Anda di halaman 1dari 31

PEMBUATAN BIOBRIKET BERBAHAN CAMPURAN

AMPAS TEBU DAN KARBON AKTIF TEMPURUNG

KELAPA MENGGUNAKAN PEREKAT LATEKS

STEROFOAM

Disusun oleh:

MUHAMMAD AKMAL HAKIM (432186050420008)

AGUNG ESA PERMADI (4321860504420001)

SAIFULLOH (43218050420009)

JURUSAN TEKNIK KIMIA – SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH

CILEGON – BANTEN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat

limpahan karunia nikmat Nya kami dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul“Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Menjadi Briket Dengan Perekat Lem Lateks

Styrofoam” dengan lancar. Penyusunan ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah

Penelitian yang diampu oleh Bapak Suhirman S.T.,M.Eng.Dalam proses penyusunannya tak

lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak

terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan Proposal ini. Meski demikian,

penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan

makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara

terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat

kami sampaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan

untuk kami khususnya.

Cilegon, 08 Februari2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 LatarBelakang .............................................................................................. 1


1.2 RumusanMasalah......................................................................................... 4
1.3 TujuanPenelitian .......................................................................................... 4
1.4 ManfaatPenelitian ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6

2.1 BriketArang ................................................................................................. 6

2.2 Ampas Tebu ................................................................................................. 8

2.3 TempurungKelapa ....................................................................................... 9

2.4 PerekatBriket ............................................................................................. 10

2.4.1 Styrofoam ........................................................................................ 10

2.5 Uji Briket ................................................................................................... 12

2.5.1 Uji Kalor ........................................................................................... 12

2.5.2 SheterIndeks ..................................................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 13

3.1 Alat Dan Bahan ......................................................................................... 13

3.1.1 Alat ................................................................................................... 13

3.1.2 Bahan ................................................................................................ 13

3.2 Diagram Alir Proses .................................................................................. 14

3.3 Prosedur ..................................................................................................... 15

3.4 VariabelPenelitian ..................................................................................... 16

3.5 Rangkaian Alat .......................................................................................... 16

3.6 Hipotesa ..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………18

iii
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan kebutuhan manusia yang terus meningkat seiring dengan

pertumbuhan manusia dan industri. Energi yang di manfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan manusia dan industricenderung energi fosil seperti minyak bumi dan gas

bumi.Bahan bakar fosil merupakan salah satu bahan yang mengandung hidrokarbon asal

biologis. Energi ini ditemukan dalam kerak bumi dan dapat digunakan sebagai sumber

energi.Di Indonesia memanfaatkan sumber energi fosil (80 %) dan sisanya menggunakan

energi alternatif,permasalahannya adalah energi fosil tidak dapat di perbaharui dan

cendurung tidak ramah lingkungan. Salah satu produk sampingan utama dari pembakaran

bahan bakar fosil adalah karbon dioksida (CO2). Penggunaan bahan bakar fosil yang

terus meningkat dalam industri, transportasi, dan konstruksi telah menambah sejumlah

besar CO2 ke atmosfer bumi.Hampir 87% Listrik RI Berasal dari Bahan Bakar Fosil pada

2020. Our World in Data mencatat 86,95% dari total produksi listrik Indonesia tahun

2020 berasal dari bahan bakar fosil. Angka ini turun sedikit dari 88,73% pada tahun

2019. (katadata.co.id)

Dalam memenuhi kebutuhanenergi di indonesiaselainmenggunakanenergifosil yang

berpotensi salah satunyaadalah energi biomassa, dikarenakan indonesia merupakan

negara agraris. Energi berbahan biomassa pernah di lakukan oleh beberapa peneliti seperti

Tempurung Kelapa(Kirk Othmer 1981),Jerami Padi(Galbe dan Zacchi, 2002), Sekam

Padi(Fang, 2004) dan Ampas Tebu(Dani Sucipto,2012). Salah satu bahan yang berpotensi

di jadikan biomassa adalah ampas tebu dan tempurung kelapa di karenakan memiliki nilai

kalor yang cukup tinggi dan jumlahnya yang melimpah.

2
Indonesia adalah salah satu penghasil gula tebu dimana ada sekitar 3 lokasi penghasil

tebu terbesar di Indonesia. Dimana dalam satu tahun indonesia menghasilkan 39.539.994

ton tebu per tahun, dari 1 ton tebu menghasilkan 50% limbah ampas tebu.Namun sampai

saat ini limbah ampas tebu belum di manfaatkan secara maksimal, menurut penelitian

ampas tebu di manfaatkan sebagai bahan bakar boilernamun kekurangan nya adalah

kurang efektif karna tanpa di jadikan briket akan menghasilkan waktu pembakaran nya

lebih cepat. Peneliti lain menjadikan briket dengan kekurangan nilai kalornya lebih

rendah, sehingga harus di campurkan dengan tempurung kelapa.

