STEROFOAM
Disusun oleh:
SAIFULLOH (43218050420009)
CILEGON – BANTEN
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat Nya kami dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul“Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Menjadi Briket Dengan Perekat Lem Lateks
Styrofoam” dengan lancar. Penyusunan ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
Penelitian yang diampu oleh Bapak Suhirman S.T.,M.Eng.Dalam proses penyusunannya tak
lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak
terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan Proposal ini. Meski demikian,
penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara
terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat
kami sampaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan
Cilegon, 08 Februari2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………18
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
kebutuhan manusia dan industricenderung energi fosil seperti minyak bumi dan gas
bumi.Bahan bakar fosil merupakan salah satu bahan yang mengandung hidrokarbon asal
biologis. Energi ini ditemukan dalam kerak bumi dan dapat digunakan sebagai sumber
energi.Di Indonesia memanfaatkan sumber energi fosil (80 %) dan sisanya menggunakan
cendurung tidak ramah lingkungan. Salah satu produk sampingan utama dari pembakaran
bahan bakar fosil adalah karbon dioksida (CO2). Penggunaan bahan bakar fosil yang
terus meningkat dalam industri, transportasi, dan konstruksi telah menambah sejumlah
besar CO2 ke atmosfer bumi.Hampir 87% Listrik RI Berasal dari Bahan Bakar Fosil pada
2020. Our World in Data mencatat 86,95% dari total produksi listrik Indonesia tahun
2020 berasal dari bahan bakar fosil. Angka ini turun sedikit dari 88,73% pada tahun
2019. (katadata.co.id)
negara agraris. Energi berbahan biomassa pernah di lakukan oleh beberapa peneliti seperti
Padi(Fang, 2004) dan Ampas Tebu(Dani Sucipto,2012). Salah satu bahan yang berpotensi
di jadikan biomassa adalah ampas tebu dan tempurung kelapa di karenakan memiliki nilai
2
Indonesia adalah salah satu penghasil gula tebu dimana ada sekitar 3 lokasi penghasil
tebu terbesar di Indonesia. Dimana dalam satu tahun indonesia menghasilkan 39.539.994
ton tebu per tahun, dari 1 ton tebu menghasilkan 50% limbah ampas tebu.Namun sampai
saat ini limbah ampas tebu belum di manfaatkan secara maksimal, menurut penelitian
ampas tebu di manfaatkan sebagai bahan bakar boilernamun kekurangan nya adalah
kurang efektif karna tanpa di jadikan briket akan menghasilkan waktu pembakaran nya
lebih cepat. Peneliti lain menjadikan briket dengan kekurangan nilai kalornya lebih
mencatat, produksi kelapa nasional mencapai 2,85 juta ton pada 2021. Jumlah tersebut
meningkat 1,47% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,81 juta ton.Tempurung
kelapa memiliki kadar air mencapai kurang lebih 8% jika dihitung berdasarkan berat
kering atau setara dengan 12% berat per butir kelapa.Arang tempurung kelapa
dimanfaatkan sebagai bahan baku di pabrik karbon aktif, industri briket, dan bahan bakar
langsung. Arang tempurung kelapa ini telah diekspor ke berbagai negara. Selain
digunakan sebagai bahan baku industri karbon aktif, pemanfaatan lainnya adalah diekspor
partikel biomasa agar homogen dan memadat, selama ini dalam pembuatan briket hanya
untuk penggunaan bahan alternatif akan menjadikan persaingan antara bahan makanan
dengan energi alternatif kurang efektif sehingga membutuhkan perekat alternatif yang
3
Styrofoam merupakan polimer termoplastik yang tergolong ke dalam jenis plastik
polystyrene yang tidak dapat terurai secara alami dan sulit untuk di degradasi oleh tanah.
Dikalangan industri terutama industri elektronika, styrofoam atau yang sering dikenal
digunakan dalam proses pembungkusan makanan (Salamah, S., dan Maryudi, 2018).
karena styrofoam merupakan plastik yang tergolong ke dalam jenis sampah yang tidak
dapat terurai secara biologis atau nonbiodegradable. Limbah styrofoam pada umumnya
diatasi dengan cara dibakar, namun sampah styrofoam yang dibakar dapat menghasilkan
Perlindungan Lingkungan AS (EPA) dalam Fikri, E., dan Veronica (2018), karbon
monoksida adalah gas tidak terdeteksi yang dapat membahayakan kesehatan 2 manusia.
