kecepatan yang rendah karena baru mulai menyesuaikan
diri.
Fase Pertumbuhan Logaritmik
Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan
mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH
yaitu berkisar antara 5-6 dan kandungan nutrien, juga kondisi
lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini
11
mikroba membutuhkan energi lebih banyak daripada fase lainnya.
Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan.
Fase Pertumbuh Lambat
Pada fase ini pertumbuhan populasi mikroba diperlambat karena
beberapa sebab yaitu zat-zat nutrisi didalam medium sudah sangat
berkurang. Adanya hasil-hasil metabolisme yang mungkin beracun
atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Pada fase ini
jumlah populasi masih naik karena jumlah sel yang tumbuh masih
lebih banyak dari pada jumlah sel yang mati.
Fase Pertumbuhan Tetap (Statis)
Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang
tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase
ini menjadi lebih kecilkecil karena sel tetap Membelah meskipun
zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel
kemungkinan mempunyai komposisi berbeda dengan sel yang
tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan
terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi dan bahan-
bahan kimia.
Fase Menuju Kematian Dan Fase Kematian
Pada fase ini sebagian mikroba mulai mengalami kematian karena
beberapa sebab yaitu : (1). Nutrien didalam medium sudah habis.
(2). Energi cadangan didalam sel habis. Kecepatan kematian
tergantung dari kondisi nutrien, lungkungan dan jenis mikroba
(Ronald, 2014).
2.6. Densitas
Densitas () adalah massa atau berat sampel yang terdapat dalam satu
satuan volume. Densitas sering disebut sebagai massa jenis atau berat jenis
atau biasa juga disebut dengan kerapatan bahan. Secara matematis di
rumuskan seperti berikut :
m
=
v
12
Dimana :
= kerapatan benda (gr/cm )
m = massa benda ( gr )
v = volume benda ( cm3 ) (Bahtiar, 2016).
2.7. Viskositas
Viskositas dapat di definisi kan sebagai ukuran yang menyatakan
kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan
yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Viskositas
menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Suatu jenis larutan yang
mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya larutan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi. Kekentalan yang dimilki setiap zat berbeda-beda, hal ini
bergantung pada konsentrasi dari zat terlarut dalam cair atau fluida
tersebut. Rumus viskositas adalah sebagai berikut (Salam, 2017).
k =C × t
13
BAB III METODOLOGI
14
7 Gelas Ukur Mengukur
volume larutan
15
14 Jaring plankton penyaring
net 25 mikron
16 Oven Memanaskan
18 Blender Menghaluskan
bahan
19 Inkubator untuk
menumbuhkan
mikroorganisme
16
21 Gas menentukan
Chromatogaphy komposisi
(GC) Tipe 17A campuran zat
2010 Merek kimia (sampel)
Shimadzu
22 Spektrofotometer untuk mengukur
Vis 7220 G absorbansi
Merek Rayleigh
3.2.2. Bahan
17
22 I2 Bahan uji
23 aquades Pelarut universal
24 Saccharomyces Untuk fermentasi
cerevisiae
25 Potato dextrose Bahan uji
agar
26 alumunium foil Untuk membugkus sambungan
rangkaian dan penutup untunk
fermentasi
27 pH universal Untuk mengukur pH
28 kertas saring Untung penyaringan
29 Tisu Memberihkan kotoran
30 Gluko-amilase Untuk proses sakarifikasi
31 Etanol 95% Bahan uji
18
Analisa Kuantitatif Kadar Gula Pereduksi Metode Nelson-Somogyi
Sampel hasil liquifikasi dan sakarifikasi diambil sebanyak 1 mL dan
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
hasil liquifikasi didinginkan hingga suhu 55, dilanjutkan proses sakarifikasi
ditambahkan 3 mL gluko-amilase dan dipanaskan pada kisaran suhu 50-60
sambil diaduk selama 1 jam. Lalu didinginkan hingga mencapai suhu 34 untuk
dilanjutkan1 ketabung
Disiapkan proses yang
fermentasi.
berisi akuades sebagai blanko. Masing-masing
tabung
ditambahkan 1 mL pereaksi Nelson dan dipanaskan semua tabung pada
penangas air yang mendidih selama 20 menit.
Proses Fermentasi
Tambahkan nutrisi Spirulina sp. yang telah dikultivasi sebanyak 0,5%; 1,0%
dan 1,5% dengan perbandingan berat dari Spirulina sp. per volume hasil
proses fermentasi sambil diaduk.