Tempurung kelapa di indonesia sangat melimpah, Badan Pusat Statistik (BPS)

mencatat, produksi kelapa nasional mencapai 2,85 juta ton pada 2021. Jumlah tersebut

meningkat 1,47% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,81 juta ton.Tempurung

kelapa memiliki kadar air mencapai kurang lebih 8% jika dihitung berdasarkan berat

kering atau setara dengan 12% berat per butir kelapa.Arang tempurung kelapa

dimanfaatkan sebagai bahan baku di pabrik karbon aktif, industri briket, dan bahan bakar

langsung. Arang tempurung kelapa ini telah diekspor ke berbagai negara. Selain

digunakan sebagai bahan baku industri karbon aktif, pemanfaatan lainnya adalah diekspor

dalam bentuk briket (bahan bakar).

Dalam pembuatan briket membutuhkan sebuah perekat untuk mengikat sebuah

partikel biomasa agar homogen dan memadat, selama ini dalam pembuatan briket hanya

menggunakan salah satu perekat yang biasa di gunakan yaitu tepung

tapioka.Permasalahan nya adalah tepung tapiokabahan makanan yang ketika di gunakan

untuk penggunaan bahan alternatif akan menjadikan persaingan antara bahan makanan

dengan energi alternatif kurang efektif sehingga membutuhkan perekat alternatif yang

selama ini belum di manfaatkan salah satunya adalah sterofoam.

3
Styrofoam merupakan polimer termoplastik yang tergolong ke dalam jenis plastik

polystyrene yang tidak dapat terurai secara alami dan sulit untuk di degradasi oleh tanah.

Dikalangan industri terutama industri elektronika, styrofoam atau yang sering dikenal

dengan styrofoam digunakan sebagai bahan packing barang-barang elektronika. Untuk

keperluan sehari-hari, barang-barang yang mengandung bahan baku styrofoam biasa

digunakan dalam proses pembungkusan makanan (Salamah, S., dan Maryudi, 2018).

Banyaknya penggunaan styrofoam dapat mengancam kestabilan ekosistem lingkungan

karena styrofoam merupakan plastik yang tergolong ke dalam jenis sampah yang tidak

dapat terurai secara biologis atau nonbiodegradable. Limbah styrofoam pada umumnya

diatasi dengan cara dibakar, namun sampah styrofoam yang dibakar dapat menghasilkan

gas-gas berbahaya seperti styrene, hydrochloroflourocarbon (HCFC), polycyclic aromatic

hydrocarbons (PAHs), carbon black serta karbon monoksida. Menurut Badan

Perlindungan Lingkungan AS (EPA) dalam Fikri, E., dan Veronica (2018), karbon

monoksida adalah gas tidak terdeteksi yang dapat membahayakan kesehatan 2 manusia.

Maka dari itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk mengurangi limbah plastik

terutama styrofoam, salah satunya dengan mengolah limbah styrofoam menjadi bahan

bakar alternatif dengan caradijadikanperekatlemlateks.Perekat lem lateks sterofoam

terbuat dari sterofoam yang di olah dari sterofoam padat yang di campurkan dengan

toluen . Penggunaan Styrofoam ini di karenakan setelah Styrofoam tidak digunakan,

menjadi limbah yang sulit untuk diuraikan, pada penelitian ini Styrofoam dibuat lem

lateks pekat yaitu jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau

padatan lainnya.

Harapan nya penelitian ini dapat memanfaatkan energi alternatif berupa briket dari

ampas tebu dan tempurung kelapa serta limbah sterofoam sehingga selain memecahkan

masalah energi,bisa juga memecahkan masalah lingkungan.

4
1.2 Rumusan Masalah

Ampas tebu merupakan hasil proses sampingan yang berupa bahan sisa berserat dari

batang tebu yang telah mengalami ektraksi niranya, dan banyak mengandung parenkim

serta tidak tahan disimpan karena mudah terserang jamur. Maka dari itu di perlukan

pengolahan ampas tebuagar dapat tidak menimbulkan masalah baru. Selain itu

penggunaan Styrofoam sekali pakai menimbulkan banyak sampah pada lingkungan maka

dari itu Styrofoam pada penilitian ini akan di manfaatkan sebagai perekat dalam

pembuatan bahan bakar bio massa dari ampas tebu.

Adapun rumusan masalah pada penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana pembuatan briket berbahan campuran rampas tebu & tempurung

kelapa dengan menggunakan perekat lateks sterofoam

2. Bagaimana Menentukan perbandingan perekat sterofoam terbaik terhadap

setter indeks briket berbahan campuran ampas tebu dan tempurung kelapa

3. Bagaimana menentukan perbandingan yang optimal dari campuran ampas tebu

& tempurung kelapa terhadap nilai kalor

1.3 Tujuan Penelitian

1. Pembuatan briket berbahan campuran rampas tebu & tempurung kelapa

dengan menggunakan perekat lateks sterofoam

2. Menentukan perbandingan perekat sterofoam terbaik terhadap setter indeks

briket berbahan campuran ampas tebu dan tempurung kelapa

3. Menentukan perbandingan yang optimal dari campuran ampas tebu &

tempurung kelapa terhadap nilai kalor

1.4 Manfaat Penelitian

5
Penelitian ini selain bermanfaat dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) juga memberikan kontribusi berupa:

1.Memberikan informasi dan pengetahuan baru, khususnya dalam pengembangansumber

bahan bakar alternatif berupa biobriket

2. Memberikan sumber bahan bakar alternatif baru yang ramah lingkungan

3. Membantu mengurangi jumlah penumpukan limbah padat yang terdapat dilingkungan

sekitar, seperti di pabrik tebu dan industri rumah tangga

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Briket Arang

Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket

(penampilan dan kemasan yang menarik) yang digunakan untuk keperluan energi

sehari-hari.Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan kayu dilakukan

dengan cara penambahan perekat tapioka,dimana bahan baku diarangkan terlebih

dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak (kempa dingin) dengan system

hidroulik manual selanjutnya dikeringkan (Pari, 2002).Berikut ini gambar briket

arang.

Gambar 2.1BriketArang (Sumber : Pari, 2002)

Briket Arang Menurut Hartoyo dan Rohadi (1978) dalam Capah (2007), briket

arang adalah arang kayu yang diubah bentuk, ukuran, dan kerapatannya dengan cara

mengempa campuranserbuk dengan perekat. Bahan baku yang digunakan untuk

pembuatan briket adalah arang kayu atau kayu yang berukuran kecil.Tsoumis 7

(1991), mengemukakan bahwa briket juga terbuat dari residu berkarbon, dan

digunakan untuk pembakaran dan kegunaan lain yang berhubungan. Pada beberapa

7
produk,bahan tambahan diperlukan, seperti lilin untuk menambah pembakaran, dan

substansi lainnya untuk memberikan bau yang menyenangkan dan warna yang

seragam.

Arang dalam bentuk briket memiliki kelebihan dibandingkan dalam bentuk

arang, menurut Hendra (1999) dalam Capah (2007) keuntungan dari briket arang

adalah sebagai berikut :

1. Memperbesar rendeman pada pembuatan arang karena arang yang diperoleh

dapat digunakan dalam pembuatan briket arang.

2. Bentuknya seragam dan lebih padat atau memperkecil tempat penyimpanan

dan transportasi.

3. Kualitas pembakaran lebih baik apabila digunakan tambahan yang sesuai.

4. Lebih menguntungkan karena pada umumnya 40% terdiri dari bahan baku

arang yang nilainya lebih rendah dari arang.

5. Bahan baku tidak terikat pada satu jenis kayu, hamper segala jenis kayu dapat

digunakan sebagai pembuata briket arang.

Pada umumnyasetiap negara memilikistandarnilaikalori,


haltersebutberkaitandengankualitasdaribriket yang akandipakai di negara tersebut.
Semakinnilaikaloritinggimakasemakinbaik, waktumenyalasemakin lama dan
kandungan asap yang dihasilkancenderunglebihsedikit. Berikut adalah standar baku
mutu briket arang pada beberapa negara, seperti Indonesia (Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan 1999)

8
Tabel 2.1StandarBriketArangBuatanjepang, Inggris, USA, dan Indonesia

2.2 Ampas Tebu


Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami

ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat

dikatakan sebagai produk pendamping, karena ampas tebu sebagian besar dipakai

langsung oleh pabrik gula sebagai bahan bakar ketel untuk menghasilkan energi yang

diperlukan selama proses produksi pembuatan gula, yaitu sekitar 10,2 juta ton per

tahun (97,4% produksi ampas). Ampas tebu merupakan hasil sampingan dari proses

pemerahan atau ektraksi cairan tebu, dari ektraksi tersebut menghasilkan ampas tebu

yang berkisar antara 35-40% dari berat tebu yang digiling (Miskah et al., 2016).

Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (carbon) 47 %,

H (Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen) 44 % dan abu (Ash)2,5 %. Menurut rumus

Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 %

akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal.

Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang
digiling (Penebar Swadaya,1992). Sedangkan Menurut Mui (1996) bagas tebu yang
dihasilkan dari produksi gula jumlahnya 30% dari tebu yang diolah, dan menurut
Gandana (1982), bagas tebu yang dihasilkan dari produksi gula jumlahnya 31,34%

9
dari tebu yang digiling. Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak
32% dari berat tebu giling. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut
dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan
baku industri kampas rem, industri jamur, dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan
sebanyak 45% dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan (Husin, 2007).