Maka dari itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk mengurangi limbah plastik
terutama styrofoam, salah satunya dengan mengolah limbah styrofoam menjadi bahan
terbuat dari sterofoam yang di olah dari sterofoam padat yang di campurkan dengan
menjadi limbah yang sulit untuk diuraikan, pada penelitian ini Styrofoam dibuat lem
lateks pekat yaitu jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau
padatan lainnya.
Harapan nya penelitian ini dapat memanfaatkan energi alternatif berupa briket dari
ampas tebu dan tempurung kelapa serta limbah sterofoam sehingga selain memecahkan
4
1.2 Rumusan Masalah
Ampas tebu merupakan hasil proses sampingan yang berupa bahan sisa berserat dari
batang tebu yang telah mengalami ektraksi niranya, dan banyak mengandung parenkim
serta tidak tahan disimpan karena mudah terserang jamur. Maka dari itu di perlukan
pengolahan ampas tebuagar dapat tidak menimbulkan masalah baru. Selain itu
penggunaan Styrofoam sekali pakai menimbulkan banyak sampah pada lingkungan maka
dari itu Styrofoam pada penilitian ini akan di manfaatkan sebagai perekat dalam
setter indeks briket berbahan campuran ampas tebu dan tempurung kelapa
5
Penelitian ini selain bermanfaat dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket
(penampilan dan kemasan yang menarik) yang digunakan untuk keperluan energi
dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak (kempa dingin) dengan system
arang.
Briket Arang Menurut Hartoyo dan Rohadi (1978) dalam Capah (2007), briket
arang adalah arang kayu yang diubah bentuk, ukuran, dan kerapatannya dengan cara
pembuatan briket adalah arang kayu atau kayu yang berukuran kecil.Tsoumis 7
(1991), mengemukakan bahwa briket juga terbuat dari residu berkarbon, dan
digunakan untuk pembakaran dan kegunaan lain yang berhubungan. Pada beberapa
7
produk,bahan tambahan diperlukan, seperti lilin untuk menambah pembakaran, dan
substansi lainnya untuk memberikan bau yang menyenangkan dan warna yang
seragam.
arang, menurut Hendra (1999) dalam Capah (2007) keuntungan dari briket arang
dan transportasi.
4. Lebih menguntungkan karena pada umumnya 40% terdiri dari bahan baku
5. Bahan baku tidak terikat pada satu jenis kayu, hamper segala jenis kayu dapat
8
Tabel 2.1StandarBriketArangBuatanjepang, Inggris, USA, dan Indonesia
ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat
dikatakan sebagai produk pendamping, karena ampas tebu sebagian besar dipakai
langsung oleh pabrik gula sebagai bahan bakar ketel untuk menghasilkan energi yang
diperlukan selama proses produksi pembuatan gula, yaitu sekitar 10,2 juta ton per
tahun (97,4% produksi ampas). Ampas tebu merupakan hasil sampingan dari proses
pemerahan atau ektraksi cairan tebu, dari ektraksi tersebut menghasilkan ampas tebu
yang berkisar antara 35-40% dari berat tebu yang digiling (Miskah et al., 2016).
Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (carbon) 47 %,
Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 %
Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang
digiling (Penebar Swadaya,1992). Sedangkan Menurut Mui (1996) bagas tebu yang
dihasilkan dari produksi gula jumlahnya 30% dari tebu yang diolah, dan menurut
Gandana (1982), bagas tebu yang dihasilkan dari produksi gula jumlahnya 31,34%
9
dari tebu yang digiling. Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak
32% dari berat tebu giling. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut
dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan
baku industri kampas rem, industri jamur, dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan
sebanyak 45% dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan (Husin, 2007).
10
Pada dasarnya limbah biomassa dari tempurung kelapa sangat melimpah dan
tempurung kelapa digunakan sebagai bahan bakar sekali pakai. Oleh karena itu
limbah tempurung kelapa ini akan dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu
tekstur yang padat atau mengikat dua substrat yang akan direkatkan. Dengan adanya
bahan perekat, maka susunan pertikel akan semakin baik, teratur dan lebih padat
sehingga dalam proses pengempaan keteguhan tekan dari arang briket arang akan
bahwa pembuatan briket arang dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik
2.4.1 Sterofoam
polistiren. Penamaan produk ini didasari oleh proses pembuatannya yang melibatkan
pencampuran udara agar menjadi lebih ringan. Komposisi bahan dalam Styrofoam
adalah 90% udara dan 10% polistiren (Utami et al., 2020). Nama teknis yang benar
seharusnya adalah Expanded Polystyrene (EPS) yang ditemukan pada awal tahun
1940-an oleh Ray McIntire dari perusahaan Dow Chemicals yang sedang mencari
dan mengembangkan bahan yang bersifat lentur (fleksibel) sebagai insulator listrik
(Hariyadi, 2016).
benzena) dengan rumus molekul ([-CH-(C6H5) CH2-]n) (Yang et al., 2018). Proses
11
polimerasi ini dilakukan melalui reaksi kimia yang dilakukan di pabrik produksi.