Proses Destilasi
19
Analisis Kadar Bioetanol
Berat jenis yang terukur dikonversikan pada table konversi berat jenis etanol
pada suhu 15.
20
BAB IV PEMBAHASAN
21
fermentasi 5 hari dengan penambahan konsentrasi sebesar 0,5%. Hal ini
terjadi karena pada hari ke 5 masih banyak bakteri yang belum membelah.
22
4.2. Perbandingan kelompok
Pada jurnal kelompok 5A yang berjudul “Pembuatan Etanol dari Buah
Salak (Salacca zalacca) Melalui Proses Fermentasi”, dari jurnal ini menjelaskan
tentang Etanol atau etil alcohol (lebih dikenal dengan alkohol, dengan rumus
kimia (C2H5OH) adalah cairan tak berwarna dengan karakteristik antara lain
mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsinogenik dan Salak
sebagai tanaman hortikultura, mudah mengalami kerusakan karena faktor
mekanis, fisis, fisiologis dan mikrobiologis. Hal ini disebabkan karena salak
mempunyai kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 78 % dan kandungan
karbohidrat sebesar 20,9%, dan juga dalam metodologi menjelaskan dengan kata
kata yang mudah di pahami sehingga kita mudah mengerti dengan cara cara
kerjanya, hasil dari penelitian ini adalah Kadar etanol pada daging buah segar
tanpa penanganan 11,3%, kadar etanol tertinggi pada daging buah 4 hari setelah
pemetikan 7,6%, dan daging buah 7 hari setelah pemetikan adalah 3,4%. Dari
struktur jurnal kelompok 5A review sudah lengkap, tetapi masih ada kekurangan
yang di dapat, contohnya di bagian metodologi tidak menyebutkan secara khusus
apa saja alat dan bahan yang di gunakan di penelitian ini.
23
KESIMPULAN
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Muin, R., Hakim, I., & Febriyansyah, A. (2015). Pengaruh waktu fermentasi dan
konsentrasi enzim terhadap kadar bioetanol dalam proses fermentasi nasi
aking sebagai substrat organik. Jurnal Teknik Kimia, 21(3), 59-69.
26
Putra, I. W. A. P., Kartika, R., & Panggabean, A. S. (2017). Pembuatan Bioetanol
Dari Biji Jewawut (Setaria italica) Dengan Proses Hidrolisis Enzimatis
Dan Fermentasi Oleh Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Kimia
Mulawarman, 14(2), 77-83.
Simatupang, G. H., Sompie, S. R., & Tulung, N. M. (2015). Rancang Bangun Alat
Pendeteksi Kadar Alkohol Melalui Ekhalasi Menggunakan Sensor
TGS2620 Berbasis Mikrokontroler Arduino UNO. Jurnal Teknik Elektro
dan Komputer, 4(7), 15-24.
Zely, Feki Desfran and Sumpono, Sumpono and Candra, I Nyoman (2014)
PENGARUH WAKTU DAN KADAR Saccharomyces cerevisiae
TERHADAP PRODUKSI ETANOL DARI SERABUT KELAPA PADA
PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SIMULTAN DENGAN
ENZIM SELULASE. Undergraduated thesis, Universitas Bengkulu
27
LAMPIRAN
1. Pengertian Etanol
http://repository.unib.ac.id/8615/1/I%2CII%2CIII%2CI-14-fek-
FK.pdf
28
2. Pengrtian molase
https://core.ac.uk/download/pdf/25487002.pdf
3. Pengertian alkohol
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/10590-21095-1-SM.pdf
29
4. Klasifikasi alkohol
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18282/1324
11037.pdf?sequence=1&isAllowed=y
5. Pengertian fermentasi
http://digilib.unila.ac.id/22089/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf
30
6. Jenis-jenis fermentasi
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/120-Article%20Text-447-1-10-
20191222.pdf
31
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4540/K.
%20NASKAH%20PUBLIKASI%20LAMPIRAN.pdf?
sequence=12&isAllowed=y
8. Pengertian densitas
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6201/1/BAHTIAR.pdf
9. Pengertian viskositas
32
http://repositori.uinalauddin.ac.id/9991/1/REZKY
%20SALAM.pdf
http://repository.unib.ac.id/8620/2/I%2CII%2CIII%2CI-14-ron-
FK.pdf
33
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/14361/1/Nurul
%20Fitri_20403108055.pdf
34
Makalah Praktikum Bioteknologi Materi Pembuatan Etanol dengan judul
“LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI MATERI PEMBUATAN
ETANOL” telah diperiksa dan disetujui,
Asisten Laboratorium
35