2.3 Tempurung kelapa


Tempurung kelapa adalah bagian dari buah kelapa yang berupa endokrap,
bersifat keras, dan di selimuti oleh sabut kelapa biasanya tempurung kelapa di
gunakan sebagai bahan kerajinan, bahan bakar, dan briket. Pada bagian pangkal
tempurung kelapa terdapat 3 titik lubang tumbuh (ovule) yang menunjukkan bahwa
bakal buah asalnya berlubang 3 dan yang tumbuh biasanya 1 buah saja. Tempurung
kelapa memiliki komposisi kimia mirip dengan kayu, mengandung lignin, pentosa,
dan selulosa. Tempurung kelapa dalam penggunaan biasanya digunakan sebagai
bahan pokok pembuatan arang dan arang aktif. Hal tersebut dikarenakan tempurung
kelapa merupakan bahan yang dapat menghasilkan nilai kalor sekitar 6.500 – 7.600
Kkal/g. Untuk proses pengujian nilai kalor pada tempurung kelapa yaitu dengan
menggunakan alat bomb calorimeter, selain memiliki nilai kalor yang cukup tinggi,
tempurung kelapa juga cukup baik untuk bahan arang aktif (Triono, 2006).
Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar 6-9
% (dihitung berdasar berat kering) yang tersusun dari lignin, selulosa dan
hemiselulosa. Data komposisi kimia tempurung kelapa dapat kita lihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa

Sumber: Suhardiyono, 1988 dalam Anonim

10
Pada dasarnya limbah biomassa dari tempurung kelapa sangat melimpah dan

dalam pemanfaatannya belum begitu optimal. Biasanya pemanfaatan limbah

tempurung kelapa digunakan sebagai bahan bakar sekali pakai. Oleh karena itu

limbah tempurung kelapa ini akan dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu

sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan.

2.4 Perekat briket


Penggunaan bahan perekat dimaksudkan untuk menarik air dan membentuk

tekstur yang padat atau mengikat dua substrat yang akan direkatkan. Dengan adanya

bahan perekat, maka susunan pertikel akan semakin baik, teratur dan lebih padat

sehingga dalam proses pengempaan keteguhan tekan dari arang briket arang akan

semakin baik (Silalahi, 2000:70). Menurut Schuchart et al (1996:183), menyatakan

bahwa pembuatan briket arang dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik

hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat.

2.4.1 Sterofoam

Styrofoam(gabus/busa) merupakan singkatan dari polystyrene foam atau busa

polistiren. Penamaan produk ini didasari oleh proses pembuatannya yang melibatkan

pencampuran udara agar menjadi lebih ringan. Komposisi bahan dalam Styrofoam

adalah 90% udara dan 10% polistiren (Utami et al., 2020). Nama teknis yang benar

seharusnya adalah Expanded Polystyrene (EPS) yang ditemukan pada awal tahun

1940-an oleh Ray McIntire dari perusahaan Dow Chemicals yang sedang mencari

dan mengembangkan bahan yang bersifat lentur (fleksibel) sebagai insulator listrik

(Hariyadi, 2016).

Polistiren dibentuk melalui proses polimerisasi dari monomer stiren (vinil

benzena) dengan rumus molekul ([-CH-(C6H5) CH2-]n) (Yang et al., 2018). Proses

11
polimerasi ini dilakukan melalui reaksi kimia yang dilakukan di pabrik produksi.

Struktur molekul stiren dan polistiren tersaji pada gambar berikut:

Gambar 2. 1Struktur molekul stiren (a) dan polistiren (b) Sumber: Farelly & Shaw, 2017

Terdapat berbagai jenis polistiren yang digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Jenis-jenis polistiren ini dibedakan berdasarkan tingkat durabilitas dan

penggunaannya.Yang et al. (2021) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis

polistiren yang umumnya sering digunakan, yaitu:

a. expanded polystyrene (EPS) atau yang biasa kita sebut dengan Styrofoam,

sering digunakan sebagai bahan insulasi pembangunan dan pengemasan;

b. extruded polystyrene (XPS), yaitu polistiren yang sering digunakan sebagai

bahan pembungkus makanan dan minuman; serta

c. high-density polystyrene yang sering digunakan sebagai pengemas bahan -

bahan cair.

Styrofoam di Indonesia populer digunakan sebagai wadah pembungkus

makanan. Hal ini disebabkan karena bahannya yang praktis dan cukup kuat. Selain

itu, terdapat karakteristik lain yang menjadikannya sebagai salah satu pilihan utama

dalam pembungkus makanan, yaitu (Sumarni et al., 2013 & Abdulhalim et al.,

2015):

a. Fleksibel

b. Dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain,

c. Mempunyai berat jenis yang relatif ringan,

12
d. Tahan terhadap asam basa dan zat korosif lainnya,

e. Mampu menahan panas hingga titik leleh 1020 -1060C, serta

f. memiliki harga yang relatif murah.

2.5 Uji briket


pada penelitian ini akan melakukan pengujian pada briket yang sudah jadi,

pengujian yang di lakukan adalah dengan uji kalor dan uji shatter indeks.

2.5.1 Uji Kalor

Pengujian nilai kalor yang terkandung pada briket dengan menggunakan alat
Bomb Calorimeter. Jumlah kalor diukur dalam kalori dan dihasilkan apabila suatu
briket dioksidasi dengan sempurna di dalam suatu bomb calorimeter disebut energi
total dari briket.

Karena kapasitas maksimum cawan bom calorimeter adalah 1,1 gr, maka
berat sampel yang diuji tidak boleh lebih dari berat tersebut. Bomb calorimeter yang
digunakan juga harus dalam keadaan bersih dan kering. Bomb calorimeter kemudian
dihidupkan. Nilai kalor sampel akan diketahui dengan membaca setiap kenaikan
temperatur air ayng ada di dalam faket bomb calorimeter, panjang kawat yang
terbakar dan sisa sampel bila ada. Data temperatur diambil setiap menitnya.

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka setiap sampel sejenis


dilakukan pengujian sebanyak tiga kali. Setelah data temperatur sudah konstan, maka
bomb set dibongkar. Maka setelah itu bisa didapatkan data mengenai nilai kalor dari
bahan yang diuji tersebut.

2.5.2 setter indeks

Uji shatter index adalah pengujian ketahanan briket terhadap benturan

dengan caradijatuhkan dari ketinggian 1.8 m (6 ft) menuju bidang datar.Pengujian

13
shatter indeks di lakukan untuk mengetahui pengaruh banyaknya konsentrasi perekat

yang di gunakan pada penelitian ini

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat

Pada penelitian ini di butuhkan alat-alat untuk menunjang penelitian ini, berikut adalah alat

yang di gunakan untuk menunjang penilitian ini berlangsung beserta gambar alat tersebut:

1. Furnace(tungku pembakaran pirolisis) 1 Unit

2. Magnetic Stirrer 1 Unit

3. Timbangan Analitik 1 Unit

4. Pencetak Briket 3 Unitt

5. Oven 1 Unit

6. Kalorimeter Bomb 1 Unit

7. Gelas Beaker 1000 Ml 2 Unit

8. Gelas Ukur 1 Unit

9. Mortar Pastle 2 Unit

3.1.2 Bahan

Di bawah ini merupkan bahan – bahan yang di gunakan pada penelitan ini yaitu sebagai

berikut:

1. Ampas Tebu ( Limbah Dari Lampung ) 4 kg

2. Tempurung Kelapa 3 kg

3. Toluen 100 ml

4. Aquades 50 ml

5. Alkil Benzene Sulfonat 15 ml

6. Polistirena(Limbah Rumah Tangga) 30 Gram

15
3.2 Diagram Alir

Berikut adalah diagram alir dalam pembuatan briket dari ampas tebu dengan perekat lem lateks

sterofoam:

Persiapan

Karbonisasi

Penggilingan

Penyaringan

Pencampuran

Pencetakan

Pengeringan

Analisa

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan briket campuran ampas tebu dan tempurung kelapa

16
3.3 Prosedur

3.3.1 Pembuatan Carbon Ampas Tebu

Pada tahap pertama adalah proses pembuatan arang ampas tebu menggunakan furnace

dengan sistem pirolisis. Ampas tebu yang sudah di keringkan kemudian di masukan ke

dalam tungku pembakaran setelah itu di lakukan pembakaran dengan suhu 400ºC dengan

waktu selama 1 jam, setelah 1 jam maka ampas tebu akan menjadi arang(carbon).

3.3.2 Pembuatan Carbon Tempurung Kelapa

Kemudian proses pembuatan arang tempurung kelapa yang juga menggunakan furnace

dengan sistem pirolisis. Tempurung kelapa yang sudah di keringkan kemudian di

masukan ke dalam tungku pembakaran setelah itu di lakukan pembakaran dengan suhu

400ºC dengan waktu selama 1 jam, setelah 1 jam maka tempurung kelapa akan menjadi

arang(carbon).

3.3.3 Pembuatan Lem Perekat Sterofoam

Pada tahap pembuatan perekat lateks Styrofoam ini, larutan toluen sebanyak 70 ml di

campurkan dengan 30 gr Polistirena kemudain di homogenisasi dalam beaker glass.

Setelah homogen diamkkan larutan perekat selama 30 menit kemudian ambil sebanyak

90 ml larutan perekat dan masukan ke dalam beaker gelas yang lain, campurkan 10 ml

aquades dan tambahkan 10 ml Alkil Benzena Sulfonat dengan konsentrasi 5%, aduk

selama 10 menit hingga adonan menjadi homogen. Setelah itu diamkan lem selama 1 jam

agar siap di gunakan.

3.3.4 Pembuatan Briket Campuran

Setelah menjadi arang, arang ampas tebu dan tempurung kelapa kemudian di

haluskan dan di saring dengan ayakan berukuran 60 mesh. Arang halus yang sudah di

17
ayak ini adalah arang yang siap di campurkan dan dijadikan briket. Setelah arang halus

dan perekat jadi, kemudian arang ampas tebu dan tempurung kelapa dengan konsentrasi

yang telah di tentukan yang kemudian di tambahkan perekat dengan variasi 8%,10% dan

12% dan kemudian di homogenisasi pada sebuah wadah. Campuran arang yang sudah

homogen kemudian di cetak menggunakan pipa paralon ½ inch dengan panjang 4cm

yang kemudian di padatkan agar menjadi briket yang kokoh, briket yang sudah jadi

kemudian di keringkan menggunakan oven pada suhu 105ºC selama 1 jam. Briket yang

sudah jadi kemudian aka di analisa nilai kalor,lama menyala dan shatter indeksnya.

3.4 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini di gunakan variabel penelitian Arang ampas tebu dan Arang tempurung

kelapa sebagai berikut:

Percobaan Tempurung Kelapa Ampas Tebu Perekat


1 0% 100% 8%, 10%, 12%

2 25% 75% 8%, 10%, 12%

3 50% 50% 8%, 10%, 12%


Tabel 3.1 Variabel tetap dan variable berubah

Kemudian untuk variabel campuran perekat kita akan menggunakan variabel 8%,10% dan

12%. Variabel ini di dasarkan pada beberapa jurnal yang menggunakan tepung tapioka dengan

rata rata menggunakan 8-10% penggunakan perekat tapioka.

3.5 Analisa Percobaan

3.5.1. Analisa Kalor

Untuk analisa kalor dari briket yang sudah jadi, di lakukan menggunakan alat

caloriebomb meter , dimana setiap sample dari tiap variabel akan di uji emnggunakan

alat tersebut sehingga di ketahui nilai kalor masing-masing sampel.

3.5.2. Analisa Sheter Indeks

Analisa sheter indeks ini di gunakan unutk mengukur tingkat ketahanan briket yang

18
sudah menjadi satu kesatuan, cara analisa sheter indeks ini adalah dengan mengukur

berat awal briket,kemudian briket yang sudah di timbang kemudian akan di jatuhkan

pada ketinggian 1,5 Meter sebanyak 3 kali, setelah di jatuhkan timbang berat akhir

briket. Briket yang memiliki Loss Weigth paling banyak adalah briket yang kualitas

nya buruk dan nilai shetter indeks-nya rendah.

3.5.3. Analisa Waktu Menyala

Analisa waktu menyala adalah analisa yang di gunakan untuuk mengecek seberapa

lama waktu yang di perlukan briket untuk terbakar sempurna hingga menjadi abu dari

awal pembakaran , semakin lama waktu menyala dari briket tersebut maka nilai dari

briket itu semakin baik.

3.6 Rangkaian Alat

Pada penelitian ini akan mengunakan alat utama yaitu furnace pembakaran dengan sistem

pirolisis, berikut adalah gambaran rangkaian alat utama pada penelitian ini.

Gambar 3.2 Rangkaian alat karbonisasi

Keterangan :
1. Tabung karbonasi
2. Kompor pembakaran
3. Thermometer Bimetal
4. Blower
5. Selang aliran uap cair
6. Tangki pendingin uap cair
7. Selang penadah uap cair

3.7 Hipotesa

Berdasarkan hipotesa peneliti, penelitian ini akan memberikan pengaruh pada penemuan

perekat alternatif baru dengan komposisi yang baik dimana konsentrasi perekatnya 10%, juga

19
komposisi campuran antara arang ampas tebu dengan arang tempurung kelapa yang menghasilkan

nilai kalor lebih tinggi dengan nilai komposisi arang tempurung kelapa yang lebih besar di

banding dengan arang ampas tebu.

1. Secara teori pembuatan briket berbahan campuran rampas tebu & tempurung

kelapa dengan menggunakan perekat lateks sterofoam dapat dilakukan

dikarenakan ampas tebu dan tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang

tinggi sebgai bahan bakar. Pertimbangan lainnya adalah sterofoam memiliki

kandungan perekat yang dapat berperan sebagai pengikat karena memiliki

daya ikat partikel yang tinggi.

2. Penambahan sterofoam yang tepat dapat membuat ikatan briket yang tinggi

atau memadat, sehingga memiliki nilai sheter indeks yang tinggi, apabila

kekurangan perekat maka, ikatan partikel didalam briket menjadi lemah,

sedangkan Ketika kelebihan membutuhkan waktu pengeringan yang lama

serta dapat mencemari lingkungan pada saat proses pembakaran yang

berkaitan dengan nilai sheter indeks juga menurun karena kekurangan partikel

padatan.

3. Semakin banyak masa tempurung kelapa maka nilai kalor akan semakin tinggi

dan semakin banyak masa ampas tebu maka nilai kalor akan semakin rendah.

Ketika perbandingan tempurung kelapa dan ampas tebu pada perbandingan

yang trepat maka akan mendapatkan nilai kalor yang sesuai dengan standar

sehinghga dapat memanfaatkan ampas tebu yang selama ini memiliki nilai

kalor yang rendah.

20
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini akan di berikan pemaparan hasil dari percobaan dari sample hasil

pembuatan briket yang di mana di uji Nilai Kalor,Nilai Shatter Index dan Nilai Lama

nyalanya. Dari hasil percobaan yang telah di lakukan nantinya akan di simpulkan hasil dari

penelitian ini secara keseluruhan.

4.2.1 Hasil Penelitian

Dari hasil penilitian ini, peniliti berhasil membuat briket arang ampas tebu dan

tempurung kelapa dengan perekat lem lateks sterofoam. Dimana cara pembuatannya arang

ampas tebu dan tempurung kelapa yang sudah di haluskan kemudian di campurkan dengan

lem lateks sterofoam yang kemudian di keringkan dengan oven.

Gambar 4.1 Hasil Briket Ampas Tebu Lem Lateks


Sterofoam

4.3.1 Hasil Percobaan

4.2.1 Uji Nilai Kalor


Percobaan uji kalor adalah percobaan yang di gunakan untuk mengukur nilai
kalor dari briket yang telah kita buat, percobaan uji kalor ini kita menggunakan alat
yang bernama Caloriemeter Bomb, Bomb kalorimeter sendiri adalah alat yang
digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada
pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan

21
bakar. Hasil briket yang kita dapat kemudian di masukan ke dalam alat yang nantinya
nilai kalori akan keluar dari alat.

Gambar 4.2 Dokumentasi Calorie Test


Tabel 4.1 Hasil Percobaan 1

Ampas Tempurung Nilai


Perekat : Berat
tebu(%) Kelapa(%) Kalor(g/cal)
100% : 100% 100 0 7859,3
80% : 100% 100 0 7699,8
60% : 100% 100 0 7543,4

Tabel 4.2 Hasil Percobaan 2

Konsentrasi Ampas Tempurung Nilai


Perekat tebu(%) Kelapa(%) Kalor(g/cal)
100% : 100% 75 25 7823,1
80% : 100% 75 25 7466,4
60% : 100% 75 25 7545,1

Tabel 4.3 Hasil Percobaan 3

Konsentrasi Ampas Tempurung Nilai


Perekat tebu(%) Kelapa(%) Kalor(g/cal)
100% : 100% 50 50 6996,5
80% : 100% 50 50 7257,3
60% : 100% 50 50 7306,7

Dari hasil percobaan ini, di dapat beberapa data yang akan di buat grafiknya, sehingga
kita dapat mengetahui briket mana yang memiliki nilai kalor paling tinggi

22
HASIL PERCOBAAN KALORI
TEST
8000
7800 7859,3
7823,1
7699,8
7600
7545,1
7543,4
7466,4
7400
7257,3 7306,7
7200
7000 6996,5
6800
6600
6400
1 2 3

Dari grafik di atas yang berwarna biru merupakan plot Tabel 1, yang merah merah
merupakan plot Tabel 2, dan yang hijau merupakan plot Tabel 3. Berdasarkan grafik di atas
Tabel 3 memiliki nilai kalor yang rata-rata rendah, dimana komposisi nya adalah 50%
tempurung kelapa & 50% ampas tebu. Ini tidak sejalan dengan hipotesa peneliti mengenai
dengan semakin banyaknya tambahan tempurung kelapa maka semakin tinggi nilai kalor dari
briket yang kita buat.

Berdasarkan dari hasil percobaan ini di dapatkan nilai kalor yang tertinggi ada pada
briket dengan campuran tebu 100% dan komposisi perekat 1:1 dengan nilai 7859 g/cal, ini
hasil yang berbanding terbalik dengan hipotesa awal peneliti, hasil ini bisa saja berbeda karna
kandungan karbon pada tebu yang di coba pada penelitian kali ini berbeda, sama halnya pada
nilai kalor pada batu bara di mana tiap daerah tambang memiliki kandungan kalor batu bara
yang berbeda.

4.2.2 Uji Coba Lama Nyala

Percobaan uji coba lama nyala ini bertujuan untuk mengetahui seberapa lama briket dapat
bertahan lama ketika sudah menjadi bara, briket yang baik memiliki nilai lama nyala yang
tinggi sehingga penggunaan briket lebih efisien dan tidak memakan banyak briket untuk nilai
kalor yang konstan.

Uji coba lama nyala ini menggunakan metode dimana briket di bakar kemudian menjadi
bara yang kemudian berubah menjadi abu, lama nyala briket di hitung dari briket menjadi
bara hingga menjadi abu,berdasarkan hipotesa sementara banyaknya campuran tempurung
kelapa mempengaruhi lama nyala dari briket tersebut. Berikut adalah tabel hasil percobaan
dari pada uji coba lama nyala

23
Tabel 4.4 Uji Coba Nyala 1

Ampas Tempurung
Perekat : Berat Waktu (Detik)
tebu(%) Kelapa(%)
100% : 100% 100 0 1886
80% : 100% 100 0 2965
60% : 100% 100 0 1558

Dari tabel di atas dengan konsentrasi 100% ampas tebu dan berbeda variabel perekat,
di dapat nilai tertinggi ada pada varibel perekat 80%:100%, hipotesa sementara semakin
banyak variabel perekat maka semakin tinggi nilai lama nyalanya karna Semakin banyak
massa yang harus di habiskan untuk menjadikan bribet tersebut menjadi abu.

Tabel 4.5 Uji Coba Nyala 2


Konsentrasi Ampas Tempurung
Waktu (Detik)
Perekat tebu(%) Kelapa(%)
100% : 100% 75 25 2803
80% : 100% 75 25 2452
60% : 100% 75 25 2890

Dari hasil tabel uji coba di atas dengan variabel tempurung kelapa 25%, Nilai lama
nyala ada di konsentrasi perekat terendah. Ini tidak sesuai dengan hipotesa awal peneliti.

Tabel 4.6 Uji Coba Nyala 3


Konsentrasi Ampas Tempurung
Waktu (Detik)
Perekat tebu(%) Kelapa(%)
100% : 100% 50 50 2580
80% : 100% 50 50 2974
60% : 100% 50 50 2550

Dari hasil tabel uji coba di atas dengan variabel tempurung kelapa 50%, nilai lama
nyala tertinggi ada di konsentrasi perekat 60% dan yang terendah ada pada perekat dengan
konsentarsi 60% ini hampir mendekati hipotesa awal peneliti.

Dari hasil percobaan – percobaan yang datanya ada di tabel di atas, peneliti membuat
grafik untuk membandingkan hasil dari ketiga percobaan untuk mememudahkan
menyimpulkan hasil uji coba lama nyala briket.

24
HASIL PERCOBAAN LAMA NYALA
3500

3000 2974
2965
2803 2890
2500 2580 2550
2452

2000
1886
1500 1558

1000

500

0
1 2 3

Dari grafik di atas nilai nyala lama yang paling baik ada pada briket dengan campuran
arang ampas tebu dan tempurung kelapa 50:50 dengan waktu 2974 detik, ini sesuai dengan
teori yang ada karna penambahan arang batok kelapa dapat menambahkan lama nyala pada
briket karna sifat arang batok kelapa yang keras di banding dengan arang ampas tebu. Selain
itu dari data grafik juga di dapat rata-rata nilai briket dengan campuran 50:50 memiliki nilai
lama nyala yang lebih baik di banding dengan briket variasi lainnya.

Selain itu perbandingan perekat sterofoam yang tepat akan menghasilkan nilai lama
nyala yang baik juga, pada grafik di atas nilai perekat dengan perbandingan 80% perekat
banding 100% berat bahan memiliki nilai lama nyala yang sangat baik di bandingkan dengan
variasi perekat lainnya. Ini sesuai dengan hipotesa awal yang ada dimana perekat sterofoam
akan mengikat briket dengan baik yang kemudian menyebabkan briket dapat bertahan lama
karna kepadatannya yang baik.

Gambar 4.3 Dokumentasi Uji Nyala

25
4.2.3 Uji Coba Shatter Index

26
DAFTAR PUSTAKA

Yeyen Maryani,Jurnal Teknika 2018 FT.UNTIRTA. “Pembuatan Lem Lateks


Dari Limbah Styrofoam Untuk Kemasan Makanan”
Ade Setiawan, 2007. “Biodiesel Jarak Pagar, Bahan Bakar Alternatif Yang Ramah
Lingkungan”, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Amin, S. 2000. Penelitian Berbagai Jenis Kayu Limbah Pengolahan untuk
Pemilihan Bahan baku Briket Arang. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia 2, 41-46.
Apriyantono, 1989. Analisis Pangan. Bogor: IPB-press
Avianita, A. 1996. Kajian Penambahan Beberapa Jenis Tepung Terhadap
Sifatsifat Bakso Daging Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Calter, P., 1984. Practical Math For Elictricity and Electronochs, Mc. Graw Hill
Book Company.
Darun. 2001. Teknik Hasil Pertanian (Draft Pertama Bagian Pertama), Program
Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan
Emaga, T. H.,; Andrianaivo, R. H.; Wathelet, B.; Tchango, J. T.; Paquot, M. 2007,
Effects of the stage of maturation and varieties on the chemical
composition of banana and plantain peels. Food Chemistry.
Erna R, 2010. Jurnal teknik kimia: karakteristik briket bioarang limbah pisang.
Semarang : Universitas diponegoro
Ginting, T., B. Perangin-angin, A. D. Sembiring, L. Perangin-angin, D. Surbakti,
A.Warman, N. Tarigan, D. Tarigan, Herdianto, D. Pasaribu dan
Jamaita. 1985. Laporan Akhir. Pemanfaatan Gambut Sebagai Bahan
Energi, Departemen Pendidikan & Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Proyek P3T USU, Medan
Gunawan dan Tata. 2013. Kandungan dan Manfaat Kulit Pisang. Kandungan dan
manfaat kulit pisang.
Hambali, E. 2006. “Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel”, Penebar Swadaya,
Bogor.
Hartoyo, 1983. Pembuatan arang dari briket arang secara sederhana dari serbuk
gergaji dan limbah industry perkayuan. Puslitbang Hasil Hutan.
27
Bogor Hendra, D. dan I.Winarni.2003. Sifat fisis dan kimia briket arang campuran
limbah kayu dan ampas tebu Buletin Penelitian Hasil Hutan.21(3) :
211 –226. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor

28

Anda mungkin juga menyukai