Gambar 2. 1Struktur molekul stiren (a) dan polistiren (b) Sumber: Farelly & Shaw, 2017
a. expanded polystyrene (EPS) atau yang biasa kita sebut dengan Styrofoam,
bahan cair.
makanan. Hal ini disebabkan karena bahannya yang praktis dan cukup kuat. Selain
itu, terdapat karakteristik lain yang menjadikannya sebagai salah satu pilihan utama
dalam pembungkus makanan, yaitu (Sumarni et al., 2013 & Abdulhalim et al.,
2015):
a. Fleksibel
12
d. Tahan terhadap asam basa dan zat korosif lainnya,
pengujian yang di lakukan adalah dengan uji kalor dan uji shatter indeks.
Pengujian nilai kalor yang terkandung pada briket dengan menggunakan alat
Bomb Calorimeter. Jumlah kalor diukur dalam kalori dan dihasilkan apabila suatu
briket dioksidasi dengan sempurna di dalam suatu bomb calorimeter disebut energi
total dari briket.
Karena kapasitas maksimum cawan bom calorimeter adalah 1,1 gr, maka
berat sampel yang diuji tidak boleh lebih dari berat tersebut. Bomb calorimeter yang
digunakan juga harus dalam keadaan bersih dan kering. Bomb calorimeter kemudian
dihidupkan. Nilai kalor sampel akan diketahui dengan membaca setiap kenaikan
temperatur air ayng ada di dalam faket bomb calorimeter, panjang kawat yang
terbakar dan sisa sampel bila ada. Data temperatur diambil setiap menitnya.
13
shatter indeks di lakukan untuk mengetahui pengaruh banyaknya konsentrasi perekat
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat
Pada penelitian ini di butuhkan alat-alat untuk menunjang penelitian ini, berikut adalah alat
yang di gunakan untuk menunjang penilitian ini berlangsung beserta gambar alat tersebut:
5. Oven 1 Unit
3.1.2 Bahan
Di bawah ini merupkan bahan – bahan yang di gunakan pada penelitan ini yaitu sebagai
berikut:
2. Tempurung Kelapa 3 kg
3. Toluen 100 ml
4. Aquades 50 ml
15
3.2 Diagram Alir
Berikut adalah diagram alir dalam pembuatan briket dari ampas tebu dengan perekat lem lateks
sterofoam:
Persiapan
Karbonisasi
Penggilingan
Penyaringan
Pencampuran
Pencetakan
Pengeringan
Analisa
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan briket campuran ampas tebu dan tempurung kelapa
16
3.3 Prosedur
Pada tahap pertama adalah proses pembuatan arang ampas tebu menggunakan furnace
dengan sistem pirolisis. Ampas tebu yang sudah di keringkan kemudian di masukan ke
dalam tungku pembakaran setelah itu di lakukan pembakaran dengan suhu 400ºC dengan
waktu selama 1 jam, setelah 1 jam maka ampas tebu akan menjadi arang(carbon).
Kemudian proses pembuatan arang tempurung kelapa yang juga menggunakan furnace
masukan ke dalam tungku pembakaran setelah itu di lakukan pembakaran dengan suhu
400ºC dengan waktu selama 1 jam, setelah 1 jam maka tempurung kelapa akan menjadi
arang(carbon).
Pada tahap pembuatan perekat lateks Styrofoam ini, larutan toluen sebanyak 70 ml di
Setelah homogen diamkkan larutan perekat selama 30 menit kemudian ambil sebanyak
90 ml larutan perekat dan masukan ke dalam beaker gelas yang lain, campurkan 10 ml
aquades dan tambahkan 10 ml Alkil Benzena Sulfonat dengan konsentrasi 5%, aduk
selama 10 menit hingga adonan menjadi homogen. Setelah itu diamkan lem selama 1 jam
Setelah menjadi arang, arang ampas tebu dan tempurung kelapa kemudian di
haluskan dan di saring dengan ayakan berukuran 60 mesh. Arang halus yang sudah di
17
ayak ini adalah arang yang siap di campurkan dan dijadikan briket. Setelah arang halus
dan perekat jadi, kemudian arang ampas tebu dan tempurung kelapa dengan konsentrasi
yang telah di tentukan yang kemudian di tambahkan perekat dengan variasi 8%,10% dan
12% dan kemudian di homogenisasi pada sebuah wadah. Campuran arang yang sudah
homogen kemudian di cetak menggunakan pipa paralon ½ inch dengan panjang 4cm
yang kemudian di padatkan agar menjadi briket yang kokoh, briket yang sudah jadi
kemudian di keringkan menggunakan oven pada suhu 105ºC selama 1 jam. Briket yang
sudah jadi kemudian aka di analisa nilai kalor,lama menyala dan shatter indeksnya.
Pada penelitian ini di gunakan variabel penelitian Arang ampas tebu dan Arang tempurung
Kemudian untuk variabel campuran perekat kita akan menggunakan variabel 8%,10% dan
12%. Variabel ini di dasarkan pada beberapa jurnal yang menggunakan tepung tapioka dengan
Untuk analisa kalor dari briket yang sudah jadi, di lakukan menggunakan alat
caloriebomb meter , dimana setiap sample dari tiap variabel akan di uji emnggunakan
Analisa sheter indeks ini di gunakan unutk mengukur tingkat ketahanan briket yang
18
sudah menjadi satu kesatuan, cara analisa sheter indeks ini adalah dengan mengukur
berat awal briket,kemudian briket yang sudah di timbang kemudian akan di jatuhkan
pada ketinggian 1,5 Meter sebanyak 3 kali, setelah di jatuhkan timbang berat akhir
briket. Briket yang memiliki Loss Weigth paling banyak adalah briket yang kualitas
Analisa waktu menyala adalah analisa yang di gunakan untuuk mengecek seberapa
lama waktu yang di perlukan briket untuk terbakar sempurna hingga menjadi abu dari
awal pembakaran , semakin lama waktu menyala dari briket tersebut maka nilai dari
Pada penelitian ini akan mengunakan alat utama yaitu furnace pembakaran dengan sistem
pirolisis, berikut adalah gambaran rangkaian alat utama pada penelitian ini.
Keterangan :
1. Tabung karbonasi
2. Kompor pembakaran
3. Thermometer Bimetal
4. Blower
5. Selang aliran uap cair
6. Tangki pendingin uap cair
7. Selang penadah uap cair
3.7 Hipotesa
Berdasarkan hipotesa peneliti, penelitian ini akan memberikan pengaruh pada penemuan
perekat alternatif baru dengan komposisi yang baik dimana konsentrasi perekatnya 10%, juga
19
komposisi campuran antara arang ampas tebu dengan arang tempurung kelapa yang menghasilkan
nilai kalor lebih tinggi dengan nilai komposisi arang tempurung kelapa yang lebih besar di
1. Secara teori pembuatan briket berbahan campuran rampas tebu & tempurung
dikarenakan ampas tebu dan tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang
2. Penambahan sterofoam yang tepat dapat membuat ikatan briket yang tinggi
atau memadat, sehingga memiliki nilai sheter indeks yang tinggi, apabila
berkaitan dengan nilai sheter indeks juga menurun karena kekurangan partikel
padatan.
3. Semakin banyak masa tempurung kelapa maka nilai kalor akan semakin tinggi
dan semakin banyak masa ampas tebu maka nilai kalor akan semakin rendah.
yang trepat maka akan mendapatkan nilai kalor yang sesuai dengan standar
sehinghga dapat memanfaatkan ampas tebu yang selama ini memiliki nilai
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB IV ini akan di berikan pemaparan hasil dari percobaan dari sample hasil
pembuatan briket yang di mana di uji Nilai Kalor,Nilai Shatter Index dan Nilai Lama
nyalanya. Dari hasil percobaan yang telah di lakukan nantinya akan di simpulkan hasil dari
Dari hasil penilitian ini, peniliti berhasil membuat briket arang ampas tebu dan
tempurung kelapa dengan perekat lem lateks sterofoam. Dimana cara pembuatannya arang
ampas tebu dan tempurung kelapa yang sudah di haluskan kemudian di campurkan dengan
21
bakar. Hasil briket yang kita dapat kemudian di masukan ke dalam alat yang nantinya
nilai kalori akan keluar dari alat.
Dari hasil percobaan ini, di dapat beberapa data yang akan di buat grafiknya, sehingga
kita dapat mengetahui briket mana yang memiliki nilai kalor paling tinggi
22
HASIL PERCOBAAN KALORI
TEST
8000
7800 7859,3
7823,1
7699,8
7600
7545,1
7543,4
7466,4
7400
7257,3 7306,7
7200
7000 6996,5
6800
6600
6400
1 2 3
Dari grafik di atas yang berwarna biru merupakan plot Tabel 1, yang merah merah
merupakan plot Tabel 2, dan yang hijau merupakan plot Tabel 3. Berdasarkan grafik di atas
Tabel 3 memiliki nilai kalor yang rata-rata rendah, dimana komposisi nya adalah 50%
tempurung kelapa & 50% ampas tebu. Ini tidak sejalan dengan hipotesa peneliti mengenai
dengan semakin banyaknya tambahan tempurung kelapa maka semakin tinggi nilai kalor dari
briket yang kita buat.
Berdasarkan dari hasil percobaan ini di dapatkan nilai kalor yang tertinggi ada pada
briket dengan campuran tebu 100% dan komposisi perekat 1:1 dengan nilai 7859 g/cal, ini
hasil yang berbanding terbalik dengan hipotesa awal peneliti, hasil ini bisa saja berbeda karna
kandungan karbon pada tebu yang di coba pada penelitian kali ini berbeda, sama halnya pada
nilai kalor pada batu bara di mana tiap daerah tambang memiliki kandungan kalor batu bara
yang berbeda.
Percobaan uji coba lama nyala ini bertujuan untuk mengetahui seberapa lama briket dapat
bertahan lama ketika sudah menjadi bara, briket yang baik memiliki nilai lama nyala yang
tinggi sehingga penggunaan briket lebih efisien dan tidak memakan banyak briket untuk nilai
kalor yang konstan.
Uji coba lama nyala ini menggunakan metode dimana briket di bakar kemudian menjadi
bara yang kemudian berubah menjadi abu, lama nyala briket di hitung dari briket menjadi
bara hingga menjadi abu,berdasarkan hipotesa sementara banyaknya campuran tempurung
kelapa mempengaruhi lama nyala dari briket tersebut. Berikut adalah tabel hasil percobaan
dari pada uji coba lama nyala
23
Tabel 4.4 Uji Coba Nyala 1
Ampas Tempurung
Perekat : Berat Waktu (Detik)
tebu(%) Kelapa(%)
100% : 100% 100 0 1886
80% : 100% 100 0 2965
60% : 100% 100 0 1558
Dari tabel di atas dengan konsentrasi 100% ampas tebu dan berbeda variabel perekat,
di dapat nilai tertinggi ada pada varibel perekat 80%:100%, hipotesa sementara semakin
banyak variabel perekat maka semakin tinggi nilai lama nyalanya karna Semakin banyak
massa yang harus di habiskan untuk menjadikan bribet tersebut menjadi abu.
Dari hasil tabel uji coba di atas dengan variabel tempurung kelapa 25%, Nilai lama
nyala ada di konsentrasi perekat terendah. Ini tidak sesuai dengan hipotesa awal peneliti.
Dari hasil tabel uji coba di atas dengan variabel tempurung kelapa 50%, nilai lama
nyala tertinggi ada di konsentrasi perekat 60% dan yang terendah ada pada perekat dengan
konsentarsi 60% ini hampir mendekati hipotesa awal peneliti.
Dari hasil percobaan – percobaan yang datanya ada di tabel di atas, peneliti membuat
grafik untuk membandingkan hasil dari ketiga percobaan untuk mememudahkan
menyimpulkan hasil uji coba lama nyala briket.
24
HASIL PERCOBAAN LAMA NYALA
3500
3000 2974
2965
2803 2890
2500 2580 2550
2452
2000
1886
1500 1558
1000
500
0
1 2 3
Dari grafik di atas nilai nyala lama yang paling baik ada pada briket dengan campuran
arang ampas tebu dan tempurung kelapa 50:50 dengan waktu 2974 detik, ini sesuai dengan
teori yang ada karna penambahan arang batok kelapa dapat menambahkan lama nyala pada
briket karna sifat arang batok kelapa yang keras di banding dengan arang ampas tebu. Selain
itu dari data grafik juga di dapat rata-rata nilai briket dengan campuran 50:50 memiliki nilai
lama nyala yang lebih baik di banding dengan briket variasi lainnya.
Selain itu perbandingan perekat sterofoam yang tepat akan menghasilkan nilai lama
nyala yang baik juga, pada grafik di atas nilai perekat dengan perbandingan 80% perekat
banding 100% berat bahan memiliki nilai lama nyala yang sangat baik di bandingkan dengan
variasi perekat lainnya. Ini sesuai dengan hipotesa awal yang ada dimana perekat sterofoam
akan mengikat briket dengan baik yang kemudian menyebabkan briket dapat bertahan lama
karna kepadatannya yang baik.
25
4.2.3 Uji Coba Shatter Index
26
DAFTAR PUSTAKA